DOSEN PENGAMPU :
Dra. Sri Wahyuni, M.Ed.
KELOMPOK 6 :
1. Raudhatul Tassya Khairunisa (2210723048)
2. Ines Laras Yulianti (2210721008)
3. Shendy Aulia Verly (2210721006)
leuruh konstruksi (o) merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari satu klausa
tunggal yang diperluas dan satu klausa tanswasta atau nonfinal.
Dngan ini kita melihat bsawa sebuah kalimat tidak sama dengan sebuah
klausa. Klausa merupakan unsur pembentuk kalimat yang paling tinggi dalam tata
tingkat unit bahasa.
3. nalisis Klausa
3.1 Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang disebut S, P, O, PEL,
dan KET. Kelima unsur itu memang tidak selalu bersama-sama ada dalam satu
klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri S dan P, kadang-kadang
terdiri dari S, P, dan O, kadang-kadang terdiri darii S, P, dan PEL, kadang-
kadang terdiri dari S, P, O, KET, kadang-kadang terdiri dari S, P, PEL, KET,
kadang-kadang terdiri dari P saja.
a. S dan P
- Ibu tidak berlari-lari
Kalimat diatas mempunyai intonasi [2] 3 / / [2] 3 1 #. Unsur ibu
memiliki intonasi [2] 3 1 #. Antara kedua unsur itu terdapat jeda
sedang, yang disini ditandai dengan dua garis miring (//).
Ibu tidak berlari-lari
[2] 3 // [2] 31#
Unsur klausa yang memiliki itonasi [2] 3 // disini merupakan S
klausa itu, sedangkan unsur klausa yang memiliki intonasi [2] 3 1 #
merupakan P klausa itu. Dengan demikian, unsur ibu merupakan S
klausa itu, dan unsur tidak berlari-lari merupakan P- nya, atau dengan
kata lain, unsur ibu menempati fungsu S dan unsur tidak berlari-lari
menempati fungsi P.
Dari uraian diatas, dapatlah dibuat kesimpulan bahwa
berdasarkan intonasinya, antara S dan P secara potensial terdapat jeda
sedang. S ialah unsur klausa yang berintonasi [2] 3 / / dan P ialah usnur
klausa yang berintonasi [2] 3 1 # atau [2] 3 # apabila unsur itu berakhir
dengan kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal /e sua/ seperti
kata-kata lemah, keras, bekerja, penting, dan sebagainya.
b. O dan PEL
PEL mempunyai persamaan dengan O, baik O 1 maupun O2
yaitu selalu terletak di belakang P. Perbedaannya ialah O selalu
terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan, sedangkan PEL terdapat
dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau
mungkin juga terdapat dalam klausa pasif. Misalnya :
- Orang itu selalu berbuat kebaikan
Kata kebaikan pada kalimat diatas menduduki fungsi PEL
karena kata itu selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata
verbal intrasintif sehingga klausa itu tidak dapat diubah menjadi klausa
pasif.
c. KET
Dalam suatu klausa KET pada umumnya mempunyai letak
yang bebas, artinya dapat terletak di depan S P, dapat terletak diantara
S P, dan dapat juga terletak di belakang sekali. Misalnya
- Akibat taufan desa-desa itu musnah
Dalam kalimat diatas, unsur yang menduduki fungsi KET ialah
unsur akibat taufan yang terletak di muka S P. Unsur KET ini dapat
dipindahkan ke antara S dan P, dan dapat juga dipindahkan ke
belakang S P, menjadi :
- Desa-desa itu akibat taufan musnah
- Desa-desa itu musnah akibat taufan
3.2 Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menjadi
Unsurnya
Analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang menjadi unsur-unsur
klausa itu disini disebut kategorial. Sudah tentu analisis kategorial itu tidak terlepas
dari analisis fungsional Sebagai contoh :
Aku sudah menghadap komandan tadi
S P O1 KET
Unsur aku fungsi S, unsur sudah menghadap menduduki fungsi P, unsur
komandan menduduki fungsi O1, dan unsur tadi menduduki fungsi KET. Selanjutnya,
jika kata atau frase yang menduduki fungsi-fungsi itu diteliti, ternyata kata yang
menduduki fungsi S termasuk N, frase yang menduduki fungsi P termasuk V, kata
yang menduduki fungsi O1 termasuk kategori N, dan kata yang menduduki KET
termasuk kategori Ket.
Foto 1.
Foto 2.
Lokasi : PKM lt. 2
Hari/ tanggal : Rabu, 20 Maret 2024
Waktu : 12.30 - 15.00