Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Desentralisasi merupakan sebuah konsep yang mengisyaratkan adanya

penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah ditingkat bawah

untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.1 Desentralisasi bertujuan

agar pemerintah dapat lebih meningkatkan efisiensi serta efektivitas fungsi-fungsi

pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat. Otonomi Daerah pada dasarnya

adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri. Hak tersebut diperoleh melalui penyerahan urusan

pemerintah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan

keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan. Kehadiran kebijakan

Otonomi Daerah yang diterapkan melalui Undang-undang No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah diharapkan akan memberikan wewenang yang besar

kepada Daerah untuk mengatur wilayahnya sendiri sesuai dengan aspirasi

masyarakatnya. Otonomi Desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta

bukan merupakan pemberian dari pemerintah2. Dalam Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa, dijelaskan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan

1 ?
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (8) Tentang Pemerintahan Daerah
2 ?
HAW Widjaja, Otonomi Desa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 12.
2

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa

memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

sendiri sesuai kondisi dan sosial budaya setempat. Otonomi desa dianggap sebagai

kewenangan yang telah ada, tumbuh mengakar dalam adat istiadat desa bukan

juga berarti pemberian, otonomi desa berarti juga kemampuan masyarakat dalam

mengatur urusan rumah tangganya sendiri dan secara legal formal diatur oleh

pemerintah pusat melalui undang-undang.3 Pada level yang lebih tinggi,

desentralisasi desa berupaya membentuk desa sebagai local-self government atau

“otonomi desa” seperti halnya “otonomi daerah” yang memiliki provinsi dan

kabupaten/kota . “Otonomi desa” yang dikukuhkan atau desa sebagai local-self

government itu lebih dari sekedar status “otonomi asli” yang sudah lama dimiliki

desa sebagai self-governing community.4 Pemerintah Desa memiliki peran dalam

ikut menciptakan kesejahteraan masyarakat maka Pemerintah Daerah

memposisikan Pemerintah Desa sebagai bagian dari struktur Pemerintahan yang

merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Kewenangan Desa dijalankan oleh penyelenggara pemerintahan Desa

yaitu kepala desa yang dibantu oleh perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa. Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Desa diberi amanat

untuk menjalankan tugas dan wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 26

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Dalam Pasal 26 angka (1)

mengatakan bahwa Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa,

3
Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, Ghalia Indonesia,
?

Jakarta, 1986, hlm. 14


4 ?
Eko Sutoro dan Abdur Rozaki, Prakasa Desentralisasi dan Otonomi Desa, IRE Press,
Yogyakarta, 2005, hlm 45-46.
3

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa. Selanjutnya dalam Pasal 26 Ayat (2) mengatakan

bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), Kepala

Desa berwenang:

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. Menetapkan Peraturan Desa;

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat Desa;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif

untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

n. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan
4

o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Tugas dan wewenang dari kepala desa yang telah diamanatkan dalam

Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) sudah secara jelas menunjukkan bahwa kepala desa

memiliki tanggung jawab yang besar dalam menciptakan kesejahteraan

masyarakat Desa.5 Namun dari lima belas tugas dan wewenang kepala desa

peneliti mengambil fokus penelitian pada tugas dan wewenang kepala desa dalam

pemberdayaan masyarakat desa dengan cara menjalankan wewenangnya pada

huruf f yaitu membina kehidupan masyarakat Desa .

Salah satu tugas dan wewenang Kepala Desa adalah dalam hal Gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang diatur dalam Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga, pada Bab II Penyelenggaraan Gerakan PKK bagian

Keempat mengenai Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi tentang Gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Penjabaran lebih lanjut satu program

yang dapat menjawab masalah kehidupan masyarakat Desa adalah dalam program

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, hal ini diamanatkan dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga, Bab II (Pasal 2) tentang tujuan dan sasaran yang berbunyi

“Pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK merupakan upaya

memandirikan masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
5 ?
Ni’matul Huda, Op.Cit., hlm 219.
5

Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri,

kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan”.

Telah diketahui bahwa memasuki era globalisasi belakangan ini, tantangan

dan persaingan untuk maju dalam segala bidang sangat ketat, maka dibutuhkan

peran aktif yang tulus dari segenap lapisan masyarakat untuk menumbuh

kembangkan pembangunan yang merata dan berkualitas, sikap dan perliaku

kemandirian pribadi, keluarga dan masyarakat agar tidak keliru dalam menerima

globalisasi. Kesejahteraan keluarga menjadi tujuan utama Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga (PKK). Hal ini dikarenakan Keluarga merupakan suatu

kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Kumpulan dari keluarga akan

membentuk suatu lapisan masyarakat dan selanjutnya lapisan-lapisan masyarakat

tersebut akan bergabung dalam kelompok besar menjadi suatu bangsa. Baik

buruknya suatu bangsa tergantung pada pembinaan anggota keluarga dan generasi

akan datang. Gerakan PKK dituntut untuk menumbuh kembangkan sikap dan

perilaku, kemandirian pribadi, keluarga dan masyarakat agar tidak keliru dalam

menerima globalisasi. Tantangan yang dihadapi antara lain perkembangan sumber

daya manusia, pergeseran tata nilai, pemanfaatan sumberdaya alam, ilmu

pengetahuan dan teknologi, perkembangan tatanan internasional dan penanganan

manajemen pemerintahan dan pembangunan nasional yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor terkait. Untuk itu perlu adanya ketahanan keluarga dalam upaya

mewujudkan keluarga sejahtera. Selain itu peran PKK sebagai penggali,

pengembang potensi masyarakat khususnya keluarga, pembina, motivator, serta


6

penggerak prakasa, gotong royong dan swadaya perempuan dalam pembangunan

sebagai bagian integral dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.6

Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan,

pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan

kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya 7. Pemberdayaan diharapkan

mampu mengubah tatanan hidup masyarakat ke arah yang lebih baik,

sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil,

demokratis, sejahtera dan maju. Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi

agenda penting pemerintah, terutama sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep

pembangunan masa lalu.8 Tidak hanya pemerintah, tapi dunia usaha juga memiliki

program pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka

terhadap masyarakat, namun hal ini seringkali bertentangan dengan kenyataan di

lapangan. Menurut pengamatan sementara peneliti, bahwa di Desa Maubesi dan

Desa Lidabesi di Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao program

pemberdayaan kurang tepat sasaran, karena sering dilakukan secara charity,

ditambah lagi program pemberdayaan malah menguras dan ‘memperdayai’ rakyat,

kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh Tim Pelaksana PKK sehingga

masyarakat kurang memahami mengenai hal-hal yang dijelaskan oleh Tim

Pelaksana PKK, kurangnya komunikasi antara Ketua Tim Pelaksana PKK dengan

anggota PKK Desa Maubesi dan Ketua Tim Pelaksana PKK dengan anggota PKK

Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah, sehingga tidak ada kerjasama yang baik

6 ?
Hikmat Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama Press , Bandung,
2006, hlm 67.
7 ?
https://prasfapet.wordpress.com/2015/05/07/konsep-dan-teori-pemberdayaan-masyarakat/
8 ?
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Lembaga Studi
Pembangunan, Bandung, 1997, hlm 57.
7

untuk merealisasikan program PKK yang telah ditetapkan, serta kurangnya

sosialisasi mengenai program PKK terhadap masyarakat sehingga masyarakat

kurang memahami apa maksud dan tujuan dari program PKK tersebut.

Berdasarkan pada berbagai ketimpangan tersebut mendorong peneliti


untuk melakukan Penelitian dengan Judul “Tugas dan wewenang kepala
desa dalam pembinaan pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga di kecamatan rote tengah
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indoneisa Nomor 99
Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan
Keluarga”
B. Rumusan Masalah

1. Sejauhmanakah pelaksanaan tugas dan wewenang Kepala Desa dalam

melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan

pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga di Kecamatan Rote Tengah ?

2. Apasajakah yang menjadi faktor penghambat Kepala Desa dalam

melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan

pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga di Kecamatan Rote Tengah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan tugas dan

wewenang Kepala Desa dalam melakukan pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan pemberdayaan

dan kesejahteraan keluarga di Kecamatan Rote Tengah

b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor penghambat

dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Kepala Desa


8

dalam melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi

terhadap gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga

di Kecamatan Rote Tengah.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh beberapa

manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat secara teoretis, diharapkan menjadi bahan acuan untuk

memperdalam Ilmu Hukum Tata Negara, khususnya

menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang Kepala Desa

dalam melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi

terhadap gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga di

Kecamatan Rote Tengah

b. Secara praktis diharapkan memberikan manfaat terhadap

beberapa kalangan, yakni :

1) Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Desa Maubesi

dan Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah untuk lebih

peka dan terlibat aktif dalam program PKK (pemberdayaan

dan kesejahteraan keluarga)

2) Sebagai bahan informasi bagi Kepala Desa mengenai

program gerakan PKK di Desa Maubesi dan Desa Lidabesi

Kecamatan Rote Tengah menurut Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa.


9

3) Sebagai bahan masukkan bagi Pemerintah Desa Maubesi

dan Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten

Rote Ndao dalam mengetahui faktor-faktor yang

menghambat pelaksanaan pembinaan pemantauan dan

evaluasi melalui program PKK di Kecamatan Rote

Tengah Kabupaten Rote Ndao.

4) Sebagai referensi bagi kalangan akademisi yang berminat

untuk melanjutkan penelitian terkait hal yang sama.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan ini asli dengan merujuk pada penelitian terdahulu yaitu:

1. Michaello S. Sawaria, mahasiswa fakultas hukum Unversitas Nusa

Cendana, angkatan 2019 dengan judul ” Pelaksanaan Tugas dan

Wewenang Kepala Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa

Melalui Program UP2K-PKK Di Desa Watumilok Kecamatan Kangae

Kabupaten Sikka Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa”.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu:

1. Topik yang diteliti sama-sama mengenai tugas dan wewenang kepala

desa namun yang berbeda yaitu penelitian terdahulu berbicara tentang

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Kepala Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat Desa Melalui Program UP2K-PKK, sedangkan peneliti

berbicara mengenai Tugas dan Wewenang Kepala Desa dalam

Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi Terhadap Gerakan PKK.


10

2. Dasar hukum yang digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu Michaello

S. Sawaria menggunakan Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, sedangkan dasar hukum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017

Tentang Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga.

3. Mengenai aspek yang diteliti, dalam penelitian terdahulu Michaello S.

Sawaria mengenai pemberdayaan masyarakat desa melalui program

UP2K-PKK. sedangkan peneliti membahas mengenai Pembinaan,

Pemantauan dan Evaluasi Terhadap Gerakan PKK.

4. Mengenai lokasi penelitian yaitu pada penelitian terdahulu Michaello

S. Sawaria, melakukan penelitian di Desa Watumilok Kecamatan

Kangae Kabupaten Sikka. Sedangkan peneliti melakukan penelitian di

Desa Maubesi dan Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten

Rote Ndao.

E. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Maubesi dan Desa Lidabesi

Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini kategorikan sebagai penelitian yuridis empiris yakni

penelitian yang berdasarkan pengamatan dan wawancara langsung di

lapangan mengenai pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap

gerakan PKK ( Kecamatan Rote Tengah ).


11

3. Aspek – aspek Penelitian

Aspek-aspek yang diteliti menyangkut beberapa permasalahan yaitu :

a. Pelaksanaan tugas dan wewenang Kepala Desa dalam pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK di Desa Maubesi

dan Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah yang mencakup :

1. Gotong Royong.

2. Pangan.

3. Pendidikan dan keterampilan.

4. Kelestarian Lingkungan Hidup.

5. Perencanaan Sehat.

b. Faktor penghambat dalam pembinaan, pemantauan dan evaluasi

terhadap gerakan PKK.

1. Kesadaran Hukum Masyarakat.

2. Dana.

3. Sarana prasarana.

4. Kondisi penduduk.

5. Kualitas sumber daya aparatur desa.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pendekatan Perundang-undangan, yang dilakukan dengan cara

mempelajari segi hukum melalui perundang-undangan yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.


12

b. Pendekatan Konseptual, yang dilakukan dengan cara mempelajari

bahan pustaka yang dikonsepkan berupa buku-buku, tulisan, artikel

dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data primer, yaitu semua jenis data yang belum tertata secara

sistematis atau tercatat secara baik karena masih berada ditengah

masyarakat atau institusi yang menjadi obyek penelitian.

b. Data sekunder, yakni semua data yang telah tersedia di berbagai

institusi atau perpustakaan.

2. Sumber Data

a. Data primer, yaitu bersumber dari responden dan informasi yang

diperoleh dari lokasi penelitian.

b. Data sekunder, yaitu bersumber dari:

1. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-

undangan, dokumen hukum, dan laporan penelitian

hukum.

2. Bahan hukum sekunder berupa bahan yang

menjelaskan bahan hukum primer, berupa buku dan

literatur.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum penunjang

yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, berupa: kamus –


13

kamus hukum, internet atau jurnal yang berkaitan

dengan penelitian ini.

6. Populasi, Sampel dan Responden

a.Populasi, dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Maubesi dan

Kepala Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah, Ibu Kepala Desa,

Anggota TP PKK , serta Masyarakat.

b. Sampel,Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi

dengan menggunakan porposive sampling atau penunjukan..

c.Responden dalam penelitian ini adalah :

Kepala Desa Maubesi : 1 Orang

Kepala Desa Lidabesi : 1 Orang

Ibu Kepala Desa : 2 Orang

Anggota TP PKK : 10 Orang

Masyarakat : 10 Orang

Total : 24 Orang

7. Teknik Pengumpulan Data

Terkait dalam penulisan ini, peneliti menggunakan teknik dalam

pengumpulan data yakni:


14

a. Teknik wawancara

Wawancara menurut Abdukadir Muhamad, wawancara adalah

kegiatan pengumpulan data primer yang bersumber langsung dari

responden penelitian di lapangan (lokasi)9.

b. Teknik observasi

Observasi merupakan kegiatan menghimpun data penelitian

melalui pengamatan dan pengindraan10.

c. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan Menurut Koentjaraningrat, merupakan cara

pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat di

ruang kepustakaan, seperti buku-buku, naskah, dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian.

8. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

a. Teknik pengolahan data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan teknik analisis yuridis kualitatif. Melalui dua

tahap berikut :

1. Editing, yaitu dilakukan setelah data terkumpul baik

melalui wawancara maupun studi dokumen. Data tersebut

diperiksa satu persatu untuk diambil informasi data yang

berkaitan dengan penelitian ini.

9 ?
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,
hlm 86.
10 ?
Djam,Am Sotari, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung CV, 2014, hlm 105.
15

2. Coding, menelusuri kode atau simbol yang sama

pada jawaban responden yang memiliki karakter yang

sama.

3. Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah

dikelompokkan ke dalam tabel-tabel agar mudah dipahami.

b. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif

yuridis kualitatif yaitu keseluruhan data yang terkumpul baik data primer

maupun data sekunder diolah dan dianalisis dengan cara melakukan

transkripsi dan menyusun data secara sistematis, setelah itu dihubungkan

antara satu data dengan data lainnya kemudian dilakukan interpretasi

untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan

penafsiran sesuai dengan realita hukum yang terjadi dalam pelaksanaan

program pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.


16

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Otonomi Desa

Desa sebagai unit organisasi yang berhadapan langsung dengan

masyarakat dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya

mempunyai peranan yang sangat strategis. Maka desentralisasi

kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan

sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna penguatan

otonomi menuju kemandirian. Desa merupakan bagian terendah dalam

sistem pemerintahan namun desa memainkan peran yang cukup besar

sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dalam menjalankan otonomi desa demi mencapai kemakmuran masyarakat

setempat yang berimbas pada kemakmuran bangsa Indonesia.11

Terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

memberikan posisi yang jelas kepada desa dalam bertindak dengan tetap

dapat mempertahankan hak asal usul dan hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Hal ini tertuang dalam definisi desa dalam Pasal 1 angka (1)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu Desa adalah

Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

11 ?
N Riyani, ‘’Sistem Pemerintahan Desa”, diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uns.ac.id/47972/3/BAB%25201.pdf&ved=2ahUKEwj,
pada tanggal 2 Septemebr 2020 Pukul 16.30 Wita
17

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan

definsi diatas menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul

“Otonomi Desa” menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-

usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai

Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.12

Dari kedua pengertian Desa di atas sangat jelas sekali bahwa desa

merupakan Self Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya

sendiri, Dengan pemahaman bahwa desa memiliki kewenangan untuk

mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan

kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang memiliki

otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang

seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan

otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan

otonomi daerah.

B. Efektivitas Hukum dan Faktor yang Mempengaruhinya

Bila membicarakan efektivitas hukum dalam masyarakat berarti

membicarakan daya kerjanya hukum itu dalam mengatur dan atau


12
Widjaja,.Pemerintahan Desa Marga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 3.
18

memaksa warga masyarakat untuk taat kepada hukum. Efektivitas hukum

dimaksud, berarti mengkaji kaidah hukum yang harus memenuhi syarat,

yaitu: berlaku secara yuridis, sosiologis dan secara filosofis.

Menurut Hans Kelsen, jika berbicara tentang efektivitas hukum

dibicarakan pula tentang validitas hukum. Validitas hukum berarti bahwa

norma-norma hukum itu mengikat, bahwa orang harus berbuat sesuai

dengan yang diharuskan oleh norma-norma hukum. Efektivitas hukum

berarti bahwa orang benar-benar berbuat sesuai dngan norma-norma

hukum sebagaimana mereka harus berbuat, bahwa norma-norma itu benar-

benar diterapkan dan dipatuhi.

Dalam konteks ilmu hukum, efektivitas hukum dapat dijelaskan

sebagai suatu keadaan dimana terjadi kesesuaian antara cita-cita yang

terkandung dalam substansi hukum dengan realitas berlakunya hukum

tersebut. Hukum dianggap efektif apabila terjadi disparitas antara realita

hukum, karna itu disusun kembali kalau ideal hukum itu mengacu pada

cita-cita yang terkandung dalam substansi hukum, maka realita mengacu

pada pengertian dan penerapan hukumyang indikatornya adalah kesadaran

dan kepatuhan hukum yang tercermin dalam perilaku masyarakat tersebut.

Soerjono Soekanto menjekaskan bahwa dalam sosiologi hukum masalah

kepatuhan atau ketaatan hukum terhadap kaidah-kaidah hukum pada

umumnya telah menjadi faktor pokok dalam mengukur efektif tidaknya

sesuatu yang ditetapkan dalam hukum ini.13

Beberpa faktor yang mempengaruhi efektifitas hukum yakni:


13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1993, Hal 47-48
19

1) Faktor Hukum

Hal ini menyangkut mengenai kaidah hukum atau peraturan yang

dikatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang berlaku atas

dasar tiga faktor yaitu, yuridis, filosofis, dan sosiologis. Secara yuridis

hukum berlaku apabila hukum tadi terbentuk melalui prosedur tertentu

dan oleh badan-badan tertentu. Secara filosofis, suatu hukum berlaku

apabila sesuai dengan cita-cita hukum dari masyarakat. Dalam arti

sosiologis, maka hukum yang berlaku apabila dipaksakan, hukum

yang berlaku (diterima atau tidak) dan apabila hukum tadi diterima,

diakui dan ditaati oleh mereka yang terkena oleh hukum.Hanya

perturan-peraturan yang mempunyai ketiga unsur itulah yang dapat

berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Jika tidak, maka peraturan

hukum tersebut hanya menjadi perturan yang matiatau dirasakan

sebagai tirai karena tidak berakar dalam hati sanubari masyarakat

secara menyeluruh. Pada hakikatnya, hukum itu mempunyai unsur-

unsur antara lain hukum perundang-undangan, hukum traktat, hukum

yuridis, hukum adat, dan hukum ilmuwan atau doktrin. Secara ideal

unsur-unsur itu harus harmonis, artinya tidak saling bertentangan baik

secara vertikal maupun secara horizontal antara perundang-undangan

yang satu dengan yang lainnya, bahasa yang dipergunakan harus jelas,

sederhana, dan tepat karena isinya merupakan pesan kepada warga

masyarakat yang terkena perundang-undangan itu.

2) Faktor Penegak Hukum


20

Aparat pelaksanaan hukum atau penegak hukum sebagai salah satu

faktor yang memiliki peranan penting dalam berfungsinya hukum.

Dalam menjalankan tugasnya, aparat pelaksana diharapkan bertindak

sesuai hukum, harus memiliki ketegasan dan bertanggungjawab

sehingga pelaksanaan tugasnya dapat berhasil dengan baik. Hal ini

juga tergantung pada faktor jumlah dan kualitas pelaksanaan hukum

tersebut.

3) Faktor sarana atau fasilitas

Sarana atau fasilitas merupakan faktor pendukung pelaksanaan

peraturan perlu mendapat perhatian. Tanpa adanya fasilitas tertentu

yang memadai maka penegakan hukum tidak mungkin berlangsung

dengan baik. Fasilitas atau sarana sebagai penghubung antara hukum,

penegakan hukum tidak akan bermanfaat dan efektif karena tidak ada

sasaran dari aturan tersebut. Sarana ini baik dari segi kuantitas dan

kualitas.

4) Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai

pendapat-pendapat yang bervariasimengenai hukum. Berbagai

pendapat tersebut timbul karena masyarakat hidup dalam konteks yang

berbeda, sehingga yang seharusnya dikedepankan adalah

keserasiannya. Hal ini bertujuan supaya tidak ada titik tolak yang

sama. Masyarakat juga mempunyai kecenderungan yang besar untuk


21

mengartikan hukum dan bahkan mengidentifikasi dengan petugas

(dalam hal ini penegak hukum adalah sebagai pribadi). Faktor

masyarakat antara lain yaitu faktor kesadaran masyarakat. Indikator

kesadaran hukum masyarakat terdiri atas:

a. Pengetahuan tentang peraturan hukum adalah pengetahuan

seseorang mengenai beberapa perilaku tertentu yang diatur

oleh hukum, baik hukum yang tertulis dan hukum yang tidak

tertulis

b. Pengetahuan tentang isi peraturan hukum adalah seseorang

tidak hanya sekedar tahu hukum tetapi mengerti sitiap isi dan

tujuan dari suatu peraturan hukum yang tertentu serta

manfaat bagi pihak yang diaturnya

c. Sikap terhadap peraturan hukum adalah kecendrungan untuk

hukum karena adaya penghargaan terhadap hukum sebagai

suatu yang bermanfaat jika hukum itu ditaati

d. Pola perilaku hukum adalah faktor utama dalam kesadaran

hukum, karena pola perilaku menjadi indikator pengukur

suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat.

5) Faktor Kebudayaan

Dalam kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering

membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan mempunyai fungsi

yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yatu mengatur

agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,


22

berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan

dengan orang lain. Dengan demikian, kebudyaan adalah suatu garis

pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai

apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang.14

C. Konsep Pemerintahan Desa

Pemerintahan merupakan manajemen tata kelola pemerintahan

yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga yang sederajat yang

terkait guna mencapai tujuan negara itu sendiri. (cara, hal, urusan dan

sebagainya) memerintah.15

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan

dalam arti sempit adalah kepala desa dan perangkat desa,

Pemerintahan dalam arti luas yaitu pemerintah desa bersama dengan

Badan Permusyawaratan Desa.16 Berdasarkan uraian di atas,

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa

adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat

Desa.

