Anda di halaman 1dari 37

PENALARAN DALAM

MENULIS
KELOMPOK 2
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

1. N A D H E A K H A R I S M A ( A 1 C 0 1 9 0 1 2 )
2. S H I N T A B E L L A M A R G A R E T T A ( A 1 C 0 1 9 0 1 6 )
3. I N D A H R A H M A W A T Y ( A 1 C 0 1 9 0 1 8 )
4. T I L Z A L E V I A ( A 1 C 0 1 9 0 2 0 )
5. S O N I A F U T T I A M E L D Y ( A 1 C 0 1 9 0 2 2 )
A.  PENGANTAR

Kegiatan menulis yang produknya berupa tulisan


(karangan) harus rasional atau mudah dipahami akal
sehat pembaca. Berdasarkan alur penalarannya, setiap
paragraf dapat dikembangkan dalam pola urutan
penalaran umum-khusus (deduktif) dan penalaran
khusus-umum (induktif).
B. KONSEP DASAR PENALARAN

Bernalar pada dasarnya adalah kegiatan berpikir. Pada


waktu berpikir dapat terjadi dalam dua bentuk, yakni:
(1) timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang
tidak hadir secara nyata.
(2) gambaran yang muncul dikendalikan oleh kesadaran
dan pikirannya (proses rasionalisasi).
Ide-ide disusun dalam urutan yang saling berhubungan
untuk sampai pada suatu kesimpulan berupa
pengetahuan. Kegiatan berpikir yang kedua ini disebut
kegiatan bernalar atau penalaran.
Plato dan Aristoteles (dalam Poespoprodjo dan
Gilarso, 1985) memberi defini, bahwa berpikir adalah
berbicara dengan diri sendiri di dalam batin.
Meskipun demikian, berpikir bukan melamun
melainkan suatu proses yanh dilakukan melalui
serangkaian kegiatan, mencakup mempertimbangkan,
merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu,
menunjukkan alasan, menarik kesimpulan, meneliti
suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal
berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa
sesuatu terjadi, dan membahasakan suatu realitas.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa
penalaran (reasoning) disebut juga bernalar bermakna
sama dengan logika, yakni proses berpikir sistematis
untuk pengambilan kesimpulan (conclusion, inference)
berupa pengetahuan dari barang bukti proposisi.
Dalam menulis, proses pengambilan kesimpulan dapat
dilakukan dengan mendasarkan pada sejumlah
proporsisi yang benar hingga menghasilkan proporsisi
baru. Proposisi proposisi itu dalam tulisan bernalar
dinyatakan dalam bentuk premis-premis atau kalimat-
kalimat yang berciri khusus-umum atau umum-khusus.
1. Proposisi

Proposisi merupakan pernyataan tentang hubungan antara


fakta-fakta yang dinyatakan dalam subjek dan predikat.
Proposisi yang dimaksudkan sebagai bahan bukti dalam
penalaran merupakan pernyataan tentang hubungan yang
terdapat antrara subjek dan predikat atau pernyataan yang
lengkap dalam bentuk subjek-predikat (Hasjim dan Amran
Tasal, 1992). Ciri utama proposisi, bahwa terhadap pernyataan
itu dapat diajukan pertanyaan “benar atau salahkah isi
pernyataan itu? Ciri lainnya, bahwa proposisi hanya terdapat
dalam bentuk kalimat deklaratif atau kalimat yang netral.
Bentuk proposisi yang tertuang dalam kalimat pernyataan
atau kalimat berita dapat dinilai “benar atau salah”. Misalnya
kalimat “ibu memasak” merupakan proposisi. Kalimat ini
terdiri dari subjek “ibu” dan predikat “memasak”.
2. Term

Term merupakan unsur dari proposisi, berupa kata


atau kelompok kata yang dapat difungsikan sebagai
subjek dan predikat dalam proposisi. Dengan kata
lain, term merupakan kata yang berfungsi sebagai
lambang pengertjan. Term dapat berbentuk tunggal
seperti gunung, manusia, boneka (masing-masing
mengandung satu pengertian, satu kata) dan dapat
berbentuk majemuk, seperti kereta api, lapangan
sepak bola (masing-masing sebagai satu pengertian
dan satu kata).
3. argumen

Argumen merupakan lambang penalaran yang berbentuk


bahasa atau bentuk lainnya. Bukti adalah argumen yang
berhasil menentukan konklusi dari premia. Secara berurutan
dapat dikemukakan bahwa kata merupakan lambang
pengertian, kalimat merupakan lambang proposisi, dan
argumen merupakan lambang penalaran.
Suatu jalan pikiran yang sesuai dengan pedoman-
pedoman di atas dalam logika disebut logis. Penalaran
sangat penting dalam teks tertulis, sebab tanpa itu pembaca
akan mengalami kesulitan dalam memahaminya. Tulisan
yang bernalar lebih bernilai ilmiah daripada tulisan yang
lain. Sebab tulisan tersebut mengungkapkan gagasan secara
runtut dan rasional dalam bidang ilmu tertentu.
4. Menulis Sebagai Proses Penalaran

Menulis merupakan proses penalaran atau berpikir


tentang suatu topik yang akan ditulis. Berpikir atau
bernalar dalam tulisan merupakan kegiatan mental
yang dilakukan secara sadar, tersusun rumit, dan
saling berhubungan antarkalimat pembentuknya
untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Bernalar atau
berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yakni berpikir
ilmiah dan berpikir tidak ilmiah.
C. JENIS PENALARAN ILMIAH

1. Penalaran Induktif
-> proses penalaran untuk menarik kesimpulan
(khusus-umum)
2. Penalaran Deduktif
-> proses penalaran untuk menarik kesimpulan
(umum-khusus).
1. Penalaran Induktif

A. Generalisasi
-> proses penalaran yang didasarkan pada
pengamatan sejumlah gejala dengan sifat tertentu
untuk memperoleh simpulan yang bersifat umum.
contoh :
Sapi, jika dipotong enak dagingnya
Kambing, jika dipotong enak dagingnya
Kerbau, jika dipotong enak dagingnya
Jadi, binatang berkaki empat, jika dipotong enak
dagingnya.
1. Penalaran Induktif

B. Analogi
-> proses penalaran dengan membandingkan 2 hal
yang sama.
Contoh :
Adi lulusan SMA taruna
Ia dapat jadi tentara secara baik
Budi lulusan SMA taruna
Oleh karena itu, Budi dapat jadi tentara secara baik.
1. Penalaran Induksi

C. Hubungan Kausal


-> proses penalaran yang didasarkan pada gejala-
gejala yang saling berhubungan. Dapat berpola
sebab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
Contoh :
Ia banyak minum es krim lalu sakit. (Bentuk sebab-
akibat).
2. Penalaran Deduktif

A. Silogisme
-> merupakan bentuk penalaran formal. Dalam
silogisme terdapat tiga pernyataan yang terjadi dari
tiga proposisi, dua sebagai premis (mayor dan
minor), satu sebagai simpulan.
Jenis silogisme : 1. SILOGISME
KATEGORIAL

2. SILOGISME HIPOTESIS/
KONDISIONAL

3. SILOGISME
ALTERNATIF
1. SILOGISME KATEGORIAL

Silogisme Kategorial adalah silogisme yang terjadi


dari 3 proposisi (premis mayor,premis minor, dan
kesimpulan).
Premis mayor bersifat umum, premis minor bersifat
khusus, dan simpulan merupakan paduan term
minor (subjek) dan term mayor (predikat).

PM • Subjek mayor = predikat mayor

Pm • Subjek minor= predikat minor

S • Subjek minor = predikat mayor


CONTOH

PM = Semua wali murid harus membayar BP3


Pm = Pak Obet adalah wali murid
S = Jadi, Pak Obet harus membayar BP3
2. SILOGISME HIPOTESIS/KONDISIONAL

Silogisme yang terdiri atas premis yang berproposisi


kondisonal-hipotesis.
Premis mayor terdiri atas antiseden (hal syarat) dan
konsekuen (hal akibat). Pada premis minor
membenarkan antiseden, sedangkan simpulan
membenarkan konsekuen.

PM
• Antiseden, Konsekue
• Kalau A maka B

Pm • Nah A

S • Jadi B
Silogisme Alternatif
 Silogisme alternatif adalah Polanya:
silogisme yang terdiri atas PM ->Jika A=B/C
premis mayor yang berupa
proposisi alternatif. Polanya, Pm ->A=B
yakni apabila premis minor S ->Jadi, A bukan C
membenarkan salah satu Atau
alternatif maka simpulan
menolak alternatif lainnya, PM ->Jika A=B/C
sebaliknya jika premis minor Pm ->A bukan B
menolak salah satu S ->Jadi, A=C
alternatif, maka
simpulannya membenarkan
alternatif lainnya.
Contoh silogisme alternatif

Dia seorang guru yang cantik atau artis


Dia seorang guru yang cantik
Jadi, dia bukan artis
Entimen
Entimen adalah silogisme yang ContohEntimen yang
tidak mempunyai premis mayor dibentuk menjadi silogisme.
karena premis mayornya sudah
Pola entimen -> (E) ->
diketahui secara umum.
Akhadiah, dkk (1993) (Sm=PM sebab rasio
menegaskan bahwa untuk umum SM/PM).
mengubah entimen menjadi Keterangan lambang:
silogisme, perlu ditentukan
terlebih dahulu kesimpulan E = Entimen
silogismenya. Kesimpulan Sm = Subjek minor
dalam entimen ditandai dengan
penggunaan kata-kata, seperti
PM = Predikat mayor
jadi, maka, karena itu, dengan SM = Subjek mayor
demikian, dan sebagainya. Pm = Predikat minor
Pola silogisme entimen:
PM -> pernyataan umum -> K2E umum (pE+oE)
Pm -> khusus bag My -> K1E (sE+pE+oE)
S -> sangat khusus -> K1E (sm+PM)
Contoh bentuk pola:
PM = Perbuatan merugikan orang lain adalah dosa
Pm = (Sebab) mencuri (adalah) merugikan
oranglain
S = Mencuri (adalah) dosa
Contoh silogisme entimen
Entimen menjadi silogisme Silogisme menjadi entimen
Entimen:
Silogisme:
E= Pada lahan gersang tidak
ditemukan unsur hara penyubur PM= Semua jenis tanaman
tanaman, karena itu jika ditanami padi semusim memerlukan lahan
tidak mungkin terjadi pembuahan. yang subur.
Silogisme:
Pm= Cabe merupakan jenis
PM= Proses pembuahan tanaman padi
memerlukan unsur hara penyubur
tanaman semusim.
tanaman. S= Jadi, cabe memerlukan
Pm= Pada lahan gersang tidak lahan yang subur.
ditemukan unsur hara penyubur Entimen:
tanaman.
S= Pada lahan gersang tidak mungkin Cabe memerlukan lahan yang
terjadi proses pembuahan tanaman subur karena (merupakan)
padi. jenis tanaman semusim.
D. Pengembangan Penalaran dalam Tulisan

Proses bernalar dalam tulisan berupa satuan kalimat


atau paragraf dapat dikembangkan menurut pola:
1. Urutan logis, suatu tulisan dapat dikembangkan
menurut pola -> urutan waktu; urutan ruang; alur
nalar; dan urutan kepentingan.
2. Isi karangan, suatu tulisan dapat dikembangkan
dengan pola -> generalisasi; klasifikasi; perbandingan
dan pertentangan; hubungan sebab-akibat; analogi,
dll.
1. Pengembangan dengan Pola Urutan Logis

Pola Urutan Waktu (Kronologis)


Artinya pengembangan tulisan berdasarkan urutan waktu.
 dewasa ini, sekarang, bila, sebelum, sementara, sejak saat itu,
mula-mulanya, artinya
 kemudian, lalu, selanjutnya, dll.

• Pola Urutan Ruang


digunakan untuk menyatakan tempat atau hubungan
dengan ruang.
- di sana, di sini, di depan, di belakang, sebelah
kanan, sebelah kiri, dll.
Pola Alur Nalar
mengembangkan dalam bentuk wujud paragraf
atas urutan umu-khusus dan khusu-umum atau
dikenal dengan paragraf deduktif dan induktif.
Diksi atau pilihan kata berperan penting dan
merupakan dasar dalam kegiatan menulis.
Pola Urutan Kepentingan
menyusun alur pembicaraan acara tertulis
berdasarkan kepentingan ide atau gagasan, dari
yang palin gpenting hingga yang paling tidak
penting atau sebaliknya.
2. Pengembangan dengan Isi Pola

 Pola Generalisasi
mendasarkan pada sejumlah fakta atau gejala khusus yang
ditarik simpulan umu. Generalisasi merupakan
pernyataan yang berlaku umu untuk semua atau sebagian
besar yang diamati.
Pola Klasifikasi
pengelempokan fakta berdasarkan atas kriteria tertentu.
Pola Perbandingan dan Pertentangan
perbandingan adalah pernyataan mengenai persamaan
dan kemiripan. Sedangkan pertentangan adalah
pernyataan tentang perbedaan dan ketidakmiripan.
(2) Kerangka karangan ada dua macam, yaitu:
- Kerangka topik
- kerangka kalimat
Perbedaan keduanya terletak pada bentuk dan
pemakaiannya.
Kerangka topik terdiri dari butir-butir yang
merupakan topik.
Kerangka kalimat terdiri dari butir-butir yang
merupakan kalimat.
d. Pola Analogi

Pada dasarnya analogi merupakan perbandingan.


Penekanannya pada fakta yang sama atau sama
sifatnya. Simpulan yang diambil yaitu bahwa apa yang
berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal
yang lain. Contoh analogi sebagai berikut:
Wenni, seorang sarjana ekonomi lulusan Unmas, telah berhasil menjadi
manajer keuangan sebuah bank swasta yang sukses. Ia berhasil menekan
suku bunga rendah dan menghasilkan keuntungan perusahaan miliaran
rupiah. Direktur utama bank swasta tersebut kembali menerima Hadi,
lulusan ekonomi Unmas pada penerimaan tenaga baru. Logika direktur
menerimanya karena Hadi memiliki latar pendidikan yang sama dengan
Wenni maka dipastikan ia memiliki kualitas yang sama.
e. Pola Hubungan sebab-akibat

Hubungan sebab-akibat, maksudnya bermula dari


suatu peristiwa sebagai sebab yang diketahui,
kemudian bergerak maju menuju kepada suatu
kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat.
Contohnya:
a) Kalau saya menekan tombol, bel berbunyi (sebab-
akibat)
b) Adik demam karena digigit nyamuk malaria
(akibat-sebab)
3. Bentuk Tulisan Bernalar

Tulisan ilmiah atau tulisan logis (bernalar) dimaksudkan untuk memberi


penjelasan kepada pembaca agar menjadi yakin dan percaya. Bahkan, juga
harus sedikit bersifat persuasif (mempengaruhi pembaca) untuk meyakinkan
orang bahwa gagasan yang dituangkan dalam tulisan tersebut benar.
Misalnya pada sebuah skripsi, penulisnya membuat tulisan judul skripsi
dengan ukuran yang besar agar terbaca dan dipahami pembaca. Berbeda
dengan tulisan yang lain, skripsi harus diberi judul yang menyiratkan
masalah yang diteliti dalam bidang ilmu tertentu.
Penulisan secara logis memerlukan pemarkah (tanda) bahasa yang tidak
mudah. Agar tulisan yang dibuat bernalar, penulis perlu memperhatikan
unsur kata tugas, kata transisi, pandai memilih kata - pengungkap aturan
pemikiran yang tepat – dan memanfaatkan pemarkah (tanda) kohesi
antarkalimat yang lain serta pandai menggayakan kalimat. Misalnya untuk
menandakan argumen digunakan kata transisi dengan demikian, meskipun
demikian, sebab, ketika, sebelum, bukan dan sebagainya.
Menurut tujuannya, ada beberapa bentuk tulisan.
a) Tulisan yang tujuannya memberikan informasi,
penjelasan, keterangan atau pemahaman termasuk
golongan pemaparan. Hasilnya disebut paparan.
b) Tulisan yang bertujuan meyakinkan orang lain,
membuktikan pendapat atau pendirian pribadim
atau mempengaruhi pihak lain agar pendapatnya
diterima termasuk tulisan pembahasan. Hasilnya
disebut bahasan, persuasi atau argumentasi.
Bentuk tulisan bernalar tidak saja berwujud paragraf
tetapi juga kalimat. Bentuk tulisan berikut ini
merupakan contoh tulisan dalam wujud kalimat
bernalar, bentuk tulisan deduktif ditandai dengan
pernyataan umum (premis mayor)
 PM = Setiap tahun kita kekurangan beras dan
mengimpor beras.
 Pm = Tahun ini kita kekurangan beras.
 S = Tahun ini kita akan mengimpor beras lagi.
Kalimat-kalimat silogisme kategorial tersebut dapat disusun
dalam paragraf yang bernalar sebagai berikut:
Setiap tahun negara kita kekurangan persediaan beras dan
perlu mengimpor beras dari negara tetangga. Beras
merupakan bahan pangan pokok bagi bangsa Indonesia. Pada
tahun ini persediaan beras nasional kembali tidak mencukupi.
Hal ini terjadi karena panen raya di beberapa daerah lumbung
besar gagal. Oleh karena itu, tahun ini kita akan mengimpor
beras kembali.

Penalaran dalam paragraf di atas dibangun tidak saja melalui


penambahan unsur kata tugas, tetapi juga kata transisi sehingga
membentuk urutan yang sistematis dan mudah dipahami maksud dan
isinya.
E. RANGKUMAN

 Penalaran (reasoning) disebut juga bernalar yang bermakna sama


dengan logika, yakni proses berpikir sistematis untuk pengambilan
kesimpulan berupa pengetahuan dari bahan bukti/proposisi. Logika
yang sama artinya dengan penalaran adalah pengetahuan dan kiat
berpikir dengan benar.
 Penalaran sebagai proses pengambilan kesimpulan dapat dilakukan
dengan mendasarkan pada sejumlah proposisi yang benar hingga
menghasilkan proposisi baru yang dinyatakan dalam bentuk term,
yaitu kata yang berfungsi sebagai subjek atau predikat.
 Term merupakan kata yang berfungsi sebagai lambang pengertian,
gabungan term membentuk proposisi, sejumlah proposisi membentuk
penalaran.
 Lambang term, yakni kata, lambang proposisi, yakni kalimat,
sedangkan lambang penalaran adalah argumen.
 Premis, yakni proposisi yang menjadi dasar dalam menarik simpulan.
 Bernalar atau berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yakni berpikir
ilmiah dan berpikir tidak ilmiah.
 Kegiatan penuangan ide dalam bentuk tertulis yang dilakukan dengan
metode ilmiah termasuk kegiatan berpikir ilmiah. Tulisan ilmiah selalu
dicirikan dengan penalaran yang baik, kebenaran objektif dan didukung
informasi atau fakta yang benar.
 Penalaran ilmiah terdiri atas:
a) penalaran induktif, yakni proses penalaran untuk menarik kesimpulan
berupa prinsip yang berlaku umum atas dasar fakta khusus (khusus-
umum). Mencakup generalisasi, analogi dan hubungan kausal.
b) Penalaran deduktif, yakni proses penalaran yang diambil dari fakta
umum untuk ditarik kesimpulan yang bersifat khusus (umum-khusus).
Mencakup silogisme kategorial, silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif
serta entimen.
 Proses bernalar dalam tulisan yang berupa satuan kalimat atau paragraf
dapat dikembangkan menurut pola (1) urutan logis dan (2) isi karangan
 Berdasarkan urutan logis, suatu tulisan dapat dikembangkan menurut
pola
a) Urutan waktu
b) Urutan ruang
c) Alur nalar
d) Urutan kepentingan
 Menurut isi karangan, suatu tulisan dapat dikembangkan dengan pola
a) Generalisasi
b) Klasifikasi
c) Perbandingan dan pertentangan
d) Hubungan sebab-akibat
e) Analogi, dll.
 Menurut tujuannya, ada beberapa bentuk tulisan.
a) a) Penulisan yang tujuannya memberikan informasi, penjelasan,
keterangan atau pemahaman termasuk golongan pemaparan.
Hasilnya disebut paparan.
b) Tulisan yang bertujuan meyakinkan orang lain, membuktikan
pendapat atau pendirian pribadi atau mempengaruhi pihak lain agar
pendapatnya diterima termasuk tulisan pembahasan. Hasilnya
disebut bahasan, persuasi atau argumentasi.
 Apapun bentuknya, tulisan paparan persuasi dan argumentasi
mementingkan logika atau penalaran agar dapat sampai dan dipahami
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai