Keberadaan kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Semenjak pertama kali
kita diturunkan ke alam dunia lewat rahim ibu, Tuhan sudah menitahkan
adanya penjaga-penjaga yang senantiasa mendampingi kita hidup di alam
dunia dan sesuai dengan perintah Tuhan, para penjaga-penjaga itu
dengan setia senantiasa berada disekililing kita.
3. Getih (Darah)
Getih memiliki arti darah. Dalam rahim ibu selain si jabang bayi
dilindungi oleh air ketuban, ia juga dilindungi oleh darah. Dan darah
tersebut juga mengalir dalam sekujur tubuh si jabang bayi yang
akhirnya besar dan berwujud seperti kita ini.
4. Puser (Pusar)
Ketika seorang jabang bayi lahir ke dunia dari rahim ibu, maka semua
unsur-unsur itu keluar dari tubuh si ibu. Unsur-unsur itulah yang
dititahkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menjaga setiap manusia yang ada
di muka bumi ini. Maka masyarakat Jawa hingga kini mengenal adanya
doa yang menyebut saudara yang tak tampak mata yaitu secara lengkap
yaitu:
Pancer (Pusat)
Lalu siapakah yang disebut dengan istilah Pancer itu? Yang disebut
dengan istilah Pancer tersebut adalah si jabang bayi itu sendiri. Artinya,
sebagai jabang bayi yang berwujud manusia, maka dialah yang menjadi
pusat dari semua saudara-saudaranya yang tak tampak itu.
Asal Muasal Istilah SEDULUR PAPAT LIMA PANCER (Saudara Empat Lima
Pusat) mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati yang tulisannya dimulai
dari lagu Dhandanggula yang berbunyi sebagai berikut;
Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati,
Kawah, Ari – ari (plasenta/ tembuni) dan Darah yang umumnya disebut
Rahsa. Semua unsur-unsur itu berpusat di Pusar yang terdapat pada Bayi.
Keempat unsur tadi berpusat di setiap manusia. Ada beberapa alasan
mengapa unsur-unsur tersebut diberi nama Marmati, Kakang Kawah, Adhi
Ari – Ari, dan Rahsa. Marmati itu artinya Samar Mati (Takut Mati).
Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari - hari pikirannya khawatir
karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum
keluarnya Kawah (air ketuban), Ari – ari, dan Rahsa. Oleh karena itu Rasa
Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa (Saudara Tua). Perempuan
yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah
(Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian Kawah lantas
dianggap Sadulur Tuwayang biasa disebut Kakang (kakak) Kawah. Bila
kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan lahirnya si bayi,
setelah itu barulah keluar Ari – ari (plasenta/ tembuni). Karena Ari – ari
keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda)
dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu
saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak.
Keluarnya Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu
juga dianggap Sedulur Enom. Puser (tali pusat) itu umumnya gugur
(Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari
pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya Saudara
Empat. Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima Pusat’.
Jarum yang tajam adalah gambaran pikiran yang tajam dari sang
anak. Beras merah meyimpan harapan agar sang anak tidak pernah
kekurangan pangan. Dipilih Beras Merah dengan maksud apa yang
dimakan memberikan kekuatan dan kesehatan bagi sang bayi.
Beras Merah juga menggambarkan kejujuran dalam berusaha, dan
lambang keterikatan dengan keluarga. Sedang warna merah sendiri
dalam budaya Jawa menggambarkan sisi keduniawian dari
kehidupan. Kertas bertuliskan huruf Arab, Jawa dan Latin,
dimaksudkan agar sang anak akan menjadi anak yang beragama,
cerdas secara spiritual, emosi dan rasio. Gantal (sirih) menjadikan
anak tumbuh sehat dan kuat, serta kelak akan mendapat jodoh
yang ideal. Kesemuanya itu beserta tembuni dimasukkan kedalam
mori putih, sebagai lambang kepasrahan kepada Yang Maha Esa
atas segala doa dan harapan yang dibubungkan dan daya upaya
yang telah dilakukan.
Selanjutnya kita simak lanjutan Kidungan di atas tersebut sebagai
berikut: