Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN MORBIDITAS BAYI DENGAN BERAT BADAN

LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI


RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

Syafrida Hanum1, Oswati Hasanah2, Veny Elita3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: haannuum@gmail.com

Abstract
The aimed of this research was to determine the morbidity of Low Birth Weight (LBW) infants in Perinatology unit at Arifin
Achmad General Hospital. This study used a descriptive design with retrospective study approach. The samples in this
research were 509 medical records of LBW infants taken by purposive sampling method. Univariate analyse was used and it
showed that majority of LBW (84.9%) had low birth weight category (1501-2500 gram), 70.7% had a gestational age less than
38 weeks, and mean value of length of stay were 15.81 days for infants with complex morbidity. The result showed that
majority of LBW infants had a complex morbidity (74.1%). According to this result, it is recommended for giving health
promotion about antenatal care to pregnant women and also preparing the equipment and health provider to completely
handle the cases of morbidity in LBW infants.

PENDAHULUAN riwayat kehamilan dengan berat badan lahir


Bayi dengan berat badan lahir rendah rendah, remaja, tubuh pendek, sudah sering
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat hamil, status sosial ekonomi rendah, anemia,
kurang dari 2500 gram (I. G. B. Manuaba, penyakit kronis, merokok, dan ketuban pecah dini
Manuaba, & Manuaba, 2007; Datta, 2009; (Reeder, Martin, & Griffin, 2011). Infeksi pada
Jaypee, 2010; WHO, 2011) tanpa memperhatikan ibu, sosial ekonomi rendah, dan stress maternal,
usia gestasi (Wong et al., 2009). BBLR juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran
merupakan istilah lain untuk bayi prematur bayi BBLR (Santoso, Aditya, & Retnoningrum,
hingga tahun 1961. Istilah ini mulai diubah 2009). Faktor janin dan plasenta yang dapat
dikarenakan tidak seluruh bayi dengan berat menyebabkan BBLR antara lain kehamilan
badan lahir rendah lahir secara prematur (I. G. B. ganda, hidroamnion, ketuban pecah dini, cacat
Manuaba, Manuaba, & Manuaba, 2007). bawaan, insufisiensi plasenta, plasenta previa,
World Health Organization (WHO) pada dan solusio plasenta (Surasmi, Handayani, &
tahun (2011) mengkategorikan BBLR Kusuma, 2003).
berdasarkan usia gestasi menjadi preterm (lahir Kondisi bayi yang lahir dengan BBLR
hingga 37 minggu kehamilan) dan term (lahir seringkali tidak sebaik kondisi bayi normal pada
setelah 37 minggu dan sebelum 42 minggu umumnya. Berbagai permasalahan dapat terjadi
kehamilan). Kategori tersebut masing-masing pada bayi dengan BBLR. Passerini et al. (2012)
dapat dipisahkan kembali menjadi dua kelompok menyatakan bahwa BBLR memiliki risiko tinggi
berdasarkan pada apakah mereka small for dalam mortalitas dan morbiditas pada neonatus.
gestational age (SGA) atau tidak. SGA Morbiditas adalah derajat sakit, cedera, atau
didefenisikan sebagai berat yang tidak sesuai gangguan pada suatu populasi (Timmreck, 2005).
dengan masa gestasi yaitu kurang dari 10 Prevalensi global dari BBLR sebesar 15.5% dari
persentil. Bayi dengan berat badan lahir rendah 20.6 juta infant yang lahir setiap tahunnya dimana
juga dapat diklasifikasikan menjadi very low birth 96.5% terjadi di negara berkembang. BBLR
weight (VLBW) jika berat badan lahir kurang merupakan penyakit terbesar di ruang
dari 1500 gram dan extremely low birth weight Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
(ELBW) jika berat badan lahir kurang dari 1000 dengan menduduki peringkat pertama dalam tiga
gram. tahun terakhir yaitu dimulai dari tahun 2010
Penyebab dari BBLR dipengaruhi oleh hingga 2012 dan mengalami fluktuasi. Persentase
beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan kejadian BBLR berturut-turut adalah 31.34%,
faktor plasenta (Surasmi, Handayani, & Kusuma, 19.38%, dan 30.7% (RSUD AA, 2012).
2003). Faktor dari ibu meliputi berat badan Tingginya angka BBLR kemungkinan besar akan
sebelum hamil rendah, penambahan berat badan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi.
yang tidak adekuat selama kehamilan, malnutrisi, Penelitian terkait morbiditas BBLR juga belum
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 1
pernah dilakukan sebelumnya di RSUD Arifin yang ditemukan apabila berjumlah lebih dari dua
Achmad Pekanbaru dan untuk meningkatkan maka dikategorikan sebagai morbiditas yang
pelayanan keperawatan pada BBLR maka kompleks sedangkan gejala yang kurang sama
diperlukan data dasar gambaran morbiditas dari dengan dua, maka dikategorikan sebagai
bayi yang lahir dengan BBLR. morbiditas non-kompleks.
Berdasarkan fenomena di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “gambaran morbiditas bayi dengan berat HASIL PENELITIAN
badan lahir rendah (BBLR) di ruang Perinatologi 1. Karakteristik Responden
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”. Tujuan Tabel 1.
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
morbiditas bayi dengan BBLR.
Berdasarkan Berat Badan Lahir dan Usia
Gestasi
METODE PENELITIAN Karakteristik responden Jumlah Persentase
Metode penelitian yang digunakan adalah Berat badan lahir
penelitian deskriptif dengan pendekatan a. Berat badan lahir rendah 432 84.9%
retrospective study. Pada penelitian ini peneliti (1501-2500 gram)
ingin melihat gambaran morbiditas BBLR di b. Berat badan lahir sangat 69 13.6%
rendah (kurang dari 1500
ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad gram)
Pekanbaru. Populasi pada penelitian ini adalah c. Berat badan lahir amat 8 1.6%
seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah sangat rendah (kurang dari
yang dirawat di ruang Perinatologi RSUD Arifin 1000 gram)
Achmad Pekanbaru pada tahun 2011 hingga 2012 Usia gestasi
yang berjumlah 876 bayi. a. Preterm (kurang dari 38 360 70.7%
Peneliti menggunakan teknik purposive minggu)
sampling pada penelitian ini dengan medical b. Term (38-41 minggu) 141 27.7%
record bayi BBLR sebagai responden. Jumlah c. Postterm (lebih dari 41 8 1.6%
minggu)
medical record responden yang didapatkan yaitu
sebanyak 509 dengan kriteria inklusi pada Jumlah 509 100%
penelitian ini yaitu pencatatan perawatan bayi Tabel 1 menjelaskan bahwa mayoritas
BBLR yang lengkap pada tahun 2011 dan 2012. responden adalah bayi dengan berat badan lahir
Empat puluh dua medical record responden tidak rendah yaitu sebanyak 84.9% (432 responden).
memenuhi kriteria inklusi dimana pencatatan Jika dilihat berdasarkan usia gestasi didapatkan
yang tidak lengkap seperti usia gestasi; suhu; sebagian besar responden lahir pada usia preterm
balance cairan; dan frekuensi pernapasan, 261 yaitu sebanyak 70.7% (360 responden).
merupakan responden yang telah meninggal
dimana medical record yang dibutuhkan tidak Tabel 2.
tersedia, dan 64 medical record bukan merupakan Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
pencatatan untuk bayi dengan BBLR. Berdasarkan Lama Hari Rawat
Data yang telah dikumpulkan kemudian Karakteristik responden Mean Min/Max
diperiksa kembali kelengkapannya kemudian Lama hari rawat
dilakukan pemberian kode. Data yang telah a. Kompleks 15.81 2/75
diberikan kode kemudian dimasukkan dan diolah b. Non-kompleks 7.08 1/26
dalam analisa data dengan menggunakan program Tabel 2 menjelaskan bahwa rata-rata lama
komputer. Penelitian ini menggunakan analisis hari rawat pada responden yang mengalami
univariat. Analisis univariat dilakukan terhadap morbiditas kompleks yaitu 15.81 hari rawat,
tiap variabel. Analisis ini menghasilkan distribusi sedangkan minimum hari rawat adalah 2 hari dan
frekuensi dari berat badan lahir, usia gestasi, lama maksimum 75 hari. Rata-rata lama hari rawat
hari rawat, dan morbiditas bayi BBLR. Analisis untuk responden dengan morbiditas non-
morbiditas bayi dilakukan dengan cara melihat kompleks yaitu 7.08 hari rawat dengan minimum
banyaknya manifestasi klinis/gejala yang diderita hari rawat adalah 1 hari dan maksimum 26 hari.
bayi dari seluruh sistem yang ditemukan. Gejala

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 2


Tabel 3. dibuktikan oleh Lanski, Franca, dan
Morbiditas Bayi Dengan Berat Badan Lahir Kawachi (2007) dimana mortalitas bayi
Rendah (BBLR) berat badan lahir rendah mencapai angka
Morbiditas bayi BBLR Jumlah Persentase 74.2%.
Kompleks 377 74.1% b. Usia Gestasi
Non-kompleks 132 25.9%
Hasil penelitian terhadap bayi dengan
Jumlah 509 100%
BBLR didapatkan data bahwa sebagian
Tabel 3 menjelaskan bahwa mayoritas bayi
besar yakni 70.7% bayi merupakan bayi
dengan berat badan lahir rendah memiliki
preterm (usia gestasi kurang dari 38
morbiditas kompleks yaitu sebesar 74.1% (377
minggu). Usia gestasi yang semakin kecil
responden). Bayi BBLR dengan morbiditas yang
akan menyebabkan berbagai permasalahan
kompleks membutuhkan bantuan peralatan yang
pada berbagai organ maupun sistem tubuh
lebih banyak untuk memperbaiki dan
bayi. Bayi preterm sering memiliki masalah
menstabilkan kondisi mereka.
antara lain kesulitan pernapasan,
ketidakstabilan suhu, kelainan
PEMBAHASAN
gastrointestinal dan nutrisi, imaturitas hati;
1. Karakteristik Responden
ginjal; dan imunologis, kelainan
a. Berat badan lahir
kardiovaskular, kelainan hematologis dan
Mayoritas berat badan bayi BBLR yang
gangguan metabolisme, serta kelainan
dirawat di ruang Perinatologi RSUD Arifin
neurologis (Damanik, 2008).
Achmad Pekanbaru selama 2 tahun terakhir
Masalah-masalah yang dialami bayi
berada pada kategori berat badan lahir
preterm dibuktikan dalam berbagai
rendah (1501 sampai 2500 gram) yaitu
penelitian. Rokhayati (2011)
sebanyak 84.9%. Bayi dengan kategori ini
mengemukakan bahwa terdapat hubungan
memiliki prevalensi yang besar
yang kuat antara prematuritas terhadap
dibandingkan dengan kategori lain. Hal ini
kejadian kematian bayi dengan sepsis
dibuktikan pada riset yang dilakukan oleh
dimana usia gestasi yang tidak mencukupi
Amanda (2012) yang menyatakan sebanyak
menyebabkan defisiensi imun (Wilar et al.,
76.6% bayi BBLR memiliki berat badan
2010). Kosim et al. (2007) menyatakan
1501 sampai 2500 gram. Lee,
bahwa kejadian hiperbilirubinemia
Ramachandran, dan Madan (2010)
terbanyak diderita oleh bayi preterm yakni
menyatakan bahwa proporsi bayi Asia
mencapai 55.6% dimana bayi ini berisiko
dengan BBLR lebih besar dibandingkan
5.7 kali lipat dibandingkan dengan bayi
dengan bayi dari wilayah lainnya.
term (Sarici et al., 2004). Titer IgG pada
Kejadian berat badan badan lahir rendah
bayi preterm sebagai daya tahan tubuh bayi
ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor
juga lebih rendah dibandingkan bayi term
antara lain status gizi ibu sebagai salah satu
dimana hal ini dapat menyebabkan bayi
faktor risiko. Penelitian Paska (2006)
preterm mudah untuk terserang bakteri,
menerangkan bahwa status gizi yang
virus, maupun mikroorganisme lainnya
kurang selama kehamilan dapat
(Herlinawati, Subagyo, & Hafidh, 2011).
menyebabkan terjadinya kelahiran bayi
c. Lama Rawat
BBLR. Faktor lain yang menyebabkan bayi
Lama rawat pada bayi dengan BBLR
BBLR adalah paparan polusi udara saat
yang dirawat di ruang Perinatologi RSUD
kehamian. Ibu yang terpapar pada polusi
Arifin Achmad Pekanbaru yang mengalami
udara dan kualitas ventilasi rumah yang
morbiditas kompleks yaitu 15.81 hari rawat
buruk akan meningkatkan kejadian BBLR
dan bayi dengan morbiditas non-kompleks
(Ghosh, Wilhelm, & Ritz, 2013). Bayi yang
7.08 hari. Rata-rata hari rawat ini relatif
lahir dengan BBLR juga teridentifikasi
sama dibandingkan rata-rata hari rawat bayi
pada ibu yang mengalami stres selama
BBLR di RSUD Dr Margono Soekarjo
kehamilan (Witt et al., 2014). Berat badan
Purwokerto yang memiliki rata-rata 13-15
lahir rendah ini dapat meningkatkan
hari (Suwaibah, Sodikin, & Yulistiani,
kematian (mortalitas) pada bayi yang telah
2010). Bayi yang memiliki morbiditas

