Anda di halaman 1dari 14

UPACARA

MITONI
Kelompok 6
Muh Nur Ikhsanudin (216131063)
Andi Yoga Pratama (216131064)
PENGERTIAN UPACARA MITONI

Mitoni berasal dari Bahasa Jawa “pitu” yang artinya tujuh. Angka tujuh ini
dimaksudkan bahwa mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada saat bayi
menginjak usia tujuh bulan dalam kandungan (Adriana, 2011).
Selain mitoni, pada umumnya masyarakat juga menyebutnya sebagai
tingkeban. Tingkeb artinya tutup, sehingga tingkeban merupakan upacara
penutup selama kehamilan sampai bayi dilahirkan. Upacara ini diselenggarakan
pada bulan ke tujuh masa kehamilan dan hanya dilakukan terhadap anak yang
dikandung sebagai anak pertama bagi kedua orang tuanya.
TUJUAN MITONI

Salah satu dari tujuan dilakukannya acara tradisi mitoni


yakni memohon pertolongan kepada Allah (Nasir, 2016).
Upacara ini diselenggarakan untuk memohon keselamatan, baik
bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi yang akan
dilahirkan (Prabawa, 2012).
Hal ini tidak terlepas dari persepsi dan keyakinan orang
Jawa bahwa tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu yang berarti
pituduh (petunjuk), pitulung (pertolongan).
PROSESI
1. Sungkeman
Calon ibu dan ayah melakukan sungkem kepada kedua orang tunya dan memohon doa restu supaya selamat
dan lancar saat melahirkan si jabang bayi.
2. Siraman calon ibu
Upacara siraman dilakukan oleh sesepuh atau keluarga dari pemilik hajat sebanyak tujuh orang. Hal ini
bertujuan untuk memohon doa restu, supaya suci lahir dan batin. Calon ibu memakai kain 7 batik yang
dililitkan (kemben) pada tubuhnya. Dalam posisi duduk, calon ibu mula-mula disirami oleh suaminya, lalu
oleh orang tua dan keluarga lainnya. Maksud upacara ini adalah untuk mencuci semua kotoran dan hal-hal
negatif lainnya.
3. Ngrogoh cengkir
Cengkir adalah tunas kelapa, yang memiliki arti cikal bakal bayi yang akan jadi manusia dewasa di
masa depan. Tunas kelapa berjumlah 2, diambil oleh ayahnya yang akan dilanjutkan pada ritual brobosan
atau brojolan (meluncurkan)
4. Brobosan atau Brojolan
Sang ayah atau nenek meluncurkan tunas kelapa atau cengkir yang berjumlah 2 dari dalam kain yang
dipakai oleh sang ibu. Sebelum itu cengkir atau tunas kelapa ini sudah dilukis dengan gambar Dewi
Kamaratih lambang bayi wanita yang cantik dan Dewa Kamajaya nglambangake bayi priya kang bagus.
5. Nyigar Cengkir
Sang ayah membelah cengkir atau tunas kelapa muda yang melambangkan untuk membuka jalan si
jabang bayi supya lahir dengan normal.
6. Pantes - pantesan
Pada prosesi ini sang ibu berganti busana atau menyerasikan busana yang jumlahnya ada tujuh.
nantinya, para tamu akan bersama-sama mengatakan “tidak pantas” sampai busan ke-6. menuju busana ke-7
yang dipakai sang ibu akan dikatakan “pantas”. Ini adalah salah satu prosesi yang unik di dalam upacara
mitoni.
7. Angrem
Ibu dan ayah dari caon jabang bayi melakukan gaya seperti ayam yang mengerami telura dan berkokok
dengan keras. Proses ini melambangkan tanggung jawab dari calon ayah untuk menghidupi dan kemakmuran
dari calon jabang bayi
8. Potong tumpeng
Pada proses ini berarti bersyukur kepada Tuhan, bahwa acara mitoni sudah berjalan dengan lancer
9. Mbagi takir pontang
Takir pontang mewujudkan tempat untuk menyajikan makanan yang diambil dari daun pisang dan janur serta
disusun dekat kapal. Susunan takir pontang memiliki arti yaitu bahwa sang calon orang tua harus siaga
mengarungi rumah tangga seperti kapal yang ada di samudra.
10. Berjualan dhawet dan rujak
Menjual rujak yang terdiri dari 7 macam buah-buahan segar. Tamu yang sudah menerima dhawet atau rujak
dari ibu wajib membayar dengan jmlah yang sudah ditentukan
UBARAMPE / PERALATAN
1) Pengaron (genthong)
Pengaron atau tempayan untuk wadah air bunga yang baunya harum. Hal ini melambangkan bahwa setiap orang (apalagi
sedang hamil) hendaknya mensucikan diri baik lahir maupun batin. Pengaron juga mempunyai arti cepengan wong
sakeloron, yang berarti pegangan berdua. Ngaron berarti mengane warana. Mengane berarti terbuka, warana berarti pintu.
Jadi mengandung makna bahwa untuk pertama kalinya calon ibu akan membukakan pintu keluar calon bayinya. Karena
merupakan kelahiran pertama, maka perlu dibukakan pintu. Untuk kelahiran berikutnya, upacara tingkeban tidak perlu
dilaksanakan lagi.
2) Air Kembang
Air ini untuk mandi calon ibu, yang airnya dicampur dengan kembang 7 rupa. Bertujuan, agar kemanapun calon ibu pergi
senantiasa diberikan keselamatan. Selain itu agar calon ibu senantiasa diberikan pengayoman oleh Tuhan. Kembang yang
digunakan biasanya kembang mboreh atau kembang sawur.
3) Nyamping 
Nyamping adalah sejenis jarit atau sewek yang umumnya memiliki motif batik. Saat mitoni nyamping berjumlah tiga untuk
dipakai bergantian. Adapun ketiga nyamping itu dapat dipilih dari beberapa jenis berikut:
a) Sidoluhur e) Udan riris
b) Sidomukti f) Sido Asih
c) Truntum g) Lasem
d) Wahyu tumurun
4) Mori
Mori dipakai sebagai alas pengaron (saat acara siraman). Hal ini bermakna segala perilaku calon ibu senantiasa dilandasi dengan
hati yang bersih.
5) Dhingklik dan Ron Kaluwih
Dhingklik merupakan kursi kecil tempat duduk calon ibu saat melakukan acara siraman. Ron kaluwih digunakan sebagai lambaran
duduk calon ibu ketika dimandikan. Bertujuan agar kelak dapat lebih dari rata-rata, dapat lolos dari rapatnya jaring, namun jika
tinggi tidak sombong, jika rendah tidak kalah.
6) Janur Kuning
Janur kuning digunakan untuk acara luwaran. Maknanya adalah semua halangan telah dimusnahkan sehingga yang ditemui
hanyalah keselamatan. Janur kuning merupakan lambang kemenangan, yaitu kemenangan sang ibu yang mengandung dan
melahirkan putranya dengan selamat atau kemenangan dalam perang sabil.
7) Telur Ayam
Telur merupakan pralambang saat-saat kelahiran. Kuning telur sebagai lambang darah. Dan putih telur sebagai lambang air
ketuban.
8) Cengkir Gading
Cengkir gading adalah buah kelapa berwarna kuning. Dibutuhkan tiga buah cengkir gading dalam upacara tingkeban. Satu buah
untuk upacarasigaran, dua buah untuk upacara wiyosan dan pondhongan. Untuk wiyosandan pondhongan cengkir gading
digambari Dewa Kamajaya dan Kamaratih, atau Rama dan Shinta, atau Harjuna dan Sumbadra.
9) Ayam beserta Sangkarnya
Sang calon ayah segera menendang ayam beserta sangkarnya. Lepasnya ayam secara cepat merupakan lambang bahwa kelahiran bayi dapat
berjalan lancar.
10) Siwur (gayung)
Siwur adalah gayung yang dibuat dari tempurung kelapa, yang dilubangi bawahnya berguna untuk keluar air siraman.
11) Rujak
Rujak merupakan makan kesukaan ibu-ibu yang hamil. Rujak yang ada terutama rujak crobo, artinya jabang bayi jangan sampai crobo (dekil atau
malas-malasan). Dipercayai jika rasa rujak manis maka anaknya perempuan dan jika rujak rasanya pedas maka anaknya laki-laki. 
12) Bubur 7 Rupa
Ada macam-macam bubur yang digunakan dalam acara mitoni yaitu bubur beras merah( memakai gula jawa), bubur beras putih (memakai santan),
bubur beras merah putih (dijadikan satu), bubur sum-sum, bubur salak atau bubur candhil, bubur sagu, dan bubur kacang ijo. Makna dari setiap
bubur adalah bahwa setiap bubur memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan hal itu sebagai lambang bahwa setiap manusia memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, dan semoga anak yang lahir terhindar dari sifat-sifat yang tidak baik dari macam-macam sifat itu.
13) Jajan Pasar ; biasanya berisi 7 macam makanan jajanan pasar tradisional.
14) Aneka Ragam Kolo ;
Kolo kependem (kacang tanah, singkong, talas), kolo gumantung (pepaya), kolo merambat  (ubi/ketela rambat); kacang tanah, singkong, talas,
ketela, pepaya. direbus kecuali pepaya. Pepaya yang sudah masak. Masing-masing jenis kolo tidak harus semua, tetapi bisa dipilih salah satu saja.
Misalnya kolo kependhem; ambil saja salah satu misalnya kacang tanah. Jika kesulitn mencari kolo yang lain; yang penting ada dua macam kolo ;
yakni cangelo; kacang tanah  +  ketela (ubi jalar).
15) Ketan ; dikukus lalu dibikin bulatan sebesar bola bekel (diameter 3-4 cm); warna putih, merah, hijau, coklat, kuning.
16) Tumpeng nasi putih; kira-kira cukup untuk makan 7 atau 11, atau 17 orang.
17) Pisang ; pisang raja dan pisang raja pulut masing-masing satu lirang/sisir.
Pengaron (genthong) Air kembang Nyamping “Sidoluhur” Nyamping “Sidomukti”

Nyamping “Truntum” Nyamping “Wahyu Tumurun” Nyamping “Udan Riris Nyamping “Sido Asih”
Nyamping “Lasem” Janur Kuning Telur ayam Cengkir Gading

Jajan pasar, aneka kolo, tumpeng,


Siwur (gayung) Rujak Bubur 7 rupa ketan, pisang raja
Prosesi sungkeman Prosesi siraman Brojolan atau brobosan

Prosesi nyigar cengkir Prosesi pantes-pantesan

Prosesi potong tumpeng


Takir pontang Proses berjualan dhawet atau rujak
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai