Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI RADEN WIJAYA


WONOGIRI – JAWA TENGAH
Jalan Kantil Bulusulur Wonogiri, Kode Pos 57615. Telepon (0273) 323439
Email: stabn radenwijaya@gmail.com Website: www.stabnradenwijaya.ac.id

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama : Eka Ratana Candra


NIM : 201901011
Prodi : Pendidikan Keagamaan Buddha
Mata Kuliah : Kitab Suci Sutta Pitaka

SOAL:
1. Pada Ekaka Nipata di nyatakan tidak ada apapun yang berubah amat cepat melebihi pikiran.
Pada hakekatnya pikiran bersifat murni dan jernih. Namun ada tiga hal yang dapat
mencemari pikiran. Jelaskan tiga hal tersebut dalam sebuah analisis yang disertai contoh
dan aplikasinya!
Jawab:
Dalam hal ini sang buddha mengatakan nafsu yang muncul menjadi sangat kuat, dan semua
itu memiliki sebab
a) Keinginan indra
Kita dapat sadari bahwa keinginan indra kita itu sangatlah kuat, dimana indra
manusia memiliki 5 panca indra, tetapi dalam konsep buddhis manusia memiliki 6
panca indra dan tambah 1 indra yaitu pikiran. Setiap indra memiliki fungsinya
sendiri yang sangat berbeda. setiap indra pasti memiliki ketertarikan pada objek
yang indah atau hanya keinginan kesenangan. Ketika kita memiliki satu keinginan
yang tidak terpenuhi maka akan timbul sifat keserakahan (lobha) contohnya : kulit,
semua orang menginginkan berpakaian yang rapi, bagus dan enak dipakai, ketika ia
tidak memakai pakaian yang rapi, bagus dan enak dipakai maka akan menimbulkan
rasa kekurangan dalam diri ada perasaan ketidakpuasan terhadap yang di pakai
sekarang ini (Santuthi).
b) Niat Jahat
Disebabkan karena suatu ketidaksukaan dan juga tidak menyenangkan yang dapat
menimbulkan niat jahat pada diri kita dengan dirasakan oleh indra kita. contohnya :
ketika orang memakai pakaian yang bagus dan mahal, maka mungkin saja memiliki
perasaan iri dan memikirkan bagaimana dia mendapatkan baju tersebut, dengan
berpikiran buruk maka bisa saja kita berpikiran baju tersebut boleh mencuci,
meminjam, atau membeli dari hasil yang tidak baik. Dan karena pikiran jahat rasa iri
hati terhadap orang tersebut maka kita menghasut orang lain bahwa baju tersebut
bukanlah hasil yang baik atau bisa kita sebut halal.
c) Kemalasan dan Kelambanan
Sebagai manusia kita memiliki namanya sifat lamban dan malas dalam mengerjakan
sesuatu, maka seharusnya kita melatih diri untuk tidak malas dan lamban. Karena ini
mengacu pada konsep 5 nivarana yaitu 5 rintangan pengotor batin yang terdiri dari,
Kamachanda (nafsu kerinduan akan objek indra), Byapada (menyakiti orang lain),
Thinna-middha (malas dan lamban), Uddhacca-kukkucca (kegelisahan), Vicikiccha
(keragu-raguan). Apabila kita lamban dan malas maka kita sendiri lah yang akan
mengotori batin dan sulit untuk mencapai pembebasan.

2. Bagian Tika Nipata menjelaskan bahwa berdasarkan pikirannya terdapat tiga macam
manusia. Apa tiga macam yang dimaksud, Jelaskan dan berikan contoh tiga macam manusia
tersebut!
Jawab:
Tiga macam manusia yang dimaksud adalah tiga macam manusia berdasarkan pikiran yaitu;
a) Arukupamacitto Puggala
Perumpamaan manusia dengan pikiran seperti luka menganga. Di sini, seseorang
yang mempunyai sifat mudah marah. Bahkan jika dikritik sedikit maka ia akan
kehilangan kesabarannya dan menjadi jengkel, melawan, dan keras kepala, ia
memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan kekesalan. Seperti halnya luka
bernanah, jika ditusuk dengan tongkat atau digaruk-garuk, akan mengeluarkan lebih
banyak cairan lagi, demikian pula seseorang di sini berperilaku demikian. Orang ini
dikatakan memiliki pikiran yang bagaikan luka terbuka.
b) Vijjupamacitto Puggala
Perumpamaan manusia dengan pikiran seperti kilat halilintar. Di sini, seseorang
memahami sebagaimana adanya penderitaan, asal-mula penderitaan, lenyapnya
penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan. Seperti halnya, dalam
kegelapan malam, seseorang yang berpenglihatan baik dapat melihat bentuk-bentuk
melalui cahaya kilat halilintar, demikian pula seseorang di sini memahami
sebagaimana adanya hal-hal tersebut. Orang seperti itu dikatakan memiliki pikiran
bagaikan kilat halilintar.
c) Vajirupamacitto Puggala
Perumpamaan manusia dengan pikiran seperti berlian. Di sini seseorang telah
seutuhnya mencapai kebebasan pikiran yang tanpa noda, merealisasinya dengan
pengalaman langsung. Kebebasan pikiran yang tanpa noda, adalah di mana
keserakahan, kebencian, dan delusi lenyap dan terkikis. Orang yang demikian
diperumpamakan seperti berlian, karena dari sekian banyak permata dan batuan
hanya berlianlah yang dapat memotongnya. Berlian jugalah yang selalu bertahan
dengan nilai keindahannya, tidak butuh waktu tertentu.

