Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEMATIKA BUSSINES PLAN (BUSSINES MODEL CANVAS)


DAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA DI BAWAH
KEMENTRIAN AGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Kewirausahaan”
Dosen Pengampu : H. Amin Zubaedi M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 05:

1. Siti Maimanah NIM: PI.01.220.4744


2. Alif MIftakhul Jannah NIM: PI.01.220.4727

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO
PRIODE 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kesehatan sehingga kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Beriring
salam tidak lupa kita ucapkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga kita bisa
membedakan antara baik dan buruk.

Kami penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Secara khusus, kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Amin Zubaedi M.Pd selaku dosen
pengampu, Karena dengan arahan beliau lah kami dapat menyelesaikan
makalah ini menjadi lebih lengkap.

Makalah yang berjudul “Sistematika Bussines Plan (Bussines Model


Canvas) dan Mahasiswa Wirausaha dalam Kementrian Agama” ini semoga
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tentunya memiliki
nilai-nilai kebaikan yang sangat tinggi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan agar
makalah ini lebih sempurna.

Rimbo Bujang, 09 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Business Plan (Kelayakan Bisnis) .............................................................. 3
B. Business Canvas Model .............................................................................. 6
C. Mahasiswa Wirausaha.............................................................................. 10
BAB III................................................................................................................... 13
PENUTUP .............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang dapat memiliki ide yang luar biasa, tapi yang
dikenang dalam sejarah adalah orang yang berhasil mewujukannya.
Dalam dunia riset mereka adalah inventor, para menemu yang
produknya dipakai oleh masyarakat. Dalam dunia bisnis mereka
adalah wirausahawan yang berhasil menjadikan ide menjadi sebagai
bisnis besar.
Ide tidak akan menjadi apa-apa kalau tidak dapat dieksekusi.
Sebaliknya eksekusi langsung sebuah ide juga dapat mengakibatkan
pemborosan waktu dan biaya yang luar biasa. Dalam konteks bisnis,
yang diperlukan adalah bagaimana cara mengubah ide menjadi sebuah
bisnis dengan cara yang cepat dan efisien.
Alat yang banyak dipakai untuk mengubah ide menjadi bisnis
adalah model bisnis (business model). Model bisnis
menyederhanakan realitas bisnis yang kompleks menjadi elemen-
elemen pokok yang mudah untuk dibuat. Pada umumnya orang
mengenal “business plan” atau studi kelayakan sebelum memulai
sebuah bisnis. Namun “business plan” umumnya dibuat dengan
sangat rinci padahal masih banyak asumsi yang belum terbukti.
Business Model Canvas merupakan alat pembuat model bisnis
yang kini sangat popular dalam dunia keriwausahaan karena
kemampuannya dalam menggambarkan elemen inti dalm sebuah
bisnis dengan lebih mudah dalam satu lembar kanvas. Selain itu
keunggulan BMC adalah kemudahannya untuk diubah-ubah model
bisnis dengan cepat dan melihat implikasinya perubahan seuatu
elemen pada elemen bisnis yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan bussines plan?
2. Apa pengertian dari Bussines Model Canvas?

1
2

3. Bagaimana Kementrian Agama menanggapi Mahasiswa


berwirausaha?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Business Plan (Kelayakan Bisnis)


1. Pengertian Business Plan (Kelayakan Bisnis)
Secara umum, proyek ialah suatu usaha yang unik untuk
mencapai tujuan yang ditentukan oleh waktu, biaya dan kualitas.
Bersifat unik, karena tidak melibatkan tahapan yang berulang. Setiap
proyek yang dilakukan berbeda dari yang terakhir, sedangkan
kegiatan operasional sering melibatkan proses yang berulang-ulang.
Memiliki skala waktu yang ditetapkan. Kemudian proyek memiliki
waktu awal dan akhir yang jelas untuk mencapai tujuan sesuai waktu
yang ditetapkan.
Selain itu memiliki anggaran yang sudah direncanakan dan
disetujui serta memiliki keterbatasan sumberdaya. Proyek
dilaksanakan dengan jumlah tenaga kerja, peralatan dan material yang
telah disepakati. Melibatkan unsur yang berisiko yang membawa pada
risiko bisnis dan melakukan perubahan yang menguntungkan. Karena
pada dasarnya, tujuan dari proyek pada konsep disini adalah
menciptakan suatu bisnis yang memiliki nilai.
Timbulnya suatu proyek biasanya disebabkan oleh arus
permintaan pasar. Adanya kebutuhan dan keinginan yang perlu
diselesaikan, maupun adanya produk yang belum mencukupi atau
belum ada sama sekali. Kemudian bagi usahawan, proyek dapat
dijadikan acuan untuk merealisasikan ide. Bagi pemerintah, proyek
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan suatu
barang maupun jasa. Setelah itu, perlu diperkenalkan pengertian
bisnis. Bisnis ialah suatu aktivitas dan institusi yang memproduksi
barang dan jasa dalam kehidupan seharihari dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan dari masyarakat yang
membutuhkan barang maupun jasa yang kita produksi. Namun
seluruh aktivitas dan usaha yang dilakukan biasanya dalam rangka

3
4

untuk mencari keuntungan. Yang mana dengan menyediakan barang


dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis
memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain memberikan
jasa. Setelah memahami konsep pengertian investasi, pengertian
proyek dan bisnis.
Dapat dijabarkan bahwa Studi Kelayakan Bisnis adalah Suatu
kegiatan identifikasi dan merencanakan serta memperdalam seluruh
aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan maupun sosial dengan
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem
perekonomian, dengan output berupa keputusan penentuan layak atau
tidaknya suatu usaha tersebut dijalankan. Kegiatan identifikasi disini
memiliki arti bahwa sebelum menerapkan usaha, perlu diketahui dan
dijabarkan terlebih dahulu ciri-ciri, model kebutuhan dan keinginan
usawahan yang nantinya akan membentuk pola usaha. Setelah itu,
direncanakan dan memperdalam, yang artinya bahwa dilakukan
analisa secara sungguh-sungguh dengan sumber pendukung yang
dapat diukur dan dihitung.
Dengan mengukur dan menghitung rencana usaha, maka dapat
diperoleh hasil yang maksimal dari analisa tersebut. Keputusan
penentuan layak atau tidak, artinya bahwa analisa yang dilakukan
bertujuan untuk menentukan apakah usaha yang sudah direncanakan,
siap untuk dijalankan ataukah tidak. Apabila siap dijalankan, berarti
usaha akan memberikan benefit atau manfaat yang lebih besar setelah
usahawan tersebut mengeluarkan modal dan aset untuk menjalankan
usaha tersebut. Manfaat yang dimaksud, ialah bisa berupa manfaat
finansial maupun nonfinansial sesuai dengan tujuan dibentuknya
bisnis tersebut. Apabila dikaji lebih dalam, arti layak disini juga dapat
dimaknai bahwa keuntungan tidak hanya dinikmati bagi usahawan,
namun juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas
tentunya.
5

