Disusun Oleh:
Kelas: C
Hormat Kami,
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia bisnis beberapa tahun ini sangatlah cepat dan
membuat pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus bekerja keras agar
keberadannya tetap diakui oleh pelanggan mereka. Berbagai macam merk dan
produk muncul bersaing satu sama lain membuat perusahaan yang satu dengan
yang lain tidak dapat berdiam diri dalam menjalankan bisnisnya. Mereka harus
mulai berpikir dan mengalahkan para pesaingnya. Dalam menjalankan
usahanya, seorang kepala perusahaan wajib untuk merubah cara berfikir guna
menunjang bertahannya bisnis mereka.
Berfikir strategik sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah
strategik yang timbul seiring dengan berkembangnya perusahaan/organisasi.
Karakteristik dari masalah strategik diantaranya adalah berorientasi pada masa
depan, biasanya berhubungan dengan unit bisnis yang sangat kompleks,
memerlukan perhatian dari manajemen puncak, dapat mempengaruhi
kemakmuran jangka panjang dari perusahaan, dan melibatkan pengalokasian
sumber-sumber daya perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pengembangan bisnis?
2. Bagaimana konsep produksi dan distribusi produk/jasa?
C. Tujuan
1. Untuk memahami konsep pengembangan bisnis.
2. Untuk memahami konsep produksi dan distribusi produk/jasa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sayu Ketut Sutrisna Dewi, Konsep dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2017), hlm. 1.
2
Sayu Ketut Sutrisna Dewi, Konsep dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2017), hlm. 3.
2
untuk terlibat dalam aktivitas tersebut. Jadi, bisnis dibilang sebagai penunjang
ekonomi masyarakat yang terorganisir dengan adanya manajemen perusahaan
yang menaunginya. Bisnis yang menunjang ekonomi masyarakat bisa dibilang
bahwa bisnis tersebut sukses mendorong denyut ekonomi suatu negara.
3
Pandji Anoraga, Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2011), hlm. 66.
4
Mulyadi Nitisusantro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 271.
3
juga dapat timbul karena adanya sense of business yang kuat dari seorang
pebisnis.
b. Penyaringan ide/konsep
Tahap selanjutnya, seorang pebisnis akan menuangkan ide usaha ke
dalam konsep usaha yang merupakan tahap lanjut ide usaha ke dalam bagian
bisnis yang lebih spesifik. Penyaringan ide-ide usaha akan dilakukan
melalui suatu aktifitas penilaian kelayakan ide usaha secara formal maupun
yang dilakukan secara informal.
c. Pengembangan rencana usaha (business plan)
Pebisnis adalah orang yang melakukan penggunaan sumber daya
ekonomi untuk memperoleh keuntungan. Maka komponen utama dari
perencanaan usaha yang akan dikembangkan oleh seorang pebisnis adalah
perhitungan proyeksi rugi-laba dari bisnis yang dijalankan. Proyeksi rugi-
laba merupakan muara dari berbagai komponen perencanaan bisnis lainnya
yaitu perencanaan bisnis yang bersifat operasional. Dalam menyusun
rencana usaha (business plan), para pebisnis memiliki perbedaan dalam
membuat rincian rencana usaha.
d. Implementasi rencana usaha dan pengendalian usaha
Rencana usaha yang telah dibuat baik secara rinci maupun global,
tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya akan diimplementasikan dalam
pelaksanaan usaha atau bisnis. Rencana usaha akan menjadi panduan bagi
dalam pelaksanaan bisnis yang akan dilakukan oleh seorang pebisnis.
Dalam kegiatan implementasi rencana usaha, seorang pebisnis akan
mengerahkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan seperti modal,
material, dan tenaga kerja untuk menunjang jalannya bisnis.5
Pengembangan bisnis merupakan sejumlah tugas atau proses yang
bertujuan untuk menumbuhkan bisnis yang dijalankan. Pengembangan bisnis
dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Perluasan skala bisnis
5
Kustoro Budiarta, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), hlm. 153.
4
Beberapa cara umum yang digunakan untuk memperluas skala bisnis
antara lain:
a) Menambah kapasitas mesin dan tenaga kerja serta tambahan jumlah
modal untuk investasi. Ketika memperluas produksi, seorang wirausaha
harus memperhitungkan mengenai prospek pemasarannya.
b) Menambah jenis barang atau jasa yang dihasilkan. Pengembangan jenis
ini baik dilakukan untuk menurunkan biaya jangka panjang sekaligus
menaikkan skala ekonomi.
c) Menambah lokasi usaha di tempat lain.
Perluasan skala bisnis juga harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu:
1) Produktivitas modal dan tenaga kerja.
2) Biaya tetap dan biaya variabel.
3) Biaya rata-rata.
4) Skala produksi yang paling menguntungkan.
Ketika skala bisnis sudah berkembang di titik tertinggi,
pengembangan skala bisnis harus dihentikan. Sebagai gantinya bisnis dapat
dikembangkan dengan menambah cakupan bisnis.
b. Perluasan cakupan bisnis
Perluasan cakupan usaha atau bisnis atau diversifikasi usaha dilakukan
dengan mengembangkan jenis usaha baru di wilayah usaha yang baru, serta
dengan jenis produk yang baru dan bervariansi.
c. Perluasan dengan kerja sama, penggabungan, dan ekspansi baru
1) Joint venture
Joint venture adalah bentuk kerja sama beberapa perusahaan dari
negara yang berbeda menjadi satu perusahaan untuk mewujudkan
konsentrasi kekuatan-kekuatan yang lebih padat.
2) Merger
Merger adalah proses penggabungan dua perseroan menjadi satu
perusahaan. Salah satu perusahaan tersebut akan tetap berdiri dengan
nama yang sama, sementara perusahaan yang lain akan hilang, dan
5
kekayaan menjadi milik perusahaan yang baru. Merger terbagi menjadi
tiga, yaitu:
1. Merger horizontal, yaitu merger yang dilakukan oleh usaha sejenis.
2. Merger vertikal, yaitu merger yang terjadi antara
perusahaanperusahaan yang saling berhubungan.
3. Konglomerat, yaitu merger antara berbagai perusahaan dengan
produk-produk yang berbeda dan tidak saling berkaitan.
3) Holding company/akuisisi
Holding company adalah penggabungan beberapa perusahaan
dengan salah satu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dari
perusahaan yang lain dan bisa mengatur perusahaan tersebut.
4) Sindikat
Sindikat adalah kerja sama antara beberapa orang bermodal untuk
mendirikan perusahaan besar.
5) Kartel
Kartel merupakan kesepakatan tertulis antara beberapa perusahaan
yang sejenis untuk mengatur dan mengendalikan berbagai hal dengan
tujuan menekan persaingan dan meraih keuntungan.6
6
http://dokumen.tips/dokuments/teknik-pengembangan-usaha.html, diakses pada tanggal
16/03/2022, pukul 19:16.
6
mengacu pada kegiatan yang berhubungan dengan usaha penciptaan dan
penambahan kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. 7
7
Fuad, Nurlela, dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 34.
8
Tim GTK DIKDAS, Modul Belajar Mandiri: Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ekonomi,
(Yogyakarta: PT. Intan Pariwara, 2020), hlm 38-39.
7
Selain tujuan produksi, terdapat fungsi suatu produk/jasa yang
merupakan suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output
yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu. Fungsi produksi
menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah
input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.9 Dalam
aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi
menjadi barang dan jasa.
Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi
dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi
variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang
jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi, seperti
mesin-mesin pabrik. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor
produksi itu harus tetap tersedia. Sedangkan faktor produksi variabel adalah
faktor produksi yang penggunaannya tergantung pada tingkat produksinya,
seperti buruh harian lepas. Makin besar tingkat produksi, makin banyak
faktor produksi variabel yang digunakan.10
Dalam masalah produksi, terdapat beberapa tantangan yang harus
dihadapi oleh perusahaan diantaranya:
9
Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 17.
10
Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar, (Jakarta:
FEUI, 1999), hlm. 131-132.
8
b. Sumber daya manusia
c. Modal kerja
11
Nova Indah, Juli 2020, Tren, Tantangan, dan Prespektif dalam System Logistic pada Masa dan
Pasca Pandemic Covid-19 di Indonesia, Jurnal Rekayasa Sistem Industri, Vol 9, No 2, hlm 81.
9
setia pada produk tersebut adalah setiap saat produk tersebut diperlukan,
pembeli yang bersangkutan dapat memperolehnya dengan mudah di tempat
yang diinginkan atau terdekat. Sebab, bagaimanapun sempurnanya suatu
produk atau jasa tidak akan berarti apa-apa bila berada jauh dari jangkauan
konsumen.
Untuk menempatkan suatu produk dan jasa pada tempat yang tepat,
kualitas yang tepat, jumlah yang tepat, harga yang tepat, dan waktu yang
tepat dibutuhkan saluran distribusi yang tepat pula. Bila perusahaan salah
dalam memilih saluran distribusi maka akan dapat mengganggu kelancaran
arus produk atau jasa dari perusahaan ke tangan konsumen. Hal ini terjadi
karena konsumen tidak mengenal produk atau jasa tersebut ataupun bila
sudah mengenalnya tetapi tidak melihatnya di pasar, maka konsumen akan
beralih ke produk atau jasa lain.
10
walaupun dalam jumlah besar, sedangkan perusahaan lainnya
mendistribusikan produknya melalui seorang perantara. Dan tidak sedikit
perusahaan menggunakan beberapa kombinasi saluran distribusi untuk
mencapai segmen pasar yang berbeda. Proses penyaluran produk sampai
kepada pembeli akhir dapat pendek atau bahkan panjang, sesuai dengan
kebijakan saluran distribusi yang dianut oleh masing-masing perusahaan.
Untuk itu setiap perusahaan hendaknya dapat menentukan mata rantai yang
paling tepat, sebab mata rantai yang paling tepat bagi suatu perusahaan
belum tentu tepat untuk perusahaan yang lain, dan begitu pula sebaliknya.
Ada beberapa alternatif jenis saluran yang dapat digunakan berdasarkan
jenis produk pasarnya, sebagai berikut:
1. Saluran distribusi jenis barang konsumsi
2. Saluran distribusi barang industry
3. Saluran distribusi jasa12
Sedangkan untuk jenisnya distribusi dibagi menjadi tiga, yaitu:
12
Arlina Nurbaity, 2004, Peran Saluran Distribusi dalam Pemasaran Produk dan Jasa, e-USU
Reposity: Universitas Sumatera Utara, hlm 8-9.
13
Mustafa Syukur, 2018, Distribusi Perspektif Etika Ekonomi Islam, Jurnal Kajian Ekonomi dan
Perbankan, Vol. 3, No. 2, hlm 38.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jika kita membuka usaha atau menjalankan bisa, kita pasti membutuhkan
ilmu ekonomi guna pengembangan atau peletakan ide dasar dari bisnis kita
agar bisnis yang kita jalani dapat berkembang dan melejit. Perkembangan suatu
bisnis merupakan tanggung jawab yang diemban oleh setiap pebisnis dimana
seorang pebisnis memerlukan pandangan ke depan, motivasi, dan kreatifitas.
Oleh sebab itu, kita mesti paham mengenai gagasan awal ide bisnis yang kita
rintis.
12
melibatkan lembaga-lembaga lain di luar produsen untuk mencapai jalinan
hubungan dengan konsumen. Objek dalam saluran distribusi ini tidak hanya
berupa jasa, atau kombinasi antara produk dan jasa. Lembaga-lembaga yang
terlibat dalam saluran distribusi memang lembaga yang mempunyai
kepentingan dalam saluran. Ragam produk dan jasa yang ditangani pun cukup
luas.
Untuk menempatkan suatu produk dan jasa pada tempat yang tepat,
kualitas yang tepat, jumlah yang tepat, harga yang tepat, dan waktu yang tepat
dibutuhkan saluran distribusi yang tepat pula. Bila perusahaan salah dalam
memilih saluran distribusi maka akan dapat mengganggu kelancaran arus
produk atau jasa dari perusahaan ke tangan konsumen. Hal ini terjadi karena
konsumen tidak mengenal produk atau jasa tersebut ataupun bila sudah
mengenalnya tetapi tidak melihatnya di pasar, maka konsumen akan beralih ke
produk atau jasa lain. Oleh karena itu, pemilihan saluran distribusi yang tepat
akan bermanfaat dalam mencapai sasaran penjualan yang diharapkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Tim GTK DIKDAS. 2020. Modul Belajar Mandiri: Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Ekonomi. Yogyakarta: PT. Intan Pariwara.
Indah, Nova. 2020. Tren, Tantangan, dan Prespektif dalam System Logisti pada
Masa dan Pasca Pandemic Covid-19. Jurnal Rekayasa Sistem Industri. Vol.
9. No. 2.
Nurbaity, Arlina. 2004. Peran Saluran Distribusi dalam Pemasaran Produk dan
Jasa. E-USU Reposity: Universitas Sumatera Utara.
Syukur, Mustafa. 2018. Distribusi Prespektif Etika Ekonomi Islam. Jurnal Kajian
Ekonomi dan Perbankan. Vol. 3. No. 2.
14