II
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Apa defenisi pendidikan?
2. Bagaimana hubungan ekonomi dan pendidikan?
3. Apa saja peran ekonomi dalam pendidikan?
4 Apa saja Fungsi ekonomi dalam pendidikan?
5. Bagaimana landasan ekonomi pendidikan di Amerika Serikat?
6. Bagaiman Landasan ekonomi pendidikan di Jepang?
7. Bagaimana Landasan ekonomi pendidikan di Indonesia?
1
8. Bagaimana perbandingan landasan ekonomi pendidikan di Amerika serikat,
Jepang dengan Indonesia?
1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan malakah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui defenisi pendidikan
2. Mengetahui hubungan ekonomi dan pendidikan
3. Mengetahui peran ekonomi dalam ekonomi
4. Mengetahui fungsi ekonomi dalam pendidikan
5. Mengetahui landasan ekonomi pendidikan di Amerika Serikat
6. Mengetahui landasan ekonomi pendidikan di Jepang
7. Mengetahui landasan ekonomi pendidikan di Indonesia
8. Mengetahui perbandingan landasan ekonomi pendidikan di Amerik serikat,
Jepang dengan Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan
Mendidik secara insting segera diikuti oleh mendidik yang bersumber dari
pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara
mendidik karena perkembangan pikirannya. Demikianlah makin lama makin
banyak ragam cara mendidik orang tua terhadap anak.
3
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian
dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan
iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti mendidik bermaksud membuat
manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari
kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan
manusia.
Bila insting dibawa sejak lahir, maka pendidikan dan kebudayaan didapat
melalui belajar. Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling memajukan.
Pendidikan membuat orang berbudaya. Makin banyak orang menerima
pendidikan makin berbudaya orang itu. Dan makin tinggi kebudayaan makin
tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan
sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka Pendidikan sebagai
salah satu aspek kehidupan, ada dalam kebudayaan. Tetapi kebudayaan hanya bisa
dibentuk oleh pendidikan.
4
terlibat. Diinternalisasi artinya dipahami arti dan maknanya sehingga lebih mudah
dihayati. Sedangkan ditransfer artinya diaplikasikan pada konsep dan atau situasi
lain yang serupa. Dan dilaksanakan dalam bentuk pemecahan soal, dapat juga
dalam bentuk pemecahan masalah dalam kehidupan.
Dalam mencapai tujuan, PBM tidak pernah terlepas dari suatu seni atau kiat
mendidik. Pendidikan sering mencari suatu strategi, pendekatan, atau siasat baru
untuk mencapai cita-citanya. Strategi, pendekatan, siasat, atau taktik ini sering
diciptakan sendiri oleh pendidik berdasarkan pengetahuan, logika, dan
pengalamannya. Inilah yang disebut kiat. Setiap pendidik pada umumnya
memiliki kiat-kiat sendiri, yang sudah tentu tidak sama satu dengan yang lain.
Sebab itu kiat sering disebut sebagai seni mendidik.
Pengertian yang ketiga, pendidikan sebagai suatu ilmu. Pandangan ini berasal
dari Eropa Barat, khususnya Belanda dengan ahli pendidikannya yang terkenal
bernama Langeveld. Di negeri ini pendidikan secara resmi diakui sebagai ilmu
pengetahuan atau ilmu pendidikan pada tahun 1925.
Secara garis besar tujuan Ilmu Pendidikan itu adalah untuk mengembangkan
individu baik jasmani maupun rohani secara optimal, agar mampu meningkatkan
hidup dan kehidupan diri, keluarga, dan masyarakatnya.
Tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UURI No. 20 Tahun 2003
adalah berupaya untuk dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
5
manusia yang: (1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2)
Berakhlak mulia, (3) Sehat, (4) Berilmu, (5) Cakap, (6) Kreatif, (7) Mandiri, dan
(8) Menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab.
1) Afeksi
2) Kognisi
3) Psikomotor
Beberapa di antara para ahli, seperti Paulo Freire, Alvin Toffler, Samuel
Smith, mengemukakan pandangan tentang tujuan pendidikan dimana pemikiran
mereka tak jauh berbeda satu sama yang lain. Mereka sama-sama menginginkan
pendidikan bertujuan mengembangkan individu peserta didik secara alami atau
wajar, dalam arti memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan
potensi-potensi mereka seperti apa adanya.
6
Tujuan pendidikan Indonesia ialah untuk membentuk manusia seutuhnya,
dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara, berimbang, optimal,
dan terintegrasi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, sudah tentu harapan-
harapan para ahli di atas bisa tercapai. Bila dikaitkakan dengan pendapat para
ahli, tujuan pendidikan Indonesia pun mengembangkan potensi-potensi individu
seperti apa adanya.
2.2 Ekonomi
7
melalui investasi dirinya sendiri. Human capital dapat diaplikasikanmelalui
berbagai bentuk investasi SDM diantaranya pendidikan
formal, pendidikan informal, pengalaman kerja, kesehatan, gizi dan transmigrasi.
Konsep investasi SDM menganggap penting kaitannya antara
pendidikan, produktivitas kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori human
capital tenaga kerja merupakan pemegang kapital yang tercermin dalam
pengetahuan,keterampilan, dan produktivitas kerjanya.
8
tertinggi adalah pertumbuhan ekonomi dan keadilan.Investasi sebagai suatu
konsep umum dapat diartikan sebagai upaya untukmeningkatkan nilai tambah
barang atau jasa di kemudian hari denganmengorbankan nilai konsuksi sekarang
(Cohn, 1979, dalam Fattah 2002) investasi dalam SDM dapat diartikan sebagai
suatu entitas yang nilainya bisa berkembang dikemudian hari melalui suatu proses
pengembangan nilai seperti peningkatan sikap. Rich (1992) mengakui bahwa
seseorang memilikipotensikeuangan yang berhubungan dengan kualitas pengetahu
an yang diperolehnya. Rich (1992) menyatakan manfaat pendidikan juga dapat
dilihat sebagai nilai tambah yangdiperoleh seseorang karena mendapat
pendidikan tertentu. Nilai tambah secara umum merupakan peningkatan derajat,
harkat, dan martabat seseorang. Secara khusus dipandang sebagai peningkatan
kemampuan berpikir, bersikap dan berperilaku, dan keterampilan.
Sedangkan manfaat ekonomi dari pendidikan merupakan nilai tambah secara
ekonomi karena bertambahnya tingkat pendidikan. Manfaat dibagi menjadi
manfaat pribadi dan manfaat masyarakat. Manfaat bagi pribadi adalah tambahan
penghasilan bersih (setelah pajak) seumur hidup dari tenaga kerja karena
betambahnya tingkat pendidikan tenaga kerja tersebut. Manfaat bagi masyarakat
adalah tambahan output yang dihasilkan oleh tenaga kerja bagi masyarakat karena
meningkatnya pendidikan tenaga kerja tersebut (Sumarno, 2005). Investasi
Sumber Daya Manusia menurut Todaro (2000) menyatakan bahwa peran
pendidikan formal tidaklah terbatas memberikan pengetahuan dan keahlian
kepada masing-masing individu untuk dapat bekerja sebagai agen perubahan
ekonomi yang baik bagi masyarakatnya, tetapi juga menanamkan tata nilai luhur,
norma-norma, cita-cita, tingkah laku, dan aspirasi yang saling berkaitan baik
langsung maupun tidak langsung. Pendidikan juga diharapkan mendapatkan
tenaga kerja terdidik dalam berbagai tingkatan dalam rangka menyelenggarakan
pembangunan bangsa.
9
perdagangan. Masing-masing Negara berusaha meningkatkan perekonomiannya.
Berbagai cara mereka lakukan termasuk membentuk organisasi atau blok-blok
ekonomi.
10
perikemanusiaan, melainkan juga dalam upaya membantu menyukseskan wajib
belajar 9 tahun.
Sumbangan yang paling berarti bagi pendidikan adalah ikut menangani proses
pendidikan itu sendiri dalam batas-batas kemampuan mereka masing-masing.