2. Tahapan Kelayakan Bisnis


1) Penemuan Ide
Produk yang akan dibuat haruslah laku dijual dan
menguntungkan. Oleh karena itu, penemuan ide terhadap
kebutuhan pasar dan jenis produk dari proyek harus dilakukan.
Dimana produk yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar
yang masih belum dipenuhi. Pendistribusian yang tidak
merata atau tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat
menimbulkan ide•ide usaha untuk menyempurnakan produk
ataupun menciptakan produk baru.
2) Tahapan Penelitian
Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data
berdasarkan teori yang relevan, menganalisis dan
menginterpresentasikan hasil pengolahan data dengan alat
analisis yang sesuai,
3) Tahap Evaluasi
Mengevaluasi usulan usaha yang didirikan. Apakah masih
terdapat faktor-faktor yang belum dianalisa dan perlu
dilakukan penyempurnaan sebelum usaha dilakukan.
Mengalami kemandegan dalam sebuah usaha tentu merupakan
sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki. Tentu
setiap orang menginginkan selalu mengalami kemajuan usaha
dari waktu ke waktu.
4) Tahap Pengurutan
Setelah melakukan evaluasi, akan muncul usulan yang secara
awal, layak dipertimbangkan untuk direalisasikan. Bisa
dilanjutkan dengan membuat prioritas dari sekian banyak
rencana bisnis yang sudah dievaluasi. Dengan membuat skala
prioritas, maka kita dapat mengatur alur pergerakan perjalanan
usaha dengan lebih baik.
5) Tahap Rencana Pelaksanaan
6

Setelah tahap pengurutan. Langkah selanjutnya ialah


menentukan jenis pekerjaan, waktu yang dibutuhkan untuk
jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana,
ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen,
dan kondisi operasional dan pelaksanaan yang sekiranya perlu
direncanakan. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran
secara jelas tentang pelaksanaan usaha atau bisnis dan rencana
kerja pembangunan usaha atau bisnis agar sesuai dengan tahap
pengurutan.
6) Tahap Pelaksana
Setelah semua pekerjaan telah selesai disiapkan, tahap
berikutnya adalah merealisasikan pembangunan usaha
tersebut. Dengan pedoman yang sudah dibuat sebelumnya,
yang dimulai dari pengumpulan ide, dilanjutkan analisa dan
penelitian, kemudian dievaluasi dan diurutkan. Setelah itu
dibuat perencanaan, maka ditahap ini kita sudah memiliki
gambaran yang dapat membuat kita lebih percaya diri dalam
memulai usaha dan bisnis.
B. Business Canvas Model
1. Model Bisnis
Model bisnis adalah sebuah deskripsi tentang bagaimana
sebuah perusahaan membuat sebuah nilai tambah di dunia kerja,
termasuk di dalamnya kombinasi dari produk, pelayanan, citra,
dan distribusi dan sumber daya serta infrastruktur. Demikian pula
konsep model bisnis telah diposisikan antara input yang
digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan output ekonomi.1
Model bisnis juga dapat didefinisikan sebagai arsitektur untuk
produk, pelayanan dan sistem informasi, termasuk di dalamnya
deskripsi dari aktor-aktor bisnis dan peraturannya, keuntungan
potensial untuk berbagai aktor di dalamnya dan sumber-sumber

1
(Afuah, 2004; Davenport et al, 2006; Osterwalder dan Pigneur, 2004).
7

pendapatan2. Inti dari konsep model bisnis adalah rantai nilai dari
perusahaan3. Model ini dirancang untuk digunakan sebagai alat
bantu dalam memanfaatkan peluang 4
Meskipun semua penelitian mengusulkan definisi yang
berbeda untuk konsep model bisnis, namun definisi-definisi
tersebut dapat diidentifikasi dan memiliki kesamaan tertentu.
Pertama, mayoritas definisi model bisnis memasukkan penciptaan
nilai pelanggan sebagai salah satu elemen inti. Penciptaan nilai
pelanggan yang dibahas disebutkan dalam berbagai istilah seperti
“desain penciptaan nilai” atau “menciptakan nilai”, tetapi makna
utama dari istilah-istilah itu sama.
Model bisnis harus menjelaskan bagaimana perusahaan
menciptakan nilai bagi pelanggannya. Kedua, logika pendapatan
yang didapatkan oleh perusahaan juga disebutkan dalam definisi
model bisnis yang beragam seperti “model pendapatan”,
“penangkapan nilai”, “rumus keuntungan”, “kembalinya
keuntungan untuk perusahaan”, dan lain-lain. Dengan demikian,
dapat disimpulkan model bisnis juga harus menjelaskan
bagaimana perusahaan menghasilkan keuntungan dari
operasionalnya. Ketiga, banyak definisi model bisnis membahas
nilai jaringan perusahaan dengan istilah seperti “struktur rantai
nilai”, “mitra jaringan”, “hubungan dengan perusahaan luar”,
“hubungan transaksional dengan mitra”, dan lain-lain. Oleh
karena itu, temuan dari literatur menunjukkan bahwa konstruk
model bisnis juga harus berorientasi eksternal dan menjelaskan
mengenai hubungan perusahaan dengan berbagai pelaku bisnis
yang ada di dalam jaringannya. Keempat, berbagai definisi model
bisnis juga membahas sumber daya dan kemampuan yang dimiliki
perusahaan, seperti “kompetensi inti”, “sumber daya”, “aset”,
“proses”, “kegiatan”, dan lain-lain. Dengan demikian dapat

2
Timmers, 1998
3
Porter, 1985
4
Makinen dan Seppanen, 2007
8

disimpulkan bahwa kerangka model bisnis yang baik juga harus


menggambarkan sumber daya dan kemampuan perusahaan.
Akhirnya, sebagian besar definisi model bisnis yang dianalisis
akan membahas mengenai beberapa jenis strategi, pilihan
keputusan atau prinsip. Keputusan-keputusan ini dibahas dengan
istilah seperti “target pasar”, “target pelanggan”, “posisi dalam
jaringan”, “strategi kompetitif”, atau “aturan”.
Dengan demikian, tinjauan literatur menunjukkan bahwa
membangun model bisnis juga dapat menjelaskan keputusan
strategis besar yang dibuat oleh perusahan.
2. Business Canvas Model
Model bisnis kanvas digambarkan melalui sembilan blok
bangunan dasar yang menunjukkan logika bagaimana sebuah
perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang. Sembilan blok
ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan,
penawaran, infrastruktur, dan kelayakan keuangan. Kesembilan
blok bangunan dasar yang digunakan untuk penggambaran model
bisnis kanvas adalah Customer Segments, Pasar terdiri dari
berbagai macam pembeli yang membeli suatu produk sesuai
dengan keinginan, sumber daya, lokasi, dan kebiasaan membeli.
Karena masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang
unik, masing-masing pembeli merupakan pasar potensial
tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya mendesain program
pemasarannya tersendiri bagi masing-masing segmen pasar
tersebut, namun tidak semua kumpulan pelanggan dapat disebut
sebagai segmen pasar. Suatu kelompok pelanggan dapat disebut
sebagai segmen pasar apabila:
1) Memerlukan pelayanan (value propositions) yang tersendiri
karena permasalahan dan kebutuhan secara khusus,
2) Dicapai dan dilayani dengan saluran distribusi (channels) yang
berbeda. Perlu pendekatan (customer relationship) yang
berbeda.
9

3) Memberikan profitabilitas yang berbeda.


4) Mempunyai kemampuan bayar yang berbeda sesuai dengan
persepsi terhadap nilai yang mereka terima.

Secara umum, segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan


yang memiliki seperangkat keinginan yang sama5. Pelanggan
adalah jantung dari setiap model bisnis. Tanpa adanya pelanggan,
tidak ada satupun perusahaan yang dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama. Dalam rangka memenuhi kepuasan pelanggan,
perusahaan mengelompokkan pelanggan-pelanggan ke beberapa
segmen yang berbeda berdasarkan kesamaan kebutuhan,
kesamaan perilaku, dan lain-lain. Model bisnis dapat diterapkan
dalam berbagai perusahaan baik kecil maupun besar.
Value propositions (Nilai tambah yang diberikan kepada para
pelanggan) terdiri dari produk dan jasa yang dapat menambah
nilai tambah kepada segmentasi yang spesifik. Bagi pelanggan,
value propositions terwujud dalam bentuk pemecahan masalah
yang dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Value propositions
merupakan alasan kenapa pelanggan sering mengalihkan
perhatian dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Value
propositions ini dapat mengatasi kebutuhan pelanggan ataupun
memuaskan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, value
propositions adalah keuntungan yang ditawarkan perusahaan
kepada pelanggan. Beberapa value propositions bersifat inovatif
yang menawarkan hal yang benar-benar baru. Lainnya juga dapat
mirip dengan penawaran pasar umumnya, namun ditambahkan
dengan atribut-atribut lainnya.
Dalam model bisnis kanvas, elemen value propositions
memengaruhi dan dipengaruhi oleh hampir semua elemen-elemen
lain. Elemen yang terkait langsung adalah customer segments. Hal
ini bisa dipahami, karena setiap segmen memiliki kebutuhan dan

