Anda di halaman 1dari 3

SILOGISME DALAM BAHASA

Silogisme merupakan penemuan terbesar dari seorang tokoh filsafat terpopuler yaitu
Aristoteles.

1. Pengertian Silogisme
Silogisme merupakan suatu proses berfikir dimana bertolak dari satu atau lebih (premis),
yaitu pernyataan – pernyataan yang mendahului agar dapat ditarik suatu kesimpulan
berdasarkan prinsip – prinsip logis perlawanan ataupun pendasaran yang mencukupi.

Didalam silogisme terdapat dua kategori premis dan satu kesimpulan. Kedua premis itu
ialah premis umum (premis mayor) dan premis khusus (premis minor).
PU : A = B
PK : C = A
S :C=B

Misal:
PU : Semua pemilik mobil wajib membayar pajak.
PK : Dela Noviana Putri memiliki sebuah mobil.
S : Dela Noviana Putri wajib membayar pajak.

2. Jenis Silogisme
a. Silogisme kategoris
Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proposinya merupakan kategorial.
Kemudian proposisi yang mengandung silogisme disebut dengan premis yang kemudian
dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Contohnya:
PU : Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
PK : Koala adalah hewan yang dilindungi (premis minor/premis khusus)
S : Koala pasti akan mati (konklusi/simpulan)

b. Silogisme hipotetik
adalah suatu argumen/ pendapat yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik
(proposisi bersyarat: jika, apabila), sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik (proposisi tak bersyarat).
Contohnya :
PU : Apabila lapar saya makan roti (mayor)
PK : Sekarang lapar (minor)
S : Saya lapar makan roti (konklusi)

c. Silogisme alternative
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya.
Contoh :
PU : Hidayat tinggal di Banda Aceh atau Calang
PK : Hidayat tinggal di Banda Aceh
S : Jadi, Hidayat tidak tinggal di Calang

d. Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya.
Contoh :
PU : Anak yang sholeh selalu rajin beribadah
PK : Ari adalah anak yang sholeh.
S : Ari rajin beribadah.
Entimen : Ari rajin beribadah, karena ia anak sholeh.

e. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan disjungtif,
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah
satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Contoh :
PU : Devan masuk sekolah atau tidak. (premis 1/mayor)
PK : Ternyata devan tidak masuk sekolah. (premis 2/minor)
S : Ia tidak masuk sekolah. (konklusi).

f. Silogisme Negatif
Silogisme Negatif ditandai dengan adanya kata “bukan ataupun tidak” pada premis dan
begitu juga simpulan. Jika satu premis pada silogisme bersifat negatif, maka
simpulannya pun bersifat negatif juga.
Contoh :
PU: Semua mahasiswa FH UNISSULA tidak boleh malas.
PK : Deva Aperta adalah mahasiswa FH UNISSULA.
S : Deva Aperta tidak boleh malas.

g. Silogisme Salah
Dalam suatu argumentasi harus berhati-hati menggunakan penalaran silogisme. Jika
tidak berhati-hati dapat timbul masalah ketika menarik simpulan. Jika merumuskan
premis harus dengan cermat sebab kesalahan sering terjadi pada penyusunan premis.
Untuk menghindari kesalahan perlu diperhatikan peringatan dibawah ini :

1) Jika terdapat dua premis khusus, maka tidak bisa ditarik simpulan yang dipercaya
PK : A=B : Pina diterima sebagai mahasiswa UNISSULA.
PK : A=D : Pina remaja yang taat beribadah (bukan C)
S : D = B: Remaja yang taat beribadah diterima sebagai mahasiswa UNISSULA
(simpulan yang salah)

Tidak terdapat PU dalam contoh tersebut.

2) Dalam PK, A tidak menjadi predikat. C tidak dihubungkan dengan A, tetapi dengan
B. Jadi, baik PU maupun PK dihubungkan dengan B. B menjadi predikat. Dari
silogisme demikian, tidak bisa ditarik simpulan dipercaya.
PU : Semua A = B : Semua mahsiswa prodi FH UNISSULA ialah muslim.
PK : C = B : Muhammad Rudi seorang muslim.
S : C = A : Muhammad Rudi seorang mahsiswa prodi FH UNISSULA. (simpulan
yang salah)

3) Jika terdapat dua premis yang negatif, maka tidak dapat ditarik simpulan dipercaya.
PU : semua A ǂ B : Semua katak tidak menyusui anaknya.
PK : C ǂ A : Kura – kura bukan katak.
S : C = B : Jadi kura – kura menyusui anaknya. (simpulan yang salah)

4) Jika PU tidak menyebutkan seluruh anggota golongan, tetapi hanya beberapa


anggota golongan itu saja, tidak dapat ditarik simpulan.
PU : tidak semua A = B : Tidak semua orang di Kota Bali penganut agama Hindu.
PK : C = A : Putu orang Bali.
S : C = B : Putu Penganut agama Hindu. (simpulan yang salah)
 

Anda mungkin juga menyukai