Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS XI SMA

NEGERI 3 BANDA ACEH DALAM MENYELESAIKAN SOAL


FUNGSI KUADRAT

Proposal Skripsi

Oleh

ERMA DAIYANI
NPM 1906103020009

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i
DAFTAR TABEL........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................6
1.5 Definisi Operasional......................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................8
2.1 Hakikat Matematika.......................................................................................8
2.2 Pemahaman Matematis................................................................................10
2.3 Fungsi Kuadrat.............................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................16
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian..................................................................16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................16
3.3 Subjek Penelitian..........................................................................................17
3.4 Instrumen Penelitian....................................................................................17
3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................18
3.6 Teknik Analisis Data....................................................................................19
3.7 Triangulasi Data...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22

i
DAFTAR TABEL

1.1 Contoh Soal Fungsi Kuadrat.................................................................................13

ii
DAFTAR GAMBAR

1.1 Jawaban Tes Awal Siswa........................................................................................4


1.2 Grafik Fungsi Kuadrat..........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu mata pelajaran yang penting dan sangat diperlukan untuk dipelajari

adalah matematika, hal ini terbukti dengan adanya mata pelajaran matematika di

setiap jenjang pendidikan. Sejalan dengan (Hakim, 2017), matematika merupakan

mata pelajaran yang sangat diperlukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajarnya

dalam menempuh pendidikan selanjutnya. Cockroft dalam (Siagian, 2016) mengakui

adanya peran penting dalam matematika dengan mengemukakan, “It would be very

difficult perhaps impossible to live a normal life in very many parts of the world in

the twentieth century without making use of mathematics of some kind”. Hal ini dapat

diartikan bahwa akan sangat sulit bahkan tidak mungkin bagi seseorang untuk

bertahan hidup di dunia pada abad kedua puluh tanpa menggunakan matematika.

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 terdapat beberapa

tujuan pendidikan dalam pembelajaran matematika, yaitu meningkatkan kemampuan

intelektual, membentuk kemampuan pemecahan masalah secara sistematis,

mendapatkan hasil belajar yang sangat baik, melatih dalam menyampaikan pikiran

dalam menghasilkan karya ilmiah, dan mengembangkan kepribadian siswa.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seseorang dalam mempelajari

matematika adalah pemahaman matematis. Kemampuan pemahaman matematis

merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika, memberikan

pengertian bahwa materi yang diajarkan bukan hanya sekedar hafalan, namun lebih

1
2

dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih memahami konsep dari materi yang

diajarkan (Karim & Nurrahmah, 2018).

Di sekolah, pembelajaran matematika bertujuan untuk mengukur keberhasilan

proses belajar mengajar. Banyak unsur yang mempengaruhi keberhasilan dalam

proses pembelajaran matematika, salah satunya adalah dalam pemilihan strategi dan

metode pembelajaran oleh guru yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa.

Tercapai atau tidaknya suatu pembelajaran dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya

siswa memahami masalah matematika yang diberikan dan bagaimana siswa

menggunakan pemahamannya dalam memecahkan masalah tersebut.

Pemahaman akan membantu siswa dalam mengembangkan pemikirannya dan

menentukan pengambilan keputusan. Oleh karena itu kemampuan pemahaman

matematis sangat perlu dimiliki oleh siswa. Sama halnya seperti yang disampaikan

dalam (NCTM, 2000) bahwa pemahaman matematis merupakan aspek yang penting

dalam prinsip pembelajaran matematika.

Namun, dalam pembelajaran matematika pada umumnya siswa kurang

diberikan kesempatan untuk memahami materi matematika yang sedang

dipelajarinya. Hal ini membuat siswa bertumpu pada sistem hafalan untuk

mempelajari matematika yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan masalah-masalah matematika (Dewi & Hakim, 2021).

Sejalan dengan Sugandi (Alan & Afriansyah, 2017) mengemukakan bahwa pada

umumnya kondisi di lapangan saat ini kurang melibatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran matematika. Hal tersebut diperkuat oleh (Erlina & Hakim, 2019) yang
3

menyatakan bahwa masih banyak sekolah menggunakan sistem pendidikan dan

pembelajaran tidak sesuai dengan peraturan pemerintah.

