Anda di halaman 1dari 13

MATKUL

BAHASA INDONESIA
PEMBAHASAN
KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat
Unsur-unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang
dalam buku-buku tata bahasa lama disebut jabatan
kalimat. Dalam buku-buku tata bahasa baru, istilah
tersebut disebut fungsi sintaksis kalimat. Fungsi sintaksis
kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas subjek (S),
predikat (P), Objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K).
Fungsi sintaksis dalam kalimat bahasa Indonesia baku
sekurang-kurangnya terdiri atas dua, yaitu S dan P.
Unsur yang lain (O, Pel, dan K), dapat wajib hadir, tidak
wajib hadir, dan wajib tidak hadir di dalam kalimat.
Seorang penulis, terutama penulis karya ilmiah,
harus memahami dan memperhatikan penggunaan
unsur-unsur satuan bentuk yang akan mengisi fungsi S,
P, O, Pel, dan K. Satuan bentuk yang akan mengisi fungsi
kalimat bukan hanya berbentuk kata, melainkan juga
dapat berbentuk frasa atau klausa.
Dapat dilihat contohnya:
(S) Orang kaya yang darmawan itu // menginfakkan // hartanya.
S P O
(P) Ibrahim // adalah orang kaya yang darmawan.
S P
(O) Ibrahim // menyalami // orang kaya yang darmawan itu.
S P O
(Pel) Ibrahim // bertemu // (dengan) orang kaya yang darwawan itu.
S P Pel
(K)
Ibrahim // pergi // ke rumah orang kaya yang darmawan itu.
S P K
Fungsi Subjek
Dalam sebuah konstruksi kalimat, S merupakan
fungsi sintaksis terpenting ke dua setelah P. Pada
umumnya, secara kategori, S biasanya berupa nomina,
seperti Amir berlari atau frasa nomina, seperti Anak itu
belum makan. Selain itu, S juga dapat berupa frasa verba,
seperti Berjalan kaki menyehatkan badan (lihat Alwi dkk.,
2003 dan Putrayasa, 2010: 64).
Mulyono (2012: 47) telah mengemukakan ciri-ciri
S. Menurut Bahasawan tersebut, S sebuah kalimat dapat
ditentukan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut
1. merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
yang di depan predikat, misalnya Burung-burung
sedang bernyanyi;
2. merupakan bagian kalimat yang diterangkan oleh
predikat, misalnya Badannya kekar;
3. berkata ganti tunjuk penentu itu, ini, dan tersebut,
misalnya, Kuda itu berlari-lari;
4. diikuti salah satu kata gabung ialah, adalah, merupakan,
atau menjadi, misalnya, Kata adalah bentuk kebahasaan
yang terkecil;
5. dalam kalimat dasar, berintonasi re – re – mi (2 – 2 – 3),
misalnya, Bunga yang disenangi orang banyak/ bunga
mawar (S – P);
6. berpartikel –nya, misalnya Membacanya/ cukup cepat.
Dari setiap bagian di atas dapat dilihat bahwa
burung-burung, badannya, kuda itu, kata, bunga yang
disenangi orang banyak, dan membacanya menduduki fungsi
S.
Dari setiap bagian di atas dapat dilihat bahwa burung-burung,
badannya, kuda itu, kata, bunga yang disenangi orang banyak, dan
membacanya menduduki fungsi S.
Fungsi Predikat
Selain S, fungsi P juga merupakan unsur inti
sebuah kalimat. Dengan kata lain, sebuah kalimat hanya
terdiri atas dua unsur inti, yaitu S dan P. Kalimat yang
hanya memiliki salah satu dari dua unsur tersebut
disebut kalimat minor (lihat Mulyono, 2012).
Dalam kalimat, predikat merupakan konstituen
pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kirinya.
Jika ada konstituen objek dan pelengkap, konstituen tersebut wajib
diletakkan di sebelah kanan predikat tersebut. Sungguhpun P selalu berada
setelah S, kita juga sering menemukan P berada sebelum S, yang disebut
dengan kalimat inversi, misalnya Indah sekali pemandangan alam itu.
Predikat kalimat biasanya berupa kategori frasa verba(l) atau frasa
adjectival.
Untuk mengidentifikasi P sebuah kalimat, Mulyono (2012) telah
mengemukakan ciri-ciri sebagai berikut:
1. merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa
(melakukan apa), bagaimana, berapa, dan apa sang subjek
tersebut;
2. menerangkan atau memberikan keterangan tentang
subjek;
3. kadang-kadang berpartikel –lah;
4. dalam kalimat dasar, berakhir dengan intonasi turun;
5. kebanyakan berdistribusi setelah S.
Pada sisi lain, Suparman dalam Putrayasa (2010),
menggemukakan penjelasan tentang ciri-ciri penanda
formal predikat tersebut, yaitu:
1. penunjuk aspek sudah, sedang, dan akan, yang selalu
berada di depan predikat;
2. kadang-kadang didahlui oleh kata kerja bantu boleh,
harus, atau dapat;
3. kata penunjuk modal mungkin, seharusnya, atau jangan
jangan;
4. didahului kata keterangan lain, seperti tidak, bukan,
justru, memang, yang biasanya terletak di antara S dan
P; dan
5. didahului kata kerja kopula adalah, ialah, merupakan,
dan menjadi.
Fungsi Objek
Pada kalimat aktif, O merupakan fungsi sintaksis
yang kehadirannya dituntut oleh P yang beverba transitif
(Alwi dkk., 2003), (Ramlan, 2005), dan (Putrayasa, 2010).
Bila dilihat dari kategori, O biasanaya berupa nomina
atau frasa nominal. Jika O tergolong kategori nomina,
frasa nomina, atau persona ketiga tunggal, O tersebut
dapat diganti dengan pronomina–nya. Jika O tersebut
berupa pronomina aku atau kamu, dapat diganti dengan
bentuk –ku dan –mu (Putrayasa, 2010).
Dilihat dari posisinya, O selalu berada langsung
setelah P. (Alwi dkk., 2003). O tersebut dapat dikenali
dari beberapa hal, yaitu (1) dari jenis predikat yang
dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri.
Biasanya, P berupa verba transitif yang ditandai oleh
afiks tertentu, yaitu prefiks me(N)-, suprafiks me(N)-kan
dan me(N)-i (Putrayasa, 2010: 65) dan (Alwi dkk., 2003:
328). Pada dasarnya, O kalimat aktif akan menjadi S jika
kalimat transitif itu diubah menjadi kalimat pasif
(Mulyono, 2012). Lihat contoh berikut:
Contoh :
Pemerintah akan membangun masjid di kampung kami. (aktif)
S P O K
Masjid akan dibangun pemerintah di kampung kami. (pasif)
S P O K
Fungsi Pelengkap
Orang sering mencampuradukkan antara O dan
Pel. Hal ini dapat dimaklumi karena antara kedua konsep
tersebut memang terdapat kemiripan. Baik O maupun Pel
sering berwujud nomina, dan keduannya sering
menduduki tempat yang sama, yaitu di belakang verba
(Alwi dkk., 2003). Di samping terdapatnya persamaan,
antara O dan Pel juga terdapat perbedaan, yaitu O selalu
terdapat pada kalimat yang dapat dipasifkan, sedangkan
Pel terdapat pada kalimat yang tidak dapat dipasifkan.
Seperti telihat dalam kalimat berikut:
A. Ibu menjual sayur di pasar pagi. (aktif)
S P O K
Kalimat Efektif
Pengertian
Tujuan seseorang menulis atau mengarang pada
prinsipnya adalah untuk mengungkapkan isi pikiran,
pendapat, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain.
Agar apa yang disampaikan itu dapat dipahami oleh
orang lain (pembaca atau pendengar), penulis hendaknya
dapat mengungkapkan isi pikiran, pendapat, perasaan,
dan pengalaman tersebut dengan jelas dan efektif. Bila
ungkapan tersebut disampaikan dengan jelas dan efektif,
niscaya pembaca atau pendengar akan mudah
memahami tulisan tersebut sesuai dengan apa yang
dimaksut oleh penulis atau pembicaranya. Dengan
demikian, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah dan lengkap
sebagai mana yang dimaksudkan oleh penulis atau
pembicaranya
Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila
memenuhi syarat kesatuan gagasan, kepaduan susunan,
keparalelan bentuk, kehematan, kecermatan diksi, dan
kelogisan. Penjelasan setiap syarat tersebut dapat dilihat
uraian berikut:
1. Kohesi (Kesatuan Gagasan)
Sebuah kalimat dikatakan memiliki kesatuan
gagasan apabila di dalamnya hanya mengandung satu
gagasan. Kegandaan gagasan bisa disebabkan oleh
ambiguitas dan dapat pula disebabkan oleh
ketidakcermatan dalam menyusun kalimat.
2. Koherensi (Kepaduan)
Kepaduan kalimat akan terbangun apibila terjalin
hubungan yang padu di antara unsur-unsur yangmembentuk kalimat
tersebut. Unsur-unsur yang membangun kalimat adalah kata, frasa.
klausa, tanda baca, dan fungsi-fungsi sintaksis kalimat (S, P, O, Pel,
K)
3. Paralel (Kesejajaran)
Sebuah kalimat dikatakan paralel apabila terdapat
unsur-unsur yang sama bentuk dan jenisnya di dalam
kalimat. Maksudnya, jika unsur pertama menggunakan
jenis verba, unsur kedua, ketiga, dan seterusnya juga
harus verba. Selanjutnya, jika unsur pertama
menggunakan jenis kata nomina, unsur kedua, ketiga,
dan seterusnya juga harus nomina.
Keparalelan sebuah kalimat juga bergantung
kepada konsistensi imbuhan yang digunakan. Artinya,
jika suatu fungsi kalimat (S, P, O, Pel, dan K) menggunakan
suprafiks me-kan, fungsi yang sama pada unsur
berikutnya juga harus menggunakan suprafiks me-kan.
Kemudian, jika suatu fungsi kalimat menggunakan
prefiks di-, fungsi yang sama pada unsur berikutnya juga
harus menggunakan prefiks di-.
4. Hemat
Hemat maksudnya tidak boros dalam pemakaian
kata. Artinya, penulis tidak perlu lagi menggunakan kata
kata yang maknanya sudah diwakili oleh kata-kata yang
sudah dikemukakan sebelum atau sesudahnya.