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 3


kompleks memiliki perawatan yang juga eritropoietin yang sangat rendah (A. M.
lebih kompleks dibandingkan bayi yang Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2006).
lainnya terutama dalam penggunaan alat Hal ini banyak terjadi pada bayi BBLR
bantu seperti pernapasan dan makanan yang dirawat di ruang Perinatologi RSUD
untuk menstabilkan keadaan bayi. Hal Arifin Achmad Pekanbaru dimana
inilah yang menyebabkan bayi dengan mayoritas merupakan bayi dengan usia
morbiditas kompleks memiliki rata-rata gestasi kurang dari 38 minggu (preterm).
lama hari rawat yang lebih lama b. Leukopenia
dibandingkan bayi dengan morbiditas non- Produksi granulosit sebagai leukosit
kompleks. polimorfonuklear yang terdiri dari
Lama hari rawat juga dapat bertambah neutrofil (terbanyak hingga 70% dalam sel
dikarenakan infeksi nosokomial pada bayi darah putih), eosinofil, dan basofil (Haws,
yang mengalami berat badan lahir yang 2008) hampir tidak ada pada janin di
rendah. Payne et al. (2004) menyatakan trimester pertama dan kedua. Progenitor
infeksi nosokomial pada aliran darah dapat granulosit atau colony forming unit-
menyebabkan penambahan lama hari rawat granulocyte macrophage (CFU-GM)
bayi BBLR selama 13 sampai 17 hari. merupakan progenitor yang banyak
Goudie et al. (2014) juga mengemukakan disimpan di hati, sumsum tulang, dan
bahwa infeksi aliran darah membuat lama darah janin yang apabila
hari rawat bertambah selama 19 hari. dikembangbiakkan secara in vitro bersama
granulocyte-colony-stimulating factors
2. Morbiditas Bayi Dengan Berat Badan Lahir (G-CSF) akan menghasilkan neutrofil.
Rendah Progenitor pada bayi dengan usia gestasi
Bayi BBLR yang dirawat di ruang yang rendah (preterm) berjumlah sedikit
Perinatologi RSUD Arifin Achmad dibandingkan bayi dengan usia gestasi
Pekanbaru mayoritas memiliki morbiditas yang cukup (Behrman, Kliegman, &
yang kompleks. Definisi kompleks Arvin, 2000). Hal inilah yang
merupakan penggabungan atau kombinasi menyebabkan bayi preterm memiliki
dari beberapa gejala (Dorland, 2012). Gejala- tingkat risiko infeksi yang tinggi karena
gejala yang ditemukan meliputi anemia, kadar leukosit yang rendah (leukopenia).
trombositopenia, leukopenia, ikterik c. Trombositopenia
(hiperbilirubinemia), hipoglikemia, Megakariosit juga diproduksi setelah
hipokalsemia, hipertermi, dan gangguan pada maturasi klona dari progenitor yang telah
sistem perkemihan. terlibat yang diberi nama koloni
a. Anemia pembentuk unit megakariosit atau colony
Bayi preterm mengalami penurunan forming units-megakaryocyte (CFU-Meg)
kadar hemoglobin pascalahir lebih nyata menjadi megakarioblas. Megakarioblas
daripada bayi cukup bulan meskipun bertambah ukurannya dalam beberapa
dengan pemenuhan nutrisi yang optimal hari. Sitoplasma juga meningkat
(Meadow & Newell, 2005). Bayi yang volumenya dan muncul organela selular.
memiliki usia gestasi yang lebih kecil Tonjolan-tonjolan sitoplasma yang
akan mengalami penurunan konsentrasi panjang dilepaskan dari badan sel dan
hemoglobin yang paling hebat. Penurunan akhirnya pecah menjadi trombosit.
konsentrasi hemoglobin ditandai dengan Trombosit pasca lahir pada bayi dapat
produksi eritrosit baru (retikulosit) yang mengalami penurunan. Trombositopenia
tidak adekuat. Studi klinis dan merupakan salah satu gangguan yang
laboratorium yang dilakukan selama sering diderita oleh bayi BBLR dimana
beberapa tahun terakhir juga menunjukkan kadar trombosit kurang dari 150.000/mm3
bahwa bayi preterm yang sedang tumbuh (Wiedmar et al., 2009). Penyebab yang
memiliki sel eritroid imatur dengan paling sering terkait gangguan ini adalah
jumlah besar di sumsum tulang dan darah ibu dengan pre-eklampsia dan diabetes
mereka, tetapi memiliki kadar mellitus, pertumbuhan janin terhambat,

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 4


dan sepsis neonatorum (Wilar et al., disebabkan karena pengaturan sintesis,
2010). Penelitian yang dilakukan oleh penyimpanan, dan degradasi glikogen
Ulusoy et al. (2013) menghasilkan yang tidak berkembang. Hal inilah yang
kesimpulan bahwa sebanyak 88% bayi menyebabkan bayi BBLR pada penelitian
yang menderita trombositopenia adalah ini memiliki nilai glukosa yang rendah.
bayi preterm dan 46% diantaranya f. Hipokalsemia
disebabkan oleh infeksi sehingga Hipokalsemia merupakan salah satu
membutuhkan transfusi. Pemakaian gangguan metabolisme endokrin dimana
trombosit yang berlebihan dihubungkan kalsium serum yang relatif tinggi pada
secara langsung oleh rendahnya nilai saat kelahiran kemudian menurun dengan
neutrofil oleh bayi preterm sehingga cepat pada jam-jam pertama sehingga
risiko infeksi semakin tinggi. mencapai titik terendah pada usia 24-48
d. Ikterik (Hiperbilirubinemia) jam. Batasan kalsium yang digunakan
Ikterik merupakan kadar bilirubin yang yaitu 8 mg/dL. Penurunan ini terjadi
melebihi 12.5 mg% di dalam tubuh. karena terputusnya suplai kalsium
Semakin rendah berat lahir bayi, maka plasenta serta meningkatnya kadar
akan semakin tinggi level bilirubin (A. A. hormon kalsitonin di dalam darah
Fanaroff & Fanaroff, 2013). Rendahnya neonatus. Berbagai kondisi pada neonatus
berat badan dihubungkan dengan kecilnya bisa memperburuk keadaan ini salah
usia gestasi. Kosim et al. (2007) satunya yaitu kelahiran prematur (Dewi &
mengatakan bahwa kejadian Rohsiswatmo, 2012).
hiperbilirubinemia terbanyak pada bayi g. Hipertermi
preterm. Bayi preterm juga berisiko 5.7 Pengontrolan suhu tubuh merupakan
kali untuk terjadinya hiperbilirubinemia salah satu masalah yang dihadapi pada
dibandingkan bayi dengan cukup bulan bayi dengan berat badan lahir rendah (A.
(Sarici et al., 2009). Bayi prematur akan M. Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2006).
mengalami penurunan aktifitas uridine Bayi dikatakan hipotermi jika suhu rektal
difosfat glukoronil transferase hepatik di bawah 35oC, tetapi di dalam
sehingga konjugasi bilirubin tak prakteknya, setiap suhu yang lebih rendah
terkonjugasi menurun dan menyebabkan dari 36oC sudah memerlukan perhatian
tingginya kadar bilirubin (Tazami, khusus dan pelaksanaan prosedur untuk
Mustarim, & Syah, 2013). mempertahankan panas tubuh. Bayi yang
e. Hipoglikemia menderita hipotermia tampak lemah dan
Hipoglikemia pada neonatus biasanya letargik, tidak mau mengisap susu, dan
didefenisikan sebagai kadar glukosa darah terasa dingin ketika disentuh (Farrer,
kurang dari 30 atau 40 mg/dL (A. M. 2003). Permukaan tubuh bayi yang relatif
Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2006). luas dibanding massa tubuh meningkatkan
Verklan dan Walden (2004) menyatakan kehilangan panas. Kehilangan panas tubuh
salah satu penyebab hipoglikemia pada juga dapat disebabkan oleh proses
neonatus adalah prematuritas. konveksi, radiasi, evaporasi, dan
Metabolisme karbohidrat diatur di dalam konduksi. Kenaikan suhu juga sering
hati. Hati menyimpan kelebihan terjadi pada bayi dengan BBLR dimana
karbohidrat sebagai glikogen. Sintesis suhu dapat mencapai 38-39oC
glikogen janin dimulai pada sekitar (hipertermi). Kenaikan ini dapat
minggu ke-9 umur kehamilan dengan diakibatkan oleh asupan minum air susu
penyimpanan glikogen yang kebanyakan ibu (ASI) yang sangat rendah ataupun
dengan cepat terkumpul mendekati cukup bayi terpajan suhu lingkungan yang tinggi
bulan. Bayi sesaat setelah lahir bergantung seperti radiator atau sinar matahari.
pada glukogenolisis hati. Sebagian besar h. Gangguan sistem perkemihan
glikogen yang disimpan digunakan pada Gangguan sistem perkemihan pada
masa segera setelah lahir. Fluktuasi kadar bayi dengan BBLR meliputi gejala seperti
glukosa serum pada bayi kurang bulan hipernatremi, hiperkalemi, hipokalemi,

