Anda di halaman 1dari 4

Nama : Silvia Kusumawardhani

NPM : 110 110 150 062


HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL ( Kelas A)

RESUME BAB 4 - KONSILIASI

 Definisi Konsiliasi

Konsiliasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan sengketa internasional


mengenai keadaan apapun di mana suatu Komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik yang
bersifat tetap atau ad hoc untuk menangani suatu sengketa, berada pada pemeriksaan yang
tidak memihak atas sengketa tersebut dan berusaha untuk menentukan batas penyelesaian
yang dapat diterima oleh pihak-pihak, atau memberi pihak-pihak, pandangan untuk
menyelesaikannya, seperti bantuan yang mereka pinta.

Sifat yang melekat pada cara ini sangat tampak .Bila mediasi pada dasarnya
merupakan ekstensi negosiasi, maka konsiliasi (permufakatan) melibatkan campur tangan
pihak ketiga pada footing hukum formal dan mewujudkannya dalam cara yang dapat
diperbandingkan, tapi tidak identik dengan penyelidikan atau abritasi.Karena praktek
penemuan fakta yang merupakan unsur penting penyelidikan dapat atau tidak dapat
menjadi unsur penting dalam konsiliasi, sedangkan pencarian istilah “yang dapat diterima”
oleh pihak-pihak tapi tidak mengikat mereka, memberikan perbedaan yang tajam dengan
arbritrasi dan merupakan peringatan akan mata rantai antara konsiliasi dan mediasi.

 Timbulnya Konsiliasi

Perjanjian pertama untuk mengatur konsiliasi diadakan antara Swedia dan Chili pada
tahun 1920. Pada tahun 1922 konsiliasi dan arbritasi diterapkan sebagai alternatif cara
menyelesaikan sengketa dalam suatu perjanjian yang dibuat antara Jerman dan Swiss.
Tahun 1975 ditantai dengan dau perkembangan penting. Yang pertama ialah suatu
perjanjian antara Prancis – Swiss mendifinisikan fungsi komisi konsiliasi permanen dalam
batasan yang menjadi model bagi perjalanan selanjutnya sebagai berikut :
“tugas komisi konsiliasi permanen ialah untuk menjelaskan masalah dalam sengketa,
dengan mengumpulkan semua keterangnan yang berguna melalui penyelidikan atau dengan
cara lain,dan berusaha untuk membawa pihak-pihak pada persetujuan. Komisi ini, setelah
mempelajari kasus itu, dapat mendekatkan pada pihak-pihak batas penyelesaian yang
kelihatannya sesuai dan menetapkan batas waktu kapan mereka harus membuat
keputusan. Pada akhir pemeriksaannya komisi konsiliasi akan membuat suatu laporan yang
menyatakan bahwa pihak-pihak harus mencapai persetujuan dan jika perlu, batas
persetujuan, atau bahwa terbukti tidak mungkin untuk melakukan penyelesaian.
Pemeriksaan komisi, kecuali jika pihak-pihak tidak setuju, harus diakhiri dalam waktu enam
bulan terhitung sejak hari diserahkannya sengketa itu pada komisitersebut”.

Wewenang Komisi Permanan yang diberikan dalam perjanjian Locarno sebenarnya


sama dengan kewenangan yang diberikan dalam perjanjian antara Prancis – Swiss dan
perumusan ini sekali lagi dipakai bila perjanjian Locarno didukung oleh Majelis Liga Bangsa
Bangsa dan diwujudkan dalam perjanjian multilateral Ketentuan umum Penyelesaian
Sengketa Internasional secara Damai tahun 1929. Namun ketentuan tersebut direvisi pada
tahun 1949.

Pada tahun 1933 suatu protokol terhadap perjanjian 1929 mengatur pembentukan
komisi bilateral permanen dan pada saat yang sama Persetujuan Saavedra Lamas
multilateral menggabungkan ketentuan Konsiliasi yang didasarkan pada peraturan
Ketentuan Umum tersebut. Periode antara tahun 1925 dan PD II menyaksikan klimaks
perkembangan dunia luas konsiliasi dan hampir dibuat 200 perjanjian pada tahun 1940.

 Kerja Komisi Konsiliasi

Keterangan yang menyangkut aktivitas komisi konsiliasi dalam periode antar Perang
Dunia jarang diperoleh, hal ini disebabkan oleh sifat kerja yang menyakinkan dan kenyataan
bahwa laporan mereka tidak pernah dipublikasikan. Kerja komisi berikutnya
didokumentasikan dengan lebih baik, dan dengan mempelajari beberapa di antara kasus-
kasus yang lebih besar, adalah mungkin untuk memahami tujuan di mana telah digunakan
mekanisme yang dibahas dalam bagian terdahulu.
Komisi Chaco 1929 dibentuk setelah pecahnya pertempuran di Fort Vanguardia.
Komisi ini bersidang selama enam bulan dan memperlajari banyak bukti dari masing-masing
pihak juga kesaksian masing-masing tawanan. Pada bulan September 1929 komisi ini secara
bulat menerima resolusi konsiliasi.

Juga terdapat komisi konsiliasi antara Prancis – Siam pada tahun 1947. Muangthai
mengklaim bahwa perbatasannya dengan Prancis Indo-China harus dirubah berdasarkan
alasan etnis, geografis dan ekonomis; Prancis tidak setuju. Persetujuan antara kedua negara
menetapkan suatu komisi konsiliasi yang terdiri dari satu wakil dari masing-masing pihak
dan tiga komisioner yang netral, untuk membicarakan persoalan tersebut. Baik komposisi
maupun wewenang Komisi itu ditetapkan sesuai dengan Ketentuan Umum 1928.

 Praktek Konsiliasi

Semua komisi konsiliasi mempunyai fungsi yang sama yakni untuk menyelidiki
sengketa dan menyarankan batas penyelesaian yang mungkin. Akan tetapi di dalam mandat
yang luas ini komisi konsiliasi telah melakukan bermacam tugas yang berlainan. Apa yang
dilakukan komisi dan bagaimana komisi ini melaksanakan tugasnya pertama-tama
tergantung pada instrumen yang membentuknya. Tapi banyak juga yang tergantung pada
bagaimana pihak-pihak memilih menghadirkan kasus tertentu, dan bagaimana anggota
komisi mengetahui pernanannya.

Konsiliasi harus dipandang sebagai jenis negosiasi yang diinstitusionalisasi. Tugas


komisi ialah mendukung dan menyusun dialog pihak-pihak, sambil memberi mereka
bantuan apa saja yang mungkin berguna untuk mencapai kesimpulan yang berhasil. Jelasnya
pandangan suatu komisi mengenai sifat konsiliasi barangkali adalah untuk menggunakan
pengaruh yang penting pada kerja komisi itu. Suatu komisi konsiliasi mempunyai tugas
mempelajari sifat dan latar belakang sengketa dan biasanya sangat dilengkapi dengan
wewenang untuk menyelidiki.

 Pentinganya Konsiliasi

Konsiliasi terbukti paling berguna untuk sengketa-sengketa yang masalah utamanya


menyangkut hukum, tapi pihak-pihak menginginkan kompromi yang sama. Pertama karena
cara konsiliasi itu diatur melalui dialog dengan dan antara pihak-pihak tidak terdapat resiko
konsiliasi yang memberikan akibat yang sangat mengejutkan pihak-pihak, seperti yang
kadang-kadang terjadi dalam acara pemeriksaan hukum. Yang kedua ialah proposal komisi
sebagaimana telah diketahui adalah tidak mengikat dan jika tidak dapat diterima maka
boleh ditolak. Kepentingan di mana negara-negara terikat untuk tetapi mengontrol sengketa
telah disebutkan dan disini akan mempunyai relevansi yang sama.

Konsiliasi berhasil dalam semua kasus yang baru saja disebutkan. Semua melibatkan
baik masalah hukum maupun masalah kepentingan sekunder. Kesukaran yang dialami
dalam memanfaatkan konsiliasi untuk jenis sengketa lain menunjukkan keterbatasannya.
Komisi Chaco dibentuk untuk membatasi perhatiannya pada insiden Fort Vangurdia dan
meskipun komisi ini kemudian mendapat kewenangan untuk menyelidiki seluruh sengketa
batas di wilayah tersebut, proposalnya untuk suatu penyelesaian tidak dipergunakan. Akan
tetapi patut dicatat bahwa konsiliasi mempunyai akibat yang berarti setidak-tidaknya dalam
dua kasus pertama meskipun Komisi Chaco gagal komisi ini berhasil menyelesaikan sengketa
yang timbul sesudahnya.

Dalam waktu sejak tahun 1945 konsiliasi sudah mendapat tempat dalam praktek
perjanjian bilateral, walaupun dalam jumlah kecil. Banyak perjanjian dibuat setahun setelah
Perang Dunia dan baru-baru ini di Swiss. Konsiliasi juga diatur menurut ketentuan
penyelesaian sejumlah perjanjian mengenai topik-topik tertentu misalnya Konvensi Wina
tentang Hukum Perjanjian 1969 dan Konvensi tentang Negara-negara dalam Hubungan
Mereka dengan Organisasi Internasional mengenai Karakter Umum 1975.

Pertanyaan:

1. Bagaimanakah penerapan sistem penyelesaian sengketa secara konsiliasi dalam


dunia internasional saat ini? Apakah selalu relevan dengan perkembangan
Negara-negara di dunia yang semakin kompleks?
2. Bagaimanakah apabila konsiliasi tidak berjalan lancer? Bolehkah para pihak yang
bersengketa mengganti pihak konsiliator ?

Anda mungkin juga menyukai