D. Konsep Tugas dan wewenang Kepala Desa

14 ?
Soerjono soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum(Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2008) hlm 8
15 ?
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2006,
hlm 141.
16 ?
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
23

1. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa, di dalam Undang-undang No. 6 tahun 2014

tentang Desa, Pasal 1 ayat (2) menyebutkan, bahwa Pemerintahan Desa

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul desa dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa itu ada 2 institusi yang

mengendalikannya, yaitu Pemerintah Desa dan BPD.17 Adapun yang

menjadi fungsi dari pemerintah dan BPD berdasarkan UU Nomor 6 Tahun

2014 akan dibahas dibawah ini.

Pemerintah desa memiliki fungsi:

a. Menyelenggarakan urusan rumah tangga kemasyarakatan

b. Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan

c. Melaksanakan pembinaan perekonomian desa

d. Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong-royong

masyarakat

e. Melaksanakan ketertiban dan dan ketentraman masyarakat

f. Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan, dan lain

sebagainya

Badan permusyawaratan desa berfungsi menetapkan peraturan desa

bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat,


17 ?
Ni’matul Huda, Op.Cit., hlm 215-218.
24

dan disamping itu badan permusyawaratan desa juga mempunyai fungsi

mengawasi pelaksanaan peraturan desa dalam rangka pemantapan

pelaksanaan kinerja pemerintah desa.

Pemerintahan desa adalah organisasi desa yang terdiri atas:

a. Unsur pimpinan, yaitu kepala desa.

b. Unsur pembantu kepala desa, yang terdiri atas:

1) Sekretariat desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai

oleh sekretaris desa.

2) Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang

melaksanakan urusan teknis di lapangan seperti urusan

pengairan, keagamaan, dan lain-lain.

3) Unsur kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa di wilayah

kerjanya seperti kepala dusun Sebagai unsur penyelenggaraan

pemerintahan desa, pemerintah desa mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan.

Maka dari itu Pemerintah dan BPD merupakan penyelenggaraan

pemerintahan desa yang mempunyai peran yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa.18 Dengan adanya Undang-undang

Nomor 6 tahun 2014 ini dalam pelaksanaannya dituntut untuk

mencerminkan otonomi asli desa, demokratisasi, partisipasi dan

keanekaragaman sebagai landasan pemikiran desa. Pemerintah desa adalah

18 ?
Sunanro Siswanto,Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
hlm 8.
25

Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Sedangkan perangkat desa terdiri dari sekretariat desa

yang dipimpin oleh sekretaris desa, pelaksana teknis lapangan dan unsur

kewilayahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi wilayah

setempat. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, antara lain19:

1. Meningkatkan kapasitas Desa dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Desa;

2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan

Pemerintahan dan Pembangunan Desa;

3. Kegiatan lain sesuai kebutuhan dan kondisi Desa.

2. Melaksanakan Pembangunan Desa

Adapun pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa meliputi :

a. Pembangunan Desa berskala lokal Desa (dikelola dengan cara

swakelola).

b. Pembangunan sektoral dan daerah yang masuk ke Desa (dengan

pihak ketiga).

Pembangunan Desa yang bersumber dari program sektoral dan/atau

program daerah, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota. Selain itu pelaksanaan program sektor dan/atau

program daerah diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa, dan

dicatat dalam APB Desa. Jika Pelaksanaan program sektor dan/atau

program daerah didelegasikan kepada Desa, maka Desa mempunyai


19 ?
Balai Pemerintahan Desa Kemendagri, Identifikasi Potensi Desa, Yogyakarta.
26

kewenangan untuk mengurus. Pelaksanaan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Pelaksanaan program sektor dan/atau program daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibahas dan disepakati dalam

musyawarah Desa yang diselenggarakan oleh BPD. Dalam hal

pembahasan dalam musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) tidak menyepakati teknis pelaksanaan program sektor dan/atau

program daerah, kepala Desa dapat mengajukan keberatan atas bagian

dari teknis pelaksanaan yang tidak disepakati, disertai dasar

pertimbangan keberatan dimaksud. Kepala Desa menyampaikan

keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat kepada bupati/walikota

melalui camat.20 Pelaksanaan Pembangunan Desa, antara lain21:

1. Meningkatkan kualitas perencanaan Pembangunan Desa;

2. Meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar;

3. Mengadakan sarana prasarana Desa;

4. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan dan kondisi Desa.

3. Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Pembinaan kemasyarakatan Desa merupakan salah satu program

pemerintah dalam meningkatkan serta mengelola lembaga dan sumber

daya manusia agar lebih baik dan bekerja sesuai dengan harapan.

Pembinaan kemasyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara baik

melalui pelatihan, rapat, lomba, peringatan hari besar dan lain-lain.

Pembinaan kemasyarakatan, antara lain:

20 ?
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 53 ayat (3) Tentang Desa.
21 ?
Balai Pemerintahan Desa Kemendagri,Op.Cit.,
27

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat;

b. Melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan Desa;

c. Pengembangan seni dan budaya;

d. Pembinaan kelembagaan masyarakat Desa, lembaga adat, BUM

Desa dan unsur masyarakat Desa lainnya;

e. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan dan kondisi Desa.22

1. Pengertian Pembinaan PKK

Pembinaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

proses pemberdayaan masyarakat, baik itu pembinaan bagi perangkat desa

maupun bagi masyarakatnya tujuannya adalah agar perangkat desa dan

warga masyarakat tahu dan mengerti apa yang harus dikerjakan serta timbul

kemauan untuk ikut aktif dalam setiap program pemberdayaan masyarakat.

Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar

dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan

pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan

terarah. Menurut Poerwadarmita Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.

Pengertian pembinaan dalam PP 72 tahun 2005 adalah Pemberian

Pedoman, Standar Pelaksanaan, Perencanaan, Penelitian, Pengembangan,

Bimbingan, Pendidikan dan Pelatihan, Konsultasi, Supervisi, Monitoring,

Pengawasan Umum dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.
22 ?
Balai Pemerintahan Desa Kemendagri, Op.Cit.,
28

Pembinaan PKK merupakan organisasi kemasyarakatan yang

memberdayakan Masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam

pembangunan Indonesia, Pembinaan PKK juga merupakan suatu

pernyataan yang normatif, yakni menjelaskan bagaimana perubahan dan

pembaharuan yang berencana serta pelaksanaannya dalam program PKK

tersebut. Dalam program Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga ini terdapat Tim Pelaksanaan Untuk mendukung pelaksanaan

program-program Gerakan PKK.23 Yang di maksud dari Pembina TP PKK

adalah Kementrerian/Lembaga Pemerintah/Dinas/Instansi yang mempunyai

program di bidang kesejahteraan keluarga. Susunan keanggotaan Pembina

TP PKK di Desa adalah diketuai oleh Kepala Desa dengan anggota para

tokoh/pemuka masyarakat, perangkat Desa dan lembaga kemasyarakatan,

dan ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa selaku Ketua Pembina TP

PKK.

a. Tujuan Pembinaan PKK

Tujuan pembinaan PKK secara umum adalah melatih atau mendidik

individu maupun kelompok kerja , dengan tindakan dan kegiatan-kegiatan

yang mendukung tercapainya tujuan maupun cita-cita bangsa yang di

maksud untuk mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis, sejahtera

dan maju.

b. Fungsi Pembinaan PKK

Fungsi pembinaan diarahkan untuk : 

23
Kurnia Rohmat, Op.Cit., hlm 152.
29

1. Memupuk kesetiaan dan ketaatan dalam melaksanakan gerakan

Program PKK. 

2. Meningkatkan adanya rasa pengabdian rasa tanggung jawab,

kesungguhan dan kegairahan bekerja dalam melaksanakan

tugasnya. 

3. Meningkatkan gairah dan produktivitas kerja secara optimal.

2. Pemantauan/Monitoring

Monitoring adalah suatu proses pemantauan secara terus menerus proses

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dalam gerakan Program PKK.

Fokus monitoring ini adalah pemantauaan pada pelaksanaan program

PKK, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring adalah pada

komponen proses program PKK, baik menyangkut proses pengambilan

keputusan dalam program PKK, pengelolaan pemberdayaan masyarakat,

pengelolaan program kesejahteraan , maupun pengelolaan proses TP PKK.

Tujuan pemantauan/monitoring PKK:

a. Mengetahui bagaimana masukan (inputs) sumber-sumber dalam

rencana yang digunakan.

b. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan dalam implementasi

dilaksanakan melalui program PKK yang ada di Desa Maubesi

dan Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah.

c. Untuk mengetahui setiap aspek dalam perencanaan dan

implementasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


30

d. Agar bisa mengukur kinerja PKK yang ada di Desa Maubesi dan

Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah.24

3. Evaluasi program

Evaluasi program adalah suatu upaya untuk mengumpulkan,

menyusun, mengolah dan menganalisis fakta, data dan informasi untuk

menyimpulkan harga, nilai, prestasi, kegunaan, manfaat mengenai suatu

program, kantor, sekolah, organisasi atau lembaga dan lain-lain untuk

dibuat kesimpulan sebagai landasan pengambilan keputusan tentang

program tersebut, apakah dilanjutkan, direvisi atau di hentikan. Evaluasi

bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.

3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain

yang mungkin terjadi di luar rencana (externalities).25

4. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Pemberdayaan masyarakat Desa adalah upaya untuk mengembangkan

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan

pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta

memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,

kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan

prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat Desa

bertujuan untuk memampukan Desa dalam melakukan tindakan bersama

24 ?
Suharto Edi, Op.Cit., hlm 118.
25 ?
Suharto Edi, Op.Cit.,hlm 119.
31

sebagai suatu kesatuan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan

ditingkat pemerintah Desa, masyarakat Desa, maupun pihak lain untuk

mendorong partisipasi dan mendayagunakan kemampuan masyarakat Desa

dalam proses pembangunan Desa, menyusun perencanaan pembangunan

yang berpihak pada kelompok miskin, serta meningkatkan kapasitas dan

kualitas sumberdaya manusia di Desa. Pemberdayaan masyarakat Desa,

antara lain26:

1. Penguatan peran dan fungsi Lembaga Kemasyarakatan Desa;

2. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

3. Pengembangan seni dan budaya;

4. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan dan kondisi Desa.

Program pemberdayaan tidak bisa hanya dilakukan dalam satu siklus

saja dan berhenti pada suatu tahapan tertentu, akan tetapi harus terus

berkesinambungan dan kualitasnya terus meningkat dari satu tahapan ke

tahapan berikutnya. Konsep Pemberdayaan menurut Friedman dalam hal

ini pembangunan alternatif menekankan keutamaan politik melalui

otonomi pengambilan keputusan untuk melindungi kepentingan rakyat

yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi,

demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung. 27

Pemberdayaan masyarakat memiliki makna memberi kekuatan/ daya

kepada kumpulan masyarakat yang berada pada kondisi ketidak berdayaan

agar menjadi berdaya dan mandiri serta memiliki kekuatan melalui proses

26 ?
Balai Pemerintahan Desa Kemendagri, Op.Cit.,
27 ?
Jhon Friedman, Pemberdayaan Politik Pembangunan Alternatif, Massachusetts, 1992.
32

dan tahapan yang sinergis.28 Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang

cukup penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan

ekonomi, dimana kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan

terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Maka setiap individu

membutuhkan kondisi yang sejahtera, baik sejahtera dalam hal materil dan

dalam hal non materil sehingga dapat terciptanya suasana yang harmonis

dalam bermasyarakat. Konsep kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai

padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari

empat indikator yaitu:

a.Rasa aman (security)

b.Kesejahteraan (welfare)

c.Kebebasan (freedom)

d.Jati diri (Identity)

Kesejahteraan Keluarga adalah suatu kondisi di mana kehidupan

secara materil, mental spiritual, dan sosial dapat dipenuhi secara seimbang

bagi para anggota keluarga dalam situasi penuh kebahagiaan dan

ketenteraman hidup bersama.

Kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan29:

a. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual , seperti moral,

etika, penghayatan dan Pengalaman Pancasila, gotong royong,

dan sebagainya;

28 ?
Prijono Onny S. dan Pranarka A.M.W, Pemberdayaan Konsep Kebijakan dan
Implementasi, Centre for Strategic and International  Studies, Jakarta,1996.
29 ?
Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya , Ghalia Indonesia, Bogor, 1989, hlm
94.
33

b. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti

pendidikan dan keterampilan, pengembangan kehidupan

berkoperasi, dan sebagainya;

c. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan,

kelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya;

d. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral,

etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

E. Konsep faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat tugas dan

fungsi Kepala Desa

Kepala desa adalah pemimpin desa yang bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan. Adapun peran Kepala Desa adalah suatu pola sikap, nilai dan,

tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya di masyarakat.

Peran berfungsi sebagai tugas yang seharusnya dilakukan dan merupakan hal-hal

yang sepantasnya diperoleh dari kepemilikan tugasnya, dan kedua hal tersebut

harus dilakukan secara seimbang agar bisa dikatakan telah melaksanakan

perannya.

Peranan Kepala Desa dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Keteladanan merupakan unsur yang memegang peranan penting dan sangat

menentukan bagi berhasilnya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya, agar bawahan atau orang yang dipimpinnya dapat mengikuti apa yang

dikehendakinya dalam melaksanakan tugas. Hal ini kita bisa kita lihat dari cara

pembinaan yang dilakukan seorang Kepala Desa.


34

Faktor yang mempengaruhi tugas dan fungsi Kepala Desa meliputi keturunan,

kekuasaan, sistem pendidikan formal yang maju, sistem terbuka kepada seluruh

lapisan masyarakat, adanya orientasi untuk maju, serta adanya sinergitas yang

baik antara pemerintah dan masyarakat. Sedangkan faktor penghambat meliputi

kondisi penduduk, partisipasi penduduk, dana, sarana prasarana, sifat dan kualitas

pemimpin, dan kualitas sumber daya aparatur desa.

F. Konsep faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Faktor yang mempengaruhi aspek pelaksanaan program PKK tentunya ada 2

faktor, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung

tentunya akan berpengaruh terhadap proses berlangsungnya kegiatan tersebut.

Faktor pendukung dari program Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga

(PKK) adalah partisipasi anggota PKK, motivasi tinggi dari anggota maupun

pengurus atau TP PKK dan paling penting adalah kegiatan-kegiatan yang

diselenggarakan PKK mampu mendorong keinginan masyarakat untuk

bergabung menjadi anggota PKK serta berupaya untuk menjadi masyarakat yang

lebih maju dengan usaha peningkatan pendapatan keluarga yang baik. Selain

faktor pendukung ada pula faktor penghambat dalam pelaksanaan program

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Hal tersebut dapat

menghambat proses pemberdayaan anggota PKK, Faktor penghambat dalam

pelaksanaan progam Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa

Maubesi dan Desa Lidabesi Kecamtan Rote Tengah antara lain:


35

1) Kurangnya Kesadaran Hukum Masyarakat.

2) Kurangnya kemampuan dalam melakukan pembinaan

3) Keterbatasan dana yang dialami masyarakat untuk

mengembangkan hal yang telah diterapkan oleh

TP.PKK.

4) Sarana prasarana yang kurang memadai.

G. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga

a. Sejarah PKK

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai Gerakan

Pembangunan Masyarakat bermula dari Seminar Home Economic di Bogor

tahun 1957. Sebagai tindak lanjut dari seminar tersebut, pada tahun 1961

Panitia Penyusunan Tata Susunan Pelajaran pada Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga (PKK), Kementerian Pendidikan Bersama Kementerian-

Kementerian lainnya menyusun 10 Segi Kehidupan Keluarga. Gerakan PKK

dimasyarakatkan berawal dari kepedulian isteri Gubernur Jawa Tengah pada

tahun 1967 (Ibu ISRIATI MOENADI) setelah melihat keadaan masyarakat

yang menderita busung lapar.

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui 10 segi

pokok keluarga dengan membentuk TP.PKK disemua tingkatan, yang

keanggotaan timnya secara relawan dan terdiri dari Tokoh/Pemuka

Masyarakat, Para Isteri Kepala Dinas/Jawatan dan isteri Kepala Daerah


36

sampai dengan Tingkat Desa dan Kelurahan yang kegiatannya didukung

dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Selanjutnya pada tanggal 27 Desember 1972 Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia mengeluarkan Surat Kawat Nomor : Sus 3/6/12 kepada

Seluruh Gubernur KDH Tk. I Jawa Tengah dengan Tembusan Gubernur

KDH Seluruh Indonesia, agar merubah nama Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga.  Sejak itu gerakan

PKK dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan nama Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan tanggal 27 Desember ditetapkan sebagai

“Hari Kesatuan Gerak PKK” yang diperingati pada setiap tahun.

Selain itu di Era Reformasi dengan ditetapkannya TAP MPR Nomor :

IV/MPR/1999 tentang GBHN 1999-2004, serta Pelaksanaan Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 22 Tahun 1999

dan Undang-Undang Republik Indonesia  Nomor : 25 Tahun 1999, TP.PKK

Pusat taggap dengan mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang disepakati

dalam Rakernaslub PKK tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November

2000 di Bandung dan hasilnya merupakan dasar dalam perumusan Keputusan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Otonomi Daerah Nomor : 53

Tahun 2000, yang selanjutnya dijabarkan dalam Pedoman Umum Gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Hal yang mendasar

antara lain adalah perubahan nama Gerakan PKK dari Gerakan Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga menjadi Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga.30
30
Kurnia Rohmat, Pedoman Umum PKK, Bee Media Pustaka, Jakarta, 2019, hlm 7-14.
37

b. Konsep Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan gerakan

nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan perempuan

sebagai motor penggerak utama untuk menuju terwujudnya keluarga yang

bahagia, sejahtera, dan mandiri. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga

(PKK) merupakan suatu badan yang dibentuk untuk meningkatkan kualitas

perempuan melalui program pemberdayaan perempuan yang diarahkan untuk

mengembangkan dan memanfaatkan berbagai potensi yang ada pada diri

perempuan. Asas dari program pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga ini

ialah berasaskan Pancasila.

Tujuan utama PKK adalah menciptakan Kesejahteraan keluarga, dari

keluarga yang sejahtera ini, maka tata kehidupan berbangsa dan bernegara akan

dapat melahirkan ketentraman, keamanan, keharmonisan, dan kedamaian. Hal

ini di karenakan keluarga merupakan unit terkecil masyarakat yang

berpengaruh besar terhadap kinerja pembangunan dalam mendukung program-

program pemerintah.

Gerakan PKK juga bertujuan memberdayakan keluarga untuk

meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur,

sehat sejahtera lahir dan batin.

Selain itu, peran PKK sebagai penggali, pengembang potensi masyarakat

khususnya keluarga, pembina, motivator, serta penggerak prakarsa, gotong


38

royong dan swadaya perempuan dalam pembangunan sebagai bagian integral

dalam mewujudkan pembangunan partisipatif31. PKK dibentuk untuk

menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan dan membina keluarga guna

mewujudkan keluarga sejahtera.

Peranan PKK diatas sejalan dengan visi dan misi PKK, dan didukung

dengan 10 program pokok PKK. Kesepuluh program pokok PKK tersebut

adalah:

1) Pengahayatan dan pengamalan Pancasila.

2) Gotong Royong.

3) Pangan.

4) Sandang.

5) Perumahan dan tata laksana rumah tangga.

6) Pendidikan dan ketrampilan.

7) Kesehatan.

8) Pengembangan kehidupan koperasi.

9) Kelestarian lingkungan hidup.

10) Perencanaan sehat.`

Kesepuluh program pokok PKK ini wajib dilaksanakan oleh setiap

kader PKK. Yang termasuk dalam kader PKK adalah perwakilan dari

anggota masyarakat, bersifat perorangan, bukan perwakilan dari golongan

manapun, baik organisasi maupun partai politik atau lembaga-lembaga

lainnya. Selain itu setiap kader penggerak dituntut mampu melakukan

31
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Departemen Dalam
?

Negeri, Hasil Rapat Kerja Nasional VI PKK, Jakarta, 2005.


39

upaya pembinaan, pembimbingan, dan pembinaan demi terciptanya

keluarga Indonesia yang sejahtera, mandiri dan maju. Adapun visi misi

dari pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, yakni:

a. Visi

Terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera lahir

batin.

b. Misi

Meningkatkan pembentukan karakter keluarga melalui penghayatan,

pengalaman pancasila, kegotong royongan, serta kesetaraan dan

keadilan gender; Meningkatkan pendidikan dan ekonomi keluarga

melalui berbagai upaya keterampilan dan pengembangan koperasi;

Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pemenuhan pangan, sandang

dan perumahan sehat layak huni; Meningkatkan derajat kesehatan

keluarga, kelestarian lingkungan hidup serta perencanaan sehat;

Meningkatkan pengelolaan Gerakan PKK meliputi kegiatan

pengorganisasian dan meningkatkan sumberdaya manusia.

Selain itu, yang menjadi sasaran Gerakan PKK adalah Keluarga, baik

di perdesaan maupun perkotaan yang perlu ditingkatkan dan

dikembangkan kemampuan dan kepribadiannya, dalam bidang :

a. Mental spiritual meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba

Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis serta

bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


40

b. Fisik material meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,

kesempatan kerja yang layak serta lingkungan hidup yang sehat, dan

lestari melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan.32

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tugas dan Wewenang Kepala Desa Dalam Pembinaan Pemantauan dan

Evaluasi Terhadap Gerakan PKK di Desa Maubesi dan Desa Lidabesi

Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao

32 ?
Kurnia Rohmat, Op,Cit., hlm 128-129.
41

Kepala desa sebagai pelaksana pemerintah desa memiliki tugas untuk

meyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat. Dalam tugas

pemberdayaan masyarakat desa kepala desa memiliki tugas dan wewenang untuk

kehidupan masyarakat desa.

Sehubungan dengan hal tersebut, usaha meningkatkan pemberdayaan dan

kesejahteraan masyarakat desa dilakukan melalui program kesejahteraan keluarga

yang di wujudkan melalui Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

(TP. PKK) serta dasawisma, secara teriminologi dasawisma berdasarkan

Permendagri No 1 Tahun 2013, adalah kelompok yang berada dibawah Tim

Penggerak PKK Desa/Kelurahan yang dapat dibentuk berdasarkan kewilayahan.

Kelompok ini terdiri dari 10 sampai 20 rumah tangga atau sesuai dengan situasi

dan kondisi daerah setempat, dengan keanggotaan ketua dengan sekretaris yang

dipilih sebagai kelompok potensial terdepan dalam pelaksanaan program PKK,

dalam setiap pelaksanaan tugasnya ketua dasawisma dituntun mampu

menggerakan anggota dasawisma lainnya terutama dalam penerapan dan

penyebaran program-program PKK. Mereka dituntut berperan aktif membantu

Tim Penggerak PKK dalam berbagai kegiatan PKK. Kelompok PKK memiliki

empat kelompok kerja atau di singkat Pokja yang masing-masing membidangi

kegiatan-kegiatan yang berbeda. Yakni pokja I mengelola program penghayatan

dan pengalaman pacasila dan program gotong royong, pokja II mengelola

program pendidikan dan keterampilan dan pengembangan kehidupan berkoperasi,

pokja III mengelola program pangan, sandang dan tata laksanan rumah tangga,
42

sedangkan pokja IV mengelola program kesehatan, kelestarian lingkungan hidup

dan perencanaan sehat.

Dalam program PKK memiliki kader-kader yang dibekali dengan

pengetahuan dan keterampilan yang selanjutnya dibagikan kepada perseorangan

dari setiap anggota kelompok kerja.

Kepala desa perlu membina, membimbing serta mengembangkan kader-

kader sehingga dapat berjalannya program PKK dengan baik. Selain itu kepala

desa perlu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

pemberdayaan kesejahteraan keluarga yakni ketua PKK, kader umum maupun

kader khusus yang ikut terlibat. Koordinasi perlu di lakukan sehingga semua

pihak dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan penelitian di Desa Maubesi dan Desa Lidabesi Kecamatan Rote

Tengah Kabupaten Rote Ndao tugas kepala desa dalam membina, memantau dan

mengevaluasi terhadap gerakan PKK belum optimal hal ini terbukti dengan

banyakknya program-program yang tidak berlanjut walaupun sudah diberikan

pelatihan, penyuluhan, sosialisasi ataupun lomba-lomba. Mengenai pelatihan,

penyuluhan, sosialisai atupun lomba-lomba yang diberikan juga terbatas hanya

pada pelatihan pembuatan anyam ti’i langga, menjahit, pembuatan asesoris seperti

anting-anting, kalung, gelang, serta maupun kuliner seperti pembuatan keripik,

pisang, ubi jalar, maupun kentang, adapun penyuluhan mengenai industri rumah

tangga, sosialisasi mengenai meningkatkan lingkungan bersih dan sehat melalui

perilaku hidup bersih dan sehat melalui pemanfaatan fasilitas jamban sehat, air

bersih, sampah menuju rumah tangga sehat yang ber PHBS ( perilaku hidup
43

bersih dan sehat). Serta lomba-lomba yang diselenggarakan, lomba-lomba yang

diselenggarakanpun yakni lomba-lomba untuk memeriahkan HUT RI.

Selain itu tugas dan wewenang kepala desa untuk melakukan pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan

keluarga di desa lidabesi maupun desa maubesi belum berjalan optimal terlihat

dari realisasi parsitipasi penduduk yang masih belum sepenuhnya memiliki

kesadaran hukum hingga belum adanya pertangung jawaban dalam program

PKK.

Peneliti melakukan penelitian mengenai tugas dan wewenang kepala desa

dalam pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK di Desa

Maubesi dan Desa Lidabesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 Tentang Gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga melalui tiga indikator yaitu,

Membina, Memantau dan Mengevaluasi.

Kepala desa mempunyai tugas untuk membina, memantau dan mengevaluasi

program PKK dalam hal ini adalah Tim Penggerak PKK Desa Lidabesi dan Desa

Maubesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao yang didalamnya

terdapat kader-kader dari setiap kelompok kerja serta dasawisma . Membina dalam

kamus besar Bahasa Indonesia berarti mengusahakan supaya lebih baik, maju dan

sempurna.33 Kepala desa juga harus mampu memantau pelaksanaan program

PKK, memantau dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti mencatat atau

mengontrol proses atau cara kerja dari program PKK tersebut, agar selnjutnya

33 ?
KBBI,https://.kbbi.web.id/membimbing.html
44

lebih terealisasikan.34 Kepala desa juga harus mampu mengevaluasi proses dari

pembinaan dan pemantauan , evaluasi atau mengevauasi dalam kamus besar

Bahasa Indonesia berarti meberikan suatu penilaian atau upaya penilaian secara

teknis dan ekonomis terhadap gerakan PKK untuk kemungkinan pelaksanaan

penambangannya.35

Namun dalam pelaksanaan terhadap gerakan PKK yang ada kepala desa

belum mampu membina, memantau dan mengevaluasi program PKK tersebut, hal

ini terlihat dari tingginya jawaban responden yang mengatakan kepala desa belum

mampu menjalankan tugas dan kewenangannya yang meliputi pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK di Desa Maubesi dan Desa

Lidabesi dengan optimal, tersaji dalam tabel 1 , 1.1 dan 2, 2.1 berikut:

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase %)


N= 11
1. Optimal 2 21,42

2. Kurang optimal 4 35,71 Sumber :


Pengolahan
3. Tidak optimal 5 42,85 data primer,
2019.
Jumlah 11 100%

Tabel 1. Tugas dan Wewenang Kepala Desa Lidabesi Dalam Membina,

Memantau Dan Mengevaluasi Terhadap Gerakan PKK di Desa Maubesi

Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao.

(N merupakan jumlah frekuensi yaitu 11 yang terdiri dari 1 orang Ketua TP

PKK, 5 orang anggota TP PKK dan 5 orang masyarakat yang berpatisipasi)


34 ?
KBBI,https://.kbbi.web.id/memantau.html
35 ?
KBBI,https://.kbbi.web.id/mengevaluasi.html
45

Tabel 1.1

Sumber: Pengolahan data primer, Desa Lidabesi 2019.

Terbaca pada tabel di atas bahwa responden yang mengatakan Kepala Desa

Lidabesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao telah mampu optimal

menjalankan tugas dan wewenangnya dalam pembinaan, pemantauan dan evaluasi

terhadap gerakan PKK berjumlah 2 orang responden atau 21,42% saja, seperti

yang disampaikan Marselina Ello selaku anggota dari TP PKK bahwa Kepala

desa sudah berusaha melakukan pembinaan terhadap gerakan Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga dengan memberikan motivasi saat pertemuan PKK untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat, dasawisma, kader-kader serta tim penggerak

PKK dalam menjalankan gerakan PKK.36 Senada dengan yang disampaikan di

atas Rensia Nela selaku anggota dalam TP PKK bahwa Kepala desa sudah

optimal dalam menjalankan tugas dan wewenangnya membina, memantau dan

mengevaluasi terhadap gerakan PKK, hal ini terlihat dari kepala desa mengikut
36 ?
Marselina Ello, Anggota TP PKK Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28 Agustus 2020.
46

sertakan kelompok PKK desa Lidabesi dalam perlombaan dan pemanfaatan

pekarangan dan hatinya PKK.37

Responden dengan jawaban tugas kepala dan wewenang kepala desa dalam

pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK Di Desa Lidabesi

Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao kurang optimal berjumlah 4 orang

atau 35,71%, hal ini menunjukan bahwa tugas kepala desa dalam pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK sudah berjalan dengan cukup

baik namun masih ada beberapa kekurangan yang menjadikan tugas dan

wewenang kepala desa belum sepenuhnya optimal. Disampaikan oleh Kesya

Manafe selaku anggota TP PKK dalam gerakan PKK bahwa Kepala desa dalam

menjalankan tugas membina, memantau dan mengevaluasi terhadap gerakan PKK

kurang optimal karena kehadiran kepala desa dalam memberikan pendampingan

kepada tim penggerak dalam menjalankan program PKK masih sangat minim.38

Sejalan dengan pendapat diatas Filogi Toelle selaku ketua PKK dan Juliana

Pellokila selaku ketua dari anggota tim penggerak PKK pokja II mengatakan

bahwa pelatihan keterampilan yang diberikan tidak kepada seluruh anggota

kelompok PKK sehingga dalam menjalankan usaha tenun ikat dan pembuatan

assesoris tidak semua anggota dapat bekerja dengan baik.39

Responden dengan jawaban terbanyak mengatakan bahwa tugas dan

wewenang kepala desa untuk pembinaan, pemantauan dan evaluasi melalui

gerakan PKK belum optimal sebanyak 5 orang atau 42,85%. Hal ini menunjukan

37
Rensia Nela, Anggota TP PKK Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28 Agustus 2020.
?

38
Kesya Manafe, Anggota TP PKK Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28 Juli 2020.
?

39 ?
Filogi Toelle, Ketua PKK Desa Lidabesi dan Juliana Pellokila, ketua Pokja II Desa Lidabesi
Wawancara 28 Agustus 2020.
47

bahwa lebih banyak responden mengatakan bahwa kepala desa belum mampu

bekerja secara optimal. Seperti yang di sampaikan oleh Juliana Pellokila selaku

anggota tim penggerak PKK sekaligus ketua pokja II mengatakan bahwa tugas

kepala desa belum berjalan secara optimal karena dari program PKK pada pokja II

yakni keterapilan yaitu menenun dan pembuatan asesoris belum diberikan

pendidikan atau pelatihan keterampilan secara tuntas. Selaras dengan pendapat

Ledy Manafe selaku sekretaris PKK dan Leni Sinlae selaku anggota pokja II PKK

mengatakan tugas kepala desa belum berjalan optimal karena komunikasi yang

kurang lancar antara kepala dengan anggota PKK mengenai segala kebutuhan

yang diperlukan untuk menjalankan program PKK.40 Mendukung pendapat di atas

Dian Lian selaku mayarakat yang berpartisipasi dalam gerakan PKK mengatakan

kepala desa belum mampu bekerja secara optimal dilihat dari sumber daya

manusia yang dimiliki oleh tim penggerak serta kader-kader maupun dasawiswa

masih rendah namun kepala desa belum mampu mengusahakan adanya

pendidikan atau pelatihan agar tim penggerak , kader-kader ataupun dasawisma

mampu memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki untuk merealisasikan

gerakan PKK.41 Selanjunya menurut Ros Sinlae, Nina Pelandou, Ika Kartika, dan

Yusni Liu selaku Masyarakat yang berpartisipasi dalam gerakan PKK mengatakan

kepala desa belum bekerja secara optimal karena masih kurangnya pemantauan

ataupun pendampingan secara rutin dan berkala.42

40 ?
Ledy Manafe sekalu Sekretaris PKK Desa Lidabesi dan Leni Sinlae selaku anggota TP PKK
Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.
41 ?
Dian Lian, Masyarakat Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.
42 ?
Ros Sinlae, Nina Pelandou, Ika Kartika, dan Yusni Liu selaku Masyarakat Desa Lidabesi,
Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.
48

Berdasarkan dari data di atas maka dapat di simpulkan bahwa kepala Desa

Lidabesi dalam menjalankan tugas dan wewenang dalam pembinaan pemantauan

dan evaluasi dalam gerakan PKK belum dapat berjalan dengan optimal karena

kurangnya pendidikan dan pelatihan keterampilan, kurangnya komunikasi yang

baik antara kepala desa dengan Tim Penggerak PKK serta kader-kader dari

masing-masing Pokja, sumber daya manusia serta kesadaran hukum setiap

masyarakat yang berpartisipasi yang masih rendah dan kurangnya pendampingan

secara rutin dan berkala.

Terbaca juga pada table 1.1 , mengenai aspek-aspek penelitian, terdapat :

1. Gotong Royong, memiliki kelompok kerja meliputi :

a. Kerja Bakti.

b. Rukun Kematian.

c. Keagamaan.

d. Jimpitan.

e. Arisan.

Terbilang empat dari lima kelompok kerja tersebut berjalan,

sedangkan arisan tidak direalisasikan di Desa Lidabesi.43

2. Pangan, memiliki kelompok kerja yang meliputi :

a. Makanan Pokok

b. Hatinya PKK

Makanan pokok berupa beras, sayur-sayuran, kacang-

kacangan, dan singkong. Sedangkan Hatinya PKK atau

pemanfaatan pekarangan yakni menanam sayur-sayuran atau


43 ?
Filogi Toelle, Ketua PKK Desa Lidabesi, Wawancara 29 Agustus 2020.
49

rempah-rempah di sekitaran halaman rumah. Namun 30 dari 100%

saja masyarakat yang melalkukan hatinya PKK, ini diakibatkan

karena lepasnya ternak warga desa secara liar hingga masuk ke

dalam pekarangan warrga. 44

3. Pendidikan dan Keterampilan, meliputi :

a. Kelompok Belajar ( Paket A, Paket B, Paket C, KF, Paud )

b. Keterampilan ( Pelatihan)

Dikatakan tidak optimal karena tutor dalam kelompok belajar

belum secara tuntas merealisasikan tugas dan tanggung jawabnya

karena faktor kurangnya sedikit masyarakat yang ingin

berpartisipasi.45

4. Kelestarian Lingkungan hidup, meliputi :

a. Jamban

b. Tempat Pembuangan Sampah

c. Sumur, PDAM, SPAL

Dikatakan tidak optimal karena masyarakat setempat kurang

banyak mengerti tentang Kelestarian Lingkungan Hidup ,

karena kurangnya penyuluhan.46

5. Perencanaan Sehat, meliputi :

a. Pria Usia Subur

b. Wanita Usia Subur

c. Akseptor KB
44
Ledy Manafe, Sekretaris PKK Desa Lidabesi, Wawancara Tanggal 29 Agustus 2020.
45
Filogi Toelle, Ketua PKK Desa Lidabesi, Wawancara Tanggal 29. Agustus 2020.
46
Dian Lian, Masyarakat Desa Lidabesi, Wawancara Tanggal 29 Agustus 2020.
50

d. Tabungan Keluarga

Tidak optimal karena datanya belum akurat untuk di verifikasi

pada 1 tahun terakhir, yakni tahun 2019.47

Tabel 2. Tugas dan Wewenang Kepala Desa Lidabesi Dalam Membina,

Memantau Dan Mengevaluasi Terhadap Gerakan PKK di Desa Maubesi

Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao.

N= 11

Sumber: No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase %)

Pengolahan 1. Optimal 3 25,15

data primer, 2. Kurang optimal 3 25,30

2019 3. Tidak optimal 6 49,55

Jumlah 12 100%

(N merupakan jumlah frekuensi yaitu 11 yang terdiri dari 1 orang Ketua TP PKK,

5 orang anggota TP PKK dan 5 orang masyarakat yang berpatisipasi)

Tabel 2.1

47
Filogi Toelle, Ketua PKK Desa Lidabesi, Wawancara Tanggal 29 Agustus 2020.
51

Sumber: Pengolahan data primer Desa Maubesi 2019

Sama hanlnya dengan Desa Lidabesi terbaca pada tabel di atas bahwa

responden yang mengatakan Kepala Desa Maubesi Kecamatan Rote Tengah

Kabupaten Rote Ndao pun telah mampu optimal menjalankan tugas dan

wewenangnya dalam pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK

berjumlah 3 orang responden atau 25,15% saja, seperti yang disampaikan Jovi

Manafe selaku anggota dari TP PKK bahwa Kepala desa sudah berusaha

melakukan pembinaan terhadap gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga dengan memberikan motivasi saat pertemuan PKK untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat, dasawisma, kader-kader serta tim penggerak PKK dalam

menjalankan gerakan PKK maka dari itu dapat mengusahakan agar program PKK

tersebut dapat menjadi maju dan nyata .48 begitupula dengan yang disampaikan di

atas Ria Sinlae dan Florina Kristina Nati selaku anggota dalam TP PKK bahwa

Kepala desa sudah mampu optimal dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

yakni membina, memantau dan mengevaluasi terhadap gerakan PKK, hal ini

terlihat dari kepala desa mengikutsertakan kelompok PKK desa Lidabesi dalam

perlombaan dan pemanfaatan pekarangan datau hatinya PKK.49

Responden dengan jawaban tugas dan wewenang kepala desa dalam

pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK Di Desa Maubesi

Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao optimal berjumlah 3 orang atau

25,30%, hal ini menunjukan bahwa tugas kepala desa dalam pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK kini berjalan cukup baik namun
48 ?
Jovi Manafe, Anggota TP PKK Desa Maubesi, Wawancara Tanggal 1 September 2020.
49 ?
Victoria Sinlae dan Florina Kristina Wati, Anggota TP PKK Desa Maubesi, Wawancara
Tanggal 1 September 2020.
52

masih terdapat beberapa kekurangan yang dapat menjadikan tugas dan wewenang

kepala desa belum sepenuhnya terealisasikan. Hadoran Koebanu, Frederika

Dethan dan Viona Manafe selaku anggota TP PKK dalam gerakan PKK bahwa

Kepala desa dalam menjalankan tugas membina, memantau dan mengevaluasi

terhadap gerakan PKK kurang optimal karena kehadiran kepala desa dalam

memberikan pendampingan dalam pemantauan tata cara atau proses terhadap

gerakan PKK kepada tim penggerak dalam menjalankan program PKK masih

sangat minim.50 Sejalan dengan pendapat diatas Sarawasty Muskanan selaku ketua

PKK dan Martiti Fanggidae selaku ketua PKK pokja II mengatakan bahwa

pelatihan keterampilan yang diberikan berbeda dengan desa Lidabesi , di desa

Maubesi diberikan pelatihan kepada seluruh anggota kelompok PKK sehingga

dalam menjalankan usaha tenun ikat dan pembuatan assesoris semua anggota

dapat bekerja dengan baik, namun kembali dalam halnya kurang partisipasi

masyarakat sehingga belum berjalan sesuai dengan kenyataan. 51

Responden dengan jawaban terbanyak mengatakan bahwa tugas dan

wewenang kepala desa untuk pembinaan, pemantauan dan evaluasi melalui

gerakan PKK belum optimal sebanyak 6 orang atau 49,55%. Hal ini menunjukan

bahwa lebih banyak responden mengatakan bahwa kepala desa belum mampu

bekerja secara optimal. Seperti yang di sampaikan oleh Wasty Muskanan selaku

Ketua PKK mengatakan bahwa tugas kepala desa belum berjalan secara optimal

karena dari program PKK pada pokja I, II, III dan IV yakni Gotong Royong,

50 ?
Hadoran Koebanu, Frederika Dethan dan Viona Manafe , Anggota TP PKK Desa Maubesi,
Wawancara 1 September 2020.
51 ?
Sarawasty Muskanan Ketua PKK Desa Maubesi dan Martiti Fanggidae Ketua Pokja II ,
Wawancara 1 September 2020.
53

Pangan, Pendidikan dan Keterampilan, Kelestarian Lingkungan Hidup dan

Perencanaan Sehat dalam pelatihan, penyuluhan maupun sosialisasi belum

diberikan secara tuntas. Selaras dengan pendapat Ina Bessie selaku sekretaris PKK

dan Sarlin Edon selaku anggota TP PKK mengatakan tugas dan wewenang kepala

desa belum berjalan optimal karena komunikasi yang kurang lancar serta faktor

keturunan dan sifat acuh tak acuh dari beberapa anggota PKK serta masyarakat

yang terlibat untuk melaksanan proses gerakan PKK mengenai segala kebutuhan

yang diperlukan untuk menjalankan program PKK tersebut.52 Mendukung

pendapat di atas Yusri Muskanfola, Na’I Sinaleloe dan Nona Mbeo selaku

mayarakat yang berpartisipasi dalam gerakan PKK mengatakan kepala desa belum

mampu bekerja secara optimal dikatakan belum mampu karena dapat dilihat dari

sumber daya manusia yang dimiliki oleh tim penggerak serta kader-kader maupun

dasawiswa masih sangat rendah walapun Kepala Desa sudah mengusahakan untuk

adanya pendidikan atau pelatihan agar tim penggerak , kader-kader ataupun

dasawisma mampu memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki untuk

merealisasikan gerakan PKK, tetap saja belum ada kesadaran dari beberapa

masyarakat setempat untuk ikut melaksanan program PKK. 53 Selanjunya menurut

Itin Fanggidae, Lola Pellokila dan Sarce Manafe selaku Masyarakat yang

berpartisipasi dalam gerakan PKK mengatakan kepala desa belum bekerja secara

optimal karena masih kurangnya pemantauan ataupun pendampingan secara

rutin.54
52 ?
Ina Bessie, Sekretaris PKK Desa Maubesi dan Sarlin Edon, Anggota TP PKK Desa
Maubesi, Wawancara 1 September 2020.
53 ?
Yusri Muskanfola, Na’I Sinaleloe dan Nona Mbeo Desa Maubesi, Wawancara 1
September 2020.
54 ?
Itin Fanggidae, Lola Pellokila dan Sarce Manafe, Masyarakat Desa Maubesi, Wawancara 1
Septemebr 2020.
54

Berdasarkan dari data di atas maka dapat di simpulkan bahwa kepala Desa

Maubesi dalam menjalankan tugas dan wewenang dalam pembinaan pemantauan

dan evaluasi dalam gerakan PKK belum dapat berjalan dengan optimal karena

kurangnya pendidikan dan pelatihan keterampilan, faktor keturunan, kurangnya

komunikasi yang baik antara kepala desa dengan Tim Penggerak PKK serta

kader-kader dari masing-masing Pokja, sumber daya manusia serta kesadaran

hukum setiap masyarakat yang berpartisipasi yang masih sangat rendah dan

kurangnya pendampingan secara rutin.

Kemudian pada table 2.1 , mengenai aspek-aspek penelitian, terdapat :

a. Gotong Royong, memiliki kelompok kerja meliputi :

1. Kerja Bakti.

2. Rukun Kematian.

3. Keagamaan.

4. Jimpitan.

5. Arisan.

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa, setiap kelompok kerja

dari pokja satu desa Maubesi, yakni gotong royong terlihat optimal

karena ibu-ibu PKK terbilang berperan aktif untuk menjalakan

program PKK yaitu gotong royong.

b. Pangan, memiliki kelompok kerja yang meliputi :

e. Makanan Pokok
55

f. Hatinya PKK

Makanan pokok berupa beras, sayur-sayuran, kacang-

kacangan, dan singkong. Sedangkan Hatinya PKK atau

pemanfaatan pekarangan yakni menanam sayur-sayuran atau

rempah-rempah di sekitaran halaman rumah. Namun 30 dari 100%

saja masyarakat yang melalkukan hatinya PKK, ini diakibatkan

karena lepasnya ternak warga desa secara liar hingga masuk ke

dalam pekarangan warrga. Sama halnya dengan pendapat Ledy

Manafe selaku sekretaris PKK desa Lidabesi, persoalan tersebut

juga dibenarkan oleh Ketua PPK Desa Maubesi yakni Saraswasty

Musakanan.

c. Pendidikan dan Keterampilan, meliputi :

1. Kelompok Belajar (Paud )

2. Keterampilan ( Pelatihan)

Dikatakan tidak optimal karena kelompok belajar dari Paket

A, Paket B, Paket C serta KF tidak ada yang yang bertanggung

jawab untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya,

walaupun sudah di tunjuk melalui hasil rapat, faktor yang

menghambat persoalan ini ialah faktor dana dan kondisi penduduk.


55

d. Kelestarian Lingkungan hidup, meliputi :

1. Jamban

2. Tempat Pembuangan Sampah


55
Saraswasty Muskanan, Ketua PKK Desa Maubesi, Wawancara Tanggal 1 September 2020.
56

3. Sumur, PDAM, SPAL

Dikatakan tidak optimal karena masyarakat setempat kurang

banyak mengerti akan pemahan tentang Kelestarian Lingkungan

Hidup , dan kurangnya rasa peduli terhadap lingkungan sehingga

belum ada kesadaran untuk membuag sampah pada tempatnya . ini

dikarenakan kurangnya juga penyuluhan.56

e. Perencanaan Sehat, meliputi :

1. Pria Usia Subur

2. Wanita Usia Subur

3. Akseptor KB

4. Tabungan Keluarga

Dapat dilihat optimal, karena pedataan cukup jelas tertera bahwa

pria usia subur terdata 53 orang dan wanita usia subur 53 orang,

begitupula dengan akseptor KB , terdapat 53 orang laki-laki dan

35 orang perempuan yg melakukan akseptor KB.

B. Faktor-Faktor Penghambat Tugas dan Wewenang Kepala Desa Lidabesi

dan Maubesi dalam Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi Terhadap

Gerkan PKK di Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao.

Pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa di Desa Lidabesi dan Desa

Maubesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao pada hakekatnya sudah

dilaksanakan, namun belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian kurang maksimal berjalannya tugas dan wewenag


56
Ina Bessie, Sekretaris PKK Desa Maubesi, Wawancara Tanggal 29 Agustus 2020.
57

kepala desa dalam pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK di

sebabkan oleh beberapa faktor penghambat. Berikut diuraikan faktor-faktor

penghambat tersebut:

1). Kualitas Sumber Daya Aparatur Desa.

Kepala desa sebagai penyelenggara pemerintahan desa sudah sepatutnya

memiliki pemahaman yang baik mengenai tugas dan wewenang harus beliau

jalankan. Salah satu tugas da wewenang sebagai pemberdayaan masyarakat desa

demi meningkatkan taraf hidup dan kelestarian masyarakat desa merupakan suatu

hal penting. Kepala desa perlu memahami apa saja yang harus beliau lakukan agar

tugas dan wewenangnya dapat berhasil.

Pemahaman merupakan salah satu proses untuk memahami suatu kegiatan.

Suatu kegitan dapat berjalan jika proses atau cara dapat dipahami dengan baik.

Demikian pula dengan pemahaman kepala desa mengenai program PKK kepala

desa harus mampu membina, memantau dan mengevaluasi Tim Penggerak, Kader

Umum maupun Kader Khusus ataupun Dasawisma agar dapat berdaya dan

produktif. Namun berdasarkan hasil penelitian di Desa Lidabesi dan Desa

Maubesi Kecamatana Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao pemahaman kepala

desa mengenai program Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga masih minim.

Hal ini dapat dilihat dari pembinaan dan Pemantauan yang diberikan kepada TP

PKK, Kader-Kader dan Dasawisma dilakukan hingga tuntas. Seperti yang

disampaikan Juliana Pellokila dan Martiti Fanggidae selaku ketua pokja II Desa

Lidabesi dan Desa Maubesi mengatakan bahwa tugas dan wewenang kepala desa
58

belum berjalan secara optimal karena dari program kerja PKK belum diberikan

pendidikan atau pelatihan, penyuluhan serta sosialisasi secara tuntas.57

Kepala desa juga mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan

pendidikan dan keterampilan berbagai upaya dan pengembangan diri, tapi

kenyataan kepala desa kurang monitoring dan evaluasi kelompok kerja untuk

menumbuhkan keterampilan dan pengembangan diri. Seperti yang disampaikan

Sarlin Edon selaku anggota TP PKK Desa Maubesi mengatakan tugas dan

wewenang kepala desa belum berjalan optimal karena komunikasi yang kurang

lancar serta faktor keturunan dan sifat acuh tak acuh dari beberapa anggota PKK

serta masyarakat yang terlibat untuk melaksanan proses gerakan PKK mengenai

segala kebutuhan yang diperlukan untuk menjalankan program PKK tersebut.58

Sebagai upaya untuk mewujudkan kesejaterahan keluarga, kepala desa harus

lebih rutin melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan

PKK serta memahami besaran dan menyiapkan fasilitas atau peralatan yang

dibutuhkan agar pada saat pelaksanaan program PKK dapat terus berjalan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Ika Kartika dan Mega Manafe selaku masyarakat yang

ikut berpartisipasi melalui Desa Lidabesi dan Desa Maubesi terhadap pelaksanaan

gerakan PKK mengatakan kepala desa belum bekerja secara optimal karena masih

kurangnya pendampingan secara rutin dan berkala.59

Berdasarkan pendapat-pendapat responden di atas dapat di tarik simpulan

bahwa pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa Lidabesi dan Maubesi dalam

57 ?
Juliana Pellokila, Ketua Pokja II Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28 Agustus 2020 dan
Martiti Fanggidae Ketua Pokja II Desa Maubesi, Wawancara tanggal 1 September 2020.
58 ?
Sarlin Edon, Anggota TP PKK Desa Maubesi, Wawancara tanggal 1 September 2020.
59 ?
Ika Kartika , Masyarakat Desa LidaBesi , Wawancara 28 Agustus 2020 dan Mega Manafe,
Masyarakat Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.
59

pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK di Kecamatan Rote

Tengah Kabupaten Rote Ndao belum berjalan dengan maksimal karena

pemahaman kepala desa mengeani program PKK masih minim.

2). Kesadaran Hukum Masyarakat

Kesadaran hukum masyarakat sangat penting di butuhkan demi mencapai

suatu kemajuan. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga masyarakat desa

melalui program PKK dapat berjalan juga dengan adanya kesadaran hukum

masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Kesadaran hukum secara sederhana adalah

aturan yang di buat oleh kepala atau atau bersama dengan perangkatnya untuk di

patuhi oleh masyarakat desa dalam hal ini tim penggerak PKK, kader-kader,

dasawisma dan setiap anggota dari kelompok kerja. Namun dalam kemasyarakat

kesadaran hukum masyarakat untuk ikut terlibat dalam mendukung tugas dan

wewenag kepala desa terhadap gerakan PKK masih rendah, pernyataan ini sesuai

dengan penuturan Cemshy Lian, SH selaku kepala desa di Desa Lidabesi dan

Firlot Pellokila selaku kepala desa di Desa Maubesi, bahwa walaupun sudah di

sampaikan akan diadakan peretemuan untuk memberikan himbaun dan motivasi

serta pelaksanaan program PKK kepada Tim Penggerak PKK, kader-kader,

dasawisma serta kelompok kerja agar mampu berdaya dan produktif namun

jumlah kehadiran masih sangat rendah.60

Selanjutnaya Juliana Pellokila dan Martiti Fanggidae selaku ketua pokja II

Desa Lidabesi dan Desa Maubesi mengatakan kesadaran siap anggota pelaksanaan

program PKK dan masyarakat yang terlibat untuk bergabung dalam gerakan PKK

60 ?
Cemshy Lian, SH, Kepala Desa Lidabesi, Wawancara 29 Agustus 2020 dan Firlot
Pellokila, Kepala Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.
60

masih sangat rendah.61 Hal ini terlihat dari jumlah masyarakat yang mencapai

ratusan tetapi yang berminat gabung bergabung untuk belajar dan memahami

gerakan PKK 30-an masyarakat saja saja.62 Niki Nikita selaku masyarakat yang

berperan aktiv dalam pelaksanaan program PKK Desa Lidabesi dan Yusri

Muskanfola, Na’I Sinaleloe dan Nona Mbeo selaku masyarakat Desa Maubesi

yang ikut terlibat untuk merealisasikan program PKK Desa Maubesi

membenarkan pendapat di atas dan menambahkan bahwa masih banyak Tim

Penggerak, Kader-Kader, Kelopok Kerja atau Kelompok Dasawisma yang belum

sadar bahwa mereka mampu untuk membantu merealisasikan gerakan PKK

tersebut, hal ini juga karena sumber daya manusia yang dimiliki masih sangat

rendah dan faktor kebudayaan setiap anggota keluarga yang bekerja untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Berdasarkan pendapat-pendapat responden di atas dapat di tarik simpulan

bahwa pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa dalam pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK belum berjalan dengan maksimal

karena sumber daya manusia dari TP PKK, Kelompok Kerja masing pokja,

ataupun Kelompok Dasawisma yang masih rendah sehingga kesadaran untuk

bergabung dalam melaksanakan program Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga juga rendah dan faktor kebudayaan setiap anggota keluarga yang

bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

3). Sarana dan Prasarana

61 ?
Juliana Pellokila, Ketua Pokja II Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28 Agustus 2020 dan
Martiti Fanggidae, Ketua Pokja II Desa Maubesi, Wawancara 1 Septembet 2020.
62 ?
Saraswasty Muskanan, Ketua PKK Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020
61

Fasilitas sarana prasaran yang lengkap dan relevan dengan tujuan

pemberdayaan masyarakatakan membantu dalam peningkatan kesejahteraan

keluarga. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Sarana adalah

segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau

tujuan63 sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang

utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan dan proyek).64

Untuk melaksanakan tugasnya Kepala desa membutuhkan fasilitas sarana dan

prasarana dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, tersedianya sarana dan

prasarana menunjang lancarnya suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. Namun

dalam kemasyarakatan yang ada berdasarkan penelitian di Desa Lidabesi dan di

Desa Maubesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao bahwa belum

tersedianya peralatan yang lengkap untuk melakukan pelaksanaan program PKK,

seperti halnya dalam pokja I Gotong Royong meliputi, excavactor dalam

pembuatan jalan, pokja II yakni Pendidikan dan Keterampilan, meliputi buku-

buku untuk taman baca Desa Maubesi namun Perpustakaan Daerah Rote Ndao

sesekali melakukan kunjungan di Desa Maubesi tapi sangat minim untuk

menigkatkan sumber daya masyarakat desa, karena perpustakaan daerah hanya

mengkhususkan untuk anak-asak sekolah setampat. 65


Serta alat untuk membuat

asesoris, berbeda dengan Desa Lidabesi terdapat taman baca atau dengan kata lain

perpustakaan desa sesuai dengan pendapat Cemshy Lian, SH selaku Kepala Desa

Lidabesi.66

63 ?
KBBI,https://.kbbi.web.id/sarana.html
64 ?
KBBI,https://.kbbi.web.id/prasarana.html
65 ?
Sarawasty Muskanan, Ketua PKK Desa Maubesi, Wawancara tanggal 1 September 2020.
66 ?
Cemshy Lian, SH , Kepala Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.
62

Menurut Ledy Manafe selaku sekretaris PKK Desa Lidabesi dan Ina Besie

selaku sekretaris PKK Desa Maubesi mengatakan selain keterbatasan peratalan

untuk melakukan kegiatan keterampilan, prasarana berupa rumah dari gerakan

PKK juga tidak tersedia sehingga kegiatan kumpul-kumpul dan pengerjan

dilakukan disalah satu rumah anggota.67

Berdasarkan pendapat responden-responden di atas dapat di tarik simpulan

bahwa pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa dalam pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK belum berjalan dengan maksimal

karena keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana seperti excavactor untuk

memperbaiki jalan, peralatan pembuatan asesoris serta tidak adanya rumah PKK.

4). Dana

Demi kelancaran dalam suatu kegiatan di butuhkan dukungan dana untuk

pemenuhan kebutuhan alat dan bahan. Bantuan dana yang cukup dapat menunjang

keberhasilan dalam suatu kegiatan. Begitupula dalam kegiatan Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga di Desa Lidabesi dan di Desa Maubesi, di butuhkan dana

untuk penyewaan excavactor pembelian bahan-bahan dan peralatan asesoris.

Namun dalam kemasyarakatan yang terjadi di Desa Lidabesi dan Desa

Maubesi dana yang disediakan pemerintah desa untuk Gerakan PKK dalam

menjalankan program-program yang ada hanya sebesar Rp.1.000.000, dana ini

terbilang sangat kecil untuk operasional 4 Kelompok Kerja dan anggota-anggota

yang perseorangan. Seperti yang di sampaikan Cemshy Lian, SH dan Firlot

Pellokila bahwa bantuan dana yang kecil ini menyebabkan gerakan PKK sangat

67
Ledy Manafe, Sekretaris PKK Desa Lidabesi dan Ina Besie, Sekretaris PKK Desa Maubesi,
?

Wawancara 1 September 2020.


63

sulit untuk berkembang, bahkan sering terjadi kemacetan dalam pelaksanaan

gerakan PKK.68 Senada dengan pernyataan di atas Sarawasty Muskanan selaku

ketua PKK menambahkan bahwa jumlah bantuan dana yang sangat kecil tersebut

juga mengalami keterlambatan cair sehingga tim penggerak PKK tidak dapat

menjalankan usaha dengan baik.69

Berdasarkan pendapat responden-responden di atas dapat di tarik simpulan

bahwa pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa dalam pemberdayaan

kesejahteraan keluarga belum berjalan dengan maksimal karena bantuan dana

untuk kelompok kerja (pokja) yang kecil.

5). Kondisi Penduduk

Keadaan penduduk atau kondisi penduduk merupakan kondisi wilayah yang

dimana berdomisilinya rakyat, yang dimana terdapat suatu komunitas yang

menunjukkan kondisi dari suatu masyarakat.70 Dalam merealisasikan suatu

program tentu adanya partisipasi dari masyarakat setempat untuk menuju

kesejahteraan keluarga yang lebih baik, namun dalam pelaksanaan gerakan PKK

di Desa Lidabesi dan Desa Maubesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote

Ndao, sesuai dengan pendapat Sarlin Edon diatas selaku anggota dari TP PKK

Desa Maubesi beberapa dari sebagian masyarakat masih masa bodoh dan acuh tak

acuh dalam berpartisipasi melaksanakan gerakan atau program dari Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga, dalam penelitian ini, peneliti juga dapat mengambil

kesimpulan dari fakta lapangan bahwa dalam faktor penghambat yakni kondisi

68 ?
Cemshy Lian, SH, Kepala Desa Lidabesi, Wawancara 29 Agustus 2020. Dan Firlot
Pellokila, Kepala Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.
69 ?
Sarawasty Muskanan, Ketua PKK Desa Maubesi, Wawancara 1 Septemeber 2020.
70 ?
Brainly.co.id
64

penduduk ini perlu ada, karena melalui hasil survey rumah-rumah di Kecamatan

Rote Tengah, khususnya Desa Maubesi jaraknya cukup menjadi penghambat

masyarakat desa untuk terlibat berperan aktif dalam melaksanakan Gerakan PKK

Berdasarkan pendapat responden di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

melalui kondisi penduduk ini sebagian masyarakat masih masa bodoh, acuh tak

acuh dan jarak menjadi faktor penghambat dalam merealisasikan dan berparisipasi

untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan Gerakan PKK.

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang tugas dan wewenang

kepala desa dalam pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di Desa Lidabesi dan Desa Maubesi

Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao, peneliti mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa dalam pembinaan,

pemantauan dan evaluasi terhadap gerakan PKK di Desa Lidabesi dan

Desa Maubesi Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao belum

berjalan optimal karena kepala desa belum mampu membina,

memantau dan mengevaluasi proses pelaksanaan gerakan PKK yang di


65

lakukan oleh TP PKK , kader-kader, kelompok kerja ataupun kelompok

dasawisma. Selain itu koordinasi yang dijalankan kepala desa Lidabesi

dan kepala desa Maubesi juga belum optimal serta bantuan dana dari

pemerintah desa juga belum mampu mendukung pelaksanaan gerakan

PKK sehingga gerakan atau program PKK sering mengalami kemacetan

karena dana yang di sediakan pemerintah desa hanya sebesar

Rp.1.000.000 dan pencairan dana dari desa juga mengalami

keterlamabatan sehingga perseorangan dan kelompok PKK

mengunakan dana sendiri atau swadaya walaupun perekonomian lemah.

2. Pelaksanaan tugas dan wewenang desa dalam pembinaan, pemantauan

dan evaluasi melalui program di Desa Lidabesi dan Desa Maubesi

Kecamatan Rote Tengah Kabupaten Rote Ndao belum berjalan dengan

optimal di sebabkan oleh lima faktor penghambat yaitu :

a. Pemahaman kepala desa terhadap Gerakan PKK

b. Kesadaran Hukum Masyarakat

c. Sarana dan prasarana

d. Dana

e. Kondisi Penduduk

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti memberikan beberapa saran

untuk mengatasi masalah tersebut:

a. Kepala desa sebagai penyelenggara pemerintah desa dalam

pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga Kecamatan Rote Tengah


66

dan Kabupaten Rote Ndao sebaiknya membina, memantau dan

mengevaluasi terhadap gerakan PKK dengan memberikan himbauan,

motivasi, sosialisasi, penyuluhan, pelatihan keterampilan serta

pemantauan secara rutin pada keberlanjutan program PKK. Selain itu

kepala desa juga harus rutin melakukan koordinasi melalui rapat,

memberi penilaian dan turun langsung ke lapangan serta pemantauan

melalui ketua PKK dan ketua pokja dari masing-masing pokja.

Selanjutnya untuk mendukung keberlanjutan gerakan PKK dilakukan

dengan bantuan dana yang memadai di tahun anggaran berikutnya.

b. Kepala desa sebagai penyelenggara pemerintah desa dalam

pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga Kecamatan Rote Tengah

dan Kabupaten Rote Ndao harus mempelajari dan memahami tugas

dan wewenang dalam pemberdayaan menuju kesejahteraan keluarga,

melakukan koordinasi dengan semua pihak yang ikut terlibat terhadap

gerakan PKK dan mengalokasikan dana desa yang cukup serta

menyediakan sarana prasarana yang memadai untuk kelancaran

program PKK. Tim Penggerak PKK, Kelompok Kerja, Kelompok

Dasawisma, dan Kader dari setiap Kelompok Kerja PKK sebagai

pihak yang menjalankan program PKK harus menumbuhkan kesadaran

untuk berpartisipasi aktif dalam menambah pemasukan keluarga agar

dapat terwujudnya keluarga yang sejahtera dan mendukung program

PKK di Desa Lidabesi dan Desa Maubesi Kecamatan Rote Tengah

Kabupaten Rote Ndao.


67

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004.

Balai Pemerintahan Desa Kemendagri, Identifikasi Potensi Desa, Yogyakarta.


Balai Pemerintahan Desa Kemendagri, Op.Cit.,
Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya , Ghalia Indonesia,
Bogor, 1989.

Brainly.co.id
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Departemen
Dalam Negeri, Hasil Rapat Kerja Nasional VI PKK, Jakarta, 2005.

Djam,Am Sotari, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung CV, 2014.


Eko Sutoro dan Abdur Rozaki, Prakasa Desentralisasi dan Otonomi Desa,
IRE Press, Yogyakarta, 2005.

HAW Widjaja, Otonomi Desa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 12.

Hikmat Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama


Press , Bandung, 2006.
68

Jhon Friedman, Pemberdayaan Politik Pembangunan Alternatif,


Massachusetts, 1992.
Kurnia Rohmat, Op.Cit.,
Kurnia Rohmat, Pedoman Umum PKK, Bee Media Pustaka, Jakarta, 2019.
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa, Nusamedia, Bandung, 2010.
Ni’matul Huda, Op.Cit.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2006.

Prijono Onny S. dan Pranarka A.M.W, Pemberdayaan Konsep Kebijakan


dan Implementasi, Centre for Strategic and International  Studies, Jakarta,1996.

Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1986.
Soerjono soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan
Hukum(Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008)
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1993,.
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Lembaga
Studi Pembangunan, Bandung, 1997.

Suharto Edi, Op.Cit.,


Sunanro Siswanto,Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2008.

Widjaja,.Pemerintahan Desa Marga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,


2003.

B. Wawancara
Cemshy Lian, SH , Kepala Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.
Cemshy Lian, SH, Kepala Desa Lidabesi, Wawancara 29 Agustus 2020 dan
Firlot Pellokila, Kepala Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.

Dian Lian, Masyarakat Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.


Filogi Toelle, Ketua PKK Desa Lidabesi dan Juliana Pellokila, ketua Pokja II
Desa Lidabesi Wawancara 28 Agustus 2020.

Firlot Pellokila, Kepala Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.

Hadoran Koebanu, Frederika Dethan dan Viona Manafe , Anggota TP PKK


Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.
69

Ika Kartika , Masyarakat Desa LidaBesi , Wawancara 28 Agustus 2020 dan


Mega Manafe, Masyarakat Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.

Ina Bessie, Sekretaris PKK Desa Maubesi dan Sarlin Edon, Anggota TP PKK
Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.

Itin Fanggidae, Lola Pellokila dan Sarce Manafe, Masyarakat Desa Maubesi,
Wawancara 1 Septemebr 2020.

Jovi Manafe, Anggota TP PKK Desa Maubesi, Wawancara Tanggal 1


September 2020.

Juliana Pellokila, Ketua Pokja II Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28


Agustus 2020 dan Martiti Fanggidae, Ketua Pokja II Desa Maubesi, Wawancara 1
Septembet 2020.

Kesya Manafe, Anggota TP PKK Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28 Juli


2020.
Ledy Manafe sekalu Sekretaris PKK Desa Lidabesi dan Leni Sinlae selaku
anggota TP PKK Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.

Ledy Manafe, Sekretaris PKK Desa Lidabesi dan Ina Besie, Sekretaris PKK
Desa Maubesi, Wawancara 1 September 2020.

Marselina Ello, Anggota TP PKK Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28


Agustus 2020.
Rensia Nela, Anggota TP PKK Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 28 Agustus
2020.
Ros Sinlae, Nina Pelandou, Ika Kartika, dan Yusni Liu selaku Masyarakat
Desa Lidabesi, Wawancara tanggal 29 Agustus 2020.

Sarawasty Muskanan Ketua PKK Desa Maubesi dan Martiti Fanggidae Ketua
Pokja II , Wawancara 1 September 2020.

Sarawasty Muskanan, Ketua PKK Desa Maubesi, Wawancara 1 Septemeber 2020.


Sarlin Edon, Anggota TP PKK Desa Maubesi, Wawancara tanggal 1 September
2020.
Victoria Sinlae dan Florina Kristina Wati, Anggota TP PKK Desa Maubesi,
Wawancara Tanggal 1 September 2020.

Yasinta Idung,Ketua pokja II dan ketua kelompok asesoris UP2K,


Wawancara tanggal 27 Juli 2019
70

Yusri Muskanfola, Na’I Sinaleloe dan Nona Mbeo Desa Maubesi,


Wawancara 1 September 2020.

C. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (8) Tentang Pemerintahan


Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 53 ayat (3) Tentang Desa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Presiden Republik Indoneisa Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan
Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013
tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (11) Tentang
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga

D. Internet
https://prasfapet.wordpress.com/2015/05/07/konsep-dan-teori-pemberdayaan-
masyarakat/

KBBI,https://.kbbi.web.id/memantau.html
KBBI,https://.kbbi.web.id/membimbing.html
KBBI,https://.kbbi.web.id/mengevaluasi.html
KBBI,https://.kbbi.web.id/prasarana.html
KBBI,https://.kbbi.web.id/sarana.html
N Riyani, ‘’Sistem Pemerintahan Desa”, diakses dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uns.ac.id
71

/47972/3/BAB%25201.pdf&ved=2ahUKEwj, pada tanggal 2 Septemebr 2020


Pukul 16.30 Wita

Anda mungkin juga menyukai