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 5


hipoalbumin, dan balance cairan yang
1
tidak seimbang. Hal ini dapat disebabkan Syafrida Hanum: Mahasiswa Program
oleh usia gestasi yang tidak mencukupi. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
Meadow dan Newell (2005) memaparkan Indonesia
2
bahwa bayi preterm memiliki fungsi Ns. Oswati Hasanah, M.Kep., Sp.Kep.An:
ginjal yang relatif buruk dan jika ditambah Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Anak
dengan kehilangan cairan yang besar Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
tetapi tidak terasa melalui permukaan kulit Riau, Indonesia
3
yang permeabilitasnya tinggi, maka hal ini Veny Elita, MN(MH): Dosen Bidang
dapat mengakibatkan dehidrasi dan Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi
gangguan elektrolit. Permukaan tubuh Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
mereka yang relatif luas terhadap massa Indonesia
tubuh juga meningkatkan kehilangan
panas sehingga bayi BBLR dapat Amanda, F. (2012). Karakteristik ibu dan bayi
kehilangan cairan lewat proses evaporasi. berat lahir rendah (BBLR) di RSU
Sundari Medan tahun 2012. Jurnal USU,
2(6), 1-9.
KESIMPULAN Behrman, R. E., Kliegman, R., & Arvin, A. M.
Penelitian tentang gambaran morbiditas (2000). Ilmu kesehatan anak. Jakarta:
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di EGC.
ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad Damanik, S. M. (2008). Buku ajar neonatologi.
Pekanbaru menunjukkan hasil dimana mayoritas Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
bayi merupakan bayi dengan kategori berat badan Datta, P. (2009). Pediatric nursing. New Delhi:
lahir rendah (1501-2500) yakni sebesar 84.9% Jaypee Brothers Medical Publisher.
(432 responden) dengan sebagian besar Dewi, R., & Rohsiswatmo, R. (2012). Faktor
merupakan bayi preterm (kurang dari 38 minggu) yang memengaruhi angka kejadian
yaitu sebesar 70.7% (360 responden). Lama hari hipokalsemia di ruang rawat neonatal.
rawat pada bayi dengan BBLR yang mengalami Journal Indonesia Medical Association,
morbiditas kompleks yaitu 15.81 hari rawat 62(10), 386-90.
dengan minimum hari rawat adalah 2 hari dan Dorland, W. A. N. (2012). Dorland’s illustrated
maksimum 75 hari. medical dictionary. Philadelphia: Elsevier
Gambaran morbiditas yang didapatkan dari Saunders.
sejumlah karakteristik tersebut menunjukkan Fanaroff, A. A. & Fanaroff, J. M. (2013). Care of
bahwa mayoritas BBLR memiliki morbiditas the high-risk neonate. Philadelphia:
yang kompleks dimana terdiri dari berbagai Elsevier Saunders.
manifestasi klinis/gejala yaitu sebesar 74.1%. Farrer, H. (2003). Perawatan maternitas. Jakarta:
EGC.
SARAN Ghosh, J. K. C., Wilhelm, M., & Ritz, B. (2013).
Tenaga kesehatan harus menerapakan Effects of residential indoor air quality
upaya preventif. Upaya ini dapat berupa promosi and household ventilation on preterm birth
kesehatan tentang antenatal care kepada para ibu and term low birth weight in Los Angeles
yang sedang menghadapi masa kehamilan dimana country California. American Journal of
diharapkan hal ini dapat mencegah atau Public Health, 1-10.
mengurangi angka kejadian bayi preterm dan Gouide, A., Dynan, L., Brady, P. W., &
BBLR. Rettiganti, M. (2014). Attribute cost and
length of stay for central line associated
bloodstream infections. Pediatrics,
133(6), e1525-e1532.
Herlinawati, S.W., Subagyo, B., & Hafidh, Y.
(2011). Perbedaan titer immunoglobulin G
anti campak bayi baru lahir aterm dengan
preterm di RSUD Dr. Moewardi

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 6


Surakarta. Majalah Kesehatan Pharma dengan sepsis dengan mengendalikan
Medika, 3(2), 260-6. pengaruh umur gestasi dan berat badan
Jaypee. (2010). Jaypee’s midwifery dictionary. lahir. Jurnal Kedokteran Indonesia, 2(1),
New Delhi: Jaypee Brothers Medical 39-46.
Publishers. RSUD Arifin Achmad. (2012). Distribusi
Kosim, M. S., Garina, L. A., Chandra, T., & Adi, penyakit nenonatal RSUD Arifin Achmad.
M. S. (2007). Hubungan Pekanbaru: RSUD Arifin Achmad
hiperbilirubinemia dengan kematian Pekanbaru.
pasien yang dirawat di NICU RSUP Dr Rudolph, A. M., Hoffman, J. I. E., & Rudolph, C.
Kariadi Semarang. Sari Pediatri, 9(4), D. (2006). Buku ajar pediatri Rudolph.
270-3. Jakarta: EGC.
Lansky, S., Franca, E., & Kawachi, I. (2007). Santoso, O., Aditya, W., & Retnoningrum, D.
Social inequalities in perinatal mortality in (2009). Hubungan kebersihan mulut dan
Belo Horizonte Brazil: The role of gingivitis ibu hamil terhadap kejadian
hospital care. American Journal of Public bayi berat badan lahir rendah kurang
Health, 97(5), 1-8. bulan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan
Lee, H. C., Ramachandran, P., & Madan, A. jejaringnya. Media Medika Indonesia,
(2010). Morbidity risk at birth for Asian 43(6), 288-294.
Indian small for gestational age infants. Sarici, S. U., Serdar, M. A., Korkmaz, A., Erdem,
American Journal of Public Health, G., Oran, O., & Tekinalp, G. (2004).
100(5), 1-4. Incidence, course, and prediction of
Manuaba, I. G. B., Manuaba, I. A. C., & hyperbilirubinemia in near term and term
Manuaba, I. B. G. F. (2007). Pengantar newborn. Pediatrics, 113, 775-80.
kuliah obstetri. Jakarta: EGC. Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N.
Meadow, R., & Newell, S. (2005). Lecture notes (2003). Perawatan bayi risiko tinggi.
pediatrika. Jakarta: Erlangga. Jakarta: EGC.
Paska, H. D. (2006). Kelainan periodontal Suwaibah, E. M., Sodikin, A. G., & Yulistiani, R.
maternal sebagai faktor risiko terjadinya A. Lama rawat bayi berat badan rendah di
bayi berat badan lahir rendah kurang RSUD Dr Margono Soekarjo Purwokerto.
bulan. Semarang: Universitas Sari Pediatri, 10(1), 15-22.
Diponegoro. Tazami, R. M., Mustarim, & Syah, S. (2013).
Passerini, L., Casey, G. J., Biggs, B. A., Cong, D. Gambaran faktor risiko ikterus
T., Phu, L. B., Phuc, T. Q., Carone, M., & neonatorum pada neonatus di ruang
Montresor, A. (2012). Increased birth perinatologi RSUD Raden Mattaher
weight associated with regular pre- Jambi. Sari Pediatri, 20(5), 19-30.
pregnancy deworming and weekly iron- Timmreck, T. C. (2005). Epidemiologi. Jakarta:
folic acid supplementation for Vietnamese EGC.
women. Plos Neglected Tropical Ulusoy, E., Tufecki, O., Durman, N., Kumral.,
Desease, 6(4), 1-5. A., Irken, G., & Oren, H. (2013).
Payne, N. R., Carpenter, J. H., Badger, G. J., Thrombocytopenia in neonates: Causes
Horbar, J. D., & Rogowski, J. (2004). and outcomes. Ann Hematol Journal, 92,
Marginal increase in cost and excess 961-967.
length of stay associated with nosocomial Verklan, M. T., & Walden, M. (2004). Core
bloodstream infections in surviving very curriculum for neonatal intensive care
low birth weight infants. Pediatrics, nursing. USA: Elsevier.
114(2), 348-355. WHO. (2011). Guidelines on optimal feeding of
Reeder, S. J., Martin, L. L., & Griffin, D. K. low birth-weight infants in low-and
(2011). Keperawatan maternitas middle-income countries. Switzerland:
kesehatan wanita, bayi, dan keluarga. WHO Press.
Jakarta: EGC. Wiedmar, S. E., Henry, E., Visner, M. C. S., &
Rokhayati, E. (2010). Hubungan antara Christensen, R. D. (2009). Platelet
neutropenia dan mortalitas pada neonatus reference ranges for neonates defined

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 7


using data from over 47000 patients in a
multihospital healthcare system. Journal
of Perinatology, 29, 130-136.
Wilar, R., Antolis, Y., Tatura, S. N. N., &
Gunawan, S. (2010). Jumlah trombosit
dan mean platelet volume sebagai faktor
prognosis pada sepsis neonatorum. Sari
Pediatri, 12(1), 1-5.
Wilar, R., Antolis, Y., Tatura, S. N. N., &
Gunawan, S. (2010). Jumlah trombosit
dan mean platelet volume sebagai faktor
prognosis pada sepsis neonatorum. Sari
Pediatri, 12(1), 1-5.
Witt, W. P., Cheng, E. R., Wisk, L. E., Litzelman,
K., Chatterjee, D., Mandell, K., Wakeel,
F. (2014). Maternal stressful life events
prior to conception and the impact on
infant birth weight in the United States.
American Journal of Public Health, 105
(S1), 1-10.
Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D.,
Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik.
Jakarta: EGC.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 8

Anda mungkin juga menyukai