Anda di halaman 1dari 3

Nama: Kartini Kartika

NIM: 3193122030

Kelas: A Reg 2019

KEARIFAN LOKAL SUNDA

“ADAT ORANG NGIDAM DAN ADAT MENJAGA ORANG HAMIL”

Menurut orang-orang Sunda, perempuan dara (baru mempunyai anak) memiliki sifat-sifat
tertentu, seperti: besar nafsunya, pemarah, banyak keinginannya, apalagi makan makanan yang
masam-masam. Orang yang sedang hamil lalu mengidam dilarang melihat sesuatu yang
menjijikan, misalnya binatang yang jelek rupanya, orang yang cacat, orang sakit, orang
kecelakaan, orang yang meninggal, dan pergi ke kuburan.

Mereka yang sedang ngidam disarankan untuk melihat yang bagus-bagus yaitu orang
cantik, tampan rupawan, bahkan bekas makanannya pun harus diambil. Jika perempuan hamil
berjumpa orang cantik atau tampan maka harus diludahkan pundaknya. Kemudian semua pepatah
harus ditaati dan harus memiliki harapan yang baik agar di kemudian nya terjadi hal yang baik
juga.

Orang ngidam akan mudah tertarik oleh suatu makanan, misalnya; ingin makanan bekas
orang yang disegani, dan memintanya dengan menangis, ada juga yang ingin minum ampas kopi
yang mengendap di dalam gelas, bahkan anehnya lagi makan tanah dari pembuatan genteng, atau
makan tanah belah di sawah pada waktu kemarau panjang, dan semuanya diminta dengan tangisan.

Jika orang mengidam, harus lekas-lekas dikabulkan permintaannya agar anaknya tidak
ngacay atau dalam bahasa Indonesianya ngences. Pada bulan ke-3 sampai 100 hari mengandung,
orang tua dari si anak akan merasa senang selalu, maka dari itu harus mengadakan acara selamatan,
dan orang yang hamil akan diolesi dengan minyak kelapa kemudian di bacakan doa nurbuat atau
doa-doa yang baik, jika anaknya terlahir cacat akan dikatakan nurut buat; yaitu meniru kelakuan
ibunya atau ayahnya, atau orang tuanya yang sering menyabung ayam (tidak ada pantangan atau
dikatakan tidak pernah mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan). Jika anak sudah terlanjur
cacat, maka anak tersebut dijampi dengan air yang sudah didoakan (jampi nurbuat). Bila si anak
terlahir seperti binatang rupanya, semisal; babi, monyet, ayam, anjing, maka ayahnya lah yang
akan disalahkan, mungkin si Ayah pernah membunuh, memburu, memelihara, binatang-binatang
itu.

Kalau hamilnya sudah sampai 7 bulan bersiap-siap untuk mengadakan sedekah, selamatan
tingkeban/kanitren rujak ( dibuat dari 7 macam buah-buahan yang dipergunakan pada waktu
selamatan hamil 7 bulan), dan ini acaranya lebih besar daripada selamatan selamatan tiap bulan
yang cukup dengan bubur merah dan bubur putih dan Pelita sedikit. Untuk menentukan waktu dari
acara 7 bulan tersebut dengan cara menghitung tanggal yang ada angka 7, biasanya diambil tanggal
yang terakhir yaitu tanggal 27, serta menyediakan beberapa lalapan seperti ketimun, macam-
macam kacang, macam-macam ikan, dan telur. Adapun makanan yang pantang untuk disediakan
yaitu berasal dari binatang yang disembelih seperti ayam, biri-biri, dan kerbau.

Menurut tradisi Sunda, juga harus menyediakan 7 macam bunga dan bunga Pinang, sebutir
kelapa muda yang berwarna kekuning-kuningan, lalu diukir dibentuk dua macam wajah pria dan
wanita yaitu Arjuna dan Sumadra, atau siapa saja pengantin zaman dulu, bila tidak bisa mengukir
nya cukup ditulis saja namanya.

DAFTAR PUSTAKA

Mustapa, Hasan. Adat Istiadat Sunda. 1996. Penerbit Alumni: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai