Definisi Konsiliasi
Sifat yang melekat pada cara ini sangat tampak .Bila mediasi pada dasarnya
merupakan ekstensi negosiasi, maka konsiliasi (permufakatan) melibatkan campur tangan
pihak ketiga pada footing hukum formal dan mewujudkannya dalam cara yang dapat
diperbandingkan, tapi tidak identik dengan penyelidikan atau abritasi.Karena praktek
penemuan fakta yang merupakan unsur penting penyelidikan dapat atau tidak dapat
menjadi unsur penting dalam konsiliasi, sedangkan pencarian istilah “yang dapat diterima”
oleh pihak-pihak tapi tidak mengikat mereka, memberikan perbedaan yang tajam dengan
arbritrasi dan merupakan peringatan akan mata rantai antara konsiliasi dan mediasi.
Timbulnya Konsiliasi
Perjanjian pertama untuk mengatur konsiliasi diadakan antara Swedia dan Chili pada
tahun 1920. Pada tahun 1922 konsiliasi dan arbritasi diterapkan sebagai alternatif cara
menyelesaikan sengketa dalam suatu perjanjian yang dibuat antara Jerman dan Swiss.
Tahun 1975 ditantai dengan dau perkembangan penting. Yang pertama ialah suatu
perjanjian antara Prancis – Swiss mendifinisikan fungsi komisi konsiliasi permanen dalam
batasan yang menjadi model bagi perjalanan selanjutnya sebagai berikut :
“tugas komisi konsiliasi permanen ialah untuk menjelaskan masalah dalam sengketa,
dengan mengumpulkan semua keterangnan yang berguna melalui penyelidikan atau dengan
cara lain,dan berusaha untuk membawa pihak-pihak pada persetujuan. Komisi ini, setelah
mempelajari kasus itu, dapat mendekatkan pada pihak-pihak batas penyelesaian yang
kelihatannya sesuai dan menetapkan batas waktu kapan mereka harus membuat
keputusan. Pada akhir pemeriksaannya komisi konsiliasi akan membuat suatu laporan yang
menyatakan bahwa pihak-pihak harus mencapai persetujuan dan jika perlu, batas
persetujuan, atau bahwa terbukti tidak mungkin untuk melakukan penyelesaian.
Pemeriksaan komisi, kecuali jika pihak-pihak tidak setuju, harus diakhiri dalam waktu enam
bulan terhitung sejak hari diserahkannya sengketa itu pada komisitersebut”.
Pada tahun 1933 suatu protokol terhadap perjanjian 1929 mengatur pembentukan
komisi bilateral permanen dan pada saat yang sama Persetujuan Saavedra Lamas
multilateral menggabungkan ketentuan Konsiliasi yang didasarkan pada peraturan
Ketentuan Umum tersebut. Periode antara tahun 1925 dan PD II menyaksikan klimaks
perkembangan dunia luas konsiliasi dan hampir dibuat 200 perjanjian pada tahun 1940.
Keterangan yang menyangkut aktivitas komisi konsiliasi dalam periode antar Perang
Dunia jarang diperoleh, hal ini disebabkan oleh sifat kerja yang menyakinkan dan kenyataan
bahwa laporan mereka tidak pernah dipublikasikan. Kerja komisi berikutnya
didokumentasikan dengan lebih baik, dan dengan mempelajari beberapa di antara kasus-
kasus yang lebih besar, adalah mungkin untuk memahami tujuan di mana telah digunakan
mekanisme yang dibahas dalam bagian terdahulu.
Komisi Chaco 1929 dibentuk setelah pecahnya pertempuran di Fort Vanguardia.
Komisi ini bersidang selama enam bulan dan memperlajari banyak bukti dari masing-masing
pihak juga kesaksian masing-masing tawanan. Pada bulan September 1929 komisi ini secara
bulat menerima resolusi konsiliasi.
Juga terdapat komisi konsiliasi antara Prancis – Siam pada tahun 1947. Muangthai
mengklaim bahwa perbatasannya dengan Prancis Indo-China harus dirubah berdasarkan
alasan etnis, geografis dan ekonomis; Prancis tidak setuju. Persetujuan antara kedua negara
menetapkan suatu komisi konsiliasi yang terdiri dari satu wakil dari masing-masing pihak
dan tiga komisioner yang netral, untuk membicarakan persoalan tersebut. Baik komposisi
maupun wewenang Komisi itu ditetapkan sesuai dengan Ketentuan Umum 1928.
Praktek Konsiliasi
Semua komisi konsiliasi mempunyai fungsi yang sama yakni untuk menyelidiki
sengketa dan menyarankan batas penyelesaian yang mungkin. Akan tetapi di dalam mandat
yang luas ini komisi konsiliasi telah melakukan bermacam tugas yang berlainan. Apa yang
dilakukan komisi dan bagaimana komisi ini melaksanakan tugasnya pertama-tama
tergantung pada instrumen yang membentuknya. Tapi banyak juga yang tergantung pada
bagaimana pihak-pihak memilih menghadirkan kasus tertentu, dan bagaimana anggota
komisi mengetahui pernanannya.
Pentinganya Konsiliasi
Konsiliasi berhasil dalam semua kasus yang baru saja disebutkan. Semua melibatkan
baik masalah hukum maupun masalah kepentingan sekunder. Kesukaran yang dialami
dalam memanfaatkan konsiliasi untuk jenis sengketa lain menunjukkan keterbatasannya.
Komisi Chaco dibentuk untuk membatasi perhatiannya pada insiden Fort Vangurdia dan
meskipun komisi ini kemudian mendapat kewenangan untuk menyelidiki seluruh sengketa
batas di wilayah tersebut, proposalnya untuk suatu penyelesaian tidak dipergunakan. Akan
tetapi patut dicatat bahwa konsiliasi mempunyai akibat yang berarti setidak-tidaknya dalam
dua kasus pertama meskipun Komisi Chaco gagal komisi ini berhasil menyelesaikan sengketa
yang timbul sesudahnya.
Dalam waktu sejak tahun 1945 konsiliasi sudah mendapat tempat dalam praktek
perjanjian bilateral, walaupun dalam jumlah kecil. Banyak perjanjian dibuat setahun setelah
Perang Dunia dan baru-baru ini di Swiss. Konsiliasi juga diatur menurut ketentuan
penyelesaian sejumlah perjanjian mengenai topik-topik tertentu misalnya Konvensi Wina
tentang Hukum Perjanjian 1969 dan Konvensi tentang Negara-negara dalam Hubungan
Mereka dengan Organisasi Internasional mengenai Karakter Umum 1975.
Pertanyaan: