Anda di halaman 1dari 3

Pola Pengembangan Paragraf

Pola pengembangan paragraf adalah penalaran atau bentuk pemikiran untuk mengambil suatu
kesimpulan yang menarik di dalam suatu paragraf. Menurut caranya pola pengembangan paragraf
dibagi menjadi 2 yaitu secara induksi dan deduksi. Pembahasan lengkapnya ada di bawah ini.

1. Penalaran secara Induksi


Penalaran induksi atau penalaran induksi merupakan pengembangan paragraf yang diawali dengan
pernyataan khusus lalu diakhiri dengan pernyataan umum. Dengan kata lain pola pengembangan
ini gagasan utamanya terdapat di akhir paragraf karena pada awal terdapat pernyataan-pernyataan
khusus lalu pada bagian akhir ditarik kesimpulan sebagai pernyataan umum. Pola penalaran secara
induksi dibagi menjadi 3 cara yaitu generalisasi, sebab-akibat dan analogi. Mari lihat
penjelasannya dibawah ini.

a. Generalisasi

Yaitu penalaran yang diawali dengan pembahasan-pembahasan topik secara khusus lalu diakhiri
dengan kesimpulan secara umum.

Contoh:

Nyamuk dapat berkembang biak pada lingkungan yang tak terurus. Selain itu juga nyamuk selalu
mencari genangan air untuk tempat berkembang biaknya. Banyaknya got dan tempat
penampungan air yang tidak tertutup membuat nyamuk leluasa untuk berkembang biak pada saat
musim hujan seperti sekarang. Hal itu mengakibatkan banyaknya anak-anak sekolah terserang
demam berdarah karena kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Maka
dari itu, dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menutup bak-bak penampungan air akan
memperkecil perkembangan nyamuk sehingga penyakit demam berdarah dapat diatasi.

b. Sebab-akibat

Penalaran secara sebab akibat adalah penalaran yang diawali dengan fenomena-fenomena khusus
yang dianggap sebagai sebab dari terjadi peristiwa tersebut lalu diakhiri dengan sebuah kesimpulan
yang merupakan akibat dari sebab-sebab yang telah diungkapkan.

Contoh:

Pola hidupnya yang tidak baik sejak remaja membuat Rudi merasakan dampaknya sekarang. Dia
juga sering mandi larut malam dan juga pola makan yang tak teratur. Ketika remaja juga Rudi
selalu tidur hingga pagi bahkan ia pun sering tak tidur lalu berangkat kerja sehingga kinerjanya
menurun dikantor. Maka dari itu saat ini Rudi terlihat lemah meskipun usianya masih 40 tahun
dan staminanya juga cepat menurun sehingga dia mudah sekali sakit.

c. Analogi
Pada pola penalaran induksi jenis ini pada awal paragraf menyatakan perbandingan antara dua
buah benda atau lebih yang memiliki kemiripan lalu pada akhir paragraf diambil kesimpulan yang
berisi tentang kesamaan antara benda tersebut sama dengan benda maupun kejadian lainnya.

Contoh:
Membangun rumah tangga yang harmonis sama halnya dengan membangun hunian rumah yang
nyaman. Suami istri dalam rumah tangga harus menyatukan perbedaannya menjadi satu lalu
menyisihkan ego antara satu dengan yang lainnya. Membangun hunian yang nyaman pun harus
memilih berbagai materian yang berbeda denan kualitas yang baik dan harus dijaga agar rumah
tetap terasa nyaman meskipun sudah tua.

2. Penalaran Secara Deduksi

Penalaran secara deduksi adalah pola pengembangan paragraf yang diawali dengan hal umum lalu
diikuti dengan keterangan-keterangan khusus di belakangnya sebagai penjelas hal umum yang
diterangkan. Adapun penalaran secara deduksi dibagi menjadi dua yaitu silogisme dan entimen.

1. Silogisme

Penalaran silogisme merupakan proses pengambilan sebuah kesimpulan dengan cara


menhubungkan dua buah pernyataan yang berbeda. penalaran ini tersusun dari dua pernyataan
antara lain premis mayor sebagai pernyataan umum, premis minor sebagai pernyataan khusus dan
kesimpulan. Silogisme dapat dibuat dengan mengikuti aturan yang ada pada rumus dibawah ini.

Premis mayor : Semua A = B


Premis minor : C = A
Kesimpulan : C = B

Penalaran silogisme sendiri dibagi menjadi tiga antara lain adalah silogisme kategorial, silogisme
hipotesis dan silogisme alternatif. Mari kita bahas satu perssatu dibawah ini.

A. Silogisme kategorial

Proses silogisme adalah silogisme yang tersusun oleh premis mayor, minor dan kesimpulan yang
bersifat kategoris atau golongan.

Contoh:

P1 = Andi adalah ayah yang baik dan bos yang ramah pada karyawan-karyawannya.
P2 = Andi adalah ayah yang baik
K= Andi adalah bos yang ramah pada karyawan-karyawannya.
b. Silogisme alternatif

Yaitu silogisme yang pada premis mayor di dalamnya memiliki posisi sebagai conditional
hipotesis, yaitu bila premis minor menolak anteseden, kesimpulanya juga menolak konsekuen,
begitu pula dengan sebaliknya.

Contoh:

P1 = Jika tidak ada air, manusia akan mati


P2 = Air tidak ada
K = Jadi, manusia akan mati

b. Silogisme Alternatif

yaitu silogisme yang premis mayor didalamnya berupa proposisi alternatif. Jika premis minor
membenarkan tentang salah satu dari alternatif yang ada, jadi kesimpulannya akan menolak
alternatif lainnya.

Contoh:

P1 = Rudi sedang tidur di ruang tamu atau di kamarnya


P2 = Rudi tidur di ruang tamu.
K = Maka, Rudi tidak tidur di kamarnya

2. Entimen
Entimen adalah proses pemberhentian silogisme atau bisa disebut dengan silogisme yang
dipendekan.

Rumus entimen

C = B, karena C = A

Contoh:

Silogisme

P1 = Karyawan yang berperestasi akan mendapatkan penghargaan


P2 = Andi adalah karyawan berprestasi
K = Andi akan menerima penghargaan

Bentuk silogisme diatas jika diubah menjadi entimen maka akan menjadi seperti dibawah ini:
"Andi adalah karyawan yang menerima penghargaan karenaa dia berprestasi".

Anda mungkin juga menyukai