Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan 6

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh/ Selamat Pagi/


Salam sejahtera bagi kita semua.
Amin.

Bagaimana kabar Anda hari ini? Semoga rahmat dan hidayah Allah SWT
selalu tercurahkan pada Anda, sehingga dapat mempelajari materi hari ini
dengan baik.

Pada minggu yang lalu kita telah mempelajari jenis-jenis frasa. Seperti
yang telah saya sampaikan dalam pertemuan sinkronus minggu yang lalu,
pemahaman Anda tentang jenis frasa sangat diperlukan untuk melakukan
analisis frasa. Pembelajaran analisis frasa akan kita lanjutkan setelah kita
menguasai konsep tentang klausa, supaya Anda dapat memahami secara
holistik.

Untuk itu, silakan Anda pelajari konsep klausan berikut! Pertanyaan yang
terkait materi dapat Anda sampaikan dalam ruang diskusi. Setelah itu
Anda dapat melanjutkan dengan mengerjakan tugas yang terdapat dalam
ruang Tugas.

Selamat Belajar!!!
Klausa
4.1 Pengertian Klausa
Ramlan ( 1983:78) mengartikan klausa sebagai satuan gramatikal yang terdiri
dari predikat (P), baik disertai subjek (S), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(Ket) ataupun tidak. Klausa mempunyai unsur inti S dan P, walaupun terkadang S
sering dilesapkan.
Keraf (1980:137) mengatakan bahwa klausa merupakan suatu kontruksi yang di
dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional,
sekurang-kurangnya harus mengandung satu subjek dan satu predikat.
Parera (1982:21) memberikan batasan klausa adalah konstruksi ketatabahasaan
yang mempunyai dua atau lebih unsur pusat atau memenuhi salah satu pola dasar
kalimat. Yang dimaksud unsut pusat adalah bagian yang dijelaskan dan bagian yang
menjelaskan.
Pada dasarnya ketiga pendapat di atas tidaklah berbeda secara mendasar.
Ketiganya menyatakan bahwa klausa adalah satuan gramatikal yang minimal
mempunyai fungsi pokok, S dan atau P. Klausa merupakan unsur bawah langsung
dari kalimat. Perbedaan kalimat dan klausa terletak pada intonasi. Klausa tidak
memerlukan intonasi atau hanya mengandung unsur segmental. Hal ini disebabkan
klausa belum merupakan satuan yang mempunyai ide pokok yang lengkap. Jadi
masih dapat ditafsirkan dengan beragam penafsiran, baik itu sebagai informasi,
pertanyaan, ataupun perintah.

4.2 Unsur Fungsi Klausa


Klausa sebagai calon potensial kalimat mempunyai unsur-unsur fungsi. Unsur-
unsur inilah yang membedakan klusa dan frasa yang sama-sama merupakan satuan
gramatikal.
Unsur-unsur fungsi yang ada dalam klausa adalah: (1) Subjek, (2) Predikat, (3) Objek,
(4) Pelengkap, dan (5) Keterangan. Kelima unsur tersebut tidak selalu hadir bersama-
sama. Pada umumnya yang selalu hadir adalah unsur subjek atau predikat. Hal inilah
yang menyebabkan unsur subjek dan predikat digolongkan sebagai unsur inti klausa.
Berikut penjelasan masing-masing unsur tersebut.
4.2.1 Subjek
Ciri-ciri kehadiran subjek (S):
1) unsur pokok klausa;
2) berwujud FNomina/FPronomina;
3) menjadi jawab kata Tanya apa atau siapa;
4) bagian klausa yang dijelaskan oleh begian klausa yang lain (P); dan
5) mempunyai intonasi [2] 3 / / (dalam kalimat)
Contoh: Ibu tidak berlari-lari
[2]3// [2] 3 1 #
FN FV
S P

4.2.2 Predikat
Ciri-ciri predikat :
1) unsur pokok klausa;
2) berwujud FVerba, FAdjektive, FNomina, FNumeralia,atau FPreposisi;
3) menjadi jawab kata Tanya mengapa, bagaimana, berapa, apa, dan di mana;
4) bagian klausa yang menjelaskan bagian klausa yang lain (S); dan
5) mempunyai intonasi [2] 3 1 # atau [2] 3 # (dalam kalimat)
Contoh: sangat lemah badannya
[2] 3 1 # [2] 3
F Adj FN
P S
4.2.3 Objek
Ciri-ciri objek :
1) bukan merupakan bagian inti/pokok klausa ;
2) bagian klausa yang melengkapi predikat transitif (me-an) ;
3) berwujud FNomina atau FPronomina ; dan
4) menjadi jawab kata Tanya apa/siapa.
Objek dapat dibedakan menjadi O1 dan O2. Bagian klausa dapat digolongkan
sebgai O1, apabila klausa diubah menjadi pasif maka O1 menduduki fungsi S,
sedangkan O2 tetap di belakang P
Pembedaan objek yang lain didasarkan hubungan structural dengan P Oyang
mempunyai hubungan structural lebih dekat dengan P disebut O langsung. Objek
langsung berupa N atau FN yang melengkapi verba transitif yang dikenai perbuatan P
atau yang ditimbulkan sebagai hasil/perbuatan yang terdapat pada P. Sebaliknya
yang mempunyai hubungan relative lebih jaug disebut O tak langsung. Objek tak
langsung berupa N atau FN yang menyertai verba transitif dan menjadi penerima/
yang diuntungkan oleh perbuatan P.
Contoh: Orang itu membuatkan adik saya mainan
S P O1 O2
(OL) (OTL)

Adik saya dibuatkan orang itu mainan.


S P O1 O2
(OL) (OTL)

Adik saya dibuatkan mainan oleh orang itu.


S P O2 O1

4.2.4 Pelengkap
Unsur ini mempunyai kemiripan dengan unsur O, yaitu membantu melengkapi
fungsi P. Letak Pel selalu berada setelah unsur P. Perbedaan lain yang mendasar
adalah O terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan sedangkan Pel tidak.
Selain itu O dapat diganti dengan kata ganti –nya, sedengkan Pel tidak dapat.
Contoh: Amir belajar bahasa Indonesia
S P Pel.

Negara kita berdasarkan Pancasila.


S P Pel

Macam-macam pelengkap dilihat dari hubungan di antara Pel dan S/O.


1) Pelengkap Musabab : berupa N/FN yang melengkapi verba pasif berkonfiks
ke-an yang bermakna menderita atau verba berstruktur ber-V-kan.
Contoh: Hidupnya bermandikan uang.
2) Pelengkap hiponim : berupa N/FN yang secara semantic merupakan
spesifikasi dari N yang terdapat dalam predikatnya (Predikat berwujud frasa
verbal denominal)
Contoh: Orang primitif berbajukan kulit pohon.
3) Pelengkap Resiprokal : berupa N/FN yang melengkapi verba resiprokal.
Contoh: Kelompoknya telah berdamai dengan kami
4) Pelengkap Pemeri : berupa A/FA/Num/Fn yang menjelaskan N dalam
predikat. Predikatnya berwujud frasa verbal denominal.
Contoh: Gadis itu berambut panjang.

4.2.5 Keterangan
1. Ciri-ciri unsur keterangan :
1) bagian klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O, dan Pel;
2) mempunyai letak yang bebas, dapat di bagian depan S, antara S dan P, dan di
belakang P, atau O, atau Pel ;
3) berwujud FPreposisi ; dan
4) menjadi jawab kata Tanya di mana, kapan.

2. Macam-macam keterangan :
1) Keterangan akibat : menyatakan akibat terjadinya predikat.
Contoh: Ia tertabrak mobil hingga luka parah.

2) Keterangan alasan : menyatakan alas an terjadinya predikat.


Contoh: Melihat hal itu, dia mengurungkan maksudnya.

3) Keterangan alat : menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan tindakan


predikat.
Contoh: Parman mengecat dinding dengan kuas.
4) Keterangan asal : menyatakan bahan terbuatnya predikat.
Contoh: Kue ini terbuat dari tepung beras.

5) Keterangan kualitas : menyatakan keadaan predikat.


Contoh: Aku menulis buku ini secepat mungkin.

6) Keterangan kuantitas: menyatakan jumlah, derajat, keterangan, atau


perbandingan antara predikat dan yang lain.
Contoh: Pekerjaan itu diselesaikan oleh orang banyak.

7) Keterangan modalitas : menyatakan kepastian, kemungkinan, harapan, atau


kebalikan dari itu semua.
Contoh: Tidak diragukan lagi, dia pasti membohongimu.

8) Keterangan perlawanan : menyatakan keadaan/peristiwa yang bertentangan


dengan yang disebut predikat.
Contoh: Walaupun hatinya kecewa, dia tetap hadir dalam pesta itu.

9) Keterangan peserta : menyatakan N/FN yang ikut serta melakukan tindakan


predikat.
Contoh: Para guru bertamasya bersama anak didiknya.

10) Keterangan perwatasan : menyatakan batas-batas predikat.


Contoh: Dia bertingkah seperti burung liar.

11) Keterangan sebab : menyatakan sebab terjadinya predikat.


Contoh: Ibu tua itu meninggal karena sakit.

12) Keterangan syarat : menyatakan yang harus ada untuk mencapai yang
terdapat dalam predikat.
Contoh: Asalkan rajin belajar, tentu kamu naik kelas.

13) Keterangan tempat : menyatakan tempat terjadinya predikat.


Contoh: Dia masuk ke dalam ruang baca.

14) Keterangan waktu : menyatakan waktu terjadinya predikat.


Contoh: Sejak kini, dia hidup mandiri.

15) Keterangan tujuan : menyatakan yang dituju oleh predikat.


Contoh: Dia bekerja keras untuk membesarkan adiknya.

Anda mungkin juga menyukai