Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SHALAT FARDHU
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Praktek Ibadah”
Dosen Pengampu : Mu’alimin M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 02:

 Siti Maimanah NIM : PI.01.220.4744


 Erwindi NIM : PI.01.220.4657
 Eva Yuniarti NIM : PI.01.220.4733

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO


PRIODE 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam tak
lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan
jalan kebaikan dan kebenaran didunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Materi


Praktik Ibadah dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambahan ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan


semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini terutama Dosen
mata kuliah Praktik Ibadah yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk
kami.

Wa’alaikumsalam Wr. Wb

Bungo, 26 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan Masalah.............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Shalat...............................................................................5
B. Shalat Farhdu ...............................................................................7
C. Masalah-Masalah yang berhubungan dengan waktu shalat.........14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................17
B. Saran.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sholat menurut arti bahasa adalah doa dan pada awalnya merupakan
istilah untuk menunjukkan makna dari doa secara keseluruhan, namun
semakin mengikuti zaman kemudian berubah menjadi istilah secara khusus.
Sehingga yang pada awalnya berasal dari kata doa kemudian di pindah
artikan kepada pemahaman shalat berdasarkan syariat. Shalat di wajibkan atas
dasar Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ Ummat bagi semua umat muslim yang
baligh dan berakal kecuali bagi wanita yang haid dan nifas, ada lima shalat
yang Alloh wajibkan bagi hambanya, bagi siapa yang menunaikannya dan
tidak mengabaikanya dengan sikap menyepelekan maka Alloh berjanji akan
memasukkannya ke dalam surga. (Sa’id, 2008).
Mengingat ibadah sholat adalah wajib dan menjadi keharusan semua
orang baik dari usia baligh hingga lansia sebelum dia meninggal tetap
melaksanakannya. Kududukan shalat dalam agama islam merupakan ibadah
yang menempati posisi penting dan tidak dapat digantikan oleh ibadah
apapun juga, shalat sebagai tiang agama, amal yang paling pertama di hisab,
pilar kedua setelah syahadat dan dalam garis besarnya di bagi menjadi dua
yaitu shalat fardhu atau diwajibkan dan sunnah atau tidak diwajibkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Sholat ?
2. Apa yang dimaksud dengan Shalat fardhu ?
3. Apa saja Masalah-masalah yang berhubungan dengan waktu-waktu shalat
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi shalat
2. Untuk mengetahui shalat fardhu
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan waktu-
waktu shalat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Shalat
Kata shalat secara etimologi artinya adalah doa, maka secara syar'i
shalat itu disebut dengan shalat karena di dalamnya berisi doa-doa. Inilah
pendapat jumhur ulama' ahli bahasa Arab dan selain mereka dari para
peneliti. Allah Berfirman:

‫ص ِّل عليهم‬
َ ‫َو‬
“dan doakan untuk mereka”1
Rasulullah Bersabda:

‫صائمافليصل‬
ِّ ‫عي اَحدكم فَليُجب فان كان‬
َ ‫اذا ُد‬
"Apabila salah seorang di antara kalian diund.ang maha penuhilah
undangan itu, dan jika sedang berpuasa maka doakanlah (untuk orang yang
memberikan j amuan) .'2
Kata shalat secara terminologi berarti peribadatan kepada Allah
dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang sudah dimengerti secara umum,
di mulai dengan takbir, di akhiri dengan salam, disertai dengan niat dan
dengan syarat-syarat khusus.

Kedudukan Shalat dalam Agama Islam


1. Shalat merupakan kewajiban yang paling ditekankan dan paling utama
setelah dua kalimah syahadat, serta mempakan salah satu rukun Islam.
Ibnu Umar meriwayatkan bahwasanya Nabi Muhammad SAW
bersabda:
"Agama Islam itu dibangun atas lima perkara yaitu: Persahsian
bahwasanya tidak ada illah yong haq kecuali Allah dan Nabi
Muhammad adalah utuson Allah rw, mmdiihan shalat, membayar
zakot, shaumRamadhan danhaji'3

1
Mawahibul Jalil (1/277). Al-Majmu’ (3/3), Kasyful Qanna’(1/231)
2
Hadist Shahih dikeluarkan oleh Muslim (1431)
3
Hadist Shahih diriwayatkan Oleh BUkhari (8), dan Muslim (16)

5
2. Allah SWT telah mengancam kepada orang yang meninggalkan shalat,
bahkan Rasulullah SAW menggolongkannya termasuk ke dalam
perbuatan kufur, sebagaimana sabda beliau:
"Sesungguhnya pembeda'an Antara seorang musl'im dengan
kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat"4
Dan Rasulullah SAW juga bersabda :
" Ikatan perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka
barangsiapa meninggalhan shalat sungguh telah melakukan perbuatan
hehufuran"5
Abdullah bin Syaqiq (beliau adalah seorang tabi'in) berkara: "Para
sahabat Nabi Muhammad M tidak melihat sesuatu perbuatan yang
barangsiapa meninggalkannya termasuk dalam perbuatan kufur
kecuali shalat."6
3. Shalat adalah merupakan tiang agama dan agama itu tidak akan tegak
kecuali dengannya, sebagaimana sabda Rasulullah:
“"Pohoh perkara itu adalah islam, tiangnya adalah shalat dan puncak
ketinggiannya adalah jihad di jalan Allah”7
4. Shalat merupakan perbuatan manusia yang pertama kali dihisab,
5. Shalat merupakan penyejuk mata Nabi Muhammad SAW dalam
hidupnya
6. Shalat adalah wasiat terakhir rasulullah yang rasulullah wasiatkan
kepada umatnya ketika beliau akan meninggal dunia , saat itu
rasulullah bersabda:
“Jagalah shalat, dan (hak-hak) hamba sahaya yang kalian miliki"
7. Shalat merupakan satu-satunya ibadah yang tidak boleh terlepas bagi
seorang mukallaf. Kewajiban itu akan tetap berada di pundaknya
selama ia masih hidup dan tidak akan gugur dalam kondisi apapun
4
Hadist Shahih diriwayatkan oleh Muslim (987), Abu Dawud (2621), An-nasai (1/231), dan lain
lain
5
Hadist shahih diriwayatkan oleh at-tirmidzi (2621), an-nasai(1/23), ibnu majah(1079), dan
perhatikan penegasan beliau pada “keutamaan dan kedudukan shalat”(894-dengan tahqiq)
6
Sanandnya shahih , dikeluarkan oleh at-tirmidzi (2622), dan ibnu Nasr dalam “keutamaan
kedudukan shalat”(948-dengan tahqiq)
7
Dikeluarkan oleh AlTirmidzi (2612), dan lbnu Majah (3973)

6
8. Ibadah shalat mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang tidak
9. dimiliki oleh ibadah-ibadah yang lain, di antaranya adalah:
 Sesungguhnya Allah ue telah membebankan kewajiban shalat
itukepada Rasulullah secara langsung pada malam Mi'raj.
 Shalat adalah merupakan kewajiban yang paling banyak
disebutkan dalam Al-Qur'an.
 Shalat adalah merupakan ibadah yang pertama kali Allah
wajibkan kepada hamba-Nya.
 Shalat diwajibkan dalam sehari semalam lima kali, berbeda
dengan ibadah-ibadah dan rukun-rukun yang lain

B. Shalat Fardhu
 Pembagian shalat fardhu
Shalat fardhu yaitu shalat yang barangsiapa meninggalkannya
secarasengaja, maka ia telah bermaksiat kepada Allah ue . Shalat
fardhu ituada dua macam:
a. Fardhu 'ain, yaitu shalat yang ditetapkan kepada setiap orangbaligh dan
berakal, laki-laki dan perempuan, juga orang merdekadan hamba
sahaya. Contohnya seperti shalat lima waktu.
b. Fardhu Kifayah, yaitu shalat yang apabila sebagian dari manusiatelah
melaksanakannya maka gugurlah kewajiban atas semuanya.Contohnya
seperti shalat jenazah.
 Kepada siapa Shalat itu diwajibkan?
Shalat itu diwajibkan kepada kepada setiap orang yang berakal,
baligh, baik laki-laki ataupun perempuan, merdeka atau budak.
1. Berakal.
Ini adalah merupakan syarat wajib shalat bagi seseorang.Maka
menurut ijma' ulama, shalat tidak diwajibkan bagi orang gila.Hal ini
sebagaimana sabda RasulullahSAW :

