Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS TULISAN MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL CERITA ARITMETIKA


HALAMAN JUDUL

MAKALAH KOMPREHENSHIF

Maulida Yulianti
NIM 16070785031

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2017

i
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
E. Asumsi ......................................................................................................... 4
F. Definisi Istilah .............................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 6
A. Tulisan Matematika ...................................................................................... 6
B. Soal Cerita Aritmetika.................................................................................. 7
C. Representasi Siswa ....................................................................................... 8
D. Penyelesaian Soal Cerita Aritmetika ............................................................ 9
E. Pemahaman Siswa...................................................................................... 11
F. Tulisan Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Aritmetika .......... 12
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 16
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 16
B. Subjek Penelitian........................................................................................ 16
C. Instrumen Penelitian................................................................................... 20
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 23
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Hubungan antara langkah penyelesaian dengan representasi ................. 14


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Diagram alur pemilihan subjek ........................................................... 19


Gambar 2: Diagram alur penyusunan tugas penyelesaian soal cerita ................... 22
Gambar 3: Diagram alur penyusunan pedoman wawancara ................................. 23
Gambar 4: Diagram Alur Analisis Data ................................................................ 28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam

proses pembelajaran. Hal ini adalah sebuah proses yang membantu siswa

untuk berpikir secara mendalam tentang ide-ide dan informasi yang mereka

peroleh melalui membaca, mendengarkan atau melihat sesuatu (Peterson, S.

S. dan Rochwerger, L., 2006:31). Salah satu kegiatan menulis dalam belajar

matematika adalah mencatat penjelasan guru terkait materi yang sedang

dipelajari atau ketika menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan

permasalahan matematika.

Berdasarkan pengalaman observasi pembelajaran matematika tahun

2015 lalu pada dua kelas di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di

Yogyakarta. Terlihat bahwa siswa memiliki motivasi yang rendah dalam

menulis, yaitu saat mencatat dan pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Hal ini berdasarkan hasil pemeriksaan buku catatan dan LKS masing-masing

siswa. Sebelumnya, guru sudah memberi informasi bahwa akan ada penilaian

khusus terhadap catatan dan pengisisan LKS selama pembelajaran. Guru juga

akan memberikan sanksi bagi siswa yang tidak mempunyai catatan. Namun,

terlihat bahawa catatan dan LKS siswa masih banyak yang kosong atau

kurang lengkap.

Fokus pada pengerjaan LKS, siswa langsung menuliskan jawaban tanpa

menulis langkah-langkah penyelesaian. Bahkan saat dilakukan wawancara,

1
2

beberapa siswa ada yang langsung menebak jawaban tanpa memperhatikan

keterangan pada soal. Hal ini juga dapat membuat guru kesulitan untuk

membuat prediksi apakah siswa menerima pembelajaran dengan baik atau

tidak.

Kegiatan menulis dalam belajar matematika juga disebut menulis

matematika, yaitu kombinasi dari kegiatan bermatematika dan menulis

(Hebert & Powell; 2016). Hasil dari menulis matematika adalah tulisan

matematika yaitu tulisan yang terdiri dari bahasa verbal atau simbol terkait

matematika yang mendeskripsikan atau menjelaskan konsep matematika.

Ada hubungan yang kuat antara kemampuan menulis siswa dan

kemampuan mereka untuk belajar secara umum, untuk belajar konten

matematika baru, untuk memperbaiki pemecahan masalah matematika, dan

untuk menambah proses yang berkaitan dengan kognisi (Freeman, Higgins, &

Horney, 2016; Magnant, Nasseh & Flateby, 2016). Hasil dari tulisan

matematika siswa juga dapat digunakan oleh guru untuk mendapatkan

kesadaran awal tentang pemahaman dan kesalahpahaman siswa mereka, dan

menciptakan kesempatan untuk memberikan umpan balik yang ditargetkan

kepada siswa (Freeman, Higgins, & Horney, 2016).

Soal cerita adalah konten paling umum pada setiap mayoritas materi

matematika yang tertulis dalam permasalahan tekstual dan harus diselesaikan

menggunakan pengetahuan dan prosedur matematis (Jitendra, et. al., 2016;

Kock & Harskamp, 2016). Untuk siswa SMP, soal cerita matematika lebih
3

sulit dan menantang untuk diselesaikan daripada soal matematika biasa

(Lubin, Houde, & Neys, 2015; Kock & Harskamp, 2016).

Aritmetika adalah salah satu cabang ilmu matematika. Permasalahan

Aritmetika juga dapat disajikan dalam bentuk soal cerita. Menyelesaikan soal

cerita aritmetika sederhana adalah kemampuan utama yang dibutuhkan siswa

untuk menguasai semua materi di sekolah (Lubin, Houde, & Neys, 2015).

Siswa harus membangun model atau merepresentasikan masalah sehingga

terbentuk proses kalkulasi yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang benar

dalam menyelesaikan soal cerita aritmetika (Peake, et. al., 2014).

Berdasarkan pembahasan di atas, perlu diperhatikan bagaimana siswa

mengatur tulisan matematika dan menggunakan tulisan untuk menyampaikan

pengetahuan matematika saat menyelesaiakan soal cerita khususnya soal

cerita aritmetika. dengan memperhatikan bagaimana siswa menggunakan

representasi dalam menyelesaikan soal cerita dan bagaimana siswa

mengorganisir tulisan saat menyelesaikan soal cerita.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, berikut adalah pertanyaan penelitian

yang diajukan:

1. Bagaimana siswa menyampaikan representasi kedalam tulisan

matematika saat menyelesaikan soal cerita aritmetika?

2. Bagaimana siswa mengorganisir tulisan matematika saat menyelesaikan

soal cerita?
4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana siswa

mengatur tulisan matematika dan menggunakan tulisan untuk menyampaikan

pengetahuan matematika.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Memberi wawasan kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut

mengenai tulisan matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

2. Memberi wawasan kepada guru matematika untuk mengetahui

pengetahuan siswa terhadap materi yang diberikan melalui tulisan siswa.

3. Sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

menulis matematika.

E. Asumsi

Untuk melandasi kerangka berpikir peneliti, berikut adalah beberapa

asumsi yang diajukan peneliti untuk selanjutnya diuji kebenarannya dengan

menganalisis tulisan matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita

aritmetika.

1. Tulisan matematika akan berdasarkan representasi siswa dalam

menyelesaikan soal aritmetika.

2. Tulisan matematika akan terorganisir sesuai dengan pemahaman siswa

terhadap soal yang diberikan dan materi yang berkaitan dengan soal

tersebut.
5

F. Definisi Istilah

Berdasarkan judul makalah ini, berikut adalah batasan definisi dari

istilah yang digunakan.

1. Tulisan matematika

Tulisan matematika yaitu representasi siswa terhadap objek

matematika yang disampaikan menggunakan bahasa verbal, simbol, atau

gambar di atas kertas atau media tulis lainnya. Dalam penelitian ini,

tulisan matematika yang dimaksud adalah langkah penyelesaian dan

penjelasan mengenai setiap langkah penyelesaian soal cerita.

2. Soal cerita aritmetika

Soal cerita aritmetika adalah permasalah tekstual yang berkaitan

dengan penambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian bilangan.

3. Representasi Siswa

Konfigurasi siswa terhadap objek matematika serta terhadap

wacana pada soal cerita yang diberikan yang disusun sedemikian hingga

diatas media tulis.

4. Pemahaman Siswa

Pemahaman siswa adalah kemampuan siswa dalam menggunakan

prosedur matematis untuk menyelesaikan suatu masalah, dan dengan

sadar mengetahui mengapa prosedur itu digunakan.

5. Penyelesaian soal cerita aritmetika

Usaha siswa untuk mendapatkan hasil yang benar dengan prosedur

yang tepat dalam menyelesaikan soal cerita aritmetika.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tulisan Matematika

Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam

proses pembelajaran. Hal ini adalah sebuah proses yang membantu siswa

untuk berpikir secara mendalam tentang ide-ide dan informasi yang mereka

peroleh melalui membaca, mendengarkan atau melihat sesuatu (Peterson, S.

S. dan Rochwerger, L., 2006:31). Salah satu kegiatan menulis dalam belajar

matematika adalah mencatat penjelasan guru terkait materi yang sedang

dipelajari atau ketika menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan

permasalahan matematika. Kegiatan menulis dalam belajar matematika juga

disebut menulis matematika, yaitu kombinasi dari kegiatan bermatematika

dan menulis (Hebert & Powell; 2016).

Hasil dari menulis matematika adalah tulisan matematika yaitu tulisan

yang terdiri dari bahasa verbal, simbol, atau gambar yang merupahan

representasi dari objek matematika. Dengan demikian, siswa dapat

mengembangkan cara berpikir matematis dan mengkomunikasikan penalaran

matematika mereka secara efektif (Teuscher, Kulinna, & Crooke, 2015;

Freeman, Higgins, & Horney, 2016), meningkatkan pembelajaran dan

pemahaman siswa (Walle, 2013; Teuscher, Kulinna & Crooke, 2015), serta

berkesempatan untuk berpikir kritis dan merefleksikan tahapan saat

menyelesaikan masalah (King, Raposo, & Gimenez, 2016).

6
7

Tulisan matematika siswa juga dapat digunakan oleh guru untuk

mendapatkan kesadaran awal tentang pemahaman dan kesalahpahaman siswa

mereka, dan menciptakan kesempatan untuk memberikan umpan balik yang

ditargetkan kepada siswa (Freeman, Higgins, & Horney, 2016). Dalam

penelitian ini, tulisan matematika yang dimaksud adalah langkah

penyelesaian serta penjelasan mengenai setiap langkah penyelesaian soal

cerita.

B. Soal Cerita Aritmetika

Soal cerita adalah konten paling umum pada setiap mayoritas materi

matematika yang tertulis dalam permasalahan tekstual dan harus diselesaikan

menggunakan pengetahuan dan prosedur matematis (Jitendra, et. al., 2016;

Kock & Harskamp, 2016). Sehingga untuk dapat menyelesaikan soal cerita

matematika tidak semudah menyelesaikan soal matematika yang disajikan

dalam notasi/simbol matematika. Siswa harus dapat memahami isi soal cerita

tersebut, setelah itu menarik kesimpulan obyek-obyek yang harus dipecahkan

dan menotasikan simbol-simbol matematika, sampai pada tahap akhir, yaitu

penyelesaian dengan menggunakan prosedur dengan benar

Aritmetika adalah cabang ilmu matematika yang berkaitan dengan

penambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian bilangan.

Permasalahan Aritmetika juga dapat disajikan dalam bentuk soal cerita. Jadi,

soal cerita aritmetika pada penelitian ini adalah permasalah tekstual yang

berkaitan dengan penambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian

bilangan.
8

Soal cerita aritmetika selanjutnya akan menjadi tugas untuk siswa. Soal

cerita akan menggunakan multipel representasi sehingga siswa dapat

menyelesaikan persoalan menggunakan beragam representasi yang akan

mendukung tulisan matematika mereka.

C. Representasi Siswa

Representasi mengacu pada konfigurasi karakter, gambar, atau objek

nyata yang disimbolkan menjadi ide abstrak yang dibuat siswa untuk

mengekternalisasikan dan memperlihatkan kerjanya (Kalathil dan Sherin

(2000); Jitendra, et. al., 2016). Saat menyelesaikan soal cerita, siswa perlu

menyampaikan representasinya terhadap objek matematika serta terhadap

wacana pada soal cerita yang diberikan.

Representasi yang mungkin digunakan siswa untuk menyampaikan

pemahamannya terhadap suatu objek matematika diantaranya dengan model

manipulatif, gambar atau diagram, situasi nyata, bahasa lisan, atau simbol

tertulis. (Walle, 2013; Jitendra, et. al., 2016; Wilkie, K.J., 2016). Dari kelima

konteks representasi tersebut, ada empat macam representasi yang dapat

mendukung tulisan matematika, yaitu model manipulatif, gambar atau

diagram, situasi nyata, dan simbol tertulis. Sedangkan untuk representasi

terhadap wacana pada permasalahan yang diberikan, terdapat tiga komponen

dari representasi teks yaitu menangkap ide utama teks, pengetahuan informal

dan formal mengenai permasalahan pada teks, serta fokus pada hubungan

antara ide pada teks (Fuchs, et. al., 2017).


9

Representasi siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

konfigurasi siswa terhadap objek matematika serta terhadap wacana pada

soal cerita yang diberikan yang dituliskan sedemikian rupa diatas media tulis.

D. Penyelesaian Soal Cerita Aritmetika

Soal cerita merupakan salah satu contoh jenis soal yang worthwhile.

Karena, berdasarkan tingkat kognitif siswa, soal cerita termasuk dalam tahap

high level cognitive demand atau dalam taxonomy bloom soal cerita sudah

mencapai high order thinking yaitu pengaplikasian. Oleh karena itu, dalam

pengerjaannya:

1. Mengharuskan siswa berpikir kompleks dan nonalgoritmik (yaitu, tidak

biasa-tidak ada diprediksi pendekatan yang dikenal)

2. Mengharuskan siswa untuk mengeksplorasi dan memahami sifat dari

konsep-konsep matematika, proses, atau hubungan

3. Kebutuhan pemantauan diri atau regulasi diri sendiri dalam memproses

kognitif

4. Mengharuskan siswa untuk mengakses pengetahuan yang relevan dalam

mengerjakan tugas

5. Membutuhkan siswa untuk menganalisis tugas dan aktif meneliti kendala

tugas yang dapat membatasi kemungkinan strategi solusi dan solusi

6. Membutuhkan upaya kognitif yang cukup

Penyelesaian soal cerita berbeda dari bentuk penyelesaian persoalan

biasa. Menyelesaikan soal cerita memiliki peran penting dalam pendidikan

matematika dan merupakan media terpenting bagi siswa untuk mengatasi


10

permasalahan sehari-hari (Kock & Harskamp, 2016; Swanson, 2016), karena

itu mengharuskan siswa untuk menyesuaikan teks penjelasan dari persoalan

dan mendapatkan beberapa kalimat yang merepresentasikan kondisi pada

persoalan (Fuchs, et. al., 2015, 2017).

Lebih khusus pada soal cerita aritmetika, menyelesaikan soal cerita

aritmetika sederhana adalah kemampuan utama yang dibutuhkan siswa untuk

menguasai semua materi di sekolah (Lubin, Houde, & Neys, 2015). Siswa

harus membangun model atau merepresentasikan masalah sehingga terbentuk

proses kalkulasi yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang benar dalam

menyelesaikan soal cerita aritmetika (Peake, et. al., 2014). Jadi, penyelesaian

soal cerita yang dimasud dalam penelitian ini adalah usaha siswa untuk

mendapatkan hasil yang benar dengan prosedur yang tepat dalam

menyelesaikan soal cerita aritmetika.

George Polya seorang matematikawan terkenal menulis buku klasik,

How to Solve It (1973), yang menjelaskan empat tahapan dalam pemecahan

masalah.

1. Memahami masalah: Mencari tahu apa masalahnya dan mengidentifikasi

apa pertanyaan atau masalah yang sedang diajukan.

