Anda di halaman 1dari 11

SIOLOGISME KATEGORIS

A. PENGERTIAN SILOGISME KATEGORIS

Silogisme adalah proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar


penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Siologisme kategoris berarti argumen yng terdiri
tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan, dua menjadi dasar penyimpulan (premis),
satu menjadi kesimpulan yang ditarik (konklusi).
Seluruh argumen mengandung tiga proposisi, yakni sebagai berikut :
1. Pengertian yang menjadi subjek (S) kesimpulan disebut term minor.
2. Pengertian yang menjadi predikat (P) kesimpulan disebut term mayor.
3. Pengertian yang tidak terdapat dalam kesimpulan, tetapi terdapat kedua premis
disebut term antara/pembanding (M).

Premis yang membuat term minor disebut premis minor.

Premis yang membuat term mayor disebut premis mayor.

Jadi dalam silogisme selalu ada tiga proposisi, yakni premis mayor, premis minor,
dan kesimpulan lain.

Contoh :

Semua unggas makan. Ayam adalah unggas. Jadi, Ayam makan.

Dalam contoh tersebut :

 Term minor (S): Ayam,


 Term mayor (P): makan,
 Term pembandinganya (M): unggas
- Premis mayor : Semua unggas makan.
- Premis minor : Ayam itu unggas.

1
- Kesimpulan atau konklusi : Ayam makan.

B. BENTUK DAN MODUS SILOGISME


Dengan memperhatikan kedudukan term pembanding (M) dalam premis pertama
maupun dalam premis kedua, silogisme kategoris dapat dibedakan antara empat bentuk
atau empat pola yakni serbagai berikut:
1. Silogisme Sub-pre, silogisme yang term pembandinngnya dalam premis pertama
sebagai subjek dan dalam premis kedua sebagai predikat :
Polanya : M P
S M
S P

Contoh : Semua hewan akan mati.

Kambing adalah hewan.

Jadi, kambing akan mati.

2. Silogisme Bis-pre, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi


predikat dalam kedua premis.
Polanya : P M
S M
S P
Contoh : Semua orang yang berjasa terhadap negara adalah pahlawan.
Jenderal Sudirman adalah pahlawan.
Jadi, jenderal Sudirman adalah orang yang berjasa terhadap negara.
3. Silogisme Bis-Sub. Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi
subjek dalam kedua premis.
Polanya : M P
M S
S P
Contoh : Mahluk hidup adalah ciptaan tuhan.
Mahluk hidup itu berakal.

2
Jadi, semua yang berakal adalah ciptaan tuhan.
4. Silogisme pre-sub. Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam
premis pertama sebagai predikat dan dalam premis kedua sebagai subjek.
Polanya : P M
M S
S P
Contoh : Semua virus adalah penyakit.
Semua virus adalah menggangu kesehatan.
Jadi, sebagian yang menggangu kesehatan adalah virus.

C. BENTUK SILOGISME YANG SAHIH


Susunan silogisme ada 64, tentu saja tidak semuanya sahih. Beberapa susunan
silogisme yang sahih itu diberi nama dengan menggunakan ketiga huruf yang
melambangkan bentuk proposisi mayor, minor, dan kesimpulan. Berikut ini susunan
silogisme yang sahih dengan nama-namanya.
1. Bentuk Silogisme Sub-pre
a) Premis minor harus afirmatif.
b) Premis mayor harus un universal.
 Susunan A-A-A ( Barbara )
Contoh: Semua hewan akan mati. Semua gajah adalah hewan. Jadi, semua gajah akan
mati.
 Susunan E-A-E ( Celarent )
Contoh : Semua bangsa Indonesia tidak berambut pirang. Semua warga papua adalah
bangsa Indonesia. Jadi, semua warga papua tidak berambut pirang.
 Susunan A-I-I ( Darii )
Contoh : Semua siswa belajar. Susi adalah siswa. Jadi, Susi belajar.
 Susunan E-I-E ( Ferio )
Contoh : Semua manusia bukan beruang. Sebagian manusia adalah pelajar. Jadi, yang
bukan beruang adalah pelajar.
2. Bentuk Silogisme Bis-pre
a) Salah satu premis harus negatif.

3
b) Premis mayor harus universal.
Berdasarkan ketentuan diatas, silogisme Bis-pre hanya empat modus yang
dapat melahirkan silogisme yang sahih, yakni
 Susunan A-E-E (Camestres )
Contoh : Semua mahasiswa berakal budi. Kerbau tidak berakal budi. Jadi, kebau
bukan mahasiswa.
 Susunan E-A-E (Cesare)
Contoh : Semua ikan tidak punya kaki. Semua kerbau punya kaki. Jadi, semua kerbau
bukan ikan.
 Susunan A-O-O ( Baroco )
Contoh : Semua burung dapat terbang. Sebagian ikan tidak dapat terbang. Jadi,
sebagian ikan bukan burung.
 Susunan E-I-O ( Festino )
Contoh : Semua manusia yang baik tidaklah penjahat. Sebagian orang adalah
penjahat. Jadi, sebagian orang adalah bukan manusia yang baik.

3. Bentuk Silogisme Bis-sub terdapat dua ketentuan yakni


a) Premis minor harus afirmatif,
b) Kesimpulan harus particular.
Berdasarkan ketentuan diatas, ada enam modus yang dapat menghasilkan
silogisme yang sahih, yakni
 susunan A-A-I ( Darapati )
contoh : Semua mahasiswa berakal budi. Semua mahasiswa adalah makhluk. Jadi,
sebagian makhluk adalah berakal budi.
 Susunan E-A-O ( Felapton )
Contoh : Semua kera bukanlah beruang. Semua kera adalah makhluk. Jadi, sebagian
makhluk bukanlah kera.
 Susunan A-I-I ( Datisi )
Contoh : Semua guru adalah manusia. Sebagian guru adalah pandai. Jadi, sebagian
manusia adalah pandai.

4
 Susunan E-I-O ( Fresison )
Contoh : Semua manusia tidak punya sayap. Sebagian manusia berwajah bersih. Jadi,
sebagian yang berwajah bersih tidak punya sayap.
 Susunan I-A-I ( Disamis )
Contoh : Sebagian atlit bawa sepeda. Semua atlit adalah manusia. Jadi, sebagian atlit
bawa sepeda.

4. Bentuk Silogisme Pre-sub memiliki tiga ketentuan, yakni


a) Jika premis mayor afirmatif, premis minor harus universal;
b) Jika premis minor afirmatif, kesimpulanya harus particular.
c) Jika salah satu premis negatif, premis mayor harus universal
 Susunan A-A-I ( Bramantis )
Contoh : Semua kera adalah mamalia. Semua mamalia dapat mati. Jadi, sebagian
yang dapat mati adalah mamalia.
 Susunan A-E-E ( Camenes )
Contoh : Semua orang jahat adalah penjahat semua orang penjahat tidak disenangi
orang. Jadi, semua orang jahat tidak disenangi orang.

D. HUKUM DASAR PENYIMPULAN SILOGISME KATEGORIS


Perbandingan dua proposisi dalam bentuk silogisme walaupun ada term sebagai
pembanding belum tentu dapat diambil kesimpulan secara tepat dan pasti. Untuk
menentukan ketepatan dan kepastian dan kesimpulan yang dihasilkannya, harus
mengikutu aturan-aturan tertentu yang langsung berbentuk rumusan silogisme
berkesimpulan tepat dan pasti. Aturan-aturan itu disebut hokum dasar penyimpulan yang
muncul dari hakikat silogisme itu sendiri. Aturan itu adalah sebagai berikut.
1. Dua hal yang sama, apabila yang satu diketahui sama hal dengan yang ketiga, yang
lain pun pasti sama.
Contoh : semua makhluk hidup adalah ciptaan tuhan. Semua yang ciptaan tuhan
berbudaya. Jadi, semua makhlik hidup berbudaya.

5
A=B
B=C
……
A=C
2. Dua hal yang sama, apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga, sabagian
yang lain pun termasuk didalamnya.
Contoh : Semua warga cisadane adalah warga negara Indonesia. Sebagian warga
negara Indonesia adalah keturunan cina. Jadi, sebagian warga cisadane
keturunan cina.
Simbolnya : A = B
BΩC
________
AΩC

E. METODE PRAKTIS PENYIMPULAN SILOGISME

- Proposisi Universal afirmatif Equivale


- Proposisi Universal afirmatif Implikasi
- Prooosisi Universal negatif
- Proposisis Partikular afirmatif inklusif
- Proposisi proposisi partikular afirmatif implikasi

Bagan silogisme kategoris

Premis pertama
A=B A<B AOB AΩB A >B
Premis ke 2 B=C A=C A<C AOC AΩC A>C
B<C A<C A<C ? ? ?
BOC AOC AOC ? ? ?
BΩC AΩC ? ? ? ?
B>C A >C ? AOC ? A>C

6
Dari bagian atas yang bias disimpulkan secara pasti : ada tiga belas untuk satu
bentuk silogisme pre-sub. Ada empat bentuk silogisme. Jadi, swilogisme yang bias
disimpulkan sacara pasti sebenernya ada empat bentuk silogisme kali 13 ( 4x13) berarti
ada 52 silogisme.

F. KAIDAH-KAIDAH DALAM SILOGISME KATEGORIS

Terdapat 8 kaidah/hukum yang berlaku dalam penyusunan silogisme kategoris.


Masing-masing 4 (empat) menyangkut term, dan 4 (empat) menyangkut proposisi.
Kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

1.Term

1. Silogisme tidak boleh mengandung kurang atau lebih dari 3 (tiga) term (minor,
mayor, menengah).
Dalam silogisme kategoris, term subjek dan term predikat dalam kesimpulan
masing-masing diturunkan dari term-term yang terkandung dalam premis minor
dan premis mayor dengan perantara term menengah. Lewat term menengah ini
kedua premis dapat dihubungkan sehingga menghasilkan kesimpulan.

Misalnya: Semua pohon adalah tumbuhan. Beberapa tumbuhan adalah pohon.


Jadi,…..?
Dalam contoh tersebut dengan hanya menggunakan dua term suatu silogisme
kategoris tidak mungkin terbentuk.

2. Term antara (pembanding) tidak boleh masuk dalam kesimpulan.


Term antara (pembanding) hanya berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan term minor dan term mayor (term subjek dan term predikat)
dalam kesimpulan. Ini berarti term antara tidak boleh lagi ikut masuk kedalam
kesimpulan.

7
3. Term subjek dan predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas dari term
dalam premis.
Apabila suatu term tertentu dalam premis tidak mempunyai luas universal,
janganlah menurunkannya dalam kesimpulan dengan luas universal. Jadi, apabila
luas suatu term tertentu dalam premis adalah partikular, tidak boleh
menurunkannya dalam kesimpulan dengan luas universal
Contoh : Semua ikan mempunyai ekor. Beberapa binatang adalah ikan. Jadi,
semua binatang mempunyai ekor.

4. Term antara pembanding harus sekurang-kurangnya satu kali muncul


term/pengerdan universal
Dengan rumusan lain, hukum ini ingin menegaskan bahwa term antara tidak
boleh digunakan dua kali dalam partikultural.

2. Proposisi

1. Apabila kedua premis positif maka kesimpulannya harus positif. Hukum ini
sebenarnya merupakan implikasi dari suatu prinsip dasar << Jika ada dua hal yang
masing-masing nya identik dengan hal ketiga, maka kedua hal tersebut harus juga
identik satu dengan yang lain >>.
2. Kedua premis tidak boleh negatif. Premis yang keduanya negative tidak dapat
melahirkan kesimpula.
Contoh : Semua sepeda bukan kendaraan membutuhkan bahan bakar. Sebagian
kendaraan yang beroperasi di Jakarta bukan kendaraan yang
membutuhkan bahan bakar.

3. Kedua premis tidak boleh partikular, setidak-tidaknya salah satu harus universal.
Hukum ini sebetulnya hanya merupakan pelaksanaan hukum 3 dan 4 di atas
mengenai term, pelanggaran terhadap hukum ini akan merupakan pelanggaran
terhadap hukum 3 dan 4, tergantung dari hukum silogismenya, Kesimpulan harus
megikuti premis yang paling lemah.

8
Ini berarti jika salah satu premis negatif, kesimpulannya harus negatif. Jika salah
satu premis negatif dan partikular, kesimpulannya negatif dan partikular. Jika
salah satu premis partikular, kesimpulannya harus partikular.

G. SILOGIME TIDAK BERATURAN

Pada umumnya dalam tulisan-tulisan ataupun percakapan sehari-hari tidak


digunakan silogisme standar yang terdiri atas dua proposisi yang berupa premis mayor
dan premis minor, dalam sebuah kesimpulan. Dalam sebuah percakapan pun acap kali
hanya kesimpulan yang disebut, atau hanya premis mayor dan kesimpulan, atau hanya
premis mayor dan premis minor saja karena premis mayor dan kesimpulan, atau hanya
premis mayor dan premis minor saja karena yang tidak diungkapkan dianggap telah
diketahui oleh lawan bicara. Dengan kata lain, ada silogisme yang tidak mengikuti
hukum-hukum silogisme. Silogisme demikian tersebut silogisme tidak beraturan atau
silogisme tidak standar.
Pada hakikatnya,silogisme tidak beraturan bias dibagi kedalam dua jenis, yaitu
silogisme yang bagian atau bagia-bagiannya telah dihilangkan, yakni Etnimena,dan
silogisme yang sebenrnya terdiri atas beberapa silogisme yang telah digabungkan dalam
suatun rangkaian pemikiran tertentu, yakni Epikeirema,Sorites dan polisigolisme. Berikut
ini penjelasan silogisme yang tidak beraturan.

1.Entimena

Entimena adalah bentuk suatu silogisme yang hanya menyebutkan premis atau
kesimpulan saja atau keduanya tetapi ada suatu premis yang tidak ditanyakan.

Contoh : karena semua hewan aka mati, maka kera pun akan mati.

2.Epikheirema

Epikheirema adalah suatu bentuk silogisme yang salah satu atau kedua premis
disertai dengan alasan. Premis yang disertai dengan alasan ini sebernya merupakan
kesimpulan dan silogisme tersendiri.

9
Contoh : semua manusia tidak sempurna karena hanya tuhan yang sempurna. Jadi plato
adalah seorang manusia karena ia bertubuh dan berakal budi, jadi, plato tidak
sempurna.

3.Sorites

Sorites adalah suatu bentuk yang premisnya berkait-kaitan lebih dari dua proposisi,
sehingga kesimpulannya berbentuk hubungan antara salah satu term proposisi terakhir
yang keduanya bukan term pembanding.

Contoh : manusia itu berakal budi. Berakal budi itu berbudaya itu perlu makan. Makan
memerlukan barang. Jadi, manusia memerlukan barang.

4.Polisilogisme

Polisilogisme adalah suatu bentuk penyimpulan berupa perkaitan silogisme, Sehingga


kesimpulan silogisme sebelumnya selalu menjadi premis pada silogisme berikutnya.

Contoh : jika jokowi seorang presiden, dan presiden adalah manusia, maka jokowi adalah
manusia, dan manusia adalah berakal budi, maka jokowi adalah berakal budi adalah
memerlukan makan, maka jokowi memerlukan makan.

10
11

Anda mungkin juga menyukai