‫رفع القلم عن ثالث عن النائم حىت يكرب (ويف رواية) وعن اجملنون حىت يعقل‬

7
“Pena (kewajiban hukum) itu terangkat dari tiga orang: orang tidur
hingga ia bangun, anak-anak hingga ia dewasa (dan dalam riwayat lain:
hingga ia bermimpi), orang gila hingga ia berakal atau sembuh."8
Para ulama' berbeda pendapat tentang orang yang akalnya
hilangkarena sakit, pingsan atau karena mengkonsumsi obat yang dibolehkan.
Pendapat yang benar adalah bahwa orang yang pingsandan orang yang telah
hilang akalnya, tidak bisa berpikir dan tidakbisa memahami sesuatu;
karenanya kewajiban itu telah terangkatdarinya. Jika orang tersebut tidak
diwajibkan -untuk mengerjakansesuatu- pada waktu itu, maka ia tidak wajib
untuk mengerjakannyapada waktu yang lain. Akan tetapi jika ia sudah sadar
(siuman)waktu shalat sudah masuk, makwa ia wajib untuk bersuci
danmengerjakan shalat.
Adapun bagi orang yang mabuk, ketiduran atau kelupaan
sehinggalewat waktu shalat, maka wajib untuk melaksanakan shalat yangtelah
mereka tinggalkan,Allah ue tidak membolehkan bagi orang yang mabuk
untuk melaksanakan shalat sehingga ia mengetahui apa yang ia ucapkan. Jika
iatelah sadar maka ia harus melaksanakannya.Ini merupakan pendapat para
ulama' madzhab Maliki dan Syafii(tetapi mereka membedakan antara orang
yang mabuk karenasengaja dan orang yang mabuk karena ketidaksengajaan).
Ini juga merupakan pendapat Ibnu Hazm9 Pendapat ini juga dipilih oleh Ibnu
'Utsaimin, beliau mengatakan bahwa jika orang tersebuthilang akalnya karena
perbuatan sendiri seperti menghisap ganjaatau NAZA, maka ia wajib untuk
mengqadha shalat, tetapi jikaakalnya hilang bukan atas kehendak dirinya
sendiri maka ia tidakwajib mengqadha.
2. Baligh
Tidak ada perbedaan pendapat yang menyatakan bahwa baligh
adalah merupakan syarat wajib shalat, maka shalat itu tidak wajib bagi anak
kecil sehinggaia dewasa. Hal ini berdasarkan dalil-dalil yang menunjukkan

8
Hadist shahih diriwayatkan oleh abu dawud (4398), an-nasai (6/156), ibnu majah (2041) dan lain-
lain
9
Hasyiyah Ad-Dasuki (1/184), MughniAl-Muhtaj (1i 131), Al-Muhalla (21233-234), dan Al-
Mumti'(2/18).

8
tentang terangkatnya hukum taklif bagi anakanak, sebagaimana yang telah
disebutkan dalam hadits terdahulu. Mengajarkan anak-anak shalat dan
memerintahkan untuk melaksanakannya: Meskipun anak-anak belum wajib
untuk melaksanakan shalat, tetapi wali atau orang tuanya wajib
memerintahkan mereka agar mengerjakan shalat bila telah mencapai usia
tujuh tahun, dan memukulnya jika ia telah mencapai usia sepuluh tahun. Hal
ini agar ia terbiasa shalat manakala telah ia baligh nanti.
 Jumlah Shalat Wajib

Shalat yang diwajibkan dalam sehari semalam ada lima waktu,


yaitu: Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya'dan Fajar (Shubuh)10

Kewajiban shalat lima itu diwajibkan berdasarkan dalil Al-Qur'an,


As-Sunnah dan Ijma'. Sesungguhnya shalat merupakan suatu urusan yang
dikenal dalam agama, dan kafirlah orang yang menentang kewajibannya.11

