Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jenny Virzinia

Fakultas : Hukum
Mata Kuliah : Hukum Islam
Kelas : D (Malam)

1. Ritual atau kegiatan yang menunjukkan bahwa hukum adat dipengaruhi atau
memiliki persamaan dengan hukum islam yaitu
Ritual 7 Bulanan atau Mitoni

Ritual ini berisi prosesi adat jawa yang ditujukan pada ibu yang
kandungannya mencapai usia tujuh bulan.
Dimana ritual ini merupakan serangkaian doa agar pertolongan datang pada ibu
yang sedang mengandung. Selain mendoakan kelancaran saat persalinan, ritual
tersebut juga disertai doa agar si anak kelak menjadi pribadi yang baik dan
berbakti.
Ritual ini terdiri dari beberapa tahap, yang masing-masing tahapan tersebut
memiliki filosofi dan makna tersendiri, antara lain :
1. Sungkeman, calon ibu dan ayah melakukan sungkeman kepada kedua
orangtua guna memohon doa restu untuk keselamatan dan kelancara
persalinan.
2. Siraman, yaitu simbol upacara sebagai pernyataan tanda pembersihan diri
baik secara fisik maupun jiwa. Pembersihan ini bertujuan membebaskan
calon ibu dari dosa atau kesalahan yang mungkin pernah diperbuat sehingga
nantinya ketika melahirkan calon ibu tidak memiliki beban moral, dan
diharapkan proses persalinan menjadi lancar.
Siraman dilakukan oleh tujuh orang, yang terdiri dari 7 bapak dan ibu
teladan dari kedua belah pihak, dengan gayung batok kelapa, ketujuh
kerabat tersebut menyiram calon ibu dimulai dari kerabat tertua dikeluarga.
3. Ngrogoh Cengkir, dan Brojolan
Tunas kelapa sebagai simbolisasi cikal bakal bayi yang akan menjadi
manusia dewasa kelak. Sang ayah akan meluncurkan dua cengkir dari balik
kain yang dipakai sang ibu. Cengkir yang dipakai sebelumnya telah dilukis
Dewi Kamaratih melambangkan bayi wanita jelita dan Dewa Kamajaya
melambangkan bayi pria rupawan.
4. Membelah cengkir, sang ayah membelah cengkir sebagai simbol untuk
membukakan jalan si jabang bayi agar lahir pada jalannya.
5. Pantes-Pantesan, Sang ibu akan berganti busana atau memantas-mantas
busana sebanyak tujuh kali. Nantinya, undangan akan serempak menjawab
tidak pantas, dan pada busana ke tujuh yang akan dipakai ibu.
6. Angrem, Ibu dan ayah menirukan gaya ayam yang mengerami telur dan
berkokok keras, sebagai lambang tanggung jawab calon ayah atas
kehidupan dan kesejahteraan colon bayi dan ibunya.
7. Potong tumpeng, sebagai ungkapan rasa syukur bahwa selamatan tujuh
bulanan telah dilaksanakan dengan lancar.
8. Pembagian Takir Pontang atau wadah untuk menyajikan makanan yang
terbuat dari daun pohon pisang dan janur dan dibentuk menyerupai kapal.
Hidangan yang diletakkan pada takir potangpun diberikan sebagai suguhan
dan ucapan terimakasih dibagikan kepada para sesepuh yang menghadiri
upacara ritual.
9. Jualan Dawet dan RujakT, menghidangkan makanan kesukaan orang hamil
berupa rujak yang dibuat dari tujuh macam buah segar. Orang yang
menerima dawet atau rujak dari sang ibu harus membayarnya dengan
sejumlah uang sebagai syarat.
10. Ditutup dengan pembacaan doa dan zikir bersama agar si ibu dan bayi
mendapatkan keselamatan, menjadi anak yang sholeh atau sholehah.
Sebagaimana kita ketahui, Kegiatan atau ritual tujuh bulanan tidak ada dalam
ajaran islam, dan tradisi ini termasuk Bi’ah. Namun, upacara adat tujuh bulanan yang
dilakukan oleh sepasang suami istri yang beragama islam juga dimaksudkan untuk
kebaikan anak yang dikandung.
Dan setidaknya mereka melakukan upacara tersebut untuk kebaikan dan
keselamatan bayinya, harapan mereka agar anak yang akan lahir menjadi anak yang
shalih, menjadi hamba allah yang jujur, dan bermanfaat bagi agama dan bangsa.
Persamaannya dalam Hukum Islam dapat dilihat pada tujuan, dan zikir serta doa
yang dibacakan dengan tujuan baik.
Abdullah bin Mas’ud berkata :
‫َما َرآَهُ ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ َح َسنًا فَه َُو ِع ْن َد هللاِ َح َس ٌن َو َما َرآَهُ ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ َسيِّئا ً فَهُ َو ِع ْن َد هللاِ َس ِّي ٌء‬
Yang artinya “tradisi yang dianggap baik oleh umat islam, adalah baik pula menurut
allah. Tradisi yang dianggap jelek oleh umat islam, maka jeek pula menurut allah.”
(HR. Ahmad, Abu Ya’la dan al-Hakim).

Menurut opini saya, kondisi Indonesian sesuai dengan Teori Receptie in


Complexu (Van Den Berg)
Dimana hukum islam diterima secara keseluruhan oleh masyarakat yang memeluk
agama tersebut, artinya hukum adat dilaksanakan mengikuti hukum agama yang
dipeluk oleh masyarakat adat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai