DI SUSUN OLEH :
NPP : 28.0104
KELAS : C-6
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa karena denga rahmatd
an ridho nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat untuk
menyelesaikan tugas kuliah hokum otonomi daerah dalam kuliah saya yaitu ilmu
hokumdan juga sebagai sarana dan latihan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan saya dalam bidang hokum tata Negara khususnya tentang otonomi
daerah.
Dalam kesempatan ini, makalah saya membahas tentang otonomi daerah dilihat
dari segi reformasi dan politik, bagaimana perkembangan nya dan apa peran nya
dalam refromasi di Indonesia.
Saya sebagai penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang membangun saya harapkan dari teman-teman sekalian.Atas
perhatian nya saya mengucapkan terimakasih.
Jatinangor, 18 Desember
2019
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………….….….2
Daftar Isi ……………………………………………………………….….…3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan …………………………………………………………………11
BAB. I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan semaraknya era Reformasi, terutama setelah pelaksanaan Sidang
Istimewa MPR 1998, maka dirasakan penyelenggaraan otonomi daerah dan
pembagian sumber daya nasional sangat merangsang aspirasi daerah. Akibatnya
timbul tuntunan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
sperti di Aceh, Irian jaya bahkan Provinsi Riau yang merasa diperlakukan tidak
adil oleh Pemerintah Pusat1.
Dapat dilihat , pada saat itu pemerintahan memiliki kelemahan yang sangat besar
mengenai struktur pemerintahan didalam nya. Pengembangan pada setiap wilayah
masih jauh dari kata Adil karena pengaturan yang berasal dari pemerintahan pusat
atau system sentralilisasi, hal ini membuat wilayah lain berfikir lebih baik
membuat Negara sendiri yang bisa mengolah sumber daya daerah yang nanti nya
akan digunakan untuk pengembangan daerah sendiri daripada memberikan upeti
kepada daerah pusat yang bahkan tidak memberikan hasil dari sumber daya dari
daerah kita sendiri maupun dari daerah lain.
Dari perrmasalahan ini , maka timbullah kata-kata “Otonomi Daerah” yang
merupakan solusi dari permasalah struktur pemerintahan yang terdahulu. Otonomi
daerah sering dikatakan sebagai bagian dari reformasi yang diinginkan oleh
masyarakat luas.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari permasalah diatas, penulis ingin memberikan informasi tentang asal-usul dari
“Otonomi Daerah” itu sendiri yang dilihat dari sudut pandang reformasi dan
politik, bagaimana otonomi daerah dikatakan sebagai salah satu bentuk reformasi,
bagaimana Otonomi Daerah dikatakan sebagai salah satu bentuk politik yang
digunakan oleh pemerintahan Indonesia.
C. PEMBATASAN MASALAH.
1
5
D. PERUMUSAN MASALAH.
BAB. II PEMBAHASAN
1. OTONOMI DAERAH DI ERA REFORMASI
1.1. Peninjauan kembali Undang-undang Pemerintahan Daerah
Setelah pelaksanaan Undang-undang Pemerintahan di daerah lebih dari 25 tahun
dan untuk tindak lanjut tuntunan revisi Undang-undang Bidang Politik, Undang-
undang Pemerintahan di Daerah No. 5 Tahun 1974 oleh daerah lebih dirasakan
menutup kesempatan bagi otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, dan berdasar aspirasi
dan potensi masyarakat. Disamping itu membuat tidak berfungsi secara optimal
peran dan tugas DPRD, baik sebagai bdan legeslatif maupun sebagai lembaga
pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Hal diatas mebuat daerah-daerah menuntut dilakukan peninjauan kembali serta
pembaharuan Undang-undang Pemerintahan Daerah yang lebih menekankan
pelaksanaan azas desentralisasi.
Kewenangan dalam Undang-undang yang baru meletakkan otonomi daerah secara
utuh, kecuali kewenangan-kewenangan yang tetap melekat pada pemerintahan
pusat seperti :
- Hubungan Luar Negeri
- Fiskal dan Moneter
- Peradilan
- Pertahanan dan keamanan
2
8
1.7. Kepegawaian
Kebijakan dibidang kepegawaian diarahkan untuk mendorong pengembangan
otonomi daerah, sehingga kebijakan kepegawaian yang dilaksanakan didaerah
otono disesuaikan dengan kebutuhannya, baik pengangkatan, pemberhentian
maupun pemindahannya, penempatan dan mutasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Mutasi antar kabupaten/kota diatur oleh Gubernur
(sepanjang dalam satu propinsi) sedang mutasi antar propinsi diatur oleh
pemerintah pusat (Departemen Dalam Negeri) sepanjang terdapat kesepakatan
antar daerah otonom.
DAFTAR PUSTAKA
7.Bagir Manan, Menyongsong fajar otonomi daerah, pusat studi hokum (PSH)
fakultas hokum UII Yogyakarta,2001