2. Merencanakan: Berpikir tentang bagaimana untuk memecahkan masalah.

3. Implementasi: Proses implementasi strategi yang telah dibuat.

4. Meninjau kembali: Menentukan apakah jawaban dari langkah 3

menjawab masalah yang awalnya dipahami pada langkah 1. Apakah

jawaban yang diperoleh masuk akal? Jika tidak, kembali ke langkah 2


11

dan pilih strategi yang berbeda untuk memecahkan masalah atau kembali

ke langkah 3 jika hanya perlu memperbaiki sesuatu dalam strategi yang

telah dibuat.

Pada penelitian ini, peneliti mengidentifikasi tahapan penyelesaian soal

cerita Aritmetika berdasarkan langkah penyelesaian Polya, karena cukup

sederhana, umum digunakan, dan mewakili langkah-langkah penyelesaian

yang disampaikan ilmuan lain. Jika siswa menggunakan langkah penyelesaian

yang sesuai, maka tulisan matematika siswa pun akan teroganisir dengan urut

mulai dari hal-hal yang diketahui, ditanyakan, proses penyelesaian, hingga

kesimpulan.

E. Pemahaman Siswa

Pemahaman adalah ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide

dengan ide yang telah ada (Walle, 2008). Memahami sesuatu berarti

menyesuaikannya kedalam skema yang sesuai (Skemp, 1987). Siswa

mempunyai skemanya sendiri dalam belajar matematika, saat dihadapkan

dengan suatu permasalahan dan ternyata siswa mampu menyesuaikannya

kedalam skema yang telah dibuatnya, maknanya siswa telah memahami

permasalahan dan materi terkait permasalahan yang diberikan.

Skemp (1987) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis pemahaman siswa,

yaitu pemahaman instrumental, pemahaman relasional, dan pemahaman

formal. Pemahaman instrumental adalah kemampuan menggunakan prosedur

matematis untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui mengapa

prosedur itu digunakan. Pemahaman relasional adalah kemampuan untuk


12

menyimpulkan aturan atau prosedur spesifik dari hubungan matematika yang

lebih umum. Sedangkan pemahaman formal atau logis adalah kemampuan

untuk mengoneksikan simbol dan notasi matematika yang sesuai dengan ide

matematika dan untuk menggabungkan ide-ide tersebut kedalam rantai

penalaran logis.

Dalam menyelesaikan soal cerita, lebih baik jika siswa memiliki

pemahaman relasional. Karena dalam langkah menyelesaikan permasalahan

harus mampu menggunakan prosedur yang benar, siswa juga harus mampu

mengetahui alasan mengapa prosedur itu digunakan.

F. Tulisan Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Aritmetika

Tulisan matematika yaitu representasi siswa terhadap objek matematika

yang disampaikan menggunakan bahasa verbal, simbol, atau gambar di atas

kertas atau media tulis lainnya. Dalam penelitian ini, tulisan matematika yang

dimaksud adalah langkah penyelesaian dan penjelasan mengenai setiap

langkah penyelesaian soal cerita.

Ada hubungan yang kuat antara kemampuan menulis siswa dan

kemampuan mereka untuk belajar secara umum, untuk belajar konten

matematika baru, untuk memperbaiki pemecahan masalah matematika, dan

untuk menambah proses yang berkaitan dengan kognisi (Freeman, Higgins, &

Horney, 2016; Magnant, Nasseh & Flateby, 2016). Dengan demikian, dengan

menganalisis tulisan matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita

aritmetika, akan diketahui bagaimana representasi siswa serta bagaimana

pemahaman siswa terhadap soal dan materi terkait soal yang diberikan.
13

Dalam penelitian ini, siswa akan diberikan tugas menyelesaikan soal

cerita aritmetika. Untuk menyelesaiakan tugas tersebut, tentu siswa akan

menggunakan representasinya untuk mendukung tulisan matematikanya.

Selanjutnya tulisan matematika siswa akan dianalisis berdasarkan langkah

penyelesaian, representasi terhadap wacana soal, dan representasi matematis

siswa.

Langkah Penyeleaian
Representasi teks Representasi Matematis
Polya

Memahami Menangkap ide utama Model manipulatif,

teks Gambar atau diagram,

Situasi nyata,

Simbol tertulis.

Pengetahuan informal Model manipulatif,

dan formal mengenai Gambar atau diagram,

permasalahan pada teks Situasi nyata,

Simbol tertulis.

Merencanakan Fokus pada hubungan Model manipulatif,

antara ide pada teks Gambar atau diagram,

Situasi nyata,

Simbol tertulis.

Implementasi Model manipulatif,

Gambar atau diagram,


14

Langkah Penyeleaian
Representasi teks Representasi Matematis
Polya

Situasi nyata,

Simbol tertulis.

Meninjau kembali Model manipulatif,

Gambar atau diagram,

Situasi nyata,

Simbol tertulis.

Tabel 1: Hubungan antara langkah penyelesaian dengan representasi

Untuk mempermudah menganalisis tulisan matematika siswa, maka

dapat memperhatikan indikator berikut.

1. Mengungkapkan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui dalam

masalah atau mengungkapkan informasi-informasi yang penting dalam

masalah menggunakan model manipulatif, ilustrasi situasi nyata, simbol,

gambar atau diagram.

2. Menyatakan hubungan antara informasi yang tidak diketahui dengan

informasi yang diketahui dalam masalah tersebut menggunakan model

manipulatif, ilustrasi situasi nyata, simbol, gambar atau diagram.

3. Menggunakan teori yang tepat untuk menyelesaikan soal berdasarkan

hubungan tersebut menggunakan model manipulatif, ilustrasi situasi

nyata, simbol, gambar atau diagram.


15

4. Menyelesaikan permasalahan menggunakan strategi yang telah dibuat

dan disampaikan menggunakan model manipulatif, ilustrasi situasi nyata,

simbol, gambar atau diagram.

5. Menyocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan

menggunakan model manipulatif, ilustrasi situasi nyata, simbol, gambar

atau diagram..

6. Mengintrepretasikan jawaban yang diperoleh menggunakan model

manipulatif, ilustrasi situasi nyata, simbol, gambar atau diagram.

7. Menuliskan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh menggunakan

model manipulatif, ilustrasi situasi nyata, simbol, gambar atau diagram.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, karena dirancang untuk memperoleh informasi dan menggali secara

mendalam tenatng hal-hal yang mempengaruhi kejadian yang dialami oleh

subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil

analisis tulisan matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)

kelas VII. Pada masa SMP, siswa telah memasuki awal-awal masa remaja

(13-18 tahun), mereka mulai mencari jati diri mereka. Dalam proses ini, tentu

sering terjadi permasalahan, berikut beberapa permasalahan yang terkait

dengan aspek perkembangan masa SMP:

1. Perkembangan Fisik

Masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan. Adanya

percepatan pertumbuhan pada remaja berimplikasi pada perkembangan

psikososial mereka yang ditanai dengan kedekatan remaja pada teman

sebayanya (peer group) daripada orangtua atau keluarga.

2. Perkembangan Kognisi

Pada masa SMP, perkembangan kognisi ini sudah berkembang

hingga 92%. Ciri berfikir remaja adalah idealisme serta cenderung pada

lingkungan sosialnya. Masalah yang terjadi pada proses perkembangan

16
17

kognisi ini ialah ketika peserta didik bergaul pada lingkungan sosial yang

kurang baik maka kognisi peserta didik pun dapat mengalami penurunan.

Perkembangan berbahasapun dapat terhambat karena keterbatasan

kesempatan dan sarana an pra sarana.

3. Perkembangan Emosi

Keadaan emosi remaja, tidak menentu, tidak stabil dan meledak-

ledak. Pada masa remaja, peserta didik sudah menunjukkan perilaku

coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal

menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis ientitas, dan saat

inilah reaksi emosional sering terjadi. Perkembangan emosi cinta juga

merupakan bagian dari perrkembangan emosi, dan masalah yang sudah

marak terjadi ialah sudah banyaknya anak-anak SMP yang berpacaran

bahkan sampai ada yang melakukan seks bebas.

4. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada masa SMP bisa ditunjukkan dengan

mulainya keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler dan

organisasi sekolah. Masa remaja ini pun disebut juga social hunger

(kehausan social), sehingga pada prosesnya rasa keinginan untuk

bersaing, menjadi yang terbaik itu juga tinggi. Dipengaruhi juga dengan

kondisi emosi yang masih labil, terkadang proses bersaing yang

seharusnya dapat berjalan dengan sehat pun bisa berakhir dengan

persaingan yang tidak sehat bahkan hingga terjadi perkelahian.


18

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget siswa SMP masuk

kedalam tingkat kognisi Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya)

Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas.

Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan

menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus

berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya

menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Berdasarkan

hal tersebut, peneliti merasa Siswa SMP kelas VII tepat untuk dijadikan

subjek penelitian. Sebab, perlu untuk mengetahui bagaimana kegiatan

menulis matematika siswa di tahap akhir dari perkembangan kognitif secara

kualitas,

Secara khusus subjek penelitian harus memiliki tingkat kemampuan

matematika dan pemahaman teks yang sama. Hal ini sejalan dengan saran

dari penelitian sebelumnya oleh King, Raposo, & Gimenez (2016), Fuchs, et.

al. (2015, 2017) dan Hebert & Powell (2016). Pemilih subjek penelitian

dilakukan dengan langkah berikut:

1. Memilih satu kelas VII di suatu sekolah.

2. Siswa diberikan tes kemampuan matematika untuk mengetahui tingkat

kemampuan matematika.

3. Siswa diberikan tes kemampuan penahaman teks untuk mengetahui

kemampuan pemahaman teks.

4. Memilih siswa yang memiliki tingkat kemampuan matematika dan

pemahaman teks yang sama.


19

5. Menanyakan kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas penyelesaian soal

cerita.

Secara sistematis, langkah pemilihan subjek penelitian disajikan dalam bagan

berikut.

Mulai Penetapan kelas Pemberian tes


kemampuan matematika
dan pemahaman teks

Hasil tes kemampuan

Mengelompokkan calon
Analisis hasil tes subjek yang memiliki
Tidak kemampuan matematika
dan pemahaman teks
yang setara
Apakah ada calon subjek
yang memiliki kemampuan
matematika dan pemahaman teks
yang setara?

Ya
Memilih calon subjek penelitian

Keterangan
Tidak
Apakah subjek bersedia? Garis alir :

Terminator :
Ya
Proses/kegiatan:
Diperoleh subjek penelitian
Data/ Hasil
kegiatan :
Selesai Pertanyaan :

Gambar 1: Diagram alur pemilihan subjek


20

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan

data dalam penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen dibedakan menjadi

instrumen utama dan instrument pendukung.

1. Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Kedudukan penliti merupakan penentu utama dalam penelitian dan hanya

peneliti yang berhubungan langsung dengan subjek penelitian, serta

hanya peneliti yang berperan untuk menetapkan fokus penelitian,

memilih subjek penelitian, mengumulkan data, menganalisis data, dan

melaporkan hasil penelitian sebagai simpulan akhir dari seluruh proses

penelitian.

2. Instrumen Pendukung

Instrumen dalam penelitian ini meliputi tes pemilihan subjek, tugas

oenyelesaian soal cerita, pedoman wawancara, dan alat bantu rekam.

a. Tes Pemilihan Subjek

Tes pemilihan subjek adalah tes yang diberikan untuk memilih

subjek penelitian. Tes pemilihan subjek terdiri dari tes kemampuan

matematika (TPS1) dan tes kemampuan pemahaman teks (TPS2)

berupa soal uraian. TPS1 terdiri dari sepuluh soal uraian yang

diadaptasi dari soal Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar tahun

2017, karena subjek penelitian adalah siswa SMP kelas VII.

Sedangkan TPS2 terdiri soal uraian yang berkaitan dengan dua


21

paragraf cerita. Soal dalam TPS2 diadaptasi dari soal-soal yang ada

dalam matapelajaran bahasa Indonesia.

b. Tugas Penyelesian Soal Cerita

Tugas penyelesaian soal cerita (TP) terdiri dari dua soal cerita

berkaitan dengan operasi hitung bilangan. Soal cerita dibuat oleh

peneliti dengan pertimbangan saran dari penelitian sebelumnya.

Hasil pengerjaan tugas ini selanjutnya akan dianalisis untuk

mengetahui bagaimana siswa mengatur tulisan matematika dan

menggunakan tulisan untuk menyampaikan pengetahuan

matematika.

Setelah draft tugas selesai, selanjutnya draft akan

dikonsultasikan oleh pembimbing dan divalidasi oleh para ahli. Draft

tugas yang telah dibuat akan dinilai apakah materi, konstruksi dan

bahasa yang digunakan dalam tugas penyelesaian soal cerita

memenuhi kriteria valid atau tidak. Selanjutnya TP akan diuji

keterbacaan kepada beberapa siswa kelas VII. Secara sistematis,

langkah penyusunan tugas pemecahan masalah disajikan dalam

diagram berikut.

Mulai

Ya
Penyusunan draft tugas Analisis hasil
peyelesaian soal cerita validasi Valid?
Tidak

Hasil tes kemampuan Validasi oleh ahli Revisi


22

Keterangan

Garis alir :
Tidak TP dapat digunakan
Revisi?
Terminator :
Ya
Proses/kegiatan:
Revisi
Data/ Hasil
kegiatan :

Selesai Pertanyaan :

Gambar 2: Diagram alur penyusunan tugas penyelesaian soal cerita

c. Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan wawancara, sebeumnya disusun pedoman

wawancara. pedoman wawancara pada penelitian ini bersifat semi

terstruktur. Artinya, pertanyaan-pertanyaan yang tertulis dalam

pedoman wawancara ini menjadi acuan awal untuk pertanyaan

selanjutnya. Pertanyaan selanjutkan akan bergantung pada jawaban

subjek penelitian. Secara sistematis, proses penyusunan pedoman

wawancara disajikan pada diagram berikut.

Penyusunan draf Hasil pedoman


Mulai
pedoman wawancara
wawancara

Ya
Analisis hasil Validasi oleh ahli
Valid? validasi
Tidak
Revisi
23

Keterangan

Pedoman wawancara Garis alir :


Revisi? dapat digunakan
Tidak Terminator :
Ya
Proses/kegiatan:
Revisi
Data/ Hasil
kegiatan :

Selesai Pertanyaan :

Gambar 3: Diagram alur penyusunan pedoman wawancara

d. Alat Bantu Rekam

Alat bantu rekam digunakan untuk membuat dokumentasi

siswa saat mengerjakan tugas peyelesaian soal cerita dan saat

wawancara.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian akan dikumpulkan dengan pemberian tes dan

wawancara.

1. Tes

Siswa akan diberikan tugas matematika berupa soal cerita

Aritmetika selama 30 menit. Sebelum mengerjakan tugas, siswa akan

diberikan gambaran atau kisi-kisi bagaimana sebaiknya menyelesaikan

soal cerita tersebut. Siswa yang diberikan tugas adalah siswa yang

memiliki tingkat kemampuan matematika dan pemahaman teks yang

sama. Hal ini sejalan dengan saran dari penelitian sebelumnya oleh King,
24

Raposo, & Gimenez (2016), Fuchs, et. al. (2015, 2017) dan Hebert &

Powell (2016).

Terdapat dua jenis tes dalam penelitian ini, tes pemilihan subjek

dan tugas penyelesaian soal cerita. Tes pemilihan subjek terdiri dari tes

kemampuan matematis dan pemahaman wacana. Tes pemilihan subjek

digunakan untuk mengelompokkan siswa sesuai tingkat kemampuan

matematika dan pemahaman teks berdasarkan skor tes. Sedangkan tugas

penyelesaian soal cerita digunakan untuk mengetahui bagaimana siswa

mengatur tulisan matematika dan menggunakan tulisan untuk

menyampaikan pengetahuan matematika.

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang langsung

kepada subjek penelitian melalui lisan tanpa menulis jawaban. teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

diagnostik. Wawancara diagnostik bertujuan untuk mencari informasi

mendalam tentang pengetahuan dan cara berpikir subjek penelitian.

Siswa akan diwawancarai mengenai tulisan matematikanya saat

menyelesaikan soal cerita aritmetika yang diberikan. Setelah siswa

meyelesaikan tugas penyelesaian soal cerita, untuk mendapatkan

informasi tambahan, akan dipilih secara acak dari siswa yang

mengerjakan tugas matematika untuk diwanwancara.

Untuk menjamin kebenaran data yang diperoleh, selanjutnya akan

dilakukan uji kredibilitas data. Peneliti memilih menggunakan triangulasi


25

waktu untuk menguji kredibilitas/kevalidan data. Artinya, peneliti

membandingkan data hasil tugas penyelesaian soal cerita dan wawancara

yang diperoleh dari waktu yang berbeda. Jarak waktu antara pengumpulan

data adalah 1 minggu. Peneliti akan melakukan dua kali pengumpulan data.

Data dikatakan valid, jika data pada pengumpulan pertama dan kedua

konsisten. Jika data masih belum konsisten, maka akan dilakukan

pengumpulan data pada waktu yang berbeda hingga diperoleh data yang

valid. Secara sistematis, metode pengumpulan data disajikan dalam diagram

alur berikut.

Mulai Subjek Penelitian

TP 1 TP ke- ,

Data hasil TP Data hasil TP ke- ,


1

Wawancara 1 Wawancara ke- ,

Data hasil TP 1 Data hasil TP 1


dan wawancara 1 dan wawancara 1

Triangulasi
Keterangan
Garis alir :
Valid? Tidak Terminator :
Proses/kegiatan:
Ya Data/ Hasil
Selesai kegiatan :
Data siap dianalisis
Pertanyaan :
26

E. Teknik Analisis Data

Data yang perlu dianalisis dalam penelitian adalah hasil tes pemilihan

subjek, tugas penyelesaian soal cerita dan wawancara.

1. Tes Pemilihan Subjek

Tes pemilihan subjek adalah tes yang diberikan untuk memilih

subjek penelitian. Tes pemilihan subjek terdiri dari tes kemampuan

matematika (TPS1) dan tes kemampuan pemahaman teks (TPS2) berupa

soal uraian. Siswa akan dikelompokkan sesuai tingkat kemampuan

matematika dan pemahaman teks berdasarkan skor tes. Setelah skor

diperoleh, selanjutnya dibuat tabel tingkat kemampuan matematis dan

tingkat pemahaman teks dengan kriteria kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah menggunakan metode distribusi frekuensi. Kemudian, dari

masing-masing tingkat akan dipilih secara acak siswa untuk dijadikan

subjek penelitian.

2. Tugas Penyelesian Soal Cerita dan Wawancara

Tugas penyelesaian soal cerita (TP) terdiri dari dua soal cerita

berkaitan dengan operasi hitung bilangan. Soal cerita dibuat oleh peneliti

dengan pertimbangan saran dari penelitian sebelumnya. Hasil pengerjaan

tugas ini selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui bagaimana siswa

mengatur tulisan matematika dan menggunakan tulisan untuk

menyampaikan pengetahuan matematika. Setelah mengerjakan tugas

penyelesaian soal cerita, siswa akan diwawancarai mengenai tulisan

matematikanya saat menyelesaikan soal cerita aritmetika yang diberikan.


27

Data hasil pengerjaan TP dan wawancara selanjutkan akan

dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif. Ada tiga tahap yang

dilakukan, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik

kesimpulan.

a. Tahap Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, dan transformasi data yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan sejak

awal pengumpulan data dengan tujuan untuk menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan

diverifikasi.

Subjek penelitian diberikan tugas penyelesaian soal cerita

untuk memperoleh data tulisan matematika. Kemudian, subjek

diwawancarai untuk mencari informasi mendalam tentang

pengetahuan dan cara berpikir subjek penelitian. Data yang diperoleh

dari tugas penyelesaian soal cerita dan wawancara kemudian

direduksi sehingga diperoleh data yang benar-benar diperlukan untuk

mengetahui bagaimana siswa mengatur tulisan matematika dan

menggunakan tulisan untuk menyampaikan pengetahuan

matematika.
28

b. Tahap Penyajian Data

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi

hasil reduksi data. Data disajikan dalam bentuk teks naratif dengan

mengacu pada indikator tulisan matematika siswa, sehingga peneliti

dapat menarik kesimpulan dari data tersebut.

c. Tahap Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah tahap akhir dari analisis data

berupa kegiatan menemukan makna dari data yang telah disajikan.