Hasil penelitian Dewi & Hakim (2021) terkait pemahaman matematis,

ditemukan bahwa masih banyak siswa yang memiliki pemahaman matematis yang

rendah. Hal tersebut terlihat dari 7 indikator yang diteliti, hanya 3 indikator yang

terpenuhi oleh subjek penelitiannya.

Salah satu materi yang harus dikuasai siswa SMA/MA kelas XI adalah fungsi

kuadrat. Dimana dalam hal ini siswa dituntut mempunyai kemampuan pemahaman

matematis sebagai dasar menyelesaikan persoalan fungsi kuadrat. Namun,

pemahaman siswa terhadap materi fungsi kuadrat masih tergolong rendah. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Kurniasari, Sugandi, & Sariningsih (2021) juga

memperlihatkan banyak siswa yang melakukan kesalahan konsep dalam

menyelesaikan soal fungsi kuadrat. Hal tersebut bermakna bahwa masih rendahnya

pemahaman matematis siswa dalam menyelesaikan soal fungsi kuadrat.

Selain itu, telah dilakukan observasi awal di SMAN 3 Banda Aceh dengan

memberikan tes pada siswa kelas XI-A1-1 pada materi fungsi kuadrat. Hasil tes awal

tentang pemahaman matematis pada materi fungsi kuadrat tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 1.1 Contoh Soal Fungsi Kuadrat

1. Diberikan grafik berikut ini.


4

(a) (b)

(c) (d)
Manakah dari grafik (a), (b), (c), dan (d) yang merupakan grafik fungsi kuadrat?
Jelaskan!

Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa

Dari Gambar 1.1, terlihat bahwa pemahaman matematis siswa pada materi

fungsi kuadrat masih rendah. Beberapa siswa masih belum mampu menjelaskan

alasan mengapa suatu grafik termasuk grafik fungsi kuadrat atau bukan. Siswa masih

belum memahami definisi fungsi kuadrat dengan baik.

Untuk mengetahui tingkat pemahaman matematis siswa maka diperlukan

indicator untuk mengukur pemahaman matematis siswa. Terdapat beberapa indikator

pemamahan matematis, diantaranya adalah menurut Anderson, NCTM, Departemen

Pendidikan Nasional, Yudhanegara, dan lainnya. Salah satu cara untuk mengukur

pemahaman matematis ialah dengan menggunakan teori Anderson et al (2001).


5

Pemahaman matematis menurut teori Anderson et al (2001) adalah suatu proses

membangun makna hubungan antara pengetahuan matematika yang akan diperoleh

(baru) dan pengetahuan matematika sebelumnya dari pesan instruksional, termasuk

komunikasi lisan, tertulis, dan grafis . Menurut Oktoviani, Widoyani, dan Ferdianto

(2019), seseorang dikatakan memiliki kemampuan pemahaman matematis apabila

orang tersebut mengetahui apa yang telah dipelajari, langkah-langkah yang telah

digunakan, serta mampu menggunakan konsep di dalam ataupun di luar konteks

matematika. Adapun indikator kemampuan pemahaman matematis menurut

Anderson et al., (2001) yaitu interpreting (penafsiran), exemplifying (memberi

contoh), classifying (mengklasifikasikan), summarizing (meringkas), inferring

(menyimpulkan), comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan).

Berdasarkan uraian pemahaman matematis siswa dalam menyelesaikan soal

fungsi kuadrat di atas, maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut terkait hal tersebut

agar mendapatkan gambaran yang lebih rinci dan jelas. Dengan dilakukannya

analisis, dapat diketahui dan ditemukan solusi untuk meningkatkan pemahaman

matematis siswa dalam menyelesaikan soal fungsi kuadrat. Atas dasar pemikiran

tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat sejauh mana

pemahaman matematis siswa dalam memahami materi fungsi kuadrat sehingga

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pemahaman Matematis Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Banda Aceh dalam

Menyelesaikan Soal Fungsi Kuadrat”.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang penulis ambil

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemahaman matematis siswa kelas XI SMA

Negeri 3 BandaAceh dalam menyelesaikan soal fungsi kuadrat?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pemahaman matematis siswa kelas XI SMA Negeri 3 Banda Aceh

dalam menyelesaikan soal fungsi kuadrat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam membuat

suatu strategi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di

sekolah.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan

kualitas pengajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep fungsi kuadrat

pada siswa.

3. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menemukan cara

belajar yang tepat.


