Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTEK

TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH

Anggota :

- Alya Indah G.
- Amalia Rohmah
- Amelia Rifka H.
- Tiara Putriana XI
MIPA
8
PEMBAHASAN
Berikut ini kami sajikan kepada anda secara gamblang tata cara mengkafani,
memandikan dan menguburkan jenazah sesuai tuntunan syariat Islam, disertai ilustrasi
gambar. Semoga bermanfaat.

A. TATA CARA MEMANDIKA JENAZAH

Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut ulama adalah fardhu kifayah.
Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam
sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:
َ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قا َ َل فِى ْالمُحْ ِر ِم الَّذِى َو َق‬
‫ ا ِْغسِ لُ ْوهُ ِب َما ٍء َوسِ ْد ٍر‬:‫ص ْت ُه‬ ِ ‫اَنَّ َرس ُْو ُل‬
َ ‫هللا‬
(1206 ‫ ومسلم‬1208 ‫)رواه البخار‬
Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda mengenai orang yang melakukan ihram, yang
dicampakkan oleh untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan bidara.” (H.R. al-
Bukhari: 1208, dan Muslim: 1206) Waqashathu: unta itu mencampakkannya lalu
menginjak lehernya.

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang
diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.

Untuk mayat perempuan


Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,
neneknya,keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan


Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya
untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

Alat dan bahan yang dipergunakan hal-hal yang perlu dipersiapkan :


1.Sediakan tempat mandi.
2.Air bersih.
3.Sabun mandi.
4.Sarung tangan
5.Sedikit kapas.
6.Air kapur barus.
Cara memandikan
1.Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2.Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3.Air bersih
4.Sediakan air sabun.
5.Sediakan air kapur barus.
6.Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
7.Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah
jari tangan dan kaki dan rambutnya.
8.Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara
perlahan-lahan.
9.Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
10.Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :

Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :


‫هلل َت َعالَى‬
ِ ‫ت‬ ْ ‫ْت ْال ُغسْ َل لِ َه َذ‬
ِ ‫اال َم ِّي‬ ُ ‫َن َوي‬

Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :


ِ ‫ْت ْال ُغسْ َل لِ َه ِذ ِه ْال َم ِّي َت ِة‬
‫هلل َت َعالَى‬ ُ ‫َن َوي‬

11.Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
12.Siram sebelah kanan 3 kali.
13.Siram sebelah kiri 3 kali.
14.Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah
belakang.
15.Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
16’Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
17.Setelah itu siram dengan air kapur barus.
18.Setelah itu jenazahnya diwudukkan .

Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :


‫هلل َت َعالَى‬
ِ ‫ت‬ ْ ‫ْت ْالوُ ض ُْو َء لِ َه َذ‬
ِ ‫اال َم ِّي‬ ُ ‫َن َوي‬
“aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t”

Lafaz niat mewudukan jenazah perempuan:


ِ ‫ْت ْالوُ ض ُْو َء لِ َه ِذ ِه ْال َم ِّي َت ِة‬
‫هلل َت َعالَى‬ ُ ‫َن َوي‬
“aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”

Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu
mulai dari muka daN terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk
biasanya. Jenazah lelaki hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita
hendaklah dimandikan oleh perempuan.
Setelah selesai dimandikandan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap
pada seluruh badan mayat.
B. TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim
dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:


1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:


Untuk mayat laki-laki
1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan
luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.
5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun
kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain
dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau
dengan kapur barus.
2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaikan sarung.
5. Pakaikan baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung
kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
C. TATA CARA MENSHOLATKAN JENAZAH

Menurut ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:
)‫صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما جه‬
Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Orang paling utama untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:


1. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli
bid’ah.
2. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
3. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
4. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
5. Keluarga terdekat.
6. Kaum muslimim seluruhnya.

Rukun shalat jenazah ialah:


1. Berniat menshalatkan jenazah.
2. Takbir empat kali.
3. Berdiri bagi yang kuasa

Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut:


1. Niat
“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbiirotin fardlal kifaayatin makmuuman
lillaahi ta’aalaa”
2. Melakukan takbiratul ihram (takbir pertama).
ِ ‫ُْو ُذ ِبا‬01ّْ ‫)أَع‬
ِ ‫هلل م َِن ال َّش ْي َط‬
3. Tanpa perlu membaca istiftah langsung berta’aawudz (‫ان الرَّ ِجي ِْم‬
dan membaca basmalah.
4. Diikuti dengan bacaan Al-Fatihah.
5. Melakukan takbir kedua dan diikuti dengan ucapan shalawat kepada Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam semisal shalawat yang dibaca pada tasyahud akhir
dalam shalat fardhu.
6. Melakukan takbir ketiga dan mendoakan si mayit dengan doa-doa yang terdapat
dalam hadits-hadits yang shahih.
7. Selepas berdoa kemudian melakukan takbir terakhir (takbir keempat), berhenti
sejenak, lalu salam ke arah kanan dengan satu kali salam.

Doa setelah mensholatkan jenazah

‫ َو َن ِّق ِه م َِن‬،ِ‫الث ْل ِج َو ْال َب َرد‬ ْ ‫ َو‬،ُ‫ َو َوسِّعْ َم ْد َخلَه‬،ُ‫ َوأَ ْك ِر ْم ُن ُزلَه‬،ُ‫اغفِرْ لَ ُه َوارْ َح ْم ُه َو َعافِ ِه َواعْ فُ َع ْنه‬
َّ ‫اغسِ ْل ُه ِب ْال َما ِء َو‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم‬
ْ َ َ ‫أْل‬ َّ َ ْ ُّ
ِ ‫الذ ُنو‬
،ِ‫ َو َز ْوجً ا َخيْرً ا مِنْ َز ْو ِجه‬،ِ‫َاره‬ ِ ‫ َوأ ْبدِل ُه دَارً ا َخيْرً ا مِنْ د‬،‫س‬ ِ ‫ب وال َخطا َيا َك َما ُي َن َّقى الث ْوبُ ا ْب َيضُ م َِن ال َّد َن‬
‫ و َنوِّ رْ لَ ُه فِي ِه‬،ِ‫ َوا ْف َسحْ لَ ُه فِي َقب ِْره‬,‫ب ال َّنار‬ ِ ‫ب ْال َقب ِْر َومِنْ َع َذا‬ ِ ‫ َوأَعِ ْذهُ مِنْ َع َذا‬،‫َوأَ ْدخ ِْل ُه ْال َج َّن َة‬
“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia.
Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia
dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau
bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih
baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik dari isterinya. Masukkanlah dia ke
dalam surga, lindungilah dari azab kubur dan azab neraka. Lapangkanlah baginya
dalam kuburnya dan terangilah dia di dalamnya.” (HR. Muslim)

D. TATA CARA MENGKUBURKAN JENAZAH

- Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas


pundak dari keempat sudut usungan.
- Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa.
Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan
atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.
- Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
- Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
- Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
- Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
- Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.
- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat
dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak
memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
- – Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:
“BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan
di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke
lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan
kedua kaki.
– Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang
telah dijelaskan.
– Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
– Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
– Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah
tersebut.
– Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
– Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini
terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
– Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu
nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal
tersebut. (HR. Muslim)
– Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab
pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai
menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si
mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!).
Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.
Wallahu a’lam bish-shawab.

Anda mungkin juga menyukai