Anda di halaman 1dari 8

Nama : Mega Mutia

Nim : 17011164
Tugas : Psikologi Sekolah

ASSESMENT

(Sebagai Layanan Psikologi Sekolah)

Secara umum menurut skema okupulasi stratifikasi kompetensi psikolog sekolah


yang dikembangkan oleh komite skema sertifikasi LSP Psikologi Indonesia (LSP SPI) ,
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) (2018), menyatakan bahwa kompetensi inti dari
seorang Psikolog sekolah adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Asesmen Kesiapan Belajar


2. Melakukan Asesmen Kesulitan Belajar
A. Defenisi Asesment

Goodwin dan Goodwin ( kemedikbud, 2013) mengartikan asesmen atau pengukuran


sebagai suatu proses untuk menentukan (melalui observasi dan tes) trait atau perilaku
seseorang, karakteristik suatu program, dan selanjutnya memberikan penilaian terhadap
penentuan tersebut. Asesmen merupakan bagian program pendidikan anak, baik anak
yang berkembang secara normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus.

Dengan dilakukannya proses asesmen maka dapat diperoleh karakteristik tingkat


perkembangan atau performasi yang dimiliki anak. Hal ini juga bermanfaat dalam
merencanakan program untuk membantu anak mengatasi masalah perkembangan dan
belajar. Asesmen merupakan proses mendokumentasi keterampilan dan perkembangan
anak. Asesmen mengukur level perkembangan anak dan memberikan indikasi tahap
perkembangan anak selanjutnya. Asesmen bukanlah sekedar mengukur, mengurutkan
ranking, ataupun mengelompokkan anak dalam kategori tertentu.

Ada empat proses dalam asesmen yaitu sebagai berikut.

a. Menentukan kebutuhan anak dan menentukan tujuan asesmen.


b. Mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dengan metode yang tepat.
c. Memproses informasi yang bermanfaat untuk melakukan penilaian.
d. Membuat keputusan (judgment) profesional.
1
B. Tujuan Asesmen

Sumardi dan sunaryo (2006) menyatakan bahwa tujuan assesmen adalah sebagai berikut:

1) Memperoleh data yang relevan, akurat, dan objektif, akurat, komprehensif tentang
kondisi anak saat ini.
2) Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar
yang dihadapi anak, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan, dan daya
dukung lingkungan yang dibutuhkan oleh anak.
3) Menentukan layanan yang dibutuhkan oleh anak.

Asesmen digunakan untuk beragam tujuan antara lain sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan anak secara individual, yang


meliputi aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio emosional,dan sebagainya.
2) Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi penyebab
masalah belajar pada anak.
3) Untuk memberikan tempat dan program yang tepat untuk anak, dalam hal ini
untuk mengetahui apakah anak membutuhkan pelayanan khusus
4) Untuk membuat perencanaan program (curriculum planning)
Dalam hal ini, asesmen digunakan untuk menentukan kemajuan anak dalam
mencapai tujuan program. Selain itu asesmen juga bertujuan untuk memodifikasi
kurikulum, menentukan metodologi, dan memberikan umpan balik (feedback
5) Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak
6) Untuk kajian penelitian

Adapun secara spesifik, tujuan asesmen perkembangan adalah sebagai berikut.

1) Memberikan informasi perkembangan yang spesifik


2) Membantu guru menetapkan tujuan dan merencanakan program
3) Mendapatkan profil anak (guru dan orang tua)
4) Bermanfaat untuk diagnosa anak berkebutuhan khusus sehingga dapat dibuat
program pendidikan individual dan layanan untuk keluarga
5) Evaluasi keberhasilan program,dan lain- lain.

2
Sementara itu, tujuan asesmen untuk anak adalah untuk menentukan apakah
anak berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya ataukah mengalami
hambatan sehingga membutuhkan intervensi.
C. Manfaat Asesment

National Early Childhood Assessment Resource Group menjelaskan manfaat asesmen


yang harus digunakan secara tepat pada anak usia dini, yaitu sebagai berikut.

a) Mendukung belajar anak


b) Mengidentifikasi anak apakah berkembang secara normal atau memiliki kebutuhan
khusus
c) Mengevaluasi program dan memonitor kebutuhan anak
d) Sebagai wujud tanggung jawab

Selain itu, asesmen juga bermanfaat untuk menentukan sukses tidaknya program yang
diberikan

D. Prinsip Asesmen

Asesmen digunakan untuk kebutuhan anak. Adapun prinsip asesmen adalah sebagai
berikut.

1. Menggunakan informasi dan sumber yang beragam


2. Bermanfaat untuk perkembangan dan belajar anak
3. Melibatkan anak beserta keluarganya
4. Sesuai dan fair untuk anak
5. Otentik
Asesmen harus bermakna bagi anak dan merefleksikan cara anak menerapkan
pengetahuan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.
6. Memiliki tujuan yang spesifik dan bersifat reliabel, valid dan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai

E. Komponen Sistem Asesmen


Asesmen memiliki 3 komponen yang saling berkaitan. Komponen pertama adalah
mengumpulkan dan mencatat/merekam informasi tentang perkembangan danbelajar anak.
Sebagai contoh misalnyadengan mengumpulkan dan mencatat apa yang diketahui dan apa
yang dilakukan anak. Informasi ini dapat diperoleh dari pengamatan, komunikasi,

3
wawancara,portofolio, proyek, tes, checklist, hasil gambar/tulisan anak, foto,maupun
rekaman suara. Komponen kedua adalah menginterpretasi dan mengevaluasi semua
informasi yang diperoleh. Hal ini bermanfaat dalam membuat semacam keputusan atau
penilaian tentang perkembangan anak,misalnya apakah anak berada dalam tahap
berkembang, atau telah mencapai standar perkembangan tertentu.
Secara umum, ada 2 pendekatan dalam melihat asesmen, yaitu sebagai berikut.
1. Otentik Asesmen
Otentik asesmen disebut juga dengan asesmen kelas, asesmen alternatif, atau
asesmen berdasarkan performansi (performance-based assessment). Asesmen tipe ini
terjadi sepanjang kegiatan anak di kelas. Informasi diperoleh dari berbagai cara,
terutama dari observasi/pengamatan pendidik selama anak melakukan kegiatan yang
bermakna, dengan waktu yang berbeda-beda dan kegiatan yang berbeda pula.
2. Formal Asesmen
Komponen sistem asesmen terdiri dari (1) tes standar dan (2) strategi asesmen
informal.
a. Tes standar
Tes standar dirancang untuk mengukur karakteristik individual.
Pelaksanaan tes dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Ada
berbagai macam tujuan tes, di antaranya adalah untuk mengukur kemampuan,
prestasi, minat, dan karakteristik kepribadian. Hasil tes dapat digunakan untuk
merencanakan tugas selanjutnya, untuk mempelajari perbedaan antar individu dan
kelompok, serta untuk kegiatan bimbingan dan konseling.
Kemampuan adalah tingkat pengetahuan ataupun keterampilan anak dalam
bidang tertentu. Ada tiga macam tes kemampuan psikologis yaitu tes inteligensi
(Intelligence test), tes prestasi (achievement test) dan tes bakat (aptitude test). Tes
ini digunakan untuk mengukur kemampuan motorik, bahasa, sosial, dan kognitif
anak. Prestasi anak yang diukur, berkaitan dengan sejauh mana seorang anak
memahami informasi ataupun keterampilantertentu.
Ada berbagai macam tes standar untuk siswa atau anak yang merupakan
tes psikologis, yaitu sebagai berikut.
1) Tes untuk anak usia pra sekolah
a) Hannah/Gardner Presechool Language Test (usia 3-5,5 tahun; fokus
pada tugas perkembangan visual, auditory, motorik dan konsep)

4
b) Carolina Development Profile(usia 2-5 tahun, mengukur
perkembangan motorik perceptual, penalaran, dan bahasa)
c) IOWA Test of Preschool Development (usia 2-5 tahun, tes prestasi pra
sekolah, mengukur kesiapan bahasa, visual motor, memori, dan
konsep),
d) Minnesota Child Development Inventory, usia 1 sampai 6 tahun,
mengukur perkembangan anak pra sekolah; motorik halus,motorik
kasar, Bahasa ekspresif, Personal-sosial
e) Pre Kindergarten Scale (3-5 tahun, skala rating observer, mengukur
keterampilan kognitif,kontrol diri, kemandirian,dan hubungan sosial)
2) Tes untuk anak usia sekolah
a) Tes Intelegensi individual, beberapa di antaranya:
- Stanford –Binet Intelegence Scale.
- Wechster –Bellevue Intelegence Scale (WBIS)
- Wechster –Intelegence Scale For Children (WISC)
- Wechster –Ault Intelegence Scale (WAIS)
- Wechster Preschool an Prymary Scale of Intelegence (WPPSI)
b) Tes Intelegensi kelompok, beberapa di antaranya:
- Pintner Cunningham Prymary Test
- The California Test of Mental Makurity
- The Henmon –Nelson Test Mental Ability
- Otis –Lennon Mental Ability Test (h. 21)
- Progassive Matrices
c) Tes Bakat

Semula tes bakat digunakan untuk mengukur keterampilan,


kecakapan, atau kemampuan khusus yang dibutuhkan dalam suatu
kecakapan tertentu. Lebih spesifik lagi, skor tes bakat menyediakan
indeks asesmen keterampilan yang memprediksi atau mengindikasikan
performa seseorang atas suatu vokasional atau program pelatihan. Tes
bakat juga mengindikasi kekuatan dan kelemahan kognitif individu.
Contohnya, asesmen skolastik digunakan untuk memprediksi
keberhasilan program pendidikan. Skor tes bakat menyediakan indeks
kemampuan klerikal.

5
Tes bakat diperoleh sebagai baterai asesmen sejumlah bakat dan
keterampilan atau sebagai tes tunggal yang mengukur bakat khusus.
Kombinasi skor baterai memprediksi kriteria pendidikan atau pelatihan
tertentu sebaik kriteria performa atas vokasional tertentu yang
membutuhkan kombinasi skolastik. Meskipun tes bakat pada awalnya
menjadi dasar prediksi kesuksesan dalam suatu vokasional atau
program pelatihan, tetapi juga digunakan sebagai alat konseling untuk
eksplorasi karir. Contoh baterai tes bakat majemuk representatif yang
pernah dan sering digunakan di berbagai negara antara lain sebagai
berikut.

 The Differential Aptitude Test (DAT). Terdiri atas delapan subtes,


yaitu: verbal reasoning, numerical ability, abstract reasoning,
space relations, mechanical reasoning, clerical speed and
accuracy, spelling, dan language usage.
 The General Aptitude Test Baterai (GATB). Batterai
GATB merupakan komposisi atas delapan paper and pencil
test dan empat tes apparatus. Sembilan kemampuan diukur
oleh 12 tes, yaitu: intelligence, verbal, numerical, spatial,
form perception, clerical perception, motor coordination, finger
dexterity, dan manual dexterity.
 Flanagan Aptitude Classification Test (FACT). Tes FACT terdiri
atas 16 subtes, yaitu: inspection, coding, memory, precision,
assembly, scales, coordination, judgement/comprehension,
arithmetic, patterns, components, tables, mechanics, expression,
resoning, dan ingenuity.
 Army Services Vocational Aptitude Baterai (ASVAB). Tes
ASVAB terdiri atas 12 subtes, yaitu: general information,
numerical operations, attention to detail, work knowledge,
arithmetic reasoning, space perception, mathematics
knowledge, electronic information, mechanical
comprehension, general science, shop information, and
automotive information.

6
d) Tes Minat
Diantaranya Tes Strong Campbell Interest Inventory (SCII)
dikembangkan oleh E.K. Strong (1938) dan dimodifikasi oleh
D.P. Campbell (1974) dan Kuder Interest Inventories
dikembangkan oleh G.F. Kuder (1963). Pendekatan Holland (1973)
untukmengidentifikasi minat sekarang telah mendapat perhatian.

b. Strategi Asesmen Informal


Strategi asesmen informal mencakup berbagai cara seperti berikut
1) Observasi
Observasi adalah metode informal yang paling sering digunakan dalam
mengakseskemajuan perkembangan anak. Ada berbagai macam jenis
observasi, antara lain adalah observasi naturalistik (contoh: catatan anekdot
dan running record) dan observasi terstruktur (contoh: event sampling dan
time sampling)
2) Pengukuran yang dirancang guru.
3) Check list perkembangan
4) Skala rating
5) Rubrik.
6) Performansi dan asesmen
7) Portofolio
8) Asesmen berdasarkan teknologi

7
Daftar Rujukan

ISPPSI, (2018).skema okupulasi stratifikasi kompetensi psikolog . Retrieved from

https://lsppsi.co.id/wp-content/uploads/2019/05/07-Skema-Psikolog-sekolah-Ver-
1.0.pdf

KEMEDIKBUD. (2013). Asesmen dalam bimbingan dan konseling; Modul Pelatihan

Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru BK

KEMEDIKBUD. (2017). Asesmen dalam bimbingan dan konseling. Retrieved from


https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/

Sumardi ,Suryabrata. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Wortham, S.C. (2005). Assessment in early childhood education. 4th ed. New Jersey:

Pearson Prentice Hall

Anda mungkin juga menyukai