Anda di halaman 1dari 6

A.

Tradisi dalam Kehidupan


1. Tradisi Mengandung sampai Melahirkan
a. Masa Mengandung
Kehidupan manusia memerlukan generasi penerus. Proses ini
dimulai dengan terjadinya kehamilan sampai dengan kematian.
Pengetahuan masyarakat Sunda tentang kehamilan, biasa dituangkan
dalam satu tradisi yang telah berakar sejejak lama.
Kehamilan merupakan dambaan keluarga yang baru melaksanakan
pernikahan. Saat sang istri tidak mengalami haid dia akan
memberitahukan kondisi dirinya kepada sang suami. Pada saat
kandungan beruur 3 bulan, ada tradisi yang biasa dilakukan oleh
keluarga. Mereka mengadakan kenduri kecil-kecilan dan membagikan
bubur merah putih. Bubur ini tidak sembarang bubur, karena memiliki
makna tertentu, yaitu pertama,bubur merah putih melambangkan
napsu laki-laki dan perempuan. Kedua bubur tersebut merupakan
media informasi kepada tetangga tentang kehamilan. Dengan adanya
informasi ini, warga di sekitarnya akan turu memperhatikan dan
bahkan melindungi isri yang hamil.

Tradisi hamil ini juga kadang dilaksanakan pada bulan keempat dana
kelima. Pada bulan keempat, bila istri yang sedang hamil tersebut
sehat, biasa dilakukan selamatan. Do’a yang dibacakan biasanya do’a
selamat dan doa nurbuat.
Saat bayi dalam kandung berumur 5 bulan, diadakan selamatan.
Biasanya keluarga membagikan bangsal (gabah). Maksud dari
selamatan ini adalah agar bayi yang dikandung selamat tidak memiliki
kelainan (bengsal). Kata bangsal merupakan seloka atau kias dari kata
bengsal. Dalama bahasa Sunda kata ini memiliki arti cacat.
Saat bayi berumur 7 bulan, diadakan kembali selamatan 7 bulanan
atau istilah lain yang biasa dipergunakan adalah nembus weteng, babarik,
dan tingkeban.Tradisi tujuh bulan biasa dilakukan pada tanggal yang
mengandung angka 7, yaitu 7, 17, dan 27 bulan hijriah, bukan bulan
pada tahun masehi.
Tradisi ini biasa dilakukan pada pagi hari, kira-kira jam 7 pagi.
Namun demikian di beberapa wilayah, malam harinya diadakan
pengajian. Surat yang dibacakan antara lain surat Maryam, surat Yusuf
atau surat Arakhman atau sesuai dengan keinginan yang punya hajat.
Sarana yang disediakan antara lain:
a. Makanan :
Nasi biasa atau tumpeng dengan tidak boleh disertai daging
hewan sembelihan (sapi, kerbau, dan kambing);

b. Buah-buahan untuk membuat rujak: Ubi, pisang muda,


ceremai, jambu, belimbing, mangga muda, delima, dsb.
Rujak merupakan kuliner. Rasanya campur aduk, asin, manis,
asam,maupun pedas. Rujak dalam konteks acara ini merupakan
simbol kehidupan yang sagat beraaneka ragam, susah, senang,
gembira, sedih, dan sebagainya. Mau tidak mau tidak harus
dapat mengarunginya.
Tradisi menyebutkan bahwa seandainya rujak yang dibuat
banyak yang mengatakan manis, maka bayi yang dikandung
adalah wanita, sebaliknya bila rujak terasa pedas, maka bayi yang
dikandung adalah laki-laki.
c. Daun-daunan: hanjuang, labu besar, jawer kotok, jaringao
Makna daun hanjuang biasa ditanam di kuburan. Daun ini
hadir dalam acara 7 bulanan untuk mengingatkan bahwa
manusia akan kembali ke kuburan. Daun-daun lainnya
disimpan untuk dijadikan obat. Daun labu besar daam bahasa
Sunda disebut waluh. Dalam acara 7 bulanan, daun ini
dipergunakan untuk menutup tempat air yang diisi bunga.
Kata waluh merupakan kias dari kata waluya . Artinya sejahtera.

Daun Daun Daun


hanjuang jawer kotok Jaringao

Kemuning Waluh besar


Batu pipisan Kelapa gading bergambar Arjuna atau Subadra, ikan
belut, telur, kendi elekan.
Batu pipisan artinya batu yang biasa dipakai cebok. Fungsinya
untuk membersihkan kotoran. Jadi batu ini adalah kias. Ikan belut
merupakan kias dari satu harapan agar saat melahirkan nanti bisa
lancar seperti halnya ikan belt keluar dari lubangnya. Begitu juga
kias daklam kehidupan yang diharapkan agar insana yang
dikandung nantinya bisa manggulangi masalah seperti kelincahan
ikan belut.
Kelapa gading merupakan buah kelapa yang beda dengan
kelapa biasa. Bukan merah, coklat maupun hitam. Kelapa ini
digambaran dua tokoh wayang yang tampan dan cantik. Semua
ini adalah harapan agar bayi yang dikandungn bisa baik dari yang
lainnya dan memiliki tampan seperti Arjuna atau Subadra.
d. Kain panjang 7 buah, jarum 7 buah, tempat rujak dari daun
pisang (tengkor.sd)
Ketujuh kain yang disediakan harus dipakai oleh orang yang
hamil. Setelah orang pertama mamandikan, maka kain harus
diganti. Demikian seterusnya sampai dengan orang yang
keenam. Orang ketujuh yang memandikan adalah indung
beurang. Cara memandikannya berbeda dengan orang-orang
sebelumnya.
Sang indung beurang memasukkan batu pipisan ke dalam kaain
dari atas ke bawah; setelah itu mamasukan kelapa gading, juga
dari atas ke bawah; berikutnya telur dan elekan. Perbuatan
indung beurang tersebut selalu didampingni oleh suami. Benda
yang jatuh dari atas kain harus diterima sang suami dari
bawah.
Kelapa gading dibelah, cara membelahnya harus sekali tebas.
Bila kelapa tersebut bisa pecah sekali tebas, maka pertanda
bahwa bayi yang dikandungnya adalah perempuan, sedangkan
bila tidak bisa belah dalam satu kali tebasan, maka bayi yang
dikandungnya adalah laki-laki,
Ikan belut elekan dan kendi yang diisi air bunga, harus dibawa
sang suami keperempataan jalan. Di perempatan ini, barang di
bawa sang suami disimpan. Saat pulang sang suami dilarang
untuk melihat ke belakang.

e. 7 macam bunga, bunga pinang, ayakan, uang, dan perhiasan


. Bunga tujuh macam menyimbolkan kehidupan yang
diharapkan, yaitu hidup, kekuatan, penglihatan, pendengaran,
ucapan, perasaan, dan keinginan, Semuanya harus bisa
menngharumkan dirinya, ilmu untuk mencapai hal tersebut
adalah dilambangkan dengan air.
Bunga pinang dalam bahasa Sunda disebut mayang jambe.
Bunga ini merupakan kias dari kata hayang hade .
Ayakan memiliki fungsi untuk menyaring. Demikian pula
dengan ayakan pada acara 7 bulanan. Benda tersebut memiliki
kiasan bahwa kita harus pandai menyaring hal baik dari hal
yang buruk

Bunga Ayakan perhiasan dan uang


Semua perlengkapan di atas diupayakan ada, semua yang
diperlukan mengadung maksud-maksud tertentu. Secara garis besarnya,
semua barang yang tersedia merupakan simbol dari apa yang diyakini
bisa memberikan kebaikan.
Setelah pelaksanaan kenduri 7 bulan, biasanya tidak kegiatan
kenduri. Namun demikian terdapat sekelompok masyarakat Sunda yang
mengadakan kegiatan sedekan membagikan bubur lolos. Bubur ini
ungkapan simbolis dari satu harapan agar bayi yang dilahirkan bisa
selamat.

b. Melahirkan
Dengan berakhirnya kegiatan 7 bulanan, keluarga biasanya memiliki
tugas lain, yaitu mengumpulkan akar, umbi, kacang-kacangan, bunga-
bunga dan daun tanaman yang bisa dijadikan obat orang akan
melahirkan.
Orang hamil pun terus menjaga stabilitas diri.Dia biasanya ada dalam
pengawasan indung beurang. Banak larangan yang harus dilakukan oleh
orang hamil, antara lain:
a. Tidak boleh tidur sembarangan dan tidak berbantal, karena bisa
menyebabkan susah saat melahirkan
b. Tidak boleh makan siput, karena akan menyebabkan ngantuk
c. Tidak boleh duduk beralaskan kulit hewan, karena bisa
menimbulkan keluar darah sebelum melahirkan
d. Tidak boleh mandi memakai kain basah teralu lama, karena bisa
mengeluarkan air sebelum melahirkan
e. Tidak boleh mandi silanglang, karena anak yang yang keluar bisa
dalam kondisi telentang
f. Tidak boleh makan telur rebus, karena bayi yang dikandung bisa
bepenyakit bisulan
g. Tidak boleh makan buah salak, karena bayi yang dikandung bisa
kena penyakit koreng.
h. Dan sebagainya, tergatung pada pantangan di daerahnya masing-
masing

Anda mungkin juga menyukai