Seperti diketahui, sistem ganda ini diadakan dalam rangka mengembangkan
keterampilan para siswa. Pengembangan ini membutuhkan alat-alat belajar yang
cukup banyak jumlah dan jenisnya. Sementara itu sebagian besar sekolah tidak
memilikinya, yang merupakan salah satu hambatan utama bagi sekolah. Berkat
uluran tangan para pengusaha, maka secara pelan-pelan alat-alat belajar ini bisa
dipenuhi,. Dalam sistem ini para siswa belajar di dua tempat yaitu di sekolah dan
di perusahaan.
Pendapat masyarakat tentang sekolah unggul ini ada yang pro da nada pula
yang kontra. Sesungguhnya ditinjau dari niat baik para konglomerat atau orang
kaya untuk mendirikan sekolah sudah merupakan keuntungan bagi dunia
pendidikan di Indonesia. Karena bantuan dana dari mereka terhadap lembaga-
lembaga pendidikan yang sudah ada belum tampak secara berarti. Dengan
mendirikan sekolah tersendiri, menunjukkan kepada kita bahwa sebagian dari
penghasilan mereka sudah disumbangkan dalam wujud persekolahan. Diharapkan
makin lama makin anyak sekolah unggul didirikan. Sehingga kelak tiba waktunya
sekolah-sekolah swasta akan lebih tinggi mutunya daripada sekola-sekolah negeri,
seperti halnya dengan negeri-negeri maju. Hal ini memang wajar sebab dana
pendidikan dari pemerintah sangat terbatas.
11
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa ekonomi itu memegang peran
yang penting dalam kehidupan seseorang, walaupun orang itu sudah menyadari
bahwa kehidupan yang gemerlapan tidak menjami akan memberi kebahagiaan.
Sekali lagi betapa tinggi peran ekonomi di mata seseorang, bangsa, bahkan
dunia. Hanya karena peran ekonomi suatu desa bisa dikategorikan miskin, sedang,
atau makmur. Atau mungkin asumsi mereka mengatakan bahwa kehidupan positif
yang lain akan bisa dicapai manakala kehidupan ekonomi sudah memadai.
12
Selain sebagai penunjang pendidikan, ekonomi juga berfungsi sebagai materi
pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Dan dalam waktu-
waktu tertentu ada baiknya menciptakan pengalaman khusus yang mengandung
ekonomi, misalnya survey tentang tata cara perdagangan di toko swalayan. Atau
anak-anak disuruh mencarri masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat untuk
mereka cari pemecahannya bersama.
1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau
bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan
ditemukan di lapangan, seperti:
a. Prasarana.
b. Sarana.
c. Media.
d. Alat belajar/peraga.
e. Barang habis pakai.
f. Materi pembelajaran.
2. Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi,
dan radio.
3. Membayar jasa segala keinginan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan,
perayan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan
sebagianya.
4. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa
mengembangkan indidvidu yang berperilaku ekonomi, seperti:
a. Hidup hemat.
b. Bersikap efisien.
c. Memliki keterampilanm produktif.
d. Memiliki etos kerja.
e. Mengerti prinsip-prinsip ekonomi.
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.
13
6. Meningkatkan motivasi kerja.
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.
1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, sperti gaji,
pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya
pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-
pembangunan dalam berbagai bidang.
14
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai
hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau
untuk memperbesar dana itu.
4. Dan usaha lembaga sendiri yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas.
Pengelolan ekonomi pendidikan mencakup mencari sumber dan tambahan
dan menerima dari pemerintah, menyimpan dana, merencanakan penggunaannya,
memakai dana, mengawasi pemakaian sehingga mencapai tujuan secara efisien.
Yang bertugas mengelola ekonomi pendidikan ini adalah administrator atau
pemimpin lembaga pendidikan yang dibantu oleh badan perencana dan bendahara.
15
1. Dana rutin dana pembangunan yang bersumber dari pemerintah bagi lembaga
pendidikan negeri dipertanggungjawabkan dengan SPJ (Surat
Pertanggungjawaban) yang disertai bukti-bukti pembayaran yang sah.
2. Dana dari Yayasan bagi lembaga pendidikan swasta dipertanggungjawabkan
dalam bentuk laporan yang juga disetai bukti-bukti pembayaran yang sah.
3. Dana dari masyarakat baik pada lembaga pendidikan negeri maupun swasta
dipertanggungjawabkan dalam laporan yang disertai bukti-bukti pembayaran
yang sah kepada wakil-wakil masyarakat.
4. Dana yang diupayakan sendiri oleh lembaga pendidikan bersangkutan
dipertanggungjawabkan kepada personalia lembaga yang juga disertai dengan
bukti-bukti pembayaran yang sah.
16
Perubahan perilaku ekonomi dalam pola belanja atau relokasi bisnis, industri
dan penduduk
2. Pajak harus adil (memperhatikan kemampuan pajak)
3. Pajak harus memberi kemudahan (pajak dikumpulkan dengan biaya yang
rendah baik wajib pajak dan pemerintah).
4. Pajak harus tanggap terhadap perubahan kondisi ekonomi
17
persentase pendanaan yang tinggi dari pajak untuk sekolah dibandingkan yang
dapat disediakan oleh wilayah pedesaan dan kota atau kabupaten.
Sekolah-sekolah di kota harus mengeluarkan lebih banyak sumber dana
pendidikan per siswa dibandingkan sekolah-sekolah di desa. Sekolah di perkotaan
memerlukan biaya untuk kerusakan, biaya makan siang, biaya ansuransi dan biaya
perawatan yang lebih besar.
18
(1) Flat Grant Model ( Model Dana Bantuan Murni)
Merupakan uang bantuan negara yang dibagikan pada sekolah di daerah
tanpa memperhitungkan pertimbangan kemampuan pembayaran pajak daerah
setempat, yang didasarkan pada jumlah siswa yang harus dididik.
19
keutamaan dari program ini, tetapi yang harus di ingat adalah program-program
ini dan pelaksanaannya tidak terkoordinasi, mereka bukan bagian dari penyusunan
rencana national untuk pendidikan.
20
Prinsip penghematan yaitu memperkecil berbagai hal yang dapat kita
lakukan dalam penghematan publik di sekolah.
1. Ukuran kelas
Walaupun banyak komentar yang mengatakan bahwa ukuran kelas
(jumlah siswa) yang baik adalah kelas kecil. Karena berdasarkan penelitian
dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas besar dan kelas
kecil, kecuali dalam metoda pengajarannya.
2. Moderinisasi bangunan tua
Daripada membangun sekolah baru, lebih baik jika melakukan perawatan
dan modernisasi terhadap bangunan tua.
3. Sekolah yang lebih kecil
Sekolah yang besar, dengan kriteria yang luas, auditorium, gedung
olahraga akan menghabiskan banyak untuk listrik, ansuransi dan perawatan.
4. Pemberhentian sementara guru
Bagi sekolah yang mengalami penurunan pendaftaran siswa, maka
pemberhentian sementara guru dapat dilakukan.
5. Pengurangan tenaga administrasi
Pengurangan tenaga administratif karena alasan budget, akan lebih baik
dari pada pengurangan tenaga pengajar
6. Mengurangi biaya energi.
21
Langkah dan usaha jepang dalam mencerdaskan kehidupan bangsanya telah
menuai hasil yang signifikan. Korelasi antara majunya pendidikan Jepang dan
kemajuan industrinya benar-benar terwujud. Sampai saaat ini Jepang menjadi
salah satu negara di Asia yang mempunyai kedudukan sejajar dalam iptek dan
perekonomian dengan raksasa dunia seperti Amerika.
Pada level nasional tanggung jawab pendidikan ada pada kementrian
pendidian, ilmu engetahuan dan kebudayaan.Kementerian memberikan pedoman
untuk menyusun kurikulum, mata pelajaran sertapersyaratan kredit mulai dari TK
hingga ke perguruan tinggi. Kementrian juga bertanggung jawab terhadap
pengembangan buku teks untuk sekolah dasar dan menengah.
Sedangkan untuk distrik, dewan pendidikan bertanggung jawab terhadap
supervise atas masalah-nasalah personalia pada lembaga pendidikan pemerintah,
memberikan inservice training asset cultural, dan memberikan nasihat kepada
lembaga-lembaga pendidikan. Pada masing-masing kota praja memiliki tiga
sampai lima orang dewan pendidikan dengan fungsi utamanya memberikan dan
mengurus institusi pendidikan di kota praja.
Sistem adminstrasi keuangan pendidian Jepang disediakan bersama-sama
antara pemerintah pusat, distrik, maupun kota praja. Adapun anggaran pendidikan
Jepang pada tahun 1980 (16.7 trilyun) yen atau setara dengan 97.000 juta dolar S
sekitar 19.7 % dari total anggaran belanja pemerintah Jepang, dengan alokasi
54.55 untuk wajib belajar, 17.9 untuk pendidikan menengah dan 21.1 % untuk
pendidikan tinggi. Sedangkan pada tahun 1992-1994 anggaran pendidikan di
Jepang sebesar 19.9% dari anggaran pemerintah.
22
pelaksanaan pendidikan harus disertai dengan adanya peningkatan peran sumber-
sumber daya pendidikan (dana pendidikan) yang telah tertuang. Dalam Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan
Umum pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan bahwa Sumber daya pendidikan adalah
segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. Dalam hal
ini pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber
pendanaan pendidikan yaitu
1. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.
2. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya
yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 4 juga menerangkan
dalam hal pembiayaan pendidikan bahwa; ”Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan pennyelenggaraan pendidikan nasional”.
Sejalan dengan itu maka dalam implementasi kebijakan pendidikan di
daerah akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya pendidikan
(pembiayaan pendidikan) yang memadai dan dapat diandalkan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya di daerah. Dengan adanya
perubahan kewenangan pengelolaan pendidikan dengan segera mengubah pola
pembiayaan sektor pendidikan. Sebelum otonomi daerah, praktis hanya
pembiayaan sekolah dasar (SD) yang menjadi tanggung jawab Pemda, sedangkan
SLTP dan SLTA (dan juga perguruan tinggi) menjadi tanggung jawab Pusat,
seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 46;
1. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
23
2. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan
anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Pembiayaan SLTP dan SLTA dilakukan melalui Kanwil Depdiknas (di tingkat
propinsi) dan Kandepdiknas (di tingkat kabupaten/kota). Setelah diberlakukannya
otonomi daerah, seluruh pengelolaan sekolah dari SD hingga SLTA menjadi
tanggung jawab Pemda. Konsekwensinya, tidak ada lagi Kanwil dan
Kandepdiknas, yang ada hanyalah Dinas Pendidikan di tingkat kabupaten/kota
yang berada di bawah kendali Pemda, dan Dinas Pendidikan propinsi yang berada
di bawah kendali Pemprop. Antara Dinas Pendidikan kabupaten/kota dengan
Dinas Pendidikan propinsi tidak ada hubungan hierarkhis, sedangkan propinsi
masih tetap mengemban amanat sebagai perwakilan pemerintah pusat. Dengan
konfigurasi kelembagaan seperti itu, jelas bahwa Pusat tidak lagi punya “tangan”
di daerah untuk mengimplementasikan program-programnya. Implikasinya, setiap
program di tingkat sekolah harus dilakukan melalui koordinasi dengan Pemda,
atau khususnya Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
Dengan konfigurasi kelembagaan yang seperti itu pula, pola pembiayaan
pendidikan mengalami perubahan yang cukup mendasar. Pasal 48 Undang
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa; (1) pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik, (2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Dengan demikian daerah memiliki tanggung jawab yang sangat besar
untuk membiayai sektor pendidikan dengan menggunakan APBD-nya. Dukungan
dari Pusat (dan Propinsi) tetap dimungkinkan, tetapi juga harus melalui
mekanisme APBD, atau paling tidak tercatat di dalam APBD kabupaten/kota.
24
Tantangan pertama yang harus dihadapi oleh para pengelola pendidikan
adalah masalah pendanaan. Sebagai ilustrasi, rendahnya kualitas gedung sekolah,
terutama SD, merupakan salah satu dampak keterbatasan kemampuan pemerintah
dalam memobilisasi dana untuk sektor pendidikan. Di sisi lain, UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) memberi beban yang sangat
berat bagi pemerintah. Pasal 49 menyatakan sebagai berikut;
1. Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3. Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Dana pendidikan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam
bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Untuk tahun ajaran 2002/2003 besarnya APBN sebesar Rp 336,156
trilyun, sedangkan besarnya BTP pada semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan
yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah tahun ajaran 2002/2003 adalah
Rp.101trilyun dengan rincian: Rp 60 Trilyun untuk membiayai penyelengaraan
pendidikan dasar dan menengah (terutama sekolah/madrasah negeri) , Rp 10
trilyun untuk beasiswa anak usia pendidikan dasar dari keluarga miskin, Rp 10
trilyun untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi/PTN, Rp 1 trilyun untuk
pembiayaan pendidikan luar sekolah dan Rp 20 trilyun untuk biaya manajemen
pemerintah dibidang pendidikan dari tingkat pusat sampai dengan kecamatan.
Dengan demikian sisa Rp 30 trilyun digunakan untuk gaji pendidik (21% dari
APBN diluar gaji pendidik setara dengan Rp 71 trilyun).
25
Di atas kertas, Pemda memang memiliki beberapa sumber keuangan
daerah, seperti dana perimbangan (DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil), pendapatan
asli daerah (PAD) dan pinjaman. Tapi pada kenyataannya, rata-rata peranan PAD
dalam APBD hanya sekitar 7%. Sementara itu, rata-rata tertimbang rasio dana
perimbangan terhadap pengeluaran rutin adalah 1,4 yang menunjukkan bahwa
tidak banyak dana perimbangan yang bisa digunakan untuk keperluan di luar
anggaran rutin.
Jelas bahwa Pemda memiliki tanggung jawab yang besar dan bersifat
jangka panjang di sektor pendidikan, tetapi tidak memiliki sumber dana yang
cukup dan stabil untuk mendanai. Jika situasinya tidak berubah, Daerah tidak akan
mampu memenuhi 20% anggaran untuk pendidikan seperti yang diamanatkan UU
Sisdiknas dan pada gilirannya ada risiko terjadi penurunan kualitas SDM sebagai
dampak otonomi daerah.
26
b. Sasaran Pemberian dana BOS
Sedangkan sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD ,
SMP dan SMA, baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di
Indonesia, program kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari
program BOS ini. Selain itu, Madrasah Diniyah Takmiliyah (suplemen) juga
tidak berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler
yang telah menerima BOS.
Tahun 2010 besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk
untuk BOS Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:
1. SD/SDLB di kota : Rp 400.000,-/siswa/tahun
2. SD/SDLB di kabupaten : Rp 397.000,-/siswa/tahun
3. SMP/SMPLB/SMPTdikota : Rp 575.000,-/siswa/tahun
4. SMP/SMPLB/SMPT di kabupaten : Rp 570.000,-/siswa/tahun
5. SMA nasional sebesarRp. 1.200.000/siswa/tahun
27
kelangsungan pendidikan siswa tersebut. Berdasarkan buku petunjuk teknis
penggunaan dana BOS tahun 2011, ketentuan sekolah penerima BOS adalah :
28
4.Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yg tidak boleh dibiayai
oleh dana bos serta penggunaan dana bos di sekolah menurut komponen dan
besar dananya di papan pengumuman sekolah /madrasah/ponpes
5.Bertanggungjawab terhadap penyimpanagan penggunaan dana di
sekolah/madrasah/ponpes.
6.Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat
29
yang lebih/kurang untuk diperhitungkan pada penyesuaian alokasi pada
triwulan berikutnya;
7. Jika terdapat siswa pindah/mutasi ke sekolah lain setelah pencairan dana di
triwulan berjalan, maka dana BOS siswa tersebut pada triwulan berjalan
menjadi hak sekolah lama. Revisi jumlah siswa pada sekolah yang
ditinggalkan/menerima siswa pindahan tersebut baru diberlakukan untuk
pencairan triwulan berikutnya;
8. Bunga Bank/Jasa Giro akibat adanya dana di rekening sekolah menjadi milik
sekolah untuk digunakan bagi sekolah.
30
perencanaan dan kebijakan pendidikan, berbeda dengan di Indonesia “Dewan
Pendidikan” tidak memiliki “otoritas” dalam hal perumusan kebijakan, sifatnya
hanya baru sebatas sebagai “ pengkaji” masalah-masalah pendidikan, sehingga
akibatnya proses desentralisasi pendidikan di Indonesia tidak berjalan dengan baik
jika dibanding pada kedua negara tersebut.
Hal ini dimungkinkan memiliki hubungan yang erat dengan kondisi
pembiyayaan pendidikan bila ditinjau dari anggaran pendidikan Negara, dimana
kedua Negara ini sudah sejak lama telah menganggarkan anggaran pendidikan
yang cukup signifikan dengan hasil yang didapat yaitu untuk Amerika dan Jepang
sekitar 20% dari anggaran belanja negara. Sedangkandi negara Indonesia sejak
kemerdekaan tahun 1945, anggaran pendidikan bila dirata-rata antara 2-7,8% dari
total anggaran Negara, meskipun UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
telah menyebutkan anggaran pendidikan 20%.
Realisasi anggaran pendidikan 20% di Indonesia merupakan salah satu kunci
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Terutama, selain untuk
meningkatkan standarisasi guru juga, untuk melaksanakan standarisasi sarana-
prasarana pendukung pendidikan di Indonesia. Yang akhirnya diharapkan akan
mampu mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia. Masalah ini
dimungkinkan akan dicapai, apabila semua pihak memiliki komitmen yang tinggi
terhadap “industri pendidikan”.
Kajian ekonomi tersebut menekankan pentingnya mengefisienkan
pengeluaran dan mengoptimalkan keuntungan atau pendapatan. Hal ini tentunya
dapat dijadikan sebagai salah satu prinsip dalam menjalankan proses pendidikan.
Proses pendidikan berkualitas hendaknya dapat dilaksanakan walaupun fasilitas
moderen belum tersedia, guru dan kepala sekolah dituntut untuk kreatif
menciptakan sarana dan prasarana pembelajaran. Implikasi dari prinsip ini
teentunya akan menjadikan proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan biaya
yang lebih ringan namun kualitas tetap terjaga.
Ekonomi hanyalah sebagai pemegang peran yang cukup menentukan. Sebab
tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan
baik dan lancar. Ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya maju
31
mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu
dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya. Ekonomi
pendidikan sama fungsinya dengan sumber-sumbeer pendidikan yang lain, seperti
guru, kurikulum, alat peraga, dan sebagainya untuk menyukseskan misi
pendidikan, yang semuanya bermuara pada perkembangan peserta didik.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik
secara perorangan maupun didalam kelompok masyarakatnya membuat keputusan
dalam rangka mendaya gunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat
menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan keterampilan sikap khususnya melalui pendidikan formal, serta
bagaimana mendistribusikannya secara merata dan adil diantara berbagai
kelompok masyarakat.
Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan tetapi bukan
pemegang peranan utama. Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan ialah untuk
menunjang kelancaran proses pendidikan dan juga berfungsi sebagai materi
pelajaran dalam masalah ekonomi pada kehidupan manusia.
Berdasarkan pembahasan pada bab 2, perbedaan antara landasan ekonomi
pendidikan di Amerika, Jepang dan Indonesia dalam hal managemen pendidikan
yaitu di Amerika tidak ada tujuan pendidikan nasional yang langsung
mengarahkan arah pendidikan secara nasional, karena tujuan pendidikan
tergantung pada negara bagian masing-masing sesuai ideology yang di anut.
Sementara di Jepang terdapat tujuan nasional pendidikan yang di acu dalam
penyelenggaraan pendidikan pada setiap daerah. Sedangkan
di Indonesia managemen pendidikannya belum mampu berjalan secara lancar,
segala sesuatunya masih diatur dan tergantung dari pemerintahan pusat. Selain itu
dalam hal anggaran biaya pendidikan di Amerika dan Jepang sekitar 20%
sedangkan negara Indonesia hanya 2-7.8%.
33
DAFTAR PUSTAKA
34