5
Kotler, 2005
10

persoalan yang unik. Desain value propositions dapat dilakukan


dengan inovasi nilai (value creation) dan penurunan biaya. Inovasi
nilai akan membuat pelanggan bersedia membayar lebih tinggi
dan akan meningkatkan revenue streams. Selain value creation,
perusahaan juga dapat mengurangi atau menghilangkan value
propositions yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau kurang
penting untuk pelanggan sehingga dapat menurunkan biaya (PPM
Manajemen, 2012).
Value proposition membuat nilai tambah untuk segmen pasar
melalui pencampuran elemen-elemen yang sesuai dengan
kebutuhan segmen pasar. Nilai tambah dapat bersifat kuantitatif
(Misalnya: harga, kecepatan pelayanan) dan kualitatif (Misalnya:
desain, pengalaman pelanggan).
C. Mahasiswa Wirausaha
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa
perguruan tinggi dipercaya merupakan alternatif jalan keluar untuk
mengurangi tingkat pengangguran. karena itu para sarjana diharapkan
dapat menjadi wirausahawan muda terdidik yang mampu merintis
usahanya sendiri. Jumlah wirausahawan muda di Indonesia yang
hanya sekitar 1,6% dari total penduduk Indonesia yang sekitar 250
juta. Angka ini masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara
maju seperti Amerika yang mencapai 11,5% maupun Singapura yang
memiliki 7,2% wirausahawan muda dari total penduduknya. Lebih
lanjut, menyikapi persaingan dunia bisnis masa kini dan masa depan
yang lebih mengandalkan pada knowledge dan intelectual capital,
maka agar dapat menjadi daya saing bangsa, pengembangan
wirausahawan muda perlu diarahkan pada kelompok orang muda
terdidik (intelektual). Mahasiswa yang merupakan calon lulusan
perguruan tinggi perlu didorong dan ditumbuhkan untuk
berwirausaha.
11

Muhaimin Iskandar, menteri tenaga kerja dan transmigrasi,


juga menyayangkan peran kampus yang belum mampu melahirkan
banyak enterpreneur. "Seharusnya kampus tidak hanya sekadar
mampu menyediakan tenaga kerja, tetapi juga mampu menciptakan
para entrepreneur atau wirausaha dan inovator."5 Sayangnya kampus,
sebagai lembaga pendidikan tinggi yang diharapkan mampu
mengurangi angka pengangguran, malah justru turut menyumbang
terhadap tingginya angka pencari kerja.
Di sinilah peran kampus sangat dibutuhkan. Kampus tidak hanya
berkewajiban menyediakan tenaga-tenaga terampil untuk dunia
usaha, tetapi juga menghasilkan para pengusaha-pengusaha muda.
Akan lebih baik kampus mendorong terciptanya wirausahawan dan
inovator, bukan sebagai karyawan atau pegawai negeri.6 Untuk itu
diperlukan kampus yang mampu mencitakan kaum intelektual yang
memiliki skill tinggi dan bisa melahirkan para entrepreneur andal.
Dengan demikian pandangan bahwa kampus melahirkan banyak
pengangguran terdidik dapat ditepis, dan sebaliknya dunia kampus
dan sarjana memiliki andil dalam mengurangi pengangguran dan
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Adanya faktor pendukung dalam mensuport mahasiswa dalam
berwirausaha, kementrian agama pun turut mendukung mahasiswa
generasi milenial dalam berwirausaha. Yang disampaikan lewat
kementerian agama melalui derektorat Pendidikan tinggi keagamaan
islam ditjen Pendidikan islam terus mendorong mahasiswa generasi
milenial untuk berwirausaha guna menyongsong kehidupan yang
penuh tantangan.
Pernyataan ini disampaikan kepala subdit sarana perasarana
dan kemahasiswaan syafriansah saat mewakili direktur Pendidikan
tinggi keagamaan islam (PTKI), membuka workshop kewirausahaan
mahasiswa PTKI, di Surakarta, rabu (12/09).
Syafriansah yang membacakan sambutan tertulis Direktur
PTKI mengatakan, saat ini kita memasuki revolusi industri tahap
12

keempat, yang sering disebut sebagai industri 4.0. “Industri 4.0


melahirkan sebuah era yang ditandai dengan disrupsi teknologi yang
menghasilkan model bisnis baru yang inovatif dan progresif”, kata
Syafri.
Alumni UIN Sunan Kalijaga ini menambahkan, industri 4.0
telah membawa perubahan hampir di semua lini kehidupan. Mulai
dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyarakat, hingga
pendidikan. Terkait dengan generasi millenial, Syafriansah
mengatakan media sosial menjadi piranti yang sangat penting dalam
berbisnis (bewirausaha).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil menunjukkan bahwa pengetahuan agama yang dimiliki oleh
wirausaha muslim telah diterapkan dalam kegiatan bisnisnya.
Mereka menjalankan bisnis dengan tetap memakai aturan yang
diperbolehkan maupun yang dilarang oleh ajaran agama. Kegiatan
ini menjadikan warga menjadi lebih baik dalam mendalami ilmu
agama. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam kegiatan bisnisnya.
Pemahaman mereka tentang bisnis yang baik sesuai dengan bisnis
berbasis syariah sesuai dengan indikator penulis dapat dilihat dari
pertanyaan yang diajukan peneliti, yaitu:
a. Kejujuran dalam menjual barang,
b. Produk yang diperjual belikan halal.
c. Tidak melakukan monopoli.
d. Tidak melakukan praktek mal bisnis seperti gharar, penipuan,
riba’, ikhtikar dan mengurangi timbangan.
e. Kesatuan (tauhid) dengan tetap menjaga ibadah wajib setiap
berbisnis.
f. Keseimbangan (keadilan) dilihat saat mereka mau
menyisihkan sebagian harta mereka untuk orang lain,
g. Bertanggungjawab atas barang yang mereka perjual belikan.
2. Perilaku wirausahawan muslim dalam berwirausaha dikatakan
sesuai dengan bisnis berbasis syariah yang dilihat dari:
a. Ketaqwaan, dilihat dari ibadah wajib yang tidak pernah
ditinggalkan walaupun saat berbisnis. Selain itu ada amalan-
amalan yang tetap mereka lakukan disela-sela kegiatan bisnis.
b. Cara mereka melayani pembeli dengan ramah (Khidmah)
Bagaimanapun pembeli adalah asset yang harus di jaga.
c. Sikap amanah dengan menjaga kepercayaan pembeli
d. Kebaikannya (Aqshid).
e. Bermurah hati dan menjaga hubungan baik dengan pembeli.

13
DAFTAR PUSTAKA

Y. h. (2022). Etika Bisnis Islam. Makasar.


jesica, A. h. (2022). business model canvas (kanvas modal bisnis).
jakarta .
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008)

Sukrisno Agus dan I Cenik Ardana,. (2009). Etika Binis dan Profesi,
Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. jakarta .

14

Anda mungkin juga menyukai