 Waktu-Waktu Shalat fardu


1. Shalat dzuhur
Waktunya dimulai pada saat tergelincirnya matahari (waktu zawal).
Yang dimaksud dengan zawal adalah waktu tergelincirnya
(condongnya) matahari ke arah barat dari bagian tengah langit.12
Shalat Zhuhur wajib dikerjakan ketika telah masuk waktu Zhuhur.
Pertama, ia dinamakan Zhuhur disebut dengan Zhuhur Al-Ula karena
shalat ini adalah shalat yang pertama kali dilaksanakan malaikat
Jibrilbersama Nabi Muhammad ffi, dan disebut juga dengannamaAl-
Halirah (tengah hari) . Diriwayatkan dari Abu Barzah , " Adalah
Rasulullah fu, shalat Al-Hajirah yang mereha menyebutnya sebagai
shalat pertama saat matahari tergelincir ke barat atau condong."13

10
Hal ini adalah pendapat jumhur 'ulama, Abu Hanifah dan sahabatsahabatnya berkata: shalat witir
itu wajib seperti shalat lima waktu. Hal ini akan datang penjelasannya
11
Al-Badai' (1/91), Fawakih Dawani (11192), Mughni Al-Muhtaj (11121) dan Al-Mughni (1/370)
12
Al-Mishbah Al-Munir dan Al-Majmu' (3/24), Al-Mughni (11372).
13
Hadits shahih diriwayatkan oleh Bukhari (541)

9
Permulaan waktu shalat Zhuhur: yaitu zawalusy-syam, atau ketika
tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit ke arah barat. Para
ulama' telah bersepakat mengenai hal ini karena adanya berita yang
jelas dari Nabi ffi bahwa beliau shalat Zhuhur ketika matahari telah
tergelincir,
Batasan pengakhiran waktu shalat hingga kondisinya mereda itu
berbeda-beda sesuai dengan kondisinya yang penting mengakhirkan
waktu shalat Zhuhur itu tidak sampai melampaui batas waktu shalat
Zhuhur.
2. Shalat Ashar
Kata shalat Ashar adalah sebutan untuk makna waktu sore sampai
matahari memerah yaitu akhir waktu siang. Dan shalat Ashar itu wajib
dilaksanakan ketika masuk waktu Ashar. Shalat ini disebut juga
dengan shalat wustha. Awal waktu shalat Ashar yaitu: jika bayangan
sesuatu telah sama panjangnya ini adalah pendapat jumhur ulama'.
Berbeda dengan pendapat yang masyhur dari Abu Hanifah bahwa ia
menjadikan awal waktu shalat Ashar apabila bayangan suaru benda
telah dua kali panjang benda tersebut!! Dalil-dalil yang telah
disebutkan dahulu menunjukkan bahwa yang benar adalah pendapat
jumhur ulama'.14
Anjuran untuk menyegerakan shalat Ashar lebih ditekankan lagi
ketika cuaca mendung atau berawan: karena saat itu mengandung
kesamaran waktu (percampuran waktu Maghrib dan Ashar). Jika shalat
Ashar ditunda, dikhawatirkan akan habis waktu Ashar atau matahari
sudah menguning, sementara shalat Ashar belum dilaksanakan.
3. Shalat Maghrib
Kata Maghrib asalnya dari kata: "gharabasy-syams” (matahari
terbenam): apabila matahari itu telah tiada dan tersembunyi. Dalam
bahasa Arab kata ini dipakai untuk menunjukkan waktu dan tempat

14
Jawahiru lklil (1/32), Mughni Al-Muhtaj (1112't), Al-Mughni (11375), Fathut Qadir (1/195)

10
terbenamnya matahari, serta menunjukkan shalat yang dilaksanakan
pada waktu ini.15
Awal waktu shalat Maghrib, yaitu jika marahari telah terbenam dan
telah sempurna terben.unnya, ini berdasarkan ijma' (kesepakatan) para
ulama. Dan keadaan yang demikian ini nampak jelas sekali di daerah
padang pasir, sementara di perkampungan hal ini diketahui dengan
tergelincirnya cahayamatahari dari puncak-puncak gunung, mulai
datang kegelapan dari sebelah timur yang disertai dengan munculnya
bintang.16
Akhir waktu shalat maghrib: Perbedaan pendapat p
araulama'renrang akhir waktu shalat Maghrib terbagi menjadi dua
pendapat: Pertama; sesungguhnya shalat Maghrib itu hanya
mempunyai satu waktu, yaitu setelah terbenam matahari dengan
batasan waktu kurang lebih sebatas bersucinya orang yang hendak
shalat, menutup auratnya dan adzan serta iqamah untuk shalat
Maghrib, ini adalah madzhab Imam Malik, Al-Auza'i, dan Syaf i.r 17
Argumen mereka adalah hadits tentangJibril 2@ yang mengimami
Nabi ffi - hadits ini telah dijelaskan. Dalam hadits itu disebutkan
bahwaJibril shalat Maghrib bersama Nabi S pada hari pertama dan
kedua ketika matahari telah terbenam pada waktu yang sama. Selain
itu mereka juga berargumen dengan hadits yang diriwayatkan oleh
Suwaid bin Ghaflah p;; ia berkata: Saya telah mendengar Umar bin
Khattab berkata: Kerjakanlah oleh kalian shalat ini ketika jalan (jalan
lebar di anrara dua bukit) itu masih rerang, yakni shalat maghrib.18
Kedua: akhir waktu shalat Maghrib ialah sampai hilangnya mega
merah (sinar merah matahari setelah terbenam), ini adalah perkataan
Imam Ats-Tsauri, Ahmad, Ishak, Abi Tsaur, para sahabat Abu

15
Al-Mishbahul Munir, Kasyful Qanna' (1/253).
16
Al-Bada'i (11123), Al-mughni (1/381), Nailul Authar (2/5,6)
17
Bidayatul Mujtahid (1 1126),Al-Majmu' (3/28), Al-Ausath (2/335)
18
Sanad riwayat ini adalah hasan, dikeluarkan oleh 'Abdurrazzaq (2092), dan lbnu Abi Syaibah
(1t32e).

11
Hanifah, sebagian sahabat Imam Syaf i dan dishahihkan oleh Imam
Nawawi, serta pendapat ini dipilih oleh Ibnul-Mundzir.19
4. Shalat Isya

Isya' adalah nama permulaan malam dari waktu maghrib


sampai sepertiga malam yang awal. Shalat Isya' dinamakan seperti itu
karena shalat itu dilaksanakan di waktu ini.

Awal waktu shalat Isya' Para ulama' bersepakat -kecuali


sebagian mereka yang nyelenehbahwa awal waktu shalat Isya' adalah
apabila mega merah telah hilang. Akan tetapi mereka berbeda
pendapat mengenai mega merah inilaa?! Jumhur ulama' berpendapat
bahwa mega merah ini adalah: cahaya kemerah-merahan, sementara
Abu Hanifah, Zufar dan AlAuza'i berpendapat bahwa mega merah ini
adalah cahayaputih setelah hilangnya cahaya kemerah-merahan.

Akhir waktu shalat Isya, para ulama' berbeda pendapat


mengenai akhir waktu shalat Isya' menjadi tiga pendapar yang terkenal
yaitu: Pertama; Akhir waktu shalat Isya, sampai sepertiga malam, ini
adalah pendapat Imam syaf i pada pendapatnya yang baru atau qaul
jadid (tetapi pendapat ini menurutnya adalah merupakan waktu urarna
menurut madzhab ini. Ini satu pendapat, namun dijelaskan oleh Imam
syaf i dalam "Al-(Jmm" bahwa apabila telah lewat sepertiga malam
maka telah habis waktu shalat Isya), demikian pula pendapat Abu
Hanifah dan riwayat yang masyhur dari Imam Malik.raT Argumen
mereka adalah hadits renrang Jibril yang mengimami Nabi ffi, dalam
hadits itu dijelaskan: "sesungguhnyaJibril shalat Isya' bersama Nabi ffi
pada hari yang kedua ketika waktu sepertiga malam." Kedua; Akhir
waktu shalat Isya' sampai pertengahan malam, ini adalah pendapat Ats-
Tsauri, Ibnu Al-Mubarak, Ishak, Abu Tsaur, para sahabat Abu Hanifah
dan pendapat Imam Syaf i pada pend"p"i.ry" yang lama atau qaul
qadim (tetapi menurut pendapat para sahabat Abu Hanifah dibolehkan
19
Bidayatul Mujtahid (1 I 1 27 ), Al-Majmu' (3/28), Al-Ausath (2/337).

12
melaksanakan shalat Isya' setelah waktu ini meskipun makruh
hukumnya. sementara menurut Imam syafi,i ini adalah waktu pilihan
dan ia tidak akan hilang sampai terbit fajar), demikian pula pendapat
Ibnu Hazm.Ketiga; akhir shalat Isya' adalah terbit fajar shadiq

5. Shalat Subuh
Pada asalnya kata Fajar itu berarti sydfaq atau mega merah, yang
dimaksud dengan syafaq di sini adalah cahaya pagi, dan fajar di akhir
malam seperti syafaq di permulaan malam.
Fajar itu ada dua macam 20: pertama; fa)ar yang pertama (fajar
kadzib,/bohong) yaitu warna putih memanjangyang nampak di salah
satu penjuru langit -orang-orang Arab menyebut warna putih ini
dengan "Dzanabis sarahan atau ekor serigala"- kemudian warna putih
ini akan hilang dan tertutup oleh kegelapan malam lagi. Kedua; fajar
yang kedua (fajar Shidiq atau benar) yaitu warna putih yang menyinar
terang di langit sebelah timur dan cahaya terang ini akan selalu
bertambah sampai matahari terbit,
Dan fajar kedua inilah yang hukum-hukum syar'i berkaitan
dengannya, bukanlah fajar yang pertama (kadziblbohong). Shalat falar
itu disebut dengan shalat fajar karena shalat tersebut dilaksanakan pada
waktu ini, dan disebut juga dengan shalat Shubuh serta shalat ghadot
(shalat pagi). Awal waktu shalat shubuh: para ulama' bersepekat bahwa
awal waktu shalat Shubuh adalah terbitnya fajar shadiq. Akhir waktu
shalat shubuh: mereka juga bersepakat bahwa akhir waktunya adalah
ketika matahari terbit. Di anjurkan menyegerakan shalat Shubuh (pada
waktu Ghalas)21
C. Masalah-masalah yang berhubungan dengan waktu-waktu shalat
Adapun masalah-masalah yang berhubungan dengan waktu-waktu
shalat diantaranya sebagai berikut:
1. Waktu

20
Al-Bada'i (11122), Mughni Al-Muhtaj (11124), Al-Fawakih (11'192), Kasyful Qanna'(1/255).
21
yaitu persimpangan waktu antara gelapnya malam dan datangnya cahaya shubuh

13
Adalah kewajiban yang paling ditekankan diantara kewajiban
shalat. Pelaksanan shalat pada waktunya adalah kewajiban, dan tepat
waktu adalah hal yang paling ditekankan dari kewajiban-kewajiaban
shalat. Allah berfirman:

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas


orang-orang yang beriman “ (QS. An-Nisa [4]:103)
2. Batas Shalat
Adapun batas shalat yang masih dianggap dilaksanakan pada
waktunya, ada dua pendapat dari para ulama sebagai berikut:
a. Dengan Takbiratul ihram. ini adalah mazhab Abu Hanafiah, Asy
Syafi’i dan salah satu pendapat yang terkenal dari mazhab Imam
Ahmad
Hadis Aisyah ia berkata:

“Barang siapa mendapati satu sujud dari shalat Ashar sebelum


matahari terbenam, atau mendapat satu sujud dari shalat subuh
sebelum matahari terbit maka sungguh ia telah mendapatkan
shalat itu.22
b. Shalat itu didapatkan dengan memperoleh satu rakaat sempurna
pada waktunya; demikian ini adalah mazhab Imam malik, salah
satu riwayat dari Ahmad, dan pendapat ini dipilih oleh Syaikhul
Islam 23
Hadis Abi Hurairah bahwasanya Nabi SAW bersabda:

22
Hadis shahih dikeluarkan oleh Muslim (609), Ahmad (6/78)
23
Mawahibul Jalil (1/408), Ad-Dasuki (1/182), Al-inshaf (1/439)

14
“Barang siapa yang mendapatkan satu raka’at shalat maka
sungguh ia telah mendapatkan shalat.”
3. Berhalangan (mendapat udzur)
Apabila terdapat udzur setelah masuk waktu shalat seperti gila,
pingsan, haid, nifas, dan lain-lain maka dalam hal ini terdapat dua
kondisi yaitu:
a. Apabila waktu yang tersisa dari waktu shalat itu kurang dari ukuran
kewajiban shalat (waktunya tidak cukup untuk satu reka’at
sempurna) maka tidak wajib baginya mengqadha shalat setelah
hilang udzur.24
b. Apabila waktu yang tersisa dari waktu shalat itu cukup untuk
melaksanakan satu reka’at sempurna, maka dalam penetapan untuk
mengqadha shalat itu terdapat dua pendapat yang telah lalu
dijelaskan dalam bab “haid”. Syaikhul Islam memilih pendapat
bahwa tidak diharuskan baginya untuk qadha, karena udzur itu telah
mendatanginya pada waktu dimana ia dibolehkan untuk
mengakhirkan shalat dan ia tidak termasuk orang yang
mkenyepelekan atau orang yang menyengaja.

4. Udzur yang membolehkan shalat hingga keluar dari waktunya


a. Tidur dan lupa

“Barang siapa kelupaan melaksanakan shalat maka hendaklah ia


mengerjakannya apabila ia telah teringat, tidak ada kafarat
(tebusan) baginya kecuali shalat itu.”25
24
Al-Majmu’ (3/71)
25
Hadits shahih dikeluarkan oleh Bukhari (597), Muslim (314-316)

15
b. Terpaksa
c. Menjama’ dua shalat bagi siapa saja yang boleh untuk menjama’
shalat.
d. sangat ketakutan
5. Siapa yang mendapatkan kewajiban shalat sebelum habis waktunya.
Jika ada seorang anak menjadi baligh, atau orang yang sudah
sembuh, atau orang yang sudah sembuh, atau orang yang pingsan telah
sadar, orang yang haid dan nifas telah bersih darinya, sebelum habis
waktu shalat, kurang lebih masih dapat melaksanakan shalat satu
raka’at atau lebih, maka ia harus melaksanakan shalat tersebut.
Hadist yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Auf ia berkata:

“ Apabila orang haid itu telah suci sebelum terbenam matahari maka
ia harus melaksanakan shalat zuhur dan ashar, dan apabila ia suci
sebelum terbit fajar maka harus melaksanakan shalat maghrib dan
isya”.26

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat adalah rukun islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang
sangat ditekankan (utama) sesudah dua kalimat syahadat. Telah disyari’atkan
sebagai sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah. Shalat ini mencakup berbagai
macam ibadah, shalat merupakan pokok semua macam ibadah badaniah.

26
Hadits ini sanadnya dhaif: dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/336), Ibnu Al-Mundzir (2/243
Abdurrazzaq (1285)

16
Shalat menurut bahasa adalah do’a sedangkan menurut terminologi
syara’ adalah sekumpulan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir
dengan salam dengan disertai beberapa dan rukun yang sudah ditentukan.
Adapun dasar hukumnya termaktub dalam QS. An-Nisa’ 3 : 103

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan para pembaca dapat lebih
mengetahui dan memahami Shalat Fardhu. Dan dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari- hari.
C.

17
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Abu Malik, Ensiklopedia Shalat, Jawa Tengah: Cordova Mediatama 2009
Hasyiyah Ad-Dasuki (1/184), MughniAl-Muhtaj (1i 131), Al-Muhalla (21233-
234), dan Al-Mumti'(2/18).
Sanad riwayat ini adalah hasan, dikeluarkan oleh 'Abdurrazzaq (2092), dan lbnu
Abi Syaibah (1t32e).

18

Anda mungkin juga menyukai