BAGIAN 5
PARAGRAF

Pengertian
Paragraf (alinea) adalah kumpulan beberapa kalimat
yang saling berkaitan dan memiliki satu ide pokok. Suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, terutama dalam
surat kabar, sering ditemukan sebuah alinea hanya terdiri
atas satu kalimat. Namun, dalam sebuah buku sering
pula ditemukan sebuah alinea yang sangat panjang,
bahkan hampir satu halaman. Bagai mana dengan kedua
bentuk pengembangan alinea tersebut? Bolehkah kedua
bentuk tersebut diterapkan dalam penulisan karya ilmiah.
Berkenaan dengan jumlah kalimat dalam sebuah
alinea, memang tidak diatur secara konvensional karena
alinea pada dasarnya merupakan suatu kesatuan gagasan
yang jumlah kalimatnya bergantung kepada kebutuhan
atau ketuntasan. Jika sebuah gagasan sudah tuntas
dijelaskan, sebaiknya alinea tersebut diakhiri saja.
Fungsi Paragraf
Setelah memahami pengertian paragraf di atas
perlu dipahami bahwa alinea bukan hanya sekedar
pengelompokan kalimat-kalimat dalam sebuah wacana.
Namun, suatu hal yang lebih utama ada satu gagasan
yang ingin disampaikan oleh penulis dalam setiap alinea
tersebut. Misalkan ketika menulis sebuah artikel yang
cukup panjang. Artikal tersebut, pada dasarnya
membahas sebuah topik atau gagasan sentral. Untuk
menyampaikan gagasan sentral tersebut, biasanya
didukung oleh gagasan-gagasan penunjang yang lazim
disebut dengan ide pokok atau gagasan pokok. Untuk
menuangkan gagasan-gagasan penunjang tersebut
penulis membutuhkan adanya sejumlah paragraf agar
gagasan-gagasan tersebut dapat disampaikan secara
teratur satu per satu. Dengan demikian, ada beberapa
fungsi paragraf dalam tulisan, yaitu:
1. Tempat menuangkan ide-ide pokok dalam sebuah
tulisan. Maksudnya, dalam menyampaikan ide
sentral (ide seluruh tulisan) biasanya didukung oleh
beberapa ide pokok. Ide-ide pokok tersebut
dituangkan dalam setiap paragraf;
2. Alat bagi penulis untuk mengembangkan jalan
pikirannya secara sistematis;
3. Memudahkan pembaca untuk memahami jalan
pikiran penulis melalui ide-ide pokok tersebut;
4. Memberi kesempatan kepada pembaca untuk
berhenti sejenak. Dengan perhentian tersebut,
pembaca dapat menelaah kembali isi alinea tersebut;
. 5. Penanda bahwa pemikiran baru di mulai;
5. Dilihat dari tulisan secara utuh, paragraf juga
berfungsi untuk membuka, mengembangkan, dan
menutup sebuah tulisan (lihat juga Djago Tarigan
dalam Yunus, dkk., 2013).
Unsur-Unsur Pembangun Paragraf
Unsur-unsur pembangun paragraf sekurang
kurangnya terdiri atas dua unsur, yaitu (1) kalimat topik
dan (2) kalimat penjelas, yang terdiri atas (a) kalimat
penjelas mayor dan (b) kalimat penjelas minor. Selain itu,
terkadang ada juga paragraf yang mengandung (3)
unsur-unsur transisi dan (4) unsur-unsur penegas (Lihat
Yunus, dkk., 2013 dan Wijayanti, dkk.,2014). Keempat
unsur tersebut terkadang hadir secara bersamaan dalam
sebuah paragraf dan terkadang hanya sebagian yang
hadir. Namun, suatu hal yang perlu diketahui bahwa
unsur utama yang tidak boleh diabaikan dalam sebuah
paragraf adalah kalimat topik. Bahkan, ada paragraf yang
semuanya merupakan kalimat topik. Paragraf demikian
ini disebut paragraf merata (penuh kalimat topik).
A. Kalimat Topik
Kalimat topik adalah kalimat tempat menuangkan
gagasan utama dalam sebuah paragraf. Dengan
demikian, kalimat topik ini lazim juga disebut sebagai
kalimat utama dalam sebuah paragraf. Kalimat topik ini
berguna bagi penulis dan pembaca. Bagi penulis, kalimat
tofik berguna untuk menata pikiran penulis tentang apa
yang hendak disampaikan dalam paragraf. Bagi pembaca,
kalimat topik berfungsi untuk membantu pemahaman isi
paragraf dengan mudah.
Kalimat topik merupakan kalimat yang umum
dan singkat yang memerlukan penjelasan,
pengembangan, dan pembuktian melalui beberapa
kalimat penjelas.
Cirinya kalimat topik
(1) merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri
sendiri;
(2) mengandung permasalahan yang potensial untuk
dirinci dan diuraikan lebih lanjut;
(3) menpunyai makna yang cukup jelas tanpa
dihubungkan dengan kalimat lain;
(4) dapat dibentuk tanpa menggunakan kata
penghubung atau kata transisi.
Kalimat Penjelas
Agar gagasan pokok yang dituangkan dalam
kalimat topik dapat dipahami pembaca, perlu diperjelas
oleh beberapa gagasan penjelas. Tanpa penjelasan dari
gagasan penjelas, gagasan pokok kadang tidak dapat
dipahami oleh pembaca. Gagasan-gagasan penjelas
tersebut diwujudkan ke dalam kalimat-kalimat penjelas.
Dengan kata lain, kalimat penjelas merupakan kalimat
yang berfungsi untuk memperjelas, menjabarkan, atau
membuktikan apa yang dimuat dalam kalimat utama.
Adapaun ciri kalimat penjelas adalah sebagai
berikut:

(1) Kalimat tersebut sering merupakan kalimat yang


tidak dapat berdiri sendiri;
(2) Tidak mengandung permasalahan yang pontensial
untuk dijelaskan atau dirinci lebih lanjut;
(3) Makna kalimat tersebut kadang-kadang baru jelas
setelah dihubungkan dengan kalimat yang lain
dalam satu alinea;
(4) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata
atau frasa penghubung;
(5) Isinya berupa penjelasan, rincian, keterangan, contoh,
dan data tambahan lain yang mendukung kalimat
utama.
Ada pun kalimat penjelas diantaranya:
a. Kalimat penjelas mayor
Kalimat penjelas mayor adalah kalimat pendukung
yang menjelaskan secara langsung kalimat topik atau
memberikan iformasi lebih jelas tentang bahasan di
dalam kalimat topik.
b. Klalimat penjelas minor
Kalimat penjelas minor adalah kalimat pendukung
yang merinci atau memperjelas secara langsung
gagasan yang terdapat dalam kalimat penjelas
mayor.
c. Kalimat penjelas subminor
Kalimat penjelas subminor adalah kalimat
pendukung yang merinci atau memperjelas secara
langsung gagasan yang terdapat dalam kalimat
penjelas minor.
Setiap jenis kalimat penjelas tersebut dapat dilihat
pada contoh paragraf berikut:
Jenis Paragraf
Berkenaan dengan jenis paragraf ini, ada tiga dasar
penglasifikasian, yaitu: (1) berdasarkan posisi kalimat
utama, yang terdiri atas paragraf deduktif, induktif,
campuran (deduktif-induktif), dan merata (penuh kalimat
topik); (2) berdasarkan sifat isinya, terdiri atas paragraf
naratif, deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan persuatif;
dan (3) berdasarkan fungsinya dalam tulisan, terdiri atas
paragraf pembuka (pengantar), pengembang (isi), dan paragraf
penutup (simpulan).
Jenis Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat
Utamanya
Kalimat utama merupakan kalimat tempat
menuangakan ide pokok yang ada dalam sebuah
paragraf. Kalimat utama ini merupakan inti persoalan
yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf.
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian 2, bahwa
dilihat dari posisi kalimat utamanya, dikenal beberapa
1. jenis paragraf,
2. Paragraf deduktif
3. Paragraf induktif
4. Paragraf campuran
5. Paragraf merata (penuh kalimat topik)
Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat Isinya
Jika dilihat dari sifat isinya, paragraf terdiri atas
beberapa jenis. Hal tersebut bergantung kepada maksud
penulis dan sifat informasi yang akan disampaikan.
Berdasarkan hal tersebut dikenal adanya paragraf
1. Paragraf naratif
2. Paragraf deskriptif
3. Paragraf ekspositoris
4. Paragraf argumentasi
5. Paragraf persuasi

Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsinya dalam


Tulisan
1. Paragraf pembuka
2. Paragraf pengembang/isi
3. Paragraf penutup

TERIMAKASIH
MATKUL
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
(Dra. Nurhayati, M.Pd)

Di susun oleh:
Kelompok III

AMUNG HIDAYATULLAH
AGUNG JANWAR
DEDE IRWAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP BINA MUTIARA
PELABUHAN RATU
2023

Anda mungkin juga menyukai