7

1.5 Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam

penelitian, maka definisi istilah-istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

a. Pemahaman matematis didefinisikan sebagai konsep secara verbal dan

tulisan; membuat contoh dan non contoh; mempresentasikan suatu konsep

dengan model, diagram dan simbol; mengubah suatu bentuk representasi ke

bentuk representasi yang lain; mengenal berbagai makna dan interpretasi

konsep; mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat

yang menentukan suatu konsep; membandingkan dan membedakan konsep-

konsep.

b. Menyelesaikan soal fungsi kuadrat merupakan proses mendapatkan

penyelesaian dari soal-soal fungsi kuadrat dimana fungsi kuadrat merupakan

fungsi polinomial yang memetakan x pada domain dipetakan ke

f(x)=ax2+bx+c dengan a, b, dan c merupakan bilangan real dan a≠0.


8
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Matematika

Secara umum, memahami dan menguasai matematika merupakan suatu

kewajiban bagi masyarakat, khususnya bagi siswa yang sedang melaksanakan proses

pendidikan di sekolah karena matematika sangat berpengaruh bagi kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Mengingat matematika suatu ilmu yang penting, sudah

selayaknya matematika dicintai oleh masyarakat, khususnya oleh siswa.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris.

Kemudian, pengalaman tersebut diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis

dengan penalaran dalam struktur kognitif sehingga terbentuknya konsep-konsep

matematika agar konsep tersebut mudah dipahami oleh masyarakat dan dapat

dimanipulasi secara tepat, maka digunakan notasi matematika yang bersifat

universal. Konsep-konsep tersebut bisa didapat dari proses berpikir. Oleh karena itu,

logika menjadi dasar terbentuknya matematika (Rahmah, 2013).

Banyak para matematikawan mengemukakan definisi matematika, diantaranya

adalah matematika dianggap sebagai suatu bahasa yang mudah dan singkat serta

memiliki fungsi praktis dalam menjabarkan suatu hal yang bersifat kuantitaif.

Matematika identik dengan kemampuan berpikir dalam langkah demi langkah secara

jelas dan teratur. Kemampuan dalam bernalar secara matematis dapat dimanfaatkan

dalam penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi secara sistematis (Muyassar,

2019).

9
10

Dalam dunia pendidikan, matematika berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan dalam menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-

rumus matematika dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan,

misalnya melalui materi pengukuran yang berkaitan dengan geometri, aljabar, dan

trigonometri. Matematika juga berfungsi dalam mengembangkan kemampuan ketika

menyampaikan gagasan dengan bahasa yang melalui model matematika, dapat

berupa kalimat, persamaan matematika, diagram, grafik, dan juga tabel (Rahmah,

2013).

Secara umum, matematika memiliki karakterisitk diantaranya objek kajian

abstrak, berfikir dengan pola deduktif, konsisten, dan sistematis. Oleh karena itu,

matematika dapat dikatakan memiliki hubungan dengan konsep abstrak dan

penalaran deduktif. Untuk itu, diperlukan bahan konkret yang dapat membantu

peserta didik dalam menuju proses pemikiran yang abstrak untuk kemahiran dalam

pemecahan masalah (Muyassar, 2019).

Suatu konsep dalam matematika berkaitan dengan konsep yang lain. Suatu

konsep juga bisa menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Dengan demikian, dalam

pembelajaran matematika sangat penting adanya keterkaitan antara pengalaman

belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang diajarkan. Siswa perlu diberi waktu

untuk mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain (Ulfa, 2018).

Suatu pembelajaran akan lebih bermakna jika guru memahami siswa yang akan

diajarkan sehingga guru bisa mengajarkan materi tersebut agar siswa dapat

memahami materi yang diajarkan dengan baik. Dalam memahami materi, siswa
11

membangun sendiri pengetahuannya, tetapi guru tetap perlu memahami karakteristik

matematika dan harus menguasai terlebih dahulu apa yang akan diajarkan.

2.2 Pemahaman Matematis

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang dapat

diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Siswa dapat dikatakan

paham jika siswa tersebut mampu menyerap materi yang dipelajarinya. Lebih lanjut

Michener dalam (Herdian, 2010) menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah

satu aspek dalam Taksonomi Bloom. Untuk memahami suatu objek secara mendalam

seseorang harus mengetahui 1) objek itu sendiri, 2) relasinya dengan objek lain yang

sejenis, 3) relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis, 4) relasi dual dengan objek

lainnya yang sejenis, 5) relasi dengan objek dalam teori lainnya.

