Anda di halaman 1dari 27

PENALARAN

PENGERTIAN PENALARAN
 PENALARAN MERUPAKAN SUATU PROSES BERFIKIR MANUSIA
UNTUK MENGHUBUNG-HUBUNGKAN DATA ATAU FAKTA
YANG ADA SEHINGGA SAMPAI PADA SUATU KESIMPULAN.
 DATA YANG DIGUNAKAN DALAM PENALARAN UNTUK
MENCAPAI SUATU SIMPULAN HARUS BERBENTUK KALIMAT
PERNYATAAN.
 PROPOSISI MERUPAKAN PERNYATAAN YANG LENGKAP DALAM
BENTUK SUBJEK-PREDIKAT ATAU TERM - TERM YANG
MEMBENTUK KALIMAT.
 TERM MERUPAKAN KATA ATAU KELOMPOK KATA YANG DAPAT
DIJADIKAN SUBJEK ATAU PREDIKAT DALAM SEBUAH KALIMAT
PROPOSISI.
Contoh : Bumi adalah planet
Bumi adalah Term
Planet adalah Term
 SEORANG AHLI LOGIKA BANGSA SWIS, EULER
MENGEMUKAKAN KONSEPNYA DENGAN EMPAT
JENIS PROPOSISI DENGAN LIMA MACAM POSISI
LINGKARAN.
KEEMPAT PROPOSISI ITU ADALAH SBB:
1. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama
dengan perangkat yang terdapat dalam predikat .
Semua S adalah semua P
S=P
Semua sehat adalah semua tidak sakit

2. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek


menjadi bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P
SS P
Semua kera adalah binatang
Suatu perangkat predikat merupakan bagian dari
perangkat subjek.
Sebagian S adalah P
S P
Sebagian binatang adalah kera

3. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada


di luar perangkat predikat .
Antara subjek dan predikat tidak terdapat relasi
Tidak satu pun S adalah P
Tidak seekor kera pun adalah manusia

S P
4. Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek
berada di luar perangkat predikat .
Sebagian S tidaklah P
Sebagian rumah tidaklah mewah

S P
JENIS – JENIS PROPOSISI
1. BERDASARKAN SIFATNYA
 Proposisi Kategorial :
Hubungan antara subjek dan predikat terjadi tanpa
syarat.
Contoh : Sebagian binatang tidak menyusui
Semua tamu berpakaian rapi
 Proposisi Kondisional :
Hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan
syarat tertentu.
Proposisi Kondisional terdiri atas dua bagian yaitu
bagian sebab (anteseden) dan bagian akibat
(konsekuen).
Anteseden harus selalu mendahului konsekuen, kalau
urutannya dibalik , kalimat itu bukan proposisi.

Contoh :
Jika hari tidak hujan , saya akan datang
(Proposisi kondisional hipotesis)

Amir Hamzah adalah seorang sastrawan atau pahlawan


(Proposisi kondisional disjungtif)
2. BERDASARKAN BENTUKNYA
 Proposisi Tunggal :
Mengandung satu pernyataan.
Contoh : Semua orang harus berusaha
 Proposisi Majemuk :
Mengandung lebih dari satu pernyataan.
Contoh : Semua orang harus berusaha dan berdo’a.
Proposisi majemuk ini terdiri atas dua proposisi, yaitu :
Semua orang harus berusaha
Semua orang harus berdo’a
3. BERDASARKAN KUALITASNYA
 Proposisi Positif (afirmatif) :
Memberatkan adanya persesuaian hubungan antara subjek dan
predikat .
Contoh : Semua anak adalah titipan Tuhan
 Proposisi Negatif :
Antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh : Semua hewan bukanlah manusia.
Dalam proposisi kondisional hipotesis, pokok persoalan terletak pada
unsur konsekuensinya. Kalau konsekuensinya positif, proposisi itu
juga positif (afirmatif). Unsur anteseden tidak memberi
pengaruh pada kualitas proposisi.
Contoh :
Jika hari hujan, saya tidak akan datang. (negatif)
Jika hari tidak hujan, saya akan datang. (positif, afirmatif)
4. BERDASARKAN KUANTITASNYA
 Proposisi Universal (umum) :
Predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh
subjeknya.
Contoh : Semua harimau bukanlah singa
Tidak seekor harimau pun adalah adalah singa
Universal afirmatif : semua, setiap, tiap, masing-masing, apa pun
Universal negatif : tidak satu pun, ia seorang pun

 Proposisi Khusus :
Predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian
subjeknya.
Contoh : Tidak semua bunga berbau harum.
Sebagian mahasiswa berasal dari Pati
Kata – kata yang dapat membantu menciptakan proposisi khusus ialah
sebagian, sebahagian, beberapa, banyak, sering, kadang-kadang..
BENTUK-BENTUK PROPOSISI

Berdasarkan dua jenis proposisi, yaitu berdasarkan


kualitas (positif dan negatif) dan berdasarkan kuantitas
(umum dan khusus) ditemukan 4 macam proposisi :
1. Proposisi Umum – Positif disebut proposisi A :
Predikatnya membenarkan keseluruhan subjek.
Contoh :
Semua dokter adalah orang pintar
Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen
2. Proposisi Umum – Negatif disebut proposisi E :
Predikatnya mengingkari keseluruhan subjek.
Contoh :
Tidak seorang dokter pun lulusan SMU.
3. Proposisi Khusus – Positif disebut proposisi I :
Predikatnya membenarkan sebagian subjek.
Contoh :
Sebagian masyarakat bersifat sosial.
Sebagian rumah sakit dikelola pemerintah.
4. Proposisi Khusus – Negatif disebut proposisi O :
Predikatnya mengingkari sebagian subjek.
Contoh :
Sebagian rumah sakit tidak dikelola pemerintah.
Sebagian mahasiswa tidak belajar sungguh-sungguh.
PENALARAN DEDUKTIF
 Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan
yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum.
 Proposisi tempat menarik simpulan disebut premis.
 Penarikan simpulan secara deduktif dapat dilakukan dengan :
1. MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG :
Ditarik dari satu premis.
Misalnya :
a. Semua S adalah predikat. (Premis)
Sebagian P adalah S. (Simpulan)
Contoh : Semua kerbau adalah mamalia
Sebagian mamalia adalah kerbau.
b. Tidak satu pun S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun P adalah S. (Simpulan)
Contoh : Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk.
c. Semua S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (Simpulan)
Contoh : Semua dokter adalah orang pintar.
Tidak satu pun dokter adalah orang tidak pintar.
d. Tidak satu pun S adalah P. (Premis)
Semua S adalah tak P. (Simpulan)
Contoh : Tidak seekor pun ayam adalah angsa.
Semua ayam adalah bukan angsa.
e. Semua S adalah P. (Premis)
Tidak satu pun S adalah tak -P. (Simpulan)
Tidak satu pun tak- P adalah S. (Simpulan)
Contoh : Semua gajah adalah berbelalai
Tidak satu pun gajah adalah tak berbelalai.
Tidak satu pun yang tak berbelalai adalah gajah
2. MENARIK SIMPULAN SECARA TIDAK LANGSUNG :
Memerlukan dua premis sebagai data, premis pertama adalah bersifat umum
dan premis yang kedua adalah bersifat khusus.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung :
a. Silogisme Kategorial
 Terjadi dari tiga proposisi, dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi
merupakan simpulan.
 Premis yang bersifat umum disebut premis mayor, dan premis yang bersifat
khusus disebut premis minor.
 Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat, subjek disebut term minor dan
predikat disebut term mayor.
Contoh :
Semua cendekia adalah manusia pemikir. (Premis Mayor)
Semua ahli filsafat adalah cendekia. (Premis Minor)
Semua ahli filsafat adalah manusia pemikir.
 Untuk memperoleh simpulan harus ada term penengah. Term penengah hanya
terdapat dalam premis tidak terdapat dalam simpulan.
ATURAN UMUM SILOGISME KATEGORIAL
 Silogisme harus terdiri dari tiga term , yaitu term mayor,
term minor dan term penengah.
 Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor,
premis minor, dan simpulan.
 Dua premis yang negatif tidak menghasilkan simpulan.
 Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
 Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang
positif.
 Dari dua premis khusus tidak bisa diambil simpulan.
 Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat
khusus.
 Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang
negatif tidak dapat ditarik simpulan.
b. Silogisme Hipotesis
 Terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
 Kalau premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak
anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi besi memuai.
c. Silogisme Alternatif
 Premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya
membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Contoh :
Dia adalah seorang dokter atau sastrawan.
Dia seorang dokter.
Jadi, dia bukan seorang sastrawan.
d. Entimen
 Bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor, karena
premis mayor sudah diketahui secara umum, yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Semua dokter adalah orang pintar.
Roni adalah seorang dokter.
Jadi, Roni adalah orang pintar.

Entimen :
Roni adalah orang pintar karena dia adalah seorang dokter.
 Silogisme dapat dijadikan entimen, sebaliknya entimen dapat
dijadikan silogisme.
PENALARAN INDUKSI
 Merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan
yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
 Simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pernyataan (premis).

BEBERAPA BENTUK PENALARAN INDUKTIF ADALAH SBB:

1. GENERALISASI :
 Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk mendapat simpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Jika dipanaskan besi memuai
Jika dipanaskan tembaga memuai
Jika dipanaskan emas memuai
Jadi, jika dipanaskan logam memuai
 Suatu generalisasi mencakup ciri-ciri umum yang menonjol bukan
rincian.

Sahih atau tidak sahihnya simpulan dari generalisasi dapat dilihat


dari hal-hal berikut :
a. Data itu harus memadai jumlahnya
Artinya, gejala-gejala khusus / sampel yang diamati sebagai dasar penarikan
kesimpulan mencukupi jumlahnya, makin banyak data yang dipaparkan makin
sahih simpulan yang diperoleh.
b. Cukup Mewakili
Artinya, sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi atau
sampelnya mewakili populasi, dari data yang sama akan menghasilkan
simpulan yang sahih.
c. Kekecualian
Jika kesimpulan umum terlalu banyakkekecualian, maka tidak dapat diambil
generalisasi, karena data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan
data. Dalam hal ini, hindari kata-kata setiap, semua; gunakan kata cenderung,
pada umumnya, rata-rata, dsb.
2. ANALOGI :
 Cara penarikan penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama.
 Yang perlu diperhatikan dalam analogi adalah persamaan yang
dipakai dasar kesimpulan benar-benar memiliki kesamaan dan ciri
essensial yang penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan
yang dikemukakan.

Ada dua macam analogi :

a. ANALOGI INDUKTIF :
Proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu
gejala khusus berdasarkan gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat
/ ciri-ciri essensial penting yang bersamaan.
 Contoh :
Kesimpulan beberapa ilmuwan menyatakan bahwa anak kera dapat
diberi makan seperti anak manusia berdasarkan kesamaan yang
terdapat pada sistem pencernaan anak kera dan anak manusia.

Kesimpulan ini sah, karena dasar kesimpulan (sistem pencernaan)


merupakan ciri essensial yang berhubungan dengan kesimpulan (cara
memberi makan).
 Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru
berdasarkan persamaan ciri utama dengan objek yang sudah dikenal.
 Menghasilkan simpulan induktif yang khusus, seperti : pengetahuan
baru, tindakan baru atau pengetahuan baru berdasarkan ciri dasar atas
objek lama terhadap fakta baru.
 Rata-rata yang sering digunakan : maka, dengan demikian, dengan
begitu.
b. ANALOGI DEKLARATIF:
 Teknik menjelaskan dalam tulisan dengan mendahulukan hal yang
diketahui sebelum memperkenalkan hal yang baru.
 Tidak menghasilkan simpulan.
 Tidak memberikan pengetahuan baru.
 Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif, ialah : bagaikan,
laksana, seperti, bagai.
 Se ....... (kata keadaan, misalnya seindah.

Contoh :
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu
dibangun oleh batu-batu, tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu
ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu itu rumah.
3. HUBUNGAN KAUSAL :
 Penalaran diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
 Terdapat tiga pola hubungan kausal :
a. SEBAB - AKIBAT:
 Dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui,
untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
 Sebab – akibat berpola A menyebabkan B, hubungan ini dapat pula
berpol A menyebabkan B, C, D, dan seerusnya.

Contoh :
Angin hujan lemparan mangga jatuh
(A) (B) (C) (E)
Angin hujan mangga tidak jatuh
(A) (B) (E)
Oleh karena itu, lemparan anak menyebabkan mangga jatuh
(C) (E)
 Metode agreement berfungsi sebagai berikut : jika dua kasus atau lebih
dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang dapat
mengakibatkan sesuatu kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab
sesuatu tersebut.

Contoh :
Teh, gula, garam menyebabkan kedatangan semut
(P) (Q) (R) (Y)

Gula, lada, bawang menyebabkan kedatangan semut


(Q) (S) (T) (Y)

Jadi , gula menyebabkan kedatangan semut


(Q) (Y)
b. AKIBAT – SEBAB :
 Dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan apa
yang menjadi penyebabnya.
 Bersifat expost facto (hal yang sudah terjadi).
 Dalam penalaran jenis akibat – sebab, peristiwa sebab merupakan
simpulan.

Contoh :
Anda pergi ke dokter dengan keluhan sakit kepala.
Gejala sakit kepala ini akibat dari sesuatu. Pekerjaan dokter akan
menemukan penyebab dan memberikan pengobatan yang tepat.
c. AKIBAT – AKIBAT :
 Berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa
memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
Contoh :
Ketika pulang kulih, Anda melihat jalan-jalan basah dan becek.
Anda segera menarik kesimpulan bahwa pakaian Anda yang dijemur di luar
tentu basah.
Dalam kasus itu penyebab tidak ditampilkan, yaitu hari hujan.
Hujan menyebabkan tanah becek
(A) (B)
Hujan menyebabkan kain jemuran basah
(A) (C)
Dalam penalaran Akibat – Akibat, peristiwa B merupakan data, peristiwa C
merupakan simpulan.
Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah
(B) (C)

Anda mungkin juga menyukai