Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN

1. Prinsip dasar dalam penyimpulan bentuk silogisme kategori, tiga atas dasar konotasi term, dan
empat atas dasar denotasi term, yaitu sebagai berikut.
• Hukum Keempat: Jika sesuatu diakui sebagai sifat sama dengan keseluruhan maka diakui
pula sebagai sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
Contoh : WNI keturunan asing adalah rakyat Indonesia, dan semua rakyat Indonesia sama
kedudukannya dalam hukum Indonesia maka semua WNI keturunan asing mempunyai
kedudukan sama dalam hukum Indonesia.
Rumusan simbolik : ((A B) ˄ (B = C)) => ( A C)
• Hukum Kelima: Jika sesuatu diakui sebagi sifat sama dengan bagian dari suatu keseluruhan
maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhan itu.
Contoh : Sebagian makhluk adalah manusia, dan semua manusia berbudaya maka sebagian
makhluk adalah berbudaya.
Rumusan simbolik : ((A B) ˄ (B = C)) => ( A C)
• Hukum Keenam: Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan maka
meliputi pula bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
Contoh : Semua warga PDI adalah rakyat Indonesia, dan semua rakyat Indonesia harus
berketuhanan Yang Maha Esa maka semua warga PDI harus berketuhanan Yang Maha Esa.
Rumusan simbolik : ((A B) ˄ (B C)) => ( A C)
• Hukum Ketujuh: Apabila sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula
oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
Contoh : Semua warga PDI adalah rakyat Indonesia, dan semua rakyat Indonesia tidak boleh
beraliran komunis maka semua warga PDI tidak boleh beraliran komunis.
Rumusan simbolik : ((A B) ˄ (B Ø C)) => ( A Ø C)

2. Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karya-karya tulis, orang tidak selalu menguraikan
jalan pikirannya secara penuh, sering juga hanya menunjukkan kesimpulan saja tanpa premis,
baik premis pertama (premis mayor) maupun premis kedua (premis minor) karena dianggap
yang mendengarkan atau yang membacanya itu sudah jelas mengetahui jalan penalarannya.

Entimema adalah suatu bentuk silogisme yang hanya menyebutkan premis atau kesimpulan
saja atau keduanya tetapi ada satu premis yang tidak dinyatakan.

Bentuk-bentuk Entimema
Penalaran dalam bentuk entimema ini proposisi yang tidak dinyatakan (diperkirakan) ada empat
kemungkinan yaitu sebagai berikut.

Entimema dari silogisme yang premis pertamanya ditiadakan, misalnya:


[(…..) ˄ (A B)] => (A C)
Contoh: Fajar Bakry diperkenankan mengajukan permohonan penulisan skripsi karena Fajar
Bakry telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Fakultas.

Entimema dari silogisme yang premis keduanya ditiadakan, misalnya:


[(B = C) ˄ (…..)] => (A C)
Contoh: Fajar Bakry diperkenankan mengajukan permohonan penulisan skripsi karena
mahasiswa yang telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Fakultas diperkenankan
mengajukan permohonan penulisan skripsi.

Entimema dari silogisme yang kesimpulannya diperkirakan karena langsung dapat diketahui:
[(B = C) ˄ (A B)] => (…..)
Contoh: Mahasiswa yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Fakultas diperkenankan
mengajukan permohonan penulisan skripsi, dan Fajar Bakry telah memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Fakultas.

Entimema dari silogisme yang kedua premisnya diperkirakan karena dianggap sudah diketahui:
[(…..) ˄ (…..)] => (A C)
Contoh: Fajar Bakry diperkenankan mengajukan permohonan penulisan skripsi.
Keempat contoh di atas tersebut jika dikembalikan ke bentuk asalnya adalah sebagai berikut.
[(B = C) ˄ (A B)] => (A C)

Faedah Praktis Entimema


Penggunaan entimema ini luas sekali, yang termasuk dalam kelompok "menghilangkan bagian-
bagian silogisme". Penggunaan terbanyak adalah untuk menguraikan buah pikiran melalui
tulisan ataupun melalui pidato, terutama sekali bentuk pertama dan bentuk kedua, yaitu hanya
menyebutkan premis kedua dengan kesimpulannya, atau yang menyebutkan premis pertama
dengan kesimpulannya, yang dalam penggunaan sering dibalik, yakni kesimpulan terlebih
dahulu premis kemudian.

3. A. Silogisme Bis-Pre
Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi predikat dalam kedua premis
((P = M) ˄ (S = M)) => (S = P)
Ini diterapkan pada pola silogisme Bis-Pre sehingga polanya:
((A = B) ˄ (C = B)) => (A = C)
Contoh pola silogisme Bis-Pre:
Hukum 1: Semua manusia berakal budi semua yang berbudaya berakal budi maka semua
manusia berbudaya.
((A = B) ˄ (C = B)) => (A = C)
Hukum 2: Semua rakyat Indonesia adalah warga negara Indonesia dan sebagian keturunan asing
adalah warga negara Indonesia maka sebagian rakyat Indonesia adalah keturunan asing.
((A = B) ˄ (C B)) => (A C)
Hukum 3:Semua manusia adalah berbudaya dan semua keturunan kera tidak berbudaya maka
semua manusia bukan keturunan kera.
((A = B) ˄ (C Ø B)) => (A Ø C)
Hukum 4: Semua warga PKS adalah rakyat Indonesia dan semua yang sama kedudukannya
dalam hukum Indonesia adalah rakyat Indonesia maka semua warga PKS kedudukannya sama
dalam hukum Indonesia.
((A B) ˄ (C = B)) => (A C)
Hukum 5: Sebagian makhluk adalah manusia dan semua berbudaya adalah manusia maka
sebagian makhluk adalah berbudaya.
((A B) ˄ (C = B)) => (A C)
Hukum 6: Semua warga PDI adalah rakyat Indonesia dan sebagian berketuhanan Yang Maha Esa
adalah rakyat Indonesia maka semua warga PDI adalah berketuhanan Yang Maha Esa.
((A B) ˄ (C B)) => (A C)
Hukum 7: Semua warga PDI adalah rakyat Indonesia dan semua yang
beraliran komunis bukan rakyat Indonesia maka semua warga PDI tidak beraliran komunis.
((A B) ˄ (C Ø B)) => (A Ø C)

B.
1) A C
2) A C
3) A C
Bagan tersebut menunjukkan hubungan antara dua premis, premis mayor (premis pertama) dan
premis minor (premis kedua), sedang kesimpulannya adalah pertemuan antara keduanya, yakni
premis pertama dan premis kedua. Dengan bagan tersebut menunjukkan juga bahwa semua
silogisme kategori kesimpulannya tepat dan pasti, dapat dikembalikan ke bentuk hukum dasar
penyimpulan atau kaidah silogisme kategori.
Contoh silogisme: semua ayam berkokok, jago adalah seekor ayam, jadi jago suka berkokok.

Anda mungkin juga menyukai