Anda di halaman 1dari 34

BAB 

II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan memiliki posisi yang strategis untuk mengangkat kualitas, harkat,
dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang berharkat dan bermartabat.
Pendidikan akan melahirkan orang-orang terdidik yang akan menjadi kekuatan
untuk membentuk suatu organisasi besar sebuah negara. Salah satu pilar untuk
menopang suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan memegang peran penting
atas keberlangsungan suatu negara. Oleh karena itu, kualitas pendidikan di suatu
negara bisa menjadi salah satu indikator kemajuan bangsa.
Perkembagan dunia pendidikan dewasa ini mulai mengarah kearah yang
serius, dimana kebutuhan manusia mengalami perubahan dari masa ke masa. Di
zaman globalisasi ekonomi sekarang ini, perhatian manusia kepada kebutuhan
ekonomi jauh lebih besar dibandingkan perhatikan kepada kebutuhan rohani. 
Untuk memenuhi keinginan seseorang maka orang itu akan melakukan berbagai
upaya agar keinginannya dapat terpenuhi. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
ekonomi sudah menjadi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu pembahasan
tentang ekonomi tidak hanya untuk orang-orang kaya saja tetapi juga untuk semua
orang termasuk dunia pendidikan.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Apa defenisi pendidikan?
2. Bagaimana hubungan ekonomi dan pendidikan?
3. Apa saja peran ekonomi  dalam pendidikan?
4  Apa saja Fungsi ekonomi dalam pendidikan?
5. Bagaimana landasan ekonomi pendidikan di Amerika Serikat?
6. Bagaiman Landasan ekonomi pendidikan di Jepang?
7. Bagaimana Landasan ekonomi pendidikan di Indonesia?

1
8.   Bagaimana perbandingan landasan ekonomi pendidikan di Amerika serikat,
Jepang dengan Indonesia?

1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan malakah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui defenisi pendidikan
2. Mengetahui hubungan ekonomi dan pendidikan
3. Mengetahui peran ekonomi dalam ekonomi
4. Mengetahui fungsi ekonomi dalam pendidikan
5. Mengetahui landasan ekonomi pendidikan di Amerika Serikat
6. Mengetahui landasan ekonomi pendidikan di Jepang
7. Mengetahui landasan ekonomi pendidikan di Indonesia
8. Mengetahui perbandingan landasan ekonomi pendidikan di Amerik serikat,
Jepang dengan Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan

Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan.


Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak
menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah
dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula
disekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan
dosen. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada makhluk lain
yang membutuhkan pendidikan.

2.1.1 Pengertian pendidikan


Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
1) Pendidikan
2) Teori umum pendidikan
3) Ilmu pendidikan

Pengertian yang pertama mengacu kepada pendidikan pada umumnya, yaitu


pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti ini sudah
ada semenjak manusia ada di muka bumi. Seperti mendidik secara insting. Yang
termasuk insting manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta terhadap
anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan
kehangatan dekapan ibu.

Mendidik secara insting segera diikuti oleh mendidik yang bersumber dari
pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara
mendidik karena perkembangan pikirannya. Demikianlah makin lama makin
banyak ragam cara mendidik orang tua terhadap anak.

3
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian
dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan
iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti mendidik bermaksud membuat
manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari
kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan
manusia.

Bila insting dibawa sejak lahir, maka pendidikan dan kebudayaan didapat
melalui belajar. Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling memajukan.
Pendidikan membuat orang berbudaya. Makin banyak orang menerima
pendidikan makin berbudaya orang itu. Dan makin tinggi kebudayaan makin
tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan
sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka Pendidikan sebagai
salah satu aspek kehidupan, ada dalam kebudayaan. Tetapi kebudayaan hanya bisa
dibentuk oleh pendidikan.

Pengertian yang kedua, pendidikan adalah teori umum pendidikan. Konsep


ini berawal dari pandangan John Dewey, seorang ahli pendidikan di abad ke-19 di
Amerika Serikat. Dia mengatakan pendidikan itu adalah The general theory of
education. Di bagian lain dia juga mengatakan Philosophy is the general theory of
education. (TIM MKDK, 1990). Disini tampak bahwa John Dewey tidak
membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filsafat pendidikan
disamakan dengan teori pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah
teori umum pendidikan.

Teori ini hanya menjelaskan prinsip-prinsip mendidik secara umum, seperti


didaktik atau metodik khusus, yang pada zaman sekarang lebih dikenal sebagai
PBM atau proses belajar mengajar. PMB ini menitikberatkan upaya agar materi
pelajaran atau pendidikan mudah diamati, diinternalisasi, dihayati, ditransfer, dan
dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Agar mudah diamati biasanya memakai alat
peraga atau belajar dengan benda-benda konkret sehingga semua alat indra

4
terlibat. Diinternalisasi artinya dipahami arti dan maknanya sehingga lebih mudah
dihayati. Sedangkan ditransfer artinya diaplikasikan pada konsep dan atau situasi
lain yang serupa. Dan dilaksanakan dalam bentuk pemecahan soal, dapat juga
dalam bentuk pemecahan masalah dalam kehidupan.

Dalam mencapai tujuan, PBM tidak pernah terlepas dari suatu seni atau kiat
mendidik. Pendidikan sering mencari suatu strategi, pendekatan, atau siasat baru
untuk mencapai cita-citanya. Strategi, pendekatan, siasat, atau taktik ini sering
diciptakan sendiri oleh pendidik berdasarkan pengetahuan, logika, dan
pengalamannya. Inilah yang disebut kiat. Setiap pendidik pada umumnya
memiliki kiat-kiat sendiri, yang sudah tentu tidak sama satu dengan yang lain.
Sebab itu kiat sering disebut sebagai seni mendidik.

Pengertian yang ketiga, pendidikan sebagai suatu ilmu. Pandangan ini berasal
dari Eropa Barat, khususnya Belanda dengan ahli pendidikannya yang terkenal
bernama Langeveld. Di negeri ini pendidikan secara resmi diakui sebagai ilmu
pengetahuan atau ilmu pendidikan pada tahun 1925.

Suatu pengetahuan dapat berubah menjadi suatu ilmu bila memenuhi


persyaratan ilmu. Syarat-syarat ilmu yang dimaksud secara umum adalah sebagai
berikut: (1) memiliki objek, (2) punya metode penyelidikan, (3) sistematis, (4)
punya tujuan sendiri.

Secara garis besar tujuan Ilmu Pendidikan itu adalah untuk mengembangkan
individu baik jasmani maupun rohani secara optimal, agar mampu meningkatkan
hidup dan kehidupan diri, keluarga, dan masyarakatnya.

2.1.2 Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik


Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan.

Tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UURI No. 20 Tahun 2003
adalah berupaya untuk dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

5
manusia yang: (1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2)
Berakhlak mulia, (3) Sehat, (4) Berilmu, (5) Cakap, (6) Kreatif, (7) Mandiri, dan
(8) Menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab.

Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan


sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional sudah mencakup ketiga ranah
perkembangan manusia, seperti tertulis dalam teori-teori pendidikan, yaitu
perkembangan:

1) Afeksi
2) Kognisi
3) Psikomotor

Di samping itu peserta didik tidak dipaksakan untuk mengikuti pendidikan


tertentu, melainkan diberi kebebasan untuk memilih sendiri, sesuai dengan bakat
dan kemampuannya masing-masing. Pada PPRI No. 19 Tahun2005 pasal 19
tertulis sebagai berikut: “proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, kreatif, berpeluang untuk berprakarsa, dan
mandiri sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologisnya.”

Dalam UURI No. 20 Tahun 2003 pasal 2 disebutkan pendidikan nasional


berdasarkan pancasila. Pancasila inilah yang mewarnai perkembangan peserta
didik. Untuk keperluan itu pendidik harus paham dan terampil memasukkan sila-
sila pancasila ke dalam diri peserta didik ketika melaksanakan proses
pembelajaran.

Beberapa di antara para ahli, seperti Paulo Freire, Alvin Toffler, Samuel
Smith, mengemukakan pandangan tentang tujuan pendidikan dimana pemikiran
mereka tak jauh berbeda satu sama yang lain. Mereka sama-sama menginginkan
pendidikan bertujuan mengembangkan individu peserta didik secara alami atau
wajar, dalam arti memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan
potensi-potensi mereka seperti apa adanya.

6
Tujuan pendidikan Indonesia ialah untuk membentuk manusia seutuhnya,
dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara, berimbang, optimal,
dan terintegrasi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, sudah tentu harapan-
harapan para ahli di atas bisa tercapai. Bila dikaitkakan dengan pendapat para
ahli, tujuan pendidikan Indonesia pun mengembangkan potensi-potensi individu
seperti apa adanya.

2.2 Ekonomi

2.2.1 Pengertian ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas


manusia yang berhubungan dngan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap
barang dan jasa. Istilah ekonomi sendiri berasal dari Yunani yaitu οἶκος (oikos)
yang berarti keluarga rumah tangga dan  νόμος  (nomos) yang berarti peraturan, aturan,
hukum. Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai ‘aturan rumah tangga” atau managemen
rumah tangga.

Pokok yang dianalisa dalam ilmu ekonomi adalah


1. Bagaimana caranya menggunakan pendapatan atau sumber daya tertentu agar ia dapat
memberikan kepuasan maksimum kepada seseorang atau masyarakat.
2. Bagaimana cara meminimumkan penggunaan pendapatan atau sumber-
sumber daya untuk mencapai suatu tingkat kepuasan tertentu.

Dalam hubungannya antara biaya dan manfaat, pendidikan dipandang sebagai


salah satu bentuk investasi pertama kali dikemukakan Theodore Wschultz pada
tahun 1960 berjudul investement in human capital dalam forum American
Ecomonic Assosiation. Pesan yang disampaikan adalah “proses  pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentukkonsumsi
semata-mata, akan tetapi merupakan suatu investasi”.
Teori human capital suatu aliran pengeluaran yang menganggap manusia merupakan 
suatu bentuk kapital  sebagai mana bentuk-bentuk kapital lainnyaseperti mesin,
teknologi, uang, tanah, materil yang menentukan pertumbuhan produktivitas

7
melalui investasi dirinya sendiri. Human capital  dapat diaplikasikanmelalui
berbagai bentuk investasi SDM diantaranya pendidikan
formal, pendidikan informal, pengalaman kerja, kesehatan, gizi dan transmigrasi.
Konsep investasi SDM menganggap penting kaitannya antara
pendidikan, produktivitas kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori human
capital  tenaga kerja merupakan pemegang kapital yang tercermin dalam
pengetahuan,keterampilan, dan produktivitas kerjanya.

2.3 Hubungan Ekonomi dan Pendidikan


2.3.1 Pengertian ekonomi pendidikan
Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik
secara perorangan maupun didalam kelompok masyarakatnya membuat keputusan
dalam rangka mendaya gunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat
menghasilkan berbagai  bentuk pendidikan dan  pelatihan,  pengembangan ilmu
pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap khususnya melalui pendidikan
formal, serta bagaimana mendistribusikannya secara merata dan adil diantara
berbagai kelompok masyarakat. Cohn, 1979 (dalam Fatah, 2002) menyatakan
ekonomi pendidikan adalah studi tentang bagaimana manusia baik secara individu
maupun kelompok masyarakat membuat keputusan dalam rangka mendaya
gunakan sumber dayayang langka/terbatas agar dapat menghasilkan berbagai
bentuk pendidikan dan latihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan,
pendapat, sikap, dan nilai-nilai khususnya melalui pendidikan formal, serta
mendiskusikannya secara merata dan adil diantara berbagai kelompok masyarakat.
Ilmu ekonomi pendidikan berkembang menjadi perspektif  investasi
sumber daya manusia. Investasi ini menganggap ada kaitan antara
pendidikan,  produktivitas kerja,dan pertumbuhan ekonomi. Pusat perhatian mend
asar dari konsep ekonomi adalah bagaimana mengalokasikan sumber-sumber
yang terbatas untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam mungkin tak terhingga
jumlahnya. Pertimbangan ekonomis didasarkan pada kemampuan anggaran,
sedangkan pertimbangan politis didasarkan  pada  tujuan  masyarakat secarameny
eluruh. Di negara  yang sedang berkembang seperti Indonesia skala prioritas

8
tertinggi adalah pertumbuhan ekonomi dan keadilan.Investasi sebagai suatu
konsep umum dapat diartikan sebagai upaya untukmeningkatkan nilai tambah
barang atau jasa di kemudian hari denganmengorbankan nilai konsuksi sekarang
(Cohn, 1979, dalam Fattah 2002) investasi dalam SDM dapat diartikan sebagai
suatu entitas yang nilainya bisa berkembang dikemudian hari melalui suatu proses
pengembangan nilai seperti peningkatan sikap. Rich (1992) mengakui bahwa
seseorang memilikipotensikeuangan yang berhubungan dengan kualitas pengetahu
an yang diperolehnya. Rich (1992) menyatakan manfaat pendidikan juga dapat
dilihat sebagai nilai tambah yangdiperoleh seseorang karena mendapat
pendidikan  tertentu. Nilai tambah secara umum merupakan peningkatan derajat,
harkat, dan martabat seseorang. Secara khusus dipandang sebagai peningkatan
kemampuan berpikir, bersikap dan berperilaku, dan keterampilan.
Sedangkan manfaat ekonomi dari pendidikan merupakan nilai tambah secara
ekonomi karena bertambahnya tingkat pendidikan. Manfaat dibagi menjadi
manfaat pribadi dan manfaat masyarakat. Manfaat bagi pribadi adalah tambahan
penghasilan bersih (setelah pajak) seumur hidup dari tenaga kerja karena
betambahnya tingkat pendidikan tenaga kerja tersebut. Manfaat bagi masyarakat
adalah tambahan output yang dihasilkan oleh tenaga kerja bagi masyarakat karena
meningkatnya pendidikan tenaga kerja tersebut (Sumarno, 2005). Investasi
Sumber Daya Manusia menurut Todaro (2000) menyatakan bahwa peran
pendidikan formal tidaklah terbatas memberikan pengetahuan dan keahlian
kepada masing-masing individu untuk dapat bekerja sebagai agen perubahan
ekonomi yang baik bagi masyarakatnya, tetapi juga menanamkan tata nilai luhur,
norma-norma, cita-cita, tingkah laku, dan aspirasi yang saling berkaitan baik
langsung maupun tidak langsung. Pendidikan juga diharapkan mendapatkan
tenaga kerja terdidik dalam berbagai tingkatan dalam rangka menyelenggarakan
pembangunan bangsa.

2.3.2 Peran ekonomi dalam pendidikan

Dunia sekarang tidak hanya disibukkan oleh masalah-masalah politik yang


membuat banyak pertentangan, melainkan juga masalah ekonomi atau

9
perdagangan. Masing-masing Negara berusaha meningkatkan perekonomiannya.
Berbagai cara mereka lakukan termasuk membentuk organisasi atau blok-blok
ekonomi.

Di samping memajukan perekonomian di negeri sendiri, sejumlah Negara


yang sudah makmur juga memberi bantuan kepada Negara-negara berkembang
berupa pinjaman lunak atau bantuan khusus. Kerja sama ekonomi yang lain
adalah diperbolehkannya suatu Negara membentuk usaha atau industri di Negara
lain dengan bentuk perjanjian tertentu. Bentuk kerja sama yang lain adalah
diproduksinya komponen-komponen suatu produksi di daerah lain. Semua ini
merupakan wujud dari globalisai ekonomi.

Globalisasi ekonomi yang melanda dunia, otomatis mempengaruhi hampir


semua Negara di dunia, termasuk Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu karena
takut digulung dan dihempaskan oleh gelombang globalisasi ekonomi dunia.

Pemerintahan Indonesia memutuskan tetap mengutamakan pembanguan


ekonomi. Kalau dahulu alasannya ekonomi memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia, maka kini disamping alasan itu juga tidak kalah bersaing
dalam era globalisasi ekonomi ini. Perhatian pemerintah sangat besar dalam
bidang ekonomi. Berbagai kebijaksanaan dan peraturan baru dibuat.

Akibat pengutamaan pembangunan di bidang ekonomi adalah munculnya


berbagain usaha baru, pabrik-pabrik baru, industri-industri baru, badan-badan
perdagangan baru, dan badan-badan jasa yang baru pula. Jumlah konglomerat
bertambah banyak, walaupun orang-orang miskin masih tetap ada. Pertumbuhan
ekonomi dan penghasilan Negara bertambah, walaupun hutang luar negeri cukup
besar dan penghasialn rakyat kecil masih minim.

Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan.


Cukup banyak orang kaya yang sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat
agar anak-anak dari orang dtidak mampu bisa bersekolah, terlepas dari apakah
karena dorongan hati sendiri atau berkat imbauan pemerintah yang tidak pernah
berhenti. Sikap dan tindakan seperti sangat terpuji, bukan hanya karena bersifat

10
perikemanusiaan, melainkan juga dalam upaya membantu menyukseskan wajib
belajar 9 tahun.

Perkembangan lain yang menggembirakan di bidang pendidikan adalah


terlaksananya sistem ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada
sejumlah lembaga pendidikan, yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak
usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para
pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan.

Sumbangan yang paling berarti bagi pendidikan adalah ikut menangani proses
pendidikan itu sendiri dalam batas-batas kemampuan mereka masing-masing.
Seperti diketahui, sistem ganda ini diadakan dalam rangka mengembangkan
keterampilan para siswa. Pengembangan ini membutuhkan alat-alat belajar yang
cukup banyak jumlah dan jenisnya. Sementara itu sebagian besar sekolah tidak
memilikinya, yang merupakan salah satu hambatan utama bagi sekolah. Berkat
uluran tangan para pengusaha, maka secara pelan-pelan alat-alat belajar ini bisa
dipenuhi,. Dalam sistem ini para siswa belajar di dua tempat yaitu di sekolah dan
di perusahaan.

Pendapat masyarakat tentang sekolah unggul ini ada yang pro da nada pula
yang kontra. Sesungguhnya ditinjau dari niat baik para konglomerat atau orang
kaya untuk mendirikan sekolah sudah merupakan keuntungan bagi dunia
pendidikan di Indonesia. Karena bantuan dana dari mereka terhadap lembaga-
lembaga pendidikan yang sudah ada belum tampak secara berarti. Dengan
mendirikan sekolah tersendiri, menunjukkan kepada kita bahwa sebagian dari
penghasilan mereka sudah disumbangkan dalam wujud persekolahan. Diharapkan
makin lama makin anyak sekolah unggul didirikan. Sehingga kelak tiba waktunya
sekolah-sekolah swasta akan lebih tinggi mutunya daripada sekola-sekolah negeri,
seperti halnya dengan negeri-negeri maju. Hal ini memang wajar sebab dana
pendidikan dari pemerintah sangat terbatas.

11
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa ekonomi itu memegang peran
yang penting dalam kehidupan seseorang, walaupun orang itu sudah menyadari
bahwa kehidupan yang gemerlapan tidak menjami akan memberi kebahagiaan.

Sekali lagi betapa tinggi peran ekonomi di mata seseorang, bangsa, bahkan
dunia. Hanya karena peran ekonomi suatu desa bisa dikategorikan miskin, sedang,
atau makmur. Atau mungkin asumsi mereka mengatakan bahwa kehidupan positif
yang lain akan bisa dicapai manakala kehidupan ekonomi sudah memadai.

Analog dengan tingkat kehidupan keluarga, tingkat kehidupan sekolah atau


perguruan tinggi pun sangat ditentukan oleh kondisi ekonominya masing-masing.
Seolah atau perguruan tinggi yang kaya akan bisa hidup lebih leluasa, karena
semua jenis pembiyaan dapat diberi dana sebagaimana mestinya. Sebaliknya
sekolah atau perguruan tinggi yang miskin sangat sulit bergerak, menggaji guru
atau dosen saja masih sulit apalagi membuat gedung atau membeli perlengkapan
belajar mengajar yang canggih sangat tidak mungkin dilaksanakan.

Persekolahan di Indonesia seabagian besar masih lemah ekonominya. Juga


kesejahteraan guru dan dosennya yang belum memadai. Lebih-lebih bagi guru di
SD, keadaannya sangat menyedihkan sehingga sebagian terbesar dari mereka
terpaksa mencari sambilan di luar untuk menutupi ekonominya. Hal ini bisa
terjadi karena keterbatsan dana dari pemerintah maupun yayasan.

2.3.3 Fungsi ekonomi dalam pendidikan

Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran


proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk
mendapat keuntungan. Ekonomi pendidikan sama fungsinya dengan sumber-
sumber pendidikan yang lain, seperti guru, kurikulum alat peraga, dan sebagainya,
untuk menyukseskan misi pendidkan, yang semuanya bermuara pada
perkembangan peserta didik. Ekonomi merupakan salah satu bagian sumber
pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan afeksi, koginisi, dan
keterampilan.

12
Selain sebagai penunjang pendidikan, ekonomi juga berfungsi sebagai materi
pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Dan dalam waktu-
waktu tertentu ada baiknya menciptakan pengalaman khusus yang mengandung
ekonomi, misalnya survey tentang tata cara perdagangan di toko swalayan. Atau
anak-anak disuruh mencarri masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat untuk
mereka cari pemecahannya bersama.

Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas dalam hal-


hal berikut:

1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau
bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan
ditemukan di lapangan, seperti:
a. Prasarana.
b. Sarana.
c. Media.
d. Alat belajar/peraga.
e. Barang habis pakai.
f. Materi pembelajaran.
2. Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi,
dan radio.
3. Membayar jasa segala keinginan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan,
perayan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan
sebagianya.
4. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa
mengembangkan indidvidu yang berperilaku ekonomi, seperti:
a. Hidup hemat.
b. Bersikap efisien.
c. Memliki keterampilanm produktif.
d. Memiliki etos kerja.
e. Mengerti prinsip-prinsip ekonomi.
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.

13
6. Meningkatkan motivasi kerja.
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.

Ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-


sumber dana yang mungkin bisa digali sebagai berikut:
1. Dalam pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-
penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-
perlombaan lainnya.
2. Dari kerja sama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupum dunia
usaha.
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari suatu desa yang sudah
mapan, suatu daerah kecil dan lainnya.
4. Usaha-usaha lain, misalnya:
a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan dimasyarakat.
b. Menjual hasil karya nyata anak-anak.
c. Membuat bazar.
d. Mendirikan kafetaria.
e. Mendirikan toko keperluan personalia pendidikan dan anak-anak.
f. Mencari donator tetap.
g. Mengumpulkan sumbangan.
h. Mengaktifkan komite sekolah khusus dalam meningkat dana pendidikan.

Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana


pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri),
masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan
pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu:

1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, sperti gaji,
pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya
pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-
pembangunan dalam berbagai bidang.

14
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai
hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau
untuk memperbesar dana itu.
4. Dan usaha lembaga sendiri yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas.
Pengelolan ekonomi pendidikan mencakup mencari sumber dan tambahan
dan menerima dari pemerintah, menyimpan dana, merencanakan penggunaannya,
memakai dana, mengawasi pemakaian sehingga mencapai tujuan secara efisien.
Yang bertugas mengelola ekonomi pendidikan ini adalah administrator atau
pemimpin lembaga pendidikan yang dibantu oleh badan perencana dan bendahara.

Ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan sebagai berikut:

1. Perencanaan secara tradisional, yaitu dengan menentukan macam-macam


kegiatan pendidikan, kemudian masing-masing kegiatan ditentukan biayanya.
2. SP4 (Sistem Perencanaan Penyusun Program dan Penganggaran).
3. ZBB (Zero Base Budgeting). Hanya direncanakan untuk satu tahun.
Ketika menyusun biaya khusus untuk mengadakan alat-alat belajar tertentu,
Gorton (1983) mengingatkan kita agar (1) mengadakan rasional tentang perlunya
mengadakan brang itu, (2) mempertimbangkan apakah pemakai mempunyai
pengetahuan dan keterampilan memakai alat itu, dan (3) pilih alat yang benar-
benar esensial, yang penting bagi kemajuan pendidikan.
Dalam menentukan biaya pada setiap kegiatan haruslah memperhatikan:
(Vaizey, 1969).
1. Perubahan harga di pasar.
2. Perubahan jumlah barang yang diperlukan.
3. Pertambahan jumlah siswa.
4. Peningkatan standard pendidkan.
5. Tingkat umur peserta didik.
Penerimaan dana harus dipertanggungjawabkan melalui pemakaian yang
jelas. Ada kalanya dana yang baru diterima disimpan di bank kalau belum dipakai
dalam waktu dekat. Semua jenis dana dipertanggungjawabkan kepada badan atau
organisasi pemberi dana.

15
1. Dana rutin dana pembangunan yang bersumber dari pemerintah bagi lembaga
pendidikan negeri dipertanggungjawabkan dengan SPJ (Surat
Pertanggungjawaban) yang disertai bukti-bukti pembayaran yang sah.
2. Dana dari Yayasan bagi lembaga pendidikan swasta dipertanggungjawabkan
dalam bentuk laporan yang juga disetai bukti-bukti pembayaran yang sah.
3. Dana dari masyarakat baik pada lembaga pendidikan negeri maupun swasta
dipertanggungjawabkan dalam laporan yang disertai bukti-bukti pembayaran
yang sah kepada wakil-wakil masyarakat.
4. Dana yang diupayakan sendiri oleh lembaga pendidikan bersangkutan
dipertanggungjawabkan kepada personalia lembaga yang juga disertai dengan
bukti-bukti pembayaran yang sah.

2.3.4 Landasan ekonomi pendidikan di Amerika


Kegiatan pendidikan di Amerika Serikat merupakan suatu usaha besar-
besaran. Hal tersebut tercermin dalam anggaran belanja pendidikannya yang sagat
besar (berbeda dengan indonesia yang hanya menganggarkan sedikit saja APBN-
nya untuk pos pendidikan).Pendidikan di Amerika Serikat (AS) pada dasarnya
disediakan oleh pemerintah. Pendanaan datang dari 3 tingkatan, yaitu tingkat
Pemerintah Pusat (Federal), Pemerintah Negara Bagian(State) dan Pemerintah
Lokal (Local/County/City). Selain itu, terdapat juga pendidikan yang disediakan
oleh swasta, tentunya yang bertujuan for profit. Sehingga, di Amerika dikenal ada
pendidikan yang bertujuan not for profit dan for profit.

 Sumber Pajak Untuk Pendapatan Sekolah


Kegiatan sekolah umum bergantung terutama pada pendapatan yang
dihasilkan oleh pajak, khususnya pajak properti pada level lokal, pajak penjualan
dan pendapatan pada level negara bagian. Masyarakat umum menerima pajak
apabila :
1. Pajak tidak menyebabkan distorsi ekonomi

16
Perubahan perilaku ekonomi dalam pola belanja atau relokasi bisnis, industri
dan penduduk
2.  Pajak harus adil (memperhatikan kemampuan pajak)
3.  Pajak harus memberi kemudahan (pajak dikumpulkan dengan biaya yang
rendah baik wajib pajak dan pemerintah).
4.  Pajak harus tanggap terhadap perubahan kondisi ekonomi

 Pendanaan Lokal Untuk Sekolah


1.  Pajak Properti
Pajak properti merupakan sumber utama pendanaan untuk sekolah lokal,
yang perhitungannya dikaitkan dengan nilai jual objek pajak dan pajak penjualan.
Pajak properti tidak selamanya mudah untuk dikumpulkan tergantung pada efiensi
dari departemen pajak di pemerintah lokal.

2.  Pajak dan Biaya Lokal lainnya


Untuk menambah dana, selain dari pajak properti, sekolah lokal dapat
mengumpulkan pendanaan melalui pajak pemasukan khusus dan pajak-pajak atau
biaya lainnya, misalnya menarik biaya dari fasilitas dan layanan yang digunakan,
seperti pelayanan bis, buku teks, aktivitas atletik, rekreasi, dan kegiataan setelah
sekolah.

3.  Sumber Lokal dan Keragamannya


Meskipun mendapat bantuan dari pemerintahan negara bagian dan federal,
beberapa sekolah lokal kurang mampu mendukung biaya pendidikan. Suatu
sekolah yang lokasinya di daerah yang kaya dengan dasar pajak yang tinggi dapat
menghasilkan lebih banyak pendanaan dibandingkan sekolah di wilayah miskin.
Walaupun permasalahan keuangan mempengaruhi banyak wilayah
pedesaan dan kota atau kabupaten, permasalahan keuangan terbesar biasanya
terjadi pada kota besar yang dikenal dengan istilah "municipal overburden"
(Tuntutan keuangan yang keras pada masyarakat karena kerapatan populasi dan
income masyarakat yang rendah), sehingga kota besar tidak dapat menyediakan

17
persentase pendanaan yang tinggi dari pajak untuk sekolah dibandingkan yang
dapat disediakan oleh wilayah pedesaan dan kota atau kabupaten.
Sekolah-sekolah di kota harus mengeluarkan lebih banyak sumber dana
pendidikan per siswa dibandingkan sekolah-sekolah di desa. Sekolah di perkotaan
memerlukan biaya untuk kerusakan, biaya makan siang, biaya ansuransi dan biaya
perawatan yang lebih besar.

 Sumber Penghasilan Negara Bagian.


Pajak penjualan dan pajak pribadi merupakan dua sumber utama
penghasilan negara. Sejak negara membiayai 60 % biaya pendidikan , dua pajak
ini yang sangat mendukung pendidikan umum.
Pajak penjualan secara administrasi pengumpulannya lebih mudah.
Permasalahan timbul bila penjualan terjadi antara negara bagian, sebab negara
bagian satu pun tidak mau membayar pajak penjualan ke negara bagian lain.
Pajak penghasilan pribadi merupakan sumber penghasilan terbesar kedua,
pada tahun 90 menghasilkan 31 % dari total penghasilan pajak negara bagian.
Semestinya pajak pendapatan tidak menyebabkan "Economic Distortions". Pajak
yang tinggi bukan jalan keluar untuk memberikan hak keadilan. Secara teori pajak
penghasilan merupakan refleksi dari pendapatan pembayar pajak dan kemampuan
untuk membayar.
Jenis pajak lain diperoleh dari pajak bahan bakar kendaraan, pajak minutan
keras, pajak tembakau, pajak pesangon, pajak perusahaan.
Sumber lain juga diperoleh dari pajak lotere di 9 negara bagian
(Calofornia, Florida, Ilonius, Michigan, Montana, New Hampshire, New Jersey,
New Cork, dan Ohio).

 Bantuan Pemerintah Pusat Untuk Sekolah Distrik Lokal


Negara bagian menggunakan empat metode dasar untuk membiayai
pendidikan publik. Beberapa negara bagian memiliki strategi keuangan dengan
kombinasi metode.

18
(1)  Flat Grant Model ( Model Dana Bantuan Murni)
            Merupakan uang bantuan negara yang dibagikan pada sekolah di daerah
tanpa memperhitungkan pertimbangan kemampuan pembayaran pajak daerah
setempat, yang didasarkan pada jumlah siswa yang harus dididik.

(2) Foundation Plan Model ( Model Landasan Perencanaan)


Negara tanpa mempertimbangkan kekayaan & pajak daerah memberikan
dana kepada daerah yang miskin lebih banyak untuk setiap siswanya
dibandingkan dengan daerah yang makmur. Tujuannya adalah untuk menjaga
sekolah dari kehancuran lebih parah (pada daerah yang miskin).

(3) Power-equalizing Plan (Model Perencanaan Persamaan Kemampuan)


Model ini menghendaki distrik yang kaya membayar pajak sekolah yang
dikumpulkan kembali ke negara. Selanjutnya negara menggunakan uang dari
sekolah distrik yang kaya itu untuk meningkatkan bantuan sekolah pada distrik
yang lebih miskin.

(4) Weighted student Plan (Model Rencana Bobot Siswa)


Model yang mempertimbangkan siswa-siswa berdasarkan proporsinya.
Contoh siswa yang cacat, siswa program kejuruan atau siswa yang pandai dua
bahasa.

 Dana Pendidikan Federal


Sampai pertengahan abad ke-20, pemerintah federal hanya memberikan
perhatian yang kecil terhadap pembiayaan pedidikan di Amerika Serikat. Hal ini
dikarenakan bahwa kepercayaan pemerintah federal seharusnya tidak mempunyai
kewajiban terhadap pendidikan dan pendidikan namun merupakan tanggungjawab
negara bagian.
Tetapi bukan berarti tidak ada pengaruh federal terhadap pendidikan
Amerika. Hukum nasional dan program-program federal memiliki pengaruh
signifikan dalam hal pengembangan pendidikan. Berikut ini akan dibahas

19
keutamaan dari program ini, tetapi yang harus di ingat adalah program-program
ini dan pelaksanaannya tidak terkoordinasi, mereka bukan bagian dari penyusunan
rencana national untuk pendidikan.

 Bantuan Federal Terkini Untuk Pendidikan


Selama tahun 1980an metode pendanaan sekolah juga
dirubah. Categorical grants (dana untuk kelompok dan tujuan khusus) diberikan
kepada block grants (dana untuk tujuan umum tanpa kategori yang ditentukan).
Categorical grants merupakan bentuk yang penting dari peran serta
federal dalam pendidikan selama tahun 1970an, tetapi federal Consolidation
Education and Improvment Act(ECIA) pada tahun 1981 mengganti Categorical
grants dengan Block grants. Perubahan ini merupakan bagian dari federalisme
baru, pergeseran tanggungjawab untuk program sosial dan pendidikan federal dari
pemerintah nasional ke pemerintah negara bagian.
Keuntungan dari pendekatan block grants dalam program pendidikan
adalah berkurangnya paperwork yang diperlukan untuk mendapatkan
bantuan (grant) atau dengan kata lain, prosedur dan administrasinya lebih
sederhana. Selain itu block grants juga meningkatkan peran administrator lokal
dalam menentukan bagaimana penggunaan dari sumber ini. Pada sistem yang
lama terjadi kompetisi dalam mendapatkan grant dari federal, dan beberapa tidak
memiliki skill yang cukup dalam prosesnya sehingga sistem yang baru dapat
mengurangi kompetisi distrik.
Kritik yang dinyatakan adalah negara bagian telah gagal untuk mejalankan
beberapa program yang telah dibiayai oleh federal. Banyak negara bagian memilih
untuk mendistribusikan dana ke sekolah lokal per anak daripada berdasarkan
kebutuhan yang diperlukan. Berdasarkan hal ini, perhatian lebih ditujukan pada
jenis kontribusi block grantspada sekolah lokal dan cara pendistribusian dari
negara bagian ke level sekolah lokal. Saat ini, sekolah di perkotaan menggunakan
uang bantuan ini untuk program membaca dan bahasa, sedangkan sekolah di
pedesaan cenderung menggunakan uang untuk buku-buku dan material seperti
komputer.

20
Prinsip penghematan yaitu memperkecil berbagai hal yang dapat kita
lakukan dalam penghematan publik di sekolah.
1. Ukuran kelas
Walaupun banyak komentar yang mengatakan bahwa ukuran kelas
(jumlah siswa) yang baik adalah kelas kecil. Karena berdasarkan penelitian
dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas besar dan kelas
kecil, kecuali dalam metoda pengajarannya.
2. Moderinisasi bangunan tua
Daripada membangun sekolah baru, lebih baik jika melakukan perawatan
dan modernisasi terhadap bangunan tua.
3. Sekolah yang lebih kecil
Sekolah yang besar, dengan kriteria yang luas, auditorium, gedung
olahraga akan menghabiskan banyak untuk listrik, ansuransi dan perawatan.
4. Pemberhentian sementara guru
Bagi sekolah yang mengalami penurunan pendaftaran siswa, maka
pemberhentian sementara guru dapat dilakukan.
5. Pengurangan tenaga administrasi
Pengurangan tenaga administratif karena alasan budget, akan lebih baik
dari pada pengurangan tenaga pengajar
6. Mengurangi biaya energi.

2.3.5 Landasan ekonomi pendidikan di Jepang


Tujuan pendidikan nasional di Jepang adalah untuk meningkatkan
perkembangan kepribaian secara utuh, menghargai nilai-nilai individu, dan
menanamkan jiwa yang bebas (Pangi Syarwi, 2008 dalam Tukiyo). Pendidikan di
Jepang mulai mengalami kemajuan sejak dilakukannya reformasi pendidikan pada
masa Restorasi Meiji (Meiji Ishin) dan bertambah pesat setelah masa pendudukan
Amerika Serikat setelah kekalahan Jepang dalam perang dunia II (Murti
Ramli,2009).

21
Langkah dan  usaha jepang dalam mencerdaskan kehidupan bangsanya telah
menuai hasil yang signifikan. Korelasi antara majunya pendidikan Jepang dan
kemajuan industrinya benar-benar terwujud. Sampai saaat ini Jepang menjadi
salah satu negara di Asia yang mempunyai kedudukan sejajar dalam iptek dan
perekonomian dengan raksasa dunia seperti Amerika.
Pada level nasional tanggung jawab pendidikan ada pada kementrian
pendidian, ilmu engetahuan dan kebudayaan.Kementerian memberikan pedoman
untuk menyusun kurikulum, mata pelajaran sertapersyaratan kredit mulai dari TK
hingga ke perguruan tinggi. Kementrian juga bertanggung jawab terhadap
pengembangan buku teks untuk sekolah dasar dan menengah.
Sedangkan untuk distrik, dewan pendidikan bertanggung jawab terhadap
supervise atas masalah-nasalah personalia pada lembaga pendidikan pemerintah,
memberikan inservice training asset cultural, dan memberikan nasihat kepada
lembaga-lembaga pendidikan. Pada masing-masing kota praja memiliki tiga
sampai lima orang dewan pendidikan dengan fungsi utamanya memberikan dan
mengurus institusi pendidikan di kota praja.
Sistem adminstrasi keuangan pendidian Jepang disediakan bersama-sama
antara pemerintah pusat, distrik, maupun kota praja. Adapun anggaran pendidikan
Jepang pada tahun 1980 (16.7 trilyun) yen atau setara dengan 97.000 juta dolar S
sekitar 19.7 % dari total anggaran belanja pemerintah Jepang, dengan alokasi
54.55 untuk wajib belajar, 17.9 untuk pendidikan menengah dan 21.1 % untuk
pendidikan tinggi. Sedangkan pada tahun 1992-1994 anggaran pendidikan di
Jepang sebesar 19.9% dari anggaran pemerintah.

2.3.6 Landasan ekonomi pendidikan di Indonesia


1. Peran pemerintah dalam pendanaan pendidikan sesuai dengan hukum dan
perundang- undangan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional maupun daerah,
negara Indonesia mengalami suatu transisi yang sangat signifikan dalam
pengelolaan sumber-sumber daya yang ada dalam bidang pendidikan terutama
dalam hal pendanaan pendidikan (pembiayaan pendidikan). Dalam hal ini

22
pelaksanaan pendidikan harus disertai dengan adanya peningkatan peran sumber-
sumber daya pendidikan (dana pendidikan) yang telah tertuang. Dalam Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan
Umum pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan bahwa Sumber daya pendidikan adalah
segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. Dalam hal
ini pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang  sangat penting bagi
pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber
pendanaan pendidikan yaitu
1. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.
2. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya
yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 4 juga menerangkan
dalam hal pembiayaan pendidikan bahwa; ”Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan pennyelenggaraan pendidikan nasional”.
Sejalan dengan itu maka dalam implementasi kebijakan pendidikan di
daerah akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya pendidikan
(pembiayaan pendidikan) yang memadai dan dapat diandalkan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya di daerah. Dengan adanya
perubahan kewenangan pengelolaan pendidikan dengan segera mengubah pola
pembiayaan sektor pendidikan. Sebelum otonomi daerah, praktis hanya
pembiayaan sekolah dasar (SD) yang menjadi tanggung jawab Pemda, sedangkan
SLTP dan SLTA (dan juga perguruan tinggi) menjadi tanggung jawab Pusat,
seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 46;
1. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

23
2. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan
anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3.  Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.

Pembiayaan SLTP dan SLTA dilakukan melalui Kanwil Depdiknas (di tingkat
propinsi) dan Kandepdiknas (di tingkat kabupaten/kota). Setelah diberlakukannya
otonomi daerah, seluruh pengelolaan sekolah dari SD hingga SLTA menjadi
tanggung jawab Pemda. Konsekwensinya, tidak ada lagi Kanwil dan
Kandepdiknas, yang ada hanyalah Dinas Pendidikan di tingkat kabupaten/kota
yang berada di bawah kendali Pemda, dan Dinas Pendidikan propinsi yang berada
di bawah kendali Pemprop. Antara Dinas Pendidikan kabupaten/kota dengan
Dinas Pendidikan propinsi tidak ada hubungan hierarkhis, sedangkan propinsi
masih tetap mengemban amanat sebagai perwakilan pemerintah pusat. Dengan
konfigurasi kelembagaan seperti itu, jelas bahwa Pusat tidak lagi punya “tangan”
di daerah untuk mengimplementasikan program-programnya. Implikasinya, setiap
program di tingkat sekolah harus dilakukan melalui koordinasi dengan Pemda,
atau khususnya Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
Dengan konfigurasi kelembagaan yang seperti itu pula, pola pembiayaan
pendidikan mengalami perubahan yang cukup mendasar. Pasal 48 Undang
Undang-undang No. 20 Tahun 2003  menjelaskan bahwa; (1) pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik, (2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Dengan demikian daerah memiliki tanggung jawab yang sangat besar
untuk membiayai sektor pendidikan dengan menggunakan APBD-nya. Dukungan
dari Pusat (dan Propinsi) tetap dimungkinkan, tetapi juga harus melalui
mekanisme APBD, atau paling tidak tercatat di dalam APBD kabupaten/kota.

24
Tantangan pertama yang harus dihadapi oleh para pengelola pendidikan
adalah masalah pendanaan. Sebagai ilustrasi, rendahnya kualitas gedung sekolah,
terutama SD, merupakan salah satu dampak keterbatasan kemampuan pemerintah
dalam memobilisasi dana untuk sektor pendidikan. Di sisi lain, UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) memberi beban yang sangat
berat bagi pemerintah. Pasal 49 menyatakan sebagai berikut;
1. Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2.  Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3.  Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Dana pendidikan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam
bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Untuk tahun ajaran 2002/2003 besarnya APBN sebesar Rp 336,156
trilyun, sedangkan besarnya BTP pada semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan
yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah tahun ajaran 2002/2003 adalah
Rp.101trilyun  dengan rincian:  Rp 60 Trilyun untuk membiayai penyelengaraan
pendidikan dasar dan menengah (terutama sekolah/madrasah negeri) , Rp 10
trilyun  untuk beasiswa anak usia pendidikan dasar dari keluarga miskin,  Rp 10
trilyun  untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi/PTN,  Rp 1 trilyun untuk
pembiayaan pendidikan luar sekolah dan Rp 20 trilyun untuk biaya  manajemen
pemerintah dibidang pendidikan dari tingkat pusat sampai dengan kecamatan.
Dengan demikian sisa  Rp 30 trilyun  digunakan untuk gaji  pendidik (21% dari
APBN diluar gaji pendidik setara dengan Rp 71 trilyun).

25
Di atas kertas, Pemda memang memiliki beberapa sumber keuangan
daerah, seperti dana perimbangan (DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil), pendapatan
asli daerah (PAD) dan pinjaman. Tapi pada kenyataannya, rata-rata peranan PAD
dalam APBD hanya sekitar 7%. Sementara itu, rata-rata tertimbang rasio dana
perimbangan terhadap pengeluaran rutin adalah 1,4 yang menunjukkan bahwa
tidak banyak dana perimbangan yang bisa digunakan untuk keperluan di luar
anggaran rutin.
Jelas bahwa Pemda memiliki tanggung jawab yang besar dan bersifat
jangka panjang di sektor pendidikan, tetapi tidak memiliki sumber dana yang
cukup dan stabil untuk mendanai. Jika situasinya tidak berubah, Daerah tidak akan
mampu memenuhi 20% anggaran untuk pendidikan seperti yang diamanatkan UU
Sisdiknas dan pada gilirannya ada risiko terjadi penurunan kualitas SDM sebagai
dampak otonomi daerah.

2.  Program dan Mekanisme Pemberian Dana Bos


a. Tujuan Pemberian dana BOS
Secara umum Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan
untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan
bagi siswa lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih
bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan Wajib belajar 12 Tahun.
Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD negeri ,SMP negeri dan
SMA negeri pada biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI);
2.  Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam
bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3.  Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Sedangkan untuk Perguruan Tinggi (PT) pendanaan yang diberikan
pemerintah berupa beasiswa bidik misi.

26
b. Sasaran Pemberian dana BOS
Sedangkan sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD ,
SMP dan SMA, baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di
Indonesia, program kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari
program BOS ini. Selain itu, Madrasah Diniyah Takmiliyah (suplemen) juga
tidak berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler
yang telah menerima BOS.
Tahun 2010 besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk
untuk BOS Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:
1. SD/SDLB di kota : Rp 400.000,-/siswa/tahun
2. SD/SDLB di kabupaten : Rp 397.000,-/siswa/tahun
3. SMP/SMPLB/SMPTdikota : Rp 575.000,-/siswa/tahun
4. SMP/SMPLB/SMPT di kabupaten : Rp 570.000,-/siswa/tahun
5. SMA nasional sebesarRp. 1.200.000/siswa/tahun

c. Sekolah menerima dana BOS


Sekolah penerima bantuan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
adalah :
1.Semua sekolah negeri dan swasta berhak memperoleh BOS. Khusus
sekolah/madrasah/ponpes swasta harus memiliki ijin operasional (dengan
penyelenggaraan pendidikan). Sekolah/madrasah/ponpes yang bersedia
menerima BOS harus menandatanagani Surat Perjanjian Pemberian bantuan
dan bersedia mengikuti ketentuan yang tertuang dalam buku petunjuk
pelaksanaan.
2.Sekolah kaya/mapan/yang mampu secara ekonomi yang saat ini memiliki
penerimaan lebih besar dari BOS, mempunyai hak untuk menolak BOS
tersebut, sehingga tidak wajib untuk melaksanakan ketentuan seperti
sekolah/madrasah /ponpes penerima BOS. Keputusan atas penolakan BOS
harus melalui persetujuan dengan orang tua siswa dan komite
sekolah/madrasah/ponpes. Bila sekolah/madrasah/ponpes yang mampu
tersebut terdapat siswa miskin, sekolah/madrasah/ponpes tetap menjamin

27
kelangsungan pendidikan siswa tersebut. Berdasarkan buku petunjuk teknis
penggunaan dana BOS tahun 2011, ketentuan sekolah penerima BOS adalah :

d. Ketentuan yang Harus Diikuti Sekolah Penerima BOS


Sekolah yang telah menyatakan menerima BOS dibagi menjadi 2
kelompok, dengan hak dan kewajiban sebagai berikut :
1.Apabila sekolah/madrasah/ponpes tersebut terdapat siswa miskin, maka
sekolah/madrasah/ponpes diwajibkan membebaskan segala jenis
pungutan/sumbangan/iuran seluruh siswa miskin. Sisa dana BOS (bila masih
ada) digunakan untuk mensubsidi siswa lain. Dengan demikian
sekolah/madrasah/ponpes tersebut menyelanggarakan pendidikan gratis
terbatas. Bila dana BOS cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan 
sekolah/madrasah/ponpes, maka secara otomatis sekolah/madrasah/ponpes
dapat menyelanggarakan pendidikan gratis.
2.Bagi sekolah/madrasah/ponpes yang tidak mempunyai siswa miskin, maka
dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat
mengurangi pungutan/sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orang tua
siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima

e. Tugas dan Tanggungjawab Sekolah/Madrasah/Ponpes dalam pelaksanaan BOS


Berdasarkan ketentuan yang ada, tugas dan tanggung
jawab Sekolah / madrasah / ponpes adalah :
1.Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada.
Bila jumlah dana yang diterima melebihi dari yang semestinya maka harus
segera mengembalikan kelebihan dana tersebut ke rekening Tim Manajemen
BOS Propinsi dengan memberitahukan ke Tim manajemen BOS
Kabupaten/Kota
2.Bersam-sama dengan kepala sekolah/madrasah/ponpes mengidentifikasi
siswa miskin yg akan dibebaskan dari segala jenis iuran
3.Mengelola dana bos secara bertangung jawab dan transparan

28
4.Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yg tidak boleh dibiayai
oleh dana bos serta penggunaan dana bos di sekolah menurut komponen dan
besar dananya di papan pengumuman sekolah /madrasah/ponpes
5.Bertanggungjawab terhadap penyimpanagan penggunaan dana di
sekolah/madrasah/ponpes.
6.Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat

Dalam hal penggunaan dana BOS di sekolah, harus diperhatikan hal-hal


sebagai berikut:
1. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan operasional
sekolah;
2.  Maksimum penggunaan dana untuk belanja pegawai bagi sekolah negeri
sebesar 20%. Penggunaan dana untuk honorarium guru honorer di sekolah agar
mempertimbangkan rasio jumlah siswa dan guru sesuai dengan ketentuan
pemerintah yang ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 15
Tahun 2010 tentang SPM Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;
3.  Bagi sekolah yang telah menerima DAK, tidak.diperkenankan menggunakan
dana BOS untuk peruntukan yang sama;
4.  Pembelian barang/jasa per belanja tidak melebihi Rp. 10 juta;
5. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS
diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah
selain kewajiban jam mengajar. Besaran/satuan biaya untuk transportasi dan
uang lelah guru PNS yang bertugas di luar jam mengajar tersebut harus
mengikuti batas kewajaran. Pemerintah daerah wajib mengeluarkan peraturan
tentang penetapan batas kewajaran tersebut di daerah masing-masing dengan
mempertimbangkan faktor sosial ekonomi, faktor geografis dan faktor lainnya;
6.  Jika dana BOS yang diterima oleh sekolah dalam triwulan tertentu lebih
besar/kurang dari jumlah yang seharusnya, misalnya akibat kesalahan data
jumlah siswa, maka sekolah harus segera melapor kepada Dinas Pendidikan.
Selanjutnya Dinas Pendidikan mengirim surat secara resmi kepada Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah yang berisikan daftar sekolah

29
yang lebih/kurang untuk diperhitungkan pada penyesuaian alokasi pada
triwulan berikutnya;
7.  Jika terdapat siswa pindah/mutasi ke sekolah lain setelah pencairan dana di
triwulan berjalan, maka dana BOS siswa tersebut pada triwulan berjalan
menjadi hak sekolah lama. Revisi jumlah siswa pada sekolah yang
ditinggalkan/menerima siswa pindahan tersebut baru diberlakukan untuk
pencairan triwulan berikutnya;
8.  Bunga Bank/Jasa Giro akibat adanya dana di rekening sekolah menjadi milik
sekolah untuk digunakan bagi sekolah.

2.3.7 Perbandingan landasan ekonomi pendidikan di Amerika, Jepang dan


Indonesia
Dari paparan singkat tentang studi perbandingan sistem pendidikan di
negara Amerikadan Jepang seperti yang diuraikan di atas, maka sistem pendidikan
tersebut dapat dibandingkan dengan negara Indonesia dalam hal managemen
pendidikannya. Berdasarkan dari kajian pada kedua negara di atas, ternyata kedua
negara memiliki sistem otoritas pendidikan yang hampir sama yaitu desentralisasi
pendidikan yang menyerahkan kewenangan dan tanggung jawab pendidikan pada
negara bagian Amerika atau gubernur walikota masing-masing daerah
untukJepang. Perbedaannya, jika di Amerika desentarlisasi murni dengan kata
lain, tidak ada tujuan pendidikan nasional yang langsung mengarahkan arah
pendidikan secara nasional, karena tujuan pendidikan tergantung pada negara
bagian masing-masing sesuai ideology yang di anut, yaitu sosialis dan demokrasi
moderat (yang ada hanya prinsip-prinsip pendidikan nasional); sementara
di Jepang terdapat tujuan nasional pendidikan yang perlu di acu dalam
penyelenggaraan pendidikan pada setiap daerah.
Kondisi ini sangat berbeda dengan Indonesia, yang hingga saat ini
desentralisasi pendidikan di Indonesia, belum mampu berjalan secara lancar,
segala sesuatunya masih diatur dan tergantung dari pemerintahan pusat.
Kepedulian pemerintahan daerah terhadap pendidikan masih relatif rendah.
Keberadaan “Dewan Pendidikan” di Jepang yang berwenang mengatur

30
perencanaan dan kebijakan pendidikan, berbeda dengan di Indonesia “Dewan
Pendidikan” tidak memiliki “otoritas” dalam hal perumusan kebijakan, sifatnya
hanya baru sebatas sebagai “ pengkaji” masalah-masalah pendidikan, sehingga
akibatnya proses desentralisasi pendidikan di Indonesia tidak berjalan dengan baik
jika dibanding pada kedua negara tersebut.
Hal ini dimungkinkan memiliki hubungan yang erat dengan kondisi
pembiyayaan pendidikan bila ditinjau dari anggaran pendidikan Negara, dimana
kedua Negara ini sudah sejak lama telah menganggarkan anggaran pendidikan
yang cukup signifikan dengan hasil yang didapat yaitu untuk Amerika dan Jepang
sekitar 20% dari anggaran belanja negara. Sedangkandi negara Indonesia sejak
kemerdekaan tahun 1945, anggaran pendidikan bila dirata-rata antara 2-7,8% dari
total anggaran Negara, meskipun UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
telah menyebutkan anggaran pendidikan 20%.
Realisasi anggaran pendidikan 20% di Indonesia merupakan salah satu kunci
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Terutama, selain untuk
meningkatkan standarisasi guru juga, untuk melaksanakan standarisasi sarana-
prasarana pendukung pendidikan di Indonesia. Yang akhirnya diharapkan akan
mampu mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia. Masalah ini
dimungkinkan akan dicapai, apabila semua pihak memiliki komitmen yang tinggi
terhadap “industri pendidikan”.
Kajian ekonomi tersebut menekankan pentingnya mengefisienkan
pengeluaran dan mengoptimalkan keuntungan atau pendapatan. Hal ini tentunya
dapat dijadikan sebagai salah satu prinsip dalam menjalankan proses pendidikan.
Proses pendidikan berkualitas hendaknya dapat dilaksanakan walaupun fasilitas
moderen belum tersedia, guru dan kepala sekolah dituntut untuk kreatif
menciptakan sarana dan prasarana pembelajaran. Implikasi dari prinsip ini
teentunya akan menjadikan proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan biaya
yang lebih ringan namun kualitas tetap terjaga.
Ekonomi hanyalah sebagai pemegang peran yang cukup menentukan. Sebab
tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan
baik dan lancar. Ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya maju

31
mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu
dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya. Ekonomi
pendidikan sama fungsinya dengan sumber-sumbeer pendidikan yang lain, seperti
guru, kurikulum, alat peraga, dan sebagainya untuk menyukseskan misi
pendidikan, yang semuanya bermuara pada perkembangan peserta didik.

32
BAB  III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik
secara perorangan maupun didalam kelompok masyarakatnya membuat keputusan
dalam rangka mendaya gunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat
menghasilkan berbagai  bentuk pendidikan dan  pelatihan,  pengembangan ilmu
pengetahuan dan keterampilan sikap khususnya melalui pendidikan formal, serta
bagaimana mendistribusikannya secara merata dan adil diantara berbagai
kelompok masyarakat.
Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan tetapi bukan
pemegang peranan utama. Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan ialah untuk
menunjang kelancaran proses pendidikan dan juga berfungsi sebagai materi
pelajaran dalam masalah ekonomi pada kehidupan manusia.
Berdasarkan pembahasan pada bab 2, perbedaan antara landasan ekonomi
pendidikan di Amerika, Jepang dan Indonesia dalam hal managemen pendidikan
yaitu di Amerika tidak ada tujuan pendidikan nasional yang langsung
mengarahkan arah pendidikan secara nasional, karena tujuan pendidikan
tergantung pada negara bagian masing-masing sesuai ideology yang di anut.
Sementara di Jepang terdapat tujuan nasional pendidikan yang di acu dalam
penyelenggaraan pendidikan pada setiap daerah. Sedangkan
di Indonesia managemen pendidikannya belum mampu berjalan secara lancar,
segala sesuatunya masih diatur dan tergantung dari pemerintahan pusat. Selain itu
dalam hal anggaran biaya pendidikan di Amerika dan Jepang sekitar 20%
sedangkan negara Indonesia hanya 2-7.8%.

33
DAFTAR PUSTAKA

Noer,Ani.2009.Landasan Ekonomi Dalam Pendidikan.


http://www.landasanekonomi.com.
Orstein,A.C;Levine,D.U.1989.Foundations Of Education,4 th Edn, Houghton
Mifflin Company, USA
Pangisyarwi.Comparative Sistem Pendidikan Jepang dan Indonesia.
http://www.pangisyarwi.com/index.
Pidarta,Made.2007.Landasan Kependidikan.Jakarta:Rineka Cipta.
Ramli,Murni.2009.Konsep Pembaharuan Kurikulum di Jepang.
http://indosdm.com.

34

Anda mungkin juga menyukai