Penarikan esimpulan ditujukan untuk mendeskripsikan bagaimana

siswa mengatur tulisan matematika dan menggunakan tulisan untuk

menyampaikan pengetahuan matematika dengan memperhatikan

langkah penyelesaian soal cerita dan representasi siswa.

Secara sistematis, prosesanalisis data hasil penelitian disajikan pada

diagram alur berikut.

Mulai Data
Keterangan

Garis alir :
Reduksi Data
Terminator :

Penyajian Data Proses/kegiatan:

Data/ Hasil
kegiatan :
Selesai Penarikan Kesimpulan

Gambar 4: Diagram Alur Analisis Data


DAFTAR PUSTAKA

Craig, T.S. (2016). The role of expository writing in mathematical problem


solving. African Journal of Research in Mathematics, Science and
Technology Education, 20 (1), 57-66. Diunduh dari
http://dx.doi.org/10.1080/10288457.2016.1147803
De Kock, W.D. & Harskamp, E.G. (2016). Procedural versus content-related hints
for word problem solving: an exploratory study. Journal of Computer
Assisted Learning. Publikasi online. Doi: 10.111/jcal.12148.
Freeman, B., Higgins, K.N., & Horney, M. (2016). How Students Communicate
Mathematical Ideas: An Examination of Multimodal Writing Using Digital
Tecnologies. Contemporary Educational Technology, 7(4), 281-313.
Diunduh dari http://www.cedtech.net/articles/74/741.pdf
Fuchs, L.S., et.al. (2015). Is Word-Problem Solving a Form of text
Comprehension? Scientific Studies of Reading. Publikasi online. Doi:
10.1080/10888438.2015.1005745.
Fuchs, L.S., et.al. (2017). Text Comprehension and Oral Language as Predictors
of Word-Problem Solving: Insights into Word-Problem Solving as a Form
of Text Comprehension. Scientific Studies of Reading. Publikasi online.
Doi:10.1080/10888438.2017.1398259.
Gupta, P., Pal, N., & Agrawal, L. (2017). Recognnition of Handwritten
Mathematical Equations. International research Journal of Engineering and
Technology 9IRJET), 4(11), 1380-1382. Diunduh dari
https://irjet.net/archives/V4/i11/IRJET-V4I11250.pdf
Hebert, M.A. & Powell, S.R. (2016). Examining fourth-grade mathematics
writing:nfeatures of organization, mathematics vocabulary, and
mathematical representations. Springer Science+Business Media Dordretch.
Publikasi online. Doi: 10.1007/s11145-016-9649-5
Jitendra, A.K., et.al. (2016). Is Mathematical Representation of Problems an
Evidence-Based Strategy for Students With Mathematics Difficulties?
Exceptional Children. Publikasi online. Doi: 10.1177/0014402915625062.
King, B., Raposo, D., & Gimenez, M. (2016). Promoting Student Buy-in: using
Writing to Develop Mathhematical Understanding. Georgia Educational
Researcher. Publikasi online. Doi: 10.20429/ger.2016.130202
Lubin, A., Houde, O., & De Neys, W. (2015). Evidence for children’s error
sensitivity during arithmetic word problem solving. Learning and
Instruction, 40(2015), 1-8. Diunduh dari
http://dx.doi.org/10.1016/j.learninstruc.2015.07.005

29
30

Magnant, C., Nasseh, S., & Flateby, T. (2016). Mathematical Writing Assignment
for Deeper Understanding and Process Writing. Georgia Southern
University.
Peake, C., et.al. (2014). Syntatic Awareness and Arithmetic Word Problem
Solving in Children With and Without Learning Disabilities. Journal of
Learning Disabilities. Publikasi online. Doi: 10.1177/0022219413520183.
Peterson, S.S., Rochwerger, L., Brigman, J., & Wood, K. Cross-Curricular
Literacy: Writing for Learning in a Science Program. ProQuest Professional
Education. 14(2),31-37.

Pollya, G. (1973). How To Solve It. New Jersey: Princeton University Press.
Salkind, N.J. (2008). Encyclopedia of Educational Psycology. Thousand Oaks:
SAGE Publications.

Siswono, T.Y.E., (2010). Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya: Unesa


University Press.
Swanson, H.L. (2016). Word Problem Solving, Working Memory and Serious
Math Difficulties: Do Cognitive Strategies Really Make a Differene?
Journal of Applied Research in Memory and Cognition. Diunduh dari
http://dx.doi.org/10/1016/j.jarmac.2016.04.012
Teuscher, D., Kulinna, P.H., & Crooker, C. (2015). Writing to Learn
Mathematics: An Update. The Mathematics Educator, 24(2), 56-78.
Diunduh dari http://tme.journals.libs.uga.edu/index.php/tme/article
/download/312/270
Walle, J.A.V.D., Kerp, K.S., & Williams, M.B.J. (2013). Elementary and Middle
School Mathematics Teaching Developmentally, America: Pearson
Education.
Wilkie, K.J. (2016). Student’s use of variables and multiple representations in
generalizing functional relationships prior to secondary school. Education
Studies Mathematics. Publikasi online. Doi: 10.1007/s10649-016-9703-x.
Yulianti, M., Helingo, D.D.Z., Permata, D., & Masriyah. (2016, September).
Writing Activity in Learning Mathematics. Mathematics, Informatics,
Science and Education International Conference, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai