Anda di halaman 1dari 4

1.

Prinsip yang berdasarkan konotasi term dalam silogisme ada tiga prinsip, yang ketiga prinsip tersebut
salah satu proposisi yang diperbidangkannya berbentuk ekuivalen, yakni universal afirmatif ekuivalen.
Tiga prinsip ini merupakan perluasan dari prinsip persamaan, menyatakan bahwa dua hal adalah sama
jika kedua-duanya sama dengan hal ketiga, dan prinsip perbedaan, menyatakan bahwa dua hal itu
berbeda yang satu dengan yang lain, jika yang satu sama dengan hal ketiga sedang yang lain tidak sama.
Prinsip ini kemudia dalam himpunan berkembang menjadi tiga prinsip, sebagai berikut.

a. Hukum Pertama : Dua hal yang sama, apabila yang satu diketahui sama dengan hal ketiga maka yang
lain pun pasti sama.

Penjelasan :

Dua hal yang sama ini dimisalkan term "manusia" dan term "berakal budi", yang keduanya
beranggotakan sama, dalam arti semua manusia berakal budi.

salah satu di antara term ini, yaitu "berakal budi" sama anggotanya dengan term "berbudaya" sehingga
dapat dinyatakan : semua yang berakal budi berbudaya.

Dari perbandingan dua proposisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa "manusia" beranggotakan
sama dengan "berbudaya", dalam arti : semua manusia berbudaya.

Hukum pertama penyimpulan atas dasar konotasi term dalam silogisme ini, contoh dan rumusan
simbolik adalah sebagai berikut.

Semua manusia berakal budi, dan semua yang berakal budi berbudaya maka semua manusia berbudaya.

Rumusan simbolik dan diagram :

((A=B)^(B=C))(A=C)

b. Hukum Kedua : Dua hal yang sama, apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga maka
sebagian yang lain pun termasuk di dalamnya.

Penjelasan :

Dua hal yang sama misal term "rakyat Indonesia" yang beranggotakan sama dengan term "warga negara
Indonesia", dinyatakan : rakyat Indonesia adalah yang menjadi warga negara Indonesia.

Dari dua term tersebut apabila sebagian anggota yang satu, misal sebgaian anggota term "warga negara
Indonesia" termasuk dalam hal ketiga, yaitu term "keturunan asing" dalam arti : sebagian warga negara
Indonesia adalah keturunan asing.

Dari perbandingan dua proposisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa sebagian anggota yang
lain, yaitu "rakyat Indonesia" juga termasuk dalam "keturunan asing" sehingga dapat dinyatakan :
sebagian rakyat Indonesia adalah keturunan asing.
Hukum pemyimpulan atas dasar konotasi term dalam silogisme yang kedua ini, contoh dan rumusannya
adalah sebagai berikut.

Rumusan simbolik dan diagram :

((A=B)^(BnC))(AnC)

c. Hukum Ketiga : Antara dua hal, apabila yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ketiga maka
dua hal itu berbeda.

Penjelasan :

Dua hal dimisalkan hal pertama term "yang berbudaya", sedang hal kedua term "keturunan kera".
Apabila yang satu sama dengan hal ketiga, term "manusia", dalam arti : semua yang berbudaya adalah
manusia.

Term yang lain yaitu "keturunan kera" tidak ada satu pun anggotanya sama dengan term"manusia"
sehingga dapat dinyatakan : semua manusia bukan keturunan kera.

Dari perbandingan dua proposisi ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hal pertama, yaitu "yang
berbudaya" tidak satu pun anggotanya yang sama dengan hal kedua "keturunan kera", sehingga
dinyatakan : semua yang berbudaya bukanlah keturunan kera.

Hukum penyimpulan atas dasar konotasi term dalam silogisme yang ketiga ini, contoh dan rumusanna
adalah sebagai berikut.

Semua yang berbudaya adalah manusia, dan semua manusia bukan keturunan kera maka semua yang
berbudaya bukanlah keturunan kera.

Rumusan simbolik dan diagram :

((A=B)^(BC))➡️(A🚫C)

2. Suatu saat orang menyusun jalan pikirannya itu berkait-kaitan lebih dari dua premis dan hanya satu
kesimpulan yang merupakan suatu silogisme. Penyusunan jalan pikiran yang demikian ini disebut
dengan sorites, dan secara jelas didefinisikan :

"Sorites adalah suatu bentuk silogisme yang premisnya berkait-kaitan lebih dari dua proposisi sehingga
kesimpulannya berbentuk hubungan salah satu term proposisi pertama dengan dalah satu term
proposisi terakhir yang keduanya bukan term pembanding".

Sorites pada dasarnya dibedakan atas 2 macam, yaitu sorites progresif yang sering disebut dengan
sorites Aristoteles dan sorites regresif yang sering disebut dengan sorites Goklenius.

a. Sorites progresif, yaitu suatu perbincangan mengarah maju dari term yang tersempit sampai pada
yang terluas, kesimpulannya adalah hubungan antara subjek dari premis pertama dengan predikat dari
premis terakhir. Sorites progresif, bentuk paling sederhana sekali adalah sorites yang sama bentuk
proposisinya, baik universal afirmatif ekuivalen maupun dalam bentuk universal afirmatif implikasi, yang
dirumuskan :

Semua A adalah B, semua B adalah C, semua C adalah D, semua D adalah E,..... , semua Y adalah Z maka
semua A adalah Z.

b. Sorites regresif, yaitu suatu perbincangan mengarah balik dari term yang terluas menuju yang
tersempit, sedsng kesimpulannya merupakan hubungan antara subjek dari premis terakhir dengan
predikat dari premis pertama. Sorites regresif ini sebagaimana progresif, bentuk yang paling sederhana
sekali dapat dirumuskan :

Semua A adalah B, semua C adalah A, semua D adalah C, semua E adalah D, ......, semua Z adalab Y maka
semua Z adalah B.

Suatu silogisme jika salah satu atau kedua premisnya berupa entimena yang terdiri atas kesimpulan
disertai dengan salah satu premis maka silogisme itu disebut epikirema. Jika didefinisikan secara jelas
adalah sebagai berikut

"Epikirema adalah suatu bentuk silogisme yang salah satu atau kedua premisnya disertai dengan
alasan".

Contoh silogisme berbentuk epikirema ini banyak dijumpai dalam buku-buku maupun percakapan
sehari-hari. Adapun premis-premisnya yang berbentuk entimema itu sering dinyatakan kesimpulannya
terlebih dahulu daripada premisnya atau mendahulukan akibat dari sebab. Penulisannya secara simbolik
tetap premis terlebih dahulu tidak dapat dibalik karena dalam rangkaian sebagai premis epikirema,
hanya cara membacanya yang boleh dibalim dan boleh juga tetap.

3. A. Silogisme Pre-Sub suatu bentuk silogisme yang term pembandinganya dalam premis pertama
sebagai predikat dan dalam premis kedua sebagai subjek :

((P=M)^(M=S))(S=P)

Hukum dasar penyimpulan yang diterapkan pada pola silogisme Pre-Sub sehingga polanya :

((A=B)^(B=C))(A=C)

Contoh pola silogisme Pre-Sub :

Hukum 1 : Semua manusia berakal budi dan semua yang berakal budi berbudaya maka semua manusia
berbudaya.

((A=B)^(B=C))(A=C)

Hukum 2 : Semua rakyat Indonesia adalah warga negara Indonesia dan sebagaian warga negara
Indonesia adalah keturunan asing maka sebagian rakyat Indonesia adalah keturunan asing.

((A=B)^(BnC))(AnC)
Hukum 3 : Semua manusia adalah berbudaya dan semua yang berbudaya bukan keturunan kera maka
semua manusia bukan keturunan kera.

((A=B)^(BC))➡️(A🚫C)

Hukum 4 : Semua warga PKS adalah rakyat Indonesia dan semua rakayat Indonesia sama kedudukannya
dalam hukum Indonesia maka semua warga PKS kedudukan sama dalam hukum Indonesia.

((AB)^(B=C))(AC)

Hukum 5 : Sebagian makhluk adalah manusia dan semua manusia berbudaya maka sebagia makhkuk
adalah berbudaya.

((AB)^(B=C))(AC)

Hukum 6 : Semua warga PDI adslah rakyat Indonesia dan semua rakyat Indonesia berketuhanan Yang
Maha Esa maka semua warga PDI berketuhanan Yang Maha Esa.

((AB)^(BC))(AC)

Hukum 7 : Semua warga PDI adalah rakyat Indonesia dsn semua rakyat Indonesia tidak beraliran
komunis maka semua warga PDI tidak beraliran komunis.

((AB)^(BC))➡️(A🚫C)

3.B. 1) A=C

2) A🚫C

3) AC

4) A🚫C

Anda mungkin juga menyukai