Ada tiga macam pemahaman matematis menurut Herdian (2010) yaitu

pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan

ekstrapolasi (ekstrapolation). Pengubahan (translation) memiliki indikator dimana

siswa memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan bahasanya

sendiri, mampu mengubah kedalam bentuk yang lain yang menyangkut pemberian

makna dari suatu informasi yang bervariasi. Jenis pemahaman matematis yang kedua

adalah pemberian arti (interpretasi), indikatornya yaitu siswa memiliki kemampuan

yang menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan frase, tetapi

juga mencakup pemahaman suatu informasi dari sebuah ide. Jenis pemahaman

matematis yang terakhir adalah pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation),

indikatornya yaitu siswa memiliki kemampuan untuk memberikan perkiraan dan

prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran kondisi dari suatu

informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulan dengan kosekuensi yang sesuai


12

dengan informasi jenjang kognitif ketiga yaitu penerapan (application). Indikator

dari penerapan itu yaitu siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan atau

menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari kedalam situasi baru, yaitu berupa

ide, teori atau petunjuk teknis.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan Herdian sebelumnya, lebih rinci jenjang

kognitif tahap pemahaman itu, Bloom dalam (Suherman & Sukjaya, 1990)

membaginya menjadi enam, yaitu meliputi hal-hal berikut ini : Pemahaman konsep.

Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Pemahaman terhadap struktur

matematika. Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan untuk

mengikuti pola pikir. Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah

sosial atau data matematika.

Ada beberapa jenis pemahaman menurut para ahli yaitu :

 Polya dalam (Herdian,2010) membedakan empat jenis pemahaman a.

Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan sesuatu

secara rutin atau perhitungan sederhana. b. Pemahaman induktif, yaitu dapat

mencoba sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku

dalam kasus serupa. c. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan

kebenaran sesuatu. d. Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan

kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis secara analitik.

 Polattsek dalam (Herdian,2010) membedakan dua jenis pemahaman, yaitu a.

Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada

perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja,


13

dan b. Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal

lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukannya.

 Copeland dalam (Herdian,2010) membedakan dua jenis pemahaman, yaitu :

1) knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/algoritmik.

2) knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang

dikerjakannya.

 Skemp dalam (Herdian,2010) membedakan dua jenis pemahaman.

Pemahaman instrumental, yaitu hafal secara terpisah atau dapat menerapkan

sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara

algoritmik saja. Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman

konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan

sederhana. Dalam hal ini seseorang hanya memahami urutan pengerjaan atau

algoritma. Pemahaman relasional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal

lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Pemahaman

relasional termuat seka atau struktur yang dapat digunakan pada penjelasan

masalah yang lebih luas dan sifat pemakaiannya lebih bermakna.

Pemahaman matematis menurut teori Anderson et al (2001) adalah suatu proses

membangun makna hubungan antara pengetahuan matematika yang akan diperoleh

(baru) dan pengetahuan matematika sebelumnya dari pesan instruksional, termasuk

komunikasi lisan, tertulis, dan grafis . Menurut Oktoviani, Widoyani, dan Ferdianto

(2019), seseorang dikatakan memiliki kemampuan pemahaman matematis apabila

orang tersebut mengetahui apa yang telah dipelajari, langkah-langkah yang telah

digunakan, serta mampu menggunakan konsep di dalam ataupun di luar konteks

matematika. Adapun indikator kemampuan pemahaman matematis menurut


14

Anderson et al., (2001) yaitu interpreting (penafsiran), exemplifying (memberi

contoh), classifying (mengklasifikasikan), summarizing (meringkas), inferring

(menyimpulkan), comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan).

2.3 Fungsi Kuadrat

Fungsi kuadrat adalah fungsi polinom (suku banyak) dengan pangkat tertinggi

variabelnya adalah 2. Bentuk umum persamaan kuadrat adalah f(x)=ax 2+bx+c, a≠0

dengan f(x)=y yang merupakan variabel terikat, x adalah variabel bebas, sedangkan a

dan b merupakan koefisien serta c adalah suatu konstanta. Hal ini berbeda dengan

yang dinamakan persamaan kuadrat yang mana persamaan kuadrat memiliki variabel

dengan pangkat tertingginya adalah dua dan berbentuk persamaan.

Suatu fungsi sangat erat hubungannya dengan grafik fungsi. Grafik fungsi

kuadrat berbentuk parabola yang dapat digambarkan melalui langkah-langkah

berikut.

−b
1. Menentukan sumbu simetri: x=
2a

2. Menentukan titik potong kurva dengan sumbu x, misalkan y=0, maka

ax2+bx+c=0

3. Menentukan titik potong kurva dengan sumbu y, misalkan x=0, maka y=c

−b 2
−b −4 ac
4. Menentukan titik puncak dengan rumus: x p= dan y p=
2a 4a

Fungsi kuadrat memiliki beberapa jenis, diantaranya:


15

1. Jika pada y=ax2+bx+c dengan nilai b dan c sama dengan 0, maka fungsi

kuadratnya menjadi y=ax2 yang membuat grafik pada fungsi ini simetris pada

x=0 dan memiliki nilai puncak di titik (0,0).

2. Jika pada y=ax2+bx+c dengan nilai b sama dengan 0, maka fungsi kuadratnya

menjadi y=ax2+c yang membuat grafik pada fungsi ini simetris pada x=0 dan

memiliki nilai puncak di titik (0,c).

3. Jika titik puncak ada di titik (h,k), maka fungsi kuadrat menjadi y=a(x-h) 2+k

dengan hubungan a,b, dan c dengan h,k adalah:

[ ( )]
2
−b b −4 ac
(h , k )= ,−
2a 4a

Selain itu, terdapat ciri khusus dari grafik fungsi kuadrat. Jika a>0 maka

kurvanya terbuka ke atas. Sebaliknya, jika a<0 maka kurvanya terbuka ke bawah.

Pada fungsi kuadrat juga terdapat istilah diskriminan yang memiliki bentuk D=b 2-

4ac. Besarnya nilai D juga berpengaruh terhadap grafik fungsi kuadrat, yaitu:

 Jika D>0, maka fungsi kuadrat memiliki dua akar yang berbeda dan kurva

akan memotong sumbu x di dua titik

 Jika D=0, maka fungsi kuadrat memiliki dua akar yang sama sehingga kurva

hanya memotong sumbu x di satu titik

 Jika D<0, maka kurva sama sekali tidak menyentuh sumbu x.

Dari ciri-ciri khusus tersebut, didapatkan bentuk grafiknya seperti berikut.


16

Gambar 2.1 Grafik Fungsi Kuadrat


BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam (Rofiqoh, 2015:44)

pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alami. Hal ini dilakukan untuk mendeskripsikan

gambaran apa saja yang ditemui selama penelitian.

Di dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan

menginterpretasikan temuan-temuan selama penelitian. Permasalahan yang akan

diuraikan dalam penelitian ini adalah tentang kemampuan pemahaman matematis

siswa dalam menyelesaikan soal fungsi kuadrat. Deskripsi yang diuraikan peneliti

bersumber dari pengamatan langsung dengan menganalisis hasil tes yang diberikan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 3 Banda Aceh yang beralamat

di Jl. Tgk. Daud Beureuh No.454, Bandar Baru, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh.

Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada awal semester genap tahun

ajaran 2022/2023, yaitu pada bulan Januari 2023.

17
18

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas XI SMAN 3 Banda Aceh sebanyak

30 siswa dalam satu kelas yang dipilih secara purposive. Data yang dibutuhkan

adalah berupa hasil jawaban tes tertulis siswa pada materi fungsi kuadrat.

Untuk melengkapi data-data yang diperlukan, dilakukan wawancara terhadap

subjek penelitian. Wawancara dilakukan setelah pemberian tes. Subjek wawancara

diambil perwakilan siswa dari setiap kategori yang diperoleh berdasarkan hasil tes

pemahaman matematis. Peneliti memilih sebanyak 6 siswa untuk diwawancarai.

Keenam siswa tersebut mewakili 3 kategori, yaitu kategori tinggi, sedang, dan

rendah. Masing-masing kategori diwakilkan oleh 2 siswa, sehingga kesimpulan yang

diperoleh dari kategoi tersebut menjadi lebih tepat.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen tes dan

pedoman wawancara. Insrumen tes yang digunakan adalah instrumen tes pemahaman

matematis. Tes pemahaman matematis yang diberikan berupa soal tes uraian materi

fungsi kuadrat yang berjumlah 7 butir soal yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan pemahaman matematis siswa berdasarkan indikator pemahaman

matematis menurut Anderson. Masing-masing soal mewakili setiap indikator.

Untuk melakukan wawancara, digunakan instrumen pedoman wawancara semi

terstruktur. Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara lebih mendalam

mengenai pemahaman matematis siswa dalam menyelesaikan soal fungsi kuadrat.

Wawancara terdiri dari beberapa pertanyaan yang bisa memberikan penguatan alasan

terhadap langkah-langkah jawaban siswa.


19

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan tes dan wawancara.

3.5.1 Tes

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau

kelompok (Arikunto, 2010: 193).

Dalam penelitian ini, tes yang diberikan berupa 7 butir soal uraian yang harus

diselesaikan oleh siswa untuk melihat tingkat pemahaman matematis siswa pada

materi fungsi kuadrat. Butir soal pada tes tersebut berdasarkan indikator

pemahaman matematis menurut Anderson et al (2001) yaitu interpreting

(penafsiran), exemplifying (memberi contoh), classifying (mengklasifikasikan),

summarizing (meringkas), inferring (menyimpulkan), comparing

(membandingkan), dan explaining (menjelaskan). Waktu untuk pengerjaan tes

tersebut ialah 60 menit. Skor pada masing-masing butir soal disesuaikan dengan

tingkat kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Skor pada butir soal nomor

1, 2, dan 3 adalah 10,skor pada butir soal nomor 4 dan 5 adalah 15, dan skor

pada butir soal nomor 6 dan 7 adalah 20.

Kategori pada tes pemahaman matematis adalah dengan melihat hasil dari

sekitar 30 siswa yang mengerjakan tes tersebut. Kemudian, dipilih 2 siswa yang

memperoleh nilai tertinggi akan memenuhi kategori tinggi, 2 siswa yang

memperoleh nilai di sekitar rata-rata akan memenuhi kategori sedang, dan 2

siswa yang memperoleh nilai paling rendah akan memenuhi kategor rendah

(Arikunto, 2013).
20

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik untuk mengumpulkan data yang

dilakukan dengan cara berkomunikasi secara tatap muka dengan responden

(Arikunto, 2010:198). Wawancara dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah

yang diambil siswa pada saat mengerjakan tes pemahaman matematis.

Wawancara yang dilakukan ialah wawancara semi terstruktur. Siswa yang akan

diwawancarai adalah sebanyak 6 siswa, yaitu 2 siswa yang memperoleh nilai

tertinggi, 2 siswa yang memperoleh nilai rata-rata, dan 2 siswa yang

memperoleh nilai terendah.

Dalam proses wawancara, awalnya peneliti bertanya beberapa pertanyaan

yang sudah disiapkan, tetapi pertanyaan tersebut bisa berkembang dan

disesuaikan lagi dengan kondisi subjek penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data adalah proses menyederhanakan data yang kemudian dipilih

data yang paling penting. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, dan memisahkan data yang tidak perlu dan

mengelompokkan suatu data dengan menggunakan teknik sehingga bisa

diambil kesimpulan (Miles & Huberman, 2007).

Pada penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilih 6 dari 30

siswa yang mengikuti tes pemahaman matematis, meliputi kategori tinggi


21

sebanyak 2 siswa, kategori sedang sebanyak 2 siswa, dan kategori rendah

sebanyak 2 siswa.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan serangkaian informasi terkait data yang

disajikan dalam bentuk narasi, gambar, ataupun diagram. Miles dan

Huberman (2007) mengatakan bahwa penyajian yang dimaksud disini adalah

sekumpulan informasi yang memungkinkan untuk dilakukan penarikan

kesimpulan. Bentuk penyajian data pada penelitian ini adalah bentuk data

teks deskriptif dan gambar.

3. Penarikan kesimpulan

Setekah dilakukannya penyajian data, langkah terakhir yang dilakukan

peneliti adalah menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan bagian

dari suatu kegiatan yang dapat dijadikan keseluruhan mengenai suatu

informasi menjadi satu (Miles & Huberman, 2007).

Hasil analisis dari masing-masing indvidu disimpulkan dalam kategori

tinggi, sedang, dan rendah. Setelah memperoleh kesimpulan dari setiap

kategori, maka akan disimpulkan kembali secara keseluruhan.

3.7 Triangulasi Data

Keabsahan suatu data kualitatif dapat diperiksa dengan menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data sekaligus menguji

kredibilitas data dengan berbagai sumber yang ada. Semakin banyak kesepakatan

dari sumber data yang berbeda, maka keabsahan data semakin bagus. Menurut Patton
22

dalam (Sugiyono, 2009), kekuatan data akan lebih meningkat dengan teknik

triangulasi dibandingkan dengan satu pendekatan. Nilai dari teknik pengumpulan

data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent

(meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan

teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih

konsisten, tuntas, dan pasti (Mathinson dalam Sugiyono, 2009).

Ada empat jenis triangulasi yang dipakai sebagai teknik pemeriksaan keabsahan,

yaitu penggunaan sumber, metode, teori, dan penyelidik (Moleong, 2005). Pada

penelitian ini, jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode, yaitu

dengan membandingkan hasil tes dengan hasil wawancara. Jika terdapat kesesuaian

antara jawaban tes dengan jawaban hasil wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa

data yang diperoleh dapat dipercaya. Kemudian, data tersebut dianalisis dan

dikelompokkan berdasarkan pemahaman matematis siswa dan selanjutnya diberikan

nilai sesuai dengan rubrik penilaian.


DAFTAR PUSTAKA

Alan, U. F., & Afriansyah, E. A. (2017) Kemampuan pemahaman matematis siswa


melalui model pembelajaran auditory intellectualy repetition dan problem
based learning. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1), 68–78.
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R.
E., Pintrich, P. R., … Wittrock, M. C. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives (Abridged). New York: Longman.
Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dewi, K., & Hakim, D.L. (2021). Analisis kemampuan pemahaman matematis siswa
SMA pada materi Integral. Jurnal Karya Pendidikan Matematika, 8(2), 2339-
2444.
Erlina, & Hakim, D.L. (2019). Kecerdasan logis matematis siswa SMP pada
scaffolding. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika (Sesiomadika), 1165-1173.
Hakim, D. L. (2017). Penerapan permainan saldermath algebra dalam pelajaran
matematika siswa kelas VII SMP di karawang. JIPMat, 2(1), 10–19.
https://doi.org/10.26877/jipmat.v2i1.1476
Herdian. (2010). Kemampuan pemahaman matematis.
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-
matematis/.
Karim, A., & Nurrahmah, A. (2018). Analisis kemampuan pemahaman matematis
mahasiswa pada mata kuliah Teori Bilangan. Jurnal Analisa, 4(1), 24-32.
Kurniasari, Y., Sugandi, A. I., & Sariningsih, R. (2021). Analisis kesalahan siswa
kelas X dalam menyelesaikan soal materi Fungsi Kuadrat berdasarkan
Prosedur Kastolan. JPMI – Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 4 (6),
1561-1568.
Miles, M., & Huberma, A. (2007). Analisis data kualitatif buku sumber tentang
metode-metode baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rinke Cipta.
Muyassar, A. (2019). Kemampuan siswa terhadap materi Transformasi Geometri di
kelas XI SMA Labschool Banda Aceh. [Skripsi, Universitas Syiah Kuala],
Banda Aceh.
NCTM. (2000). Principle And Standards For School Matheatics. Reston: ISBN.

23
24

Oktoviani, V., Widoyani, W. L., & Ferdianto, F. (2019). Analisis kemampuan


pemahaman matematis siswa SMP pada materi sistem persamaan linear dua
variabel. Edumatica, 9(1), 39–45. https://doi.org/10.22437/edumatica.v9i1.6
346
Rahmah, Nur. (2013). Hakikat pendidikan matematika. Al-Khawarizmi, 2, 1-10.
Sari, D. P., Nurochmah, N., Haryadi, H., & Syaiturjim, S. (2016). Meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis melalui pendekatan pembelajaran student
teams achivement division. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 3(1), 16–22.
https://doi.org/10.21831/jrpm.v3i1.7547
Siagian, M. D. (2016). Kemampuan koneksi matematik dalam pembelajaran
matematika. MES, 2(1), 58–67.
Suherman, E., & Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk praktis untuk melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Ulfa, M. (2018). Pembelajaran pada materi Bentuk Akar melalui scaffolding berbasis
Teori Vygotsky di kelas IX MTsN 1 Banda Aceh. [Skripsi, Universitas Syiah
Kuala], Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai