Anda di halaman 1dari 15

SILOGISME KATEGORIK

Diajukan Sebagai Tugas Makalah Pada Mata Kuliah Logika

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

ANDI ADIYAKSA BASUNI (2131013)

RISMAYANTI (2131019)

SEMESTER III KELAS PAI-A

DOSEN PENGAMPU :

Ahsan Taqwim, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD

(STAI DDI) MAROS)

i
2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Logika yang
Berjudul “SILOGISME KATEGORIK”. Sholawat beriring Salam semoga tetap
bercurah pada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya Serta para pengikutnya
yang selalu istiqomah menjalankan sunnah-sunnah beliau.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal, dengan bantuan dari
Beberapa sumber. Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
Masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh Karna itu, dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima
segala Saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
Maupun inspirasi terhadap pembaca.

Maros, 20 September 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Silogisme dan Silogisme Kategorik ......................................... 3


B. Apa Hukum-Hukum Silogisme Kategorik ................................................. 5
C. Absah dan benar ......................................................................................... 6
D. Bentuk-Bentuk Silogisme .......................................................................... 7
E. Silogisme bukan bentuk Baku .................................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 9
B. Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih
berpikir dengan jelas, tajam dan terang, hal itu supaya lebih tangkas dan
kreatif. Dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar
berpikir tertib, jelas, serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar
membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk melahirkan
silogisme. Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat
konsekuensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa bila di telaah
lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self-destructive.
Hidup bagi manusia berarti rangkaian keputusan yang tiada henti-
hentinya. Keputusan itu adakalanya dikatakan dalam bentuk bahasa,
adakalanya dinyatakan dalam bentuk tindakan dan adakalanya tinggal saja
dalam batin manusia. Adapun keputusan tersebut merupakan hasil dari
silogisme, yaitu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua macam
keputusan yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus
universal, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran
yang ada pada kedua keputusan yang terdahulu itu.
Agar silogisme menjadi jalan pikiran yang lurus sehingga mencapai
kebenaran, maka silogismeharus tunduk pada kebenaran ketentuan. Jika
silogisme telah mengikuti aturan-aturan ini maka ia akan menghasilkan
kebenaran logis atau kebenaran formal. Sedangkan kebenaranobjektif atau
kebenaran material akan tercapai jika premis-premisnya
telahdibuktikankebenarannya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Silogisme dan Silogisme Kategorik
2. Apa Hukum – hukum Silogisme Kategorik

1
3. Absah dan benar
4. Bentuk – bentuk Silogisme
5. Silogisme bukan bentuk Baku

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui arti Silogisme dan Silogisme Kategorik
2. Untuk mengetahui apa saja Hukum – hukum Silogisme Kategorik
3. Untuk mengetahui Absah dan Benar
4. Untuk mengetahui apa saja bentuk – bentuk Silogisme
5. Untuk mengetahui apakah Silogisme bukan bentuk Baku

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Silogisme dan Silogisme Kategorik


Sebuah silogisme berasal dari bahasa Yunani syllogismos yang
mempunyai arti “kesimpulan,” “inferensi” atau banding logis adalah jenis
argumen logis di mana satu proposisi (kesimpulan) yang disimpulkan dari dua
premis.Silogisme merupakan teknik penyimpulan secara tidak langsung
dengan menggunakan dua premis yang menjadi bentuk formal model berfikir
deduktif. Karena bersifat deduktif, kesimpulan tidak bersifat lebih umum
daripada premis-premisnya.Untuk itu, Aristetoles menyebutkan silogisme
sebgai satu argumen yang kesimpulannya diambil dari premis-premis yang
menyatakan masalah secara berbeda, namun tetap saling berhubungan. Tanpa
hubungan, maka kesimpulan tidak dapat tertarik.
Menurut Abu Hilal al-Anskari terkait dengan sillogisme atau istidlal
adalah mencari pengertian sesuatu dari segi lainnya.Sedangkan menurut
Aristoteles, adalah argument yang konklusinya diambil secara pasti dari
premis-premis yang menyatakan permasalahan berlainan.
Dilihat dari segi bentuknya, syllogisme adalah contoh yang paling tegas
dalam cara berpikir deduktif, yakni mengambil kesimpulan khusus dari
kesimpulan umum. Hanya saja dalam teori syllogisme, kesimpulan terdahulu
hanya terdiri dari dua keputusan saja, sedang salah satu keputusannya harus
universal: dan dalam dua keputusan tersebut harus ada unsur yang sama-sama
dipunyai oleh kedua keputusannya.Jadi tegasnya, yang dinamakan dengan
syllogisme adalah: “Suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam
keputusan (yang mengandung unsur yang sama, dan salah satunya harus
universal) suatu kesimpulan yang ketiga, yang kebenarannya sama dengan dua
keputusan yang mendahuluinya
Silogisme Kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan kategorik. Proposisinya yang mendukung silogisme disebut

3
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis
yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya
menjadi subjek).
Demi lakhirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus
merupakan proposisi universal. Sedangkan pangkalan khusus tidak berarti
bahwa proposisinya harus partikular atau singular, tetapi bisa juga proposisi
universal, tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya.
Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari
pangkalan umumnya, tetapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus
dari permasalahan umumnya. Dengan demikian satu pangkalan umum dan
satu pangkalan khusus dapat dihubungkan dengan berbagai cara, tetapi
habungan itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya agar kita dapat
mengambil konklusi yang valid.

Contoh;

1. Semua tanaman membutuhkan air (premis mayor)


M P
2. Akasia adalah tanaman (premis minor)
S M
3. Akasia membutuhkan air (konklusi)
S P

Keterangan :

S = subjek P = predikat M = middle term

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, silogisme kategorik adalah


pernyataan deklaratif yang dibuat berdasarkan tiga istilah yang masing-masing
disebutkan dua kali. Silogisme kategorik memiliki rumus:

a) Premis mayor: p = q
b) Premis minor: q = r
c) Kesimpulan: p = r

4
B. Hukum - hukum Silogisme Kategorik

Agar didapat kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan


patokan-patokan silogisme. Patokan-patokan itu adalah
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga,
seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan.
Sebagian makanan tidak menyehatkan
Sebagian makanan tidak halal
(kata “sebagian” menunjukan sifat particular)
2. Apabila satupremis negative, kesimpulan harus negative, seperti:
Semua mahasiswa terdidik
Sebagian manusia tidak terdidik
Sebagian manusia bukan mahasiswa
3. Dari duapremis yang sama sama particular tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa orang kaya adalah kikir
Beberapa pedagang adalah kaya
Beberapa pedagang adalah kikir
Kesimpulan yang diturunkandaripremis yang sama sama particular tidak
pernah menghasilkan kebenaran yang pasti.
4. Duapremis yang samasama negative tidak menghasilkan kesimpulana
papun, kesimpulan dapat diambil bila salah satu premisnya positif.
Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negative tidak sah. Contoh:
Kucing bukan ayam
Bebek bukan ayam
(tidak ada kesimpulan)
5. Salah satu term penengah harus tertebar (mencakup).
Diantaranyaproposisidalambentuk A=universal positif, E=Universal
negative, O=particular negative. Jikatidakmerupakansalahsatunya,
makakesimpulan yang dihasilkanadalahsalahseperticontoh:

5
Semuaikanberdarahdingin
Binatang ini berdarah dingin
Binatang ini adalah ikan
(bisa saja selain ikan, seperti; hewan melata)
6. Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten pada term predikat
yang ada pada premisnya. Cotoh:
Kerbau adalah binatang
Kambing bukan binatang
Kambing bukan binatang
(Binatang pada konklusi merupakan term negative, sedangkan pada
premis adalah term positive).
7. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun
premis minor. Jika tidak maka kesimpulan akan salahseperti, contoh:
Bulan itu bersinar di langit
Januaria adalah bulan
Januari adalah bulan (salah)
8. Silogisme harus terdiri dari 3 term, term subyek, term predikat dan term
middle.

C. Absah dan Benar


Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpulannya, penyimpulan
dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan hukum-hukumnya. Sedangkan
benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah proposisi
tersebut didukung atau sesuai dengan fakta atau tidak.
Konklusi silogisme hanya bernilai manakala diturunkan dari premis
yang benar dan prosedur yang valid. Konklusi yang meskipun benar tetapi
diturunkan melalui prosedur yang invalid dan psemis yang salah, maka hal
tersebut tidak bernilai, karena dalam silogisme kita tidak menghadirkan
kebenaran baru, tetapi kebenaran yang sudah terkandung pada premis-
premisnya.

6
D. Bentuk – bentuk Silogisme
Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium (term penengah = middle
term) dalam premis. Ada empat macam bentuk silogisme,
1) Figur kesatu:
Medium menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi predikat
pada premis minor. Ketentuan khusus pada bentuk-bentuk dalam figure ini
adalah:
1. Premis mayor harus universal.
2. Premis minor harus afirmatif.
2) Figur kedua:
Medium menjadi predikat pada premis mayor dan premis minor.
Ketentuan khusus bagi bentuk-bentuk dalam figure ini adalah:
1. Premis mayor harus universal.
2. Premis minor kualitasnya harus berbeda dengan premis mayornya.
Contoh:
Semua yang dilarang Tuhan mengandung bahaya
Mencuri adalah dilarang Tuhan, jadi
Mencuri adalah mengandung bahaya
3) Figur ketiga:
Medium menjadi subyek pada premis mayor dan premis minor.
Peraturan khususnya adalah:
1. Premis minor harus afirmatif.
2. Konklusi harus particular.
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air
Tidak satu pun benda mati membutuhkan air, jadi
Tidak satu pun benda mati adalah tumbuhan
4) Figur keempat:
Medium menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi subyek
pada premis minor. Peraturan khususnya adalah:

7
1. Bila premis mayor afirmatif, maka minor harus universal.
2. Apabila premis minor negatif, maka premis mayor harus universal.
Contoh:
Semua pendidik adalah manusia
Semua manusia akan mati, jadi
Sebagian yang akan mati adalah pendidik

E. Silogisme bukan bentuk baku


Bentuk silogisme standar terdiri dari tiga proposisi, tiga term, dan
konklusinya selalu disebut sesudah premis-premisnya. Akan tetapi, bentuk ini
dalam pembicaraan sehari-hari jarang digunakan. Kelainan dari bentuk standar
dapat terjadi karena:
1. Tidak menentunya letak konklusinya
2. Seolah-olah terdiri lebih dari tiga term
3. Hanya terdapat dua premis tanpa konklusi atau hanya terdapat satu premis
dan satu konklusi
4. Proposisinya lebih dari tiga

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bahwa silogisme kategorik,
memiliki berbagai patokan-patokan hukum sebagai pembatas dalam
menyimpulkan premis-premis yang ada dalam silogisme tersebut. Apabila
dalam penyusunan silogisme hal-hal tersebut dilanggar, maka akan terjadi
kerancuan dalam bentuk silogisme tersebut yang akhirnya tidak akan
ditemukan keterkaitan antara kesimpulan dan premis-premisnya.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah diatas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikian susunan makalah itu
dengan menggunkan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/skola/read/2022/06/02/111137969/silogisme-kategoris-
pengertian-dan-contohnya

http://lukmanhakim91.blogspot.com/2015/05/silogisme-kategorik.html?m=1

https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/04/115916169/silogisme-kategorik-
silogisme-hipotetik-dan-silogisme-alternatif

http://kallolougi.blogspot.com/2010/07/silogisme-silogisme-kategorik.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Silogisme

iv

Anda mungkin juga menyukai