Dari ketiga jenis manusia tersebut, yang ke-tiga lah yang terbaik, yaitu menjadi manusia
dengan pikiran seperti berlian, yang terbebas dari kotoran batin. Layaknya berlian yang
tidak cepat muncul begitu saja, membutuhkan waktu yang panjang untuk mengkristal.
Demikian juga kita sebagai manusia, tidak ada cara yang cepat untuk melenyapkan kotoran
batin yang ada di dalam diri. Semua proses pengkristalan dimulai dari usaha gigih, keuletan,
dan proses pembelajaran yang baik. Semua butuh proses, untuk itu jangan pernah protes
akan suatu proses.

3. Dalam Catuka Nipata Sang Buddha menjelaskan ada empat cara untuk menangani
pertanyaan:
- Beberapa pertanyaan harus diberi jawaban langsung
- Yang lain harus dijawab dengan analisa
- Beberapa harus dijawab dengan pertanyaan balik
- Yang terakhir, beberapa pertanyaan harus diabaikan begitu saja.
Berikan contoh dan analisis penerapan empat prinsip tersebut pada proses pembelajaran!
Jawab:
Contoh yang dapat kita terapkan dalam proses pembelajaran dari Catuka Nipata adalah
sebagai seorang guru harus memiliki kompetensi dan profesionalitas seperti dalam kriteria
seorang guru di zaman sekarang. Kriteria kompetensi dan profesionalitas dapat dilihat dari
penjelasan, orang yang dapat menyebabkan orang lain mendengar, bisa mengajar, orang
yang tahu dan memberi tahu dengan jelas. Kriteria guru profesional dapat dilihat dalam
penjelasan orang yang mendengar, belajar, cakap mengenali kecocokan dan ketidakcocokan
serta tidak menimbulkan pertengkaran. Hal ini menunjukkan Buddha juga menjelaskan
pengertian seorang guru seperti kriteria guru secara umum, hanya bedanya pada zaman
Buddha belum ada pendidikan formal.
4. Bagaimana seorang perumah tangga (gharavasa) dikatakan telah memiliki perilaku
bermoral dalam Dasaka Nipata? Jelaskan dan analisis manfaat-manfaat perilaku bermoral!
Jawab:
Sebagai seorang perumah tangga kita harus memiliki perilaku moral yang baik. Seseorang
harus melihat dirinya sendiri sebagaimana dia sesungguhnya. Secara positif, umat Buddha
perumah tangga baik hati dan welas asih kepada semua, jujur dan lurus, murni dan suci,
sadar dan cermat di dalam pikirannya. Dia hanya berbicara yang benar, sesuai dengan fakta-
fakta yang ada, damai, dan membantu. Moralitas adalah sebuah sikap yang melindungi kita
dari racun-racun dunia luar. Oleh karena itu, moralitas merupakan sebuah prasyarat untuk
aspirasi-aspirasi spiritual yang lebih tinggi dan melalui moralitas tersebut, karakter
seseorang bersinar. Manfaat yang dapat kita peroleh dalam menerapkan perilaku bermoral
adalah kita akan disenangi banyak orang karena memiliki moral yang baik dalam bertindak
maupun ketika berucap. Selain itu juga Pengembangan moralitas dapat terlaksana jika
didasari dengan pengetahuan, dan keyakinan terhadap nilai-nilai agama. “Orang yang dapat
mengendalikan indrianya bagaikan seorang kusir yang dapat mengendalikan kudanya, yang
telah dapat menghilangkan kesombongannya dan hanya dengan ulet dapat membersihkan
batinnya dari noda-noda. Orang seperti ini dicintai oleh para dewa.” (Dhammapada 94
Arahanta Vagga).

Anda mungkin juga menyukai