Anda di halaman 1dari 59

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

Fasilitasi Konvergensi
Pencegahan Stunting di Desa

Oleh: Bito Wikantosa


Direktur Pelayanan Sosial Dasar
Direktorat Jenderal PPMD

Jakarta, 15 November 2018


Fakta : Ketidakberdayaan Desa / Masyarakat Desa

Miskin Terpinggirkan
perempuan, anak, kelompok difabel,
kelompok marginal, kaum miskin
Tidak Minim
Berkuasa Sumber Daya
Paradoks Pembangunan

Pertumbuhan
Ekonomi
Orientasi &
Peningkatan Modal dan Investasi

Ketimpangan

Kekuasaan dan Sumber Daya


Kesenjangan Sosial-Ekonomi
Model Pendekatan Pembangunan

TEKNOKRATIS MASYARAKAT KORPORATIS

PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Pergeseran Paradigma: Pemberdayaan Masyarakat

Sentralistik Partisipatif

Masyarakat Pembangunan yang


Berpusat pada RAKYAT
Subyek Pembangunan (People- Centered)

From Goverment ............ to..................... Governance


 Memberikan hak eksklusif bagi negara untuk mengatur hal-hal publik;
 Persoalan-persoalan publik adalah urusan bersama pemerintah,
civil society dan dunia usaha sebagai tiga aktor utama
 Aktor diluar negara hanya dapat disertakan sejauh negara
mengijinkannya.
Titik tolak : Pemberdayaan Manusia

Memberikan Daya kepada manusia yang Tidak Berdaya agar :


 mampu hadir sebagai individu-individu yang berdaulat atas
dirinya
 mampu hadir sebagai anggota masyarakat yang saling
bekerjasama dalam kolektivitasnya guna memenuhi
kebutuhan hidup masing-masing
Pemberdayaan Masyarakat
 Pemberdayaan masyarakat harus dimaknai sebagai proses pemberkuasaan rakyat.
 Setiap anggota masyarakat berdaulat/berkuasa penuh atas penyelenggaraan
pembangunan
 Pemerintah (Pusat, Daerah, Desa) tidak begitu saja berhak memerintah masyarakat untuk
menjalankan rencana kegiatan pembangunan maupun menerima hasil-hasil
pembangunan tanpa ada penugasan dari masyarakat sebagai pihak yang subjek
pembangunan. Karenanya, perencanaan pembangunan berasal dari usulan masyarakat,
kegiatan pembangunan dilaksanakan oleh masyarakat dan hasilnya sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, posisi Pemerintah
hanyalah rutin melayani kepentingan masyarakat, menindaklanjuti permintaan
masyarakat dan secara terus menerus mendorong musyawarah dan gotong royong untuk
mewujudkan kemandirian masyarakat.
PENDEKATAN COMMUNITY DRIVEN DEVELOPMENT

Secara teoritis desain CDD harus mencakup unsur-unsur sebagai berikut:


1. pengembangan kapasitas (capacity building) kelompok-kelompok
masyarakat,
2. mempromosikan “kondisi-kondisi yang memampukan” (dalam bentuk
penyediaan dana pembangunan, alat-alat, informasi dan kesempatan
berusaha) melalui reformasi kelembagaan dan kebijakan publik
(desentralisasi, pembangunan partisipatif, dll),
3. memperkuat hubungan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat.

9
PRAKTEK COMMUNITY DRIVEN DEVELOPMENT

Praktek CDD mencakup beberapa tahapan kegiatan yang dirancang secara jelas, terpilah dan sistematis
dengan pokok-pokok prosedur maupun mekanisme meliputi:
1. Kata kunci utama CDD adalah pemulihan kembali hak-hak warga masyarakat Desa untuk bertindak
secara otonom sebagai subyek pembangunan.
2. Masyarakat desa dapat mengelola sumberdaya pembangunan secara otonom apabila disediakan
prosedur atau mekanisme perencanaan pembangunan yang kondusif untuk menyampaikan aspirasi.
Sistem pembangunan partisipatif menjadi faktor penting dalam pemberdayaan masyarakat.
3. Perencanaan pembangunan partisipatif lebih berdaya guna secara fungsional apabila masyarakat
dapat memperoleh akses sumberdaya pembangunan secara mudah dan sederhana. Langkah
strategisnya adalah menyediakan dana bantuan langsung kepada masyarakat (block grant).
4. Faktor utama pemberdayaan masyarakat adalah adanya pendamping masyarakat dalam posisinya
yang relatif independen. Pendamping masyarakat ini bertugas untuk mempermudah warga desa
memperoleh akses informasi, teknologi, dan ketrampilan lain terkait dengan kebutuhan program.
Pendamping membantu warga desa menggunakan sumberdaya program sebagai media
pembelajaran dalam mengelola pembangunan desa secara swakelola.

1
0
Ketidakberdayaan Masyarakat Desa
Pembangunan sektor Pembangunan sektor
ekonomi lingkungan
sektor etc.
Desa Sebagai OBYEK Pembangunan:

Di tingkat makro Penguatan Sistem


• Pembangunan bersifat proyek -> tidak pemerintahan Desa
berkesinambungan. Kelompok
Kelompok
• Lokasi tidak merata -> faktor politik sangat
berperan.

Di Tingkat Mikro ? Pemerintahan


Desa
• Fragmentasi/tumpang tindih kegiatan

• Fragmentasi kelembagaan MASYARAKAT DESA


Kelompok
• Fragmentasi perencanaan

• Fragmentasi keuangan

• Tumpang tindih kelompok sasaran

CDD Project
1 Perbaikan sektor gizi
1
KEBIJAKAN DANA DESA

± Rp 280,3 jt/desa ± Rp 643,6 jt/desa ± Rp 800,4 jt/desa ± Rp 800,4 jt/desa

Rp 20,7 T Rp 46,98 T Rp 60 T Rp 60 T

2015 2016 2017 2018


74.093 DESA 74.754 DESA 74.910 DESA 74.958 DESA
Penyerapan Sebesar Penyerapan Sebesar Penyerapan Sebesar
82,72% 97,65% 98,41%
Dana Desa Tahun 2019 direncanakan
Rp.70 Trilyun

3
REKAPITULASI PEMANFAATAN DANA DESA
TAHUN 2015-2017

PENAHAN
JALAN JEMBATAN PASAR BUMDES TANAH AIR BERSIH MCK POLINDES
DESA 791.258 MTR DESA 26.750 UNIT 67.094 UNIT 38.331 UNIT 112.003 5.402 UNIT
123.858 KM 6.576 UNIT UNIT

TAMBATAN EMBUNG IRIGASI SARANA DRAINASE


OLAH RAGA PAUD POSYANDU SUMUR
PERAHU 1.971 UNIT 28.830 UNIT 38.217.065
3.111 UNIT 18.177 UNIT 11.574 UNIT 31.122 UNIT
2.960 UNIT UNIT

*) Data Per 23 April 2018


14
PEMANFAATAN DANA DESA TAHUN 2015. 2016, 2017
No. Bidang Kegiatan Alokasi Dana (%)
Tahun 2015 1. Penyelanggaraan Pemerintahan Desa 686,351,106,153 6,25%
Jml DD : Rp.20,67 T 2. Pelaksanaan Pembangunan Desa 9,420,214,182,707 85,77%
Serapan : 82,72%
Jml Desa : 74.093 Desa 3. Pembinaan Kemasyarakatan 385,378,012,044 3,51%
4. Pemberdayaan Masyarakat 490,981,598,401 4,47%

No. Bidang Kegiatan Alokasi Dana (%)

Tahun 2016 1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar


2. Sarana Prasarana Desa
2.146.225.867.813
29.519.286.427.993
5,90%
81,14%
Jml DD : Rp.46,98 T
Serapan : 97,65% 3.Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal 617.957.344.747 1,70%
Jml Desa : 74.754 Desa
4. Pemanfaatan SDA dan Lingk. Berkelanjutan 90.746.958.350 0,25%

5. Pemberdayaan Masyarakat 2.581.971.915.457 7,10%


6. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 889.989.990.597 2,45%
7. Pembinaan Kemasyarakatan 533.213.106.064 1,47%

No Bidang Anggaran (%)


1 Pemenuhan Kebutuhan Dasar 2,706,044,028,110 7.61%
Tahun 2017 2 Sarana Prasarana Desa
3 Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal
26,884,166,144,890
1,181,226,564,129
75.56%
3.32%
Jml DD : Rp.60 T 4 Pemanfaatan SDA dan Lingk Berkelanjutan 179,909,356,888 0.51%
Serapan : 98,41% 5 Pemberdayaan Masyarakat 3,362,008,335,573 9.45%
Jml Desa : 74.910 Desa 6 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 740,106,179,912 2.08%
7 Pembinaan Kemasyarakatan 527,479,843,438 1.48%
TOTAL 35,580,940,452,940 1 100%
5
Ketidakberdayaan Masyarakat Desa
Pembangunan sektor Pembangunan sektor
ekonomi lingkungan
sektor etc.
Desa Sebagai OBYEK Pembangunan:

Di tingkat makro Pemberdayaan


• Pembangunan bersifat proyek -> tidak Masyarakat Desa
berkesinambungan. Kelompok
Kelompok
• Lokasi tidak merata -> faktor politik sangat
berperan. Perempuan, Anak,
Di Tingkat Mikro ? Pokmas Difabel,
Pokmas Marginal,
• Fragmentasi/tumpang tindih kegiatan Pokmas Miskin

• Fragmentasi kelembagaan Pemerintah Desa


Kelompok
• Fragmentasi perencanaan

• Fragmentasi keuangan

• Tumpang tindih kelompok sasaran

PROYEK DANA DESA


1 Perbaikan sektor gizi
6
MANUSIA ADALAH SUBYEK YANG BERDAULAT
TERHADAP DIRINYA SENDIRI
satu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa manusia dalam kondisi tidak berdaya akan secara
terus-menerus berupaya untuk keluar dari situasi ketidakberdayaan yang membelenggunya
Manusia adalah Makhluk Sosial
individu-individu yang terdapat di dalam masyarakat saling berhubungan atau berinteraksi
satu sama lain
Pendekatan Perikehidupan
Pendekatan Perikehidupan Berkelanjutan Berkelanjutan adalah suatu cara
berpikir mengenai tujuan, lingkup
dan prioritas pembangunan
manusia. Perikehidupan berisikan
kemampuan, modal (termasuk
sumber daya material dan sosial) dan
kegiatan yang dibutuhkan sebagai
cara untuk bertahan hidup. Suatu
perikehidupan dikatakan
berkelanjutan bila perikehidupan
tersebut dapat mengatasi dan
memulihkan guncangan dan
himpitan serta menjaga ataupun
meningkatkan kemampuan dan
modal yang dimiliki pada saat
sekarang dan di masa depan, dengan
tidak hanya mengandalkan sumber
daya alam.

Sumber:https://field-
indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-
berkelanjutan/

sumber: http://www.fao.org/3/ad684e04.htm
Modal Perikehidupan
1. Modal Manusia terdiri dari keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan kesehatan dalam kondisi yang baik yang secara
bersamaan mendorong orang-orang mengejar berbagai strategi dan mencapai tujuan perikehidupan mereka.
2. Modal Sosial merupakan sumber daya sosial yang digunakan orang-orang untuk meraih tujuan perikehidupan. Modal sosial dikembangkan
melalui: jejaring dan hubungan, baik secara vertikal (patron/klien) maupun horizontal (di antara para individu dengan minat yang sama) yang
meningkatkan kepercayaan dan kemampuan orang-orang untuk bekerja sama dan memperluas akses mereka ke berbagai lembaga, seperti
organisasi politik atau sipil;keanggotaan dalam kelompok formal yang sering mengikatkan pada kewajiban untuk saling bersepakat atau
menerima kesepakatan aturan bersama, norma dan sangsi; serta hubungan akan kepercayaan, kebersamaan dan saling berbagi yang dapat
memfasilitasi kerja sama, mengurangi pengeluaran bertransaksi dan menyediakan landasan dasar bagi jaring pengaman informal di antara
kelompok miskin.
3. Modal Alam merupakan istilah yang digunakan untuk sumber daya alam yang dimanfaatkan ataupun dinikmati secara langsung (misalnya,
pertanian, perikanan) atau dari tempat sumber alam itu mengalir dan tersedia (misalnya, siklus nutrisi, perlindungan erosi) yang bermanfaat
bagi perikehidupan yang bersangkutan. Hubungan antara modal alam dan Konteks kerentanan sangat dekat sekali.
4. Modal Fisik terdiri dari infrastruktur dasar dan pihak penghasil barang yang diperlukan untuk mendukung perikehidupan. Hal ini termasuk
beberapa komponen penting seperti: dapat diandalkan dan terjangkau; bangunan dan tempat perlindungan yang aman; pasokan air yang
mencukupi dan sarana sanitasi; energi yang murah; serta akses informasi (komunikasi).
5. Modal Keuangan bermakna sumber daya keuangan yang digunakan oleh orang-orang untuk mencapai tujuan perikehidupan mereka,
termasuk aliran atau cadangan dana dan berkontribusi terhadap konsumsi serta produksi. Akses modal keuangan — misalnya, kredit — kerap
kali sama pentingnya dengan dana modal.

Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-berkelanjutan/
Konteks Kerentanan
Konteks Kerentanan merupakan kerangka dari lingkungan eksternal tempat masyarakat berada. Perikehidupan orang-orang
dan ketersediaan modal yang lebih luas sangat dipengaruhi oleh kecenderungan yang kurang menguntungkan serta guncangan
dan musiman — yang bisa saja membuat mereka menjadi terbatas atau tidak berkuasa. Faktor-faktor ini memiliki dampak
langsung terhadap kehidupan dan modal masyarakat, dan pilihan yang terbuka bagi mereka untuk memperoleh penghasilan
dari perikehidupan mereka.
Guncangan dapat menghancurkan modal yang dimiliki seseorang atau memaksa seseorang meninggalkan rumah dan sumber
perikehidupan yang dimiliki. Guncangan termasuk bencana alam, guncangan ekonomi, gagal panen maupun wabah, dan
konflik.
Kecenderungan lebih dapat diperkirakan, meskipun tidak bisa dikatakan kurang merisaukan. Kecenderungan termasuk di
antaranya perubahan teknologi, kecenderungan ekonomi tingkat nasional maupun internasional, perubahan dalam pola
pemakaian sumber daya, dan pergeseran demografis/penduduk.
Perubahan secara musiman termasuk fluktuasi harga, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja.
Faktor-faktor ini secara langsung berdampak pada kehidupan masyarakat, namun hanya sedikit individu maupun kelompok
kecil warga yang dapat mengurangi kerentanan mereka, selain menjadi waspada akan tekanan-tekanan di dunia kerja mereka
dan bekerja jeras meningkatkan ketahanan mereka, serta mencari langkah pemulihan pada tingkatan Kebijakan, Proses, dan
Kelembagaan (misalnya, perubahan kebijakan, bantuan dari pemerintah maupun dari LSM).

Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-berkelanjutan/
Kebijakan, Proses, dan Kelembagaan
Kebijakan, proses dan kelembagaan dalam kerangka kerja perikehidupan adalah lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, kebijakan-kebijakan
dan perundangan yang membentuk perikehidupan. Hal ini berupa norma, praktek dan struktur kebudayaan. Kebijakan, proses, dan
kelembagaan bekerja di semua tingkatan, mulai dari rumah tangga hingga arena internasional, dan di semua lapisan, mulai dari yang paling
pribadi hingga yang paling umum. Semua itu secara efektif menentukan: akses dan ketersediaan bebagai jenis modal, strategi perikehidupan
dan lembaga pengambil keputusan dan sumber pengaruh; syarat pertukaran di antara berbagai jenis modal; dan Imbalan (secara ekonomi dan
lainnya) terhadap tiap strategi perikehidupan yang disediakan.
Berbeda dari faktor yang ada dalam Konteks Kerentanan, semua individu dan warga masyarakat (bahkan kelompok miskin) dapat memiliki
pengaruh dalam menentukan kebijakan, proses dan kelembagaan yang berdampak pada perikehidupan mereka. Strategi dapat berkisar dari
resistensi pasif hingga keanggotaan aktif dalam lembaga-lembaga pengambil keputusan.
Kebijakan, proses dan kelembagaan berkecenderungan terbentuk dari faktor-faktor yang ada dalam Konteks Kerentanan, juga keterkaitan
dengan modal yang dimiliki warga yang mereka kaitkan. Hubungan tersebut dialektikal, karena kebijakan, proses dan kelembagaan dapat
menekan maupun mengendalikan guncangan, kecenderungan dan perubahan musiman. (misalnya, hubungan antara kebijakan konservasi
hutan dan banjir, erosi dan kekeringan), juga ketersediaan, akses, dan perubahan nilai berbagai modal perikehidupannya.
Pendekatan partisipatif (termasuk pelatihan dari petani ke petani, riset aksi dan dialog mengenai kebijakan) digunakan untuk melakukan
transformasi terhadap berbagai jenis modal (termasuk modal alam, manusia dan sosial) menjadi hasil perikehidupan yang bernilai positif, yakni
keamanan pendapatan, pasokan pangan dan kesehatan, dan peningkatan warga masyarakat sipil di pedesaan.

Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-berkelanjutan/
Kerangka Kerja Perikehidupan Berkelanjutan di Desa
Kerangka Kerja Perikehidupan Berkelanjutan berpusat pada
kelompok manusia. Tujuannya adalah membantu pihak
pemangku kepentingan dengan berbagai perspektif untuk
terlibat dalam kegiatan bertukar pikiran yang terstruktur dan
DESA dipahami dengan jelas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perikehidupan, makna pentingnya yang terkait,
dan bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi. Hal ini,
selanjutnya, dapat membantu mengidentifikasi langkah-
langkah awal yang sesuai untuk mendukung perikehidupan.
Kerangka kerja terdiri dari tiga bagian yang berbeda, atau
ranah analisis: Konteks kerentanan, serangkaian Modal
Perikehidupan, serta Kebijakan, Proses, dan Kelembagaan.
Kerangka kerja ini tidak bekerja secara linier, dan tidak
berusaha menghadirkan suatu model tentang
realita. Melainkan, kerangka ini merupakan suatu cara yang
sangat sederhana untuk mengarahkan isu, pengaruh, proses
dan interaksi, yang dapat membantu dalam menyiapkan tujuan
dan menyusun strategi dalam rangka meningkatkan
keberkelanjutan dan memperbaiki perikehidupan. Kerangka
ini merupakan alat yang fleksibel, yang dapat diadaptasi untuk
memenuhi kebutuhan pada keadaan-keadaan tertentu.

Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-
perikehidupan-berkelanjutan/
 Perjuangan rumah tangga untuk mengakses beragam
GERAK KEBERDAYAAN RUMAH TANGGA sumberdaya adalah bagian dari upaya menolong diri
sendiri. Namun demikian, perjuangan penduduk miskin ini
mensyaratkan adanya perjuangan kolektif melalui
organisasi sosial maupun jaringan kerja sosial dalam
kerangka tatanan masyarakat demokratis. Rumah
tangga/keluarga miskin berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan sekaligus mengembangkan
kontrol publik atas implementasi dari keputusan-
keputusan publik.
 Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat menekankan
keutamaan politik/interesan. Politik dalam rangka
pemberdayaan masyarakat ini merupakan transformasi
politik ke dalam tindakan nyata, khususnya demokrasi hadir
dalam hidup sehari-hari. Masing-masing individu
berpartisipasi sesuai konteks hidupnya. Dengan demikian,
demokrasi memberi ruang bagi anggota masyarakat dalam
melindungi dan memperjuangkan kepentingan mereka.
Misalnya, perjuangan mempertahankan alat-alat produksi
maupun norma-norma dan adat budaya yang sudah ada.
 Pemberdayaan digerakan sendiri oleh masyarakat miskin
perdesaan baik sebagai individu-individu maupun sebagai
komunitas, untuk secara terus-menerus menegakkan
kedaulatan sehingga memiliki keberdayaan mewujudkan
hak-haknya maupun dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya.
Pergeseran Paradigma:
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Pemberdayaan :
Pembangunan dengan cara menumbuhkan kesadaran DESA yang
pandang MANUSIA (masyarakat kritis, pengetahuan,
kemampuan dan
Berdaulat,
Desa ) sebagai SUBYEK
kehidupan. meningkatkan Berdikari,
keterampilan serta
mendewasakan sikap
Berbudaya
VISI KEDAULATAN DESA
ASAS REKOGNISI

KEWENANGAN BERDASARKAN
HAK ASAL-USUL PEMERINTAHAN DESA

KEWENANGAN DESA : PEMBANGUNAN DESA


DESA MENGATUR DAN MENGURUS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DESA •.
KEWENANGAN BERSKALA PEMBINAAN KEMASYARAKATAN
LOKAL DESA DESA

ASAS SUBSIDIARITAS
Kedaulatan adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri. Hal ini tampak tegas disebutkan dalam definisi Desa menurut UU Desa yaitu bahwa
Desa dalam batas wilayahnya berwewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan urusan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
TATA KELOLA DESA
yang Demokratis dan Berkeadilan Sosial
Prinsip Tata Kelola Desa
• Check and balances antara Kepala Desa Musyawarah Desa
dengan Badan Permusyawaratan desa.
(psl. 54)
• Demokrasi perwakilan + permusyawarahan.
• Proses demokrasi partisipatoris melalui
Musdes • RPJM-Desa
• Asset Desa
• Hal-hal Strategis

Kepala Desa Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


(psl. 25 – 53) (psl. 55 -65)
• RPJM-Desa dan RKP-Desa
• APB-Desa
Perangkat Desa
• Peraturan Desa
(Pelayanan)
• Kinerja Pemerintah
• Kerja Sama
Dipilih langsung
Panitia (ad-hok)
Dipilih secara
BUMDes
Warga/Masyarakat Demokratis

Lembaga Klp. Special Interest


Kemasyarakatan/Adat
Perwakilan Bagian Wilayah Desa
2
9
PEMBANGUNAN DESA
Pasal 74 ayat 2 (dan penjelasannya) kebutuhan primer dan pelayanan dasar:
Kebutuhan primer: sandang, papan, pangan PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA
Pelayanan dasar : pendidikan, kesehatan, infrastruktur
a. Peningkatan Pelayanan Dasar;
b. Pembangunan dan
Pemeliharaan Infrastruktur dan
Meningkatkan KUALITAS HIDUP
Lingkungan
Manusia PEMBANGUNAN DESA
(Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan) c. Pengembangan Ekonomi
Pertanian Berskala Produktif;
Meningkatkan KESEJAHTERAAN
Masyarakat Desa d. Pengembangan dan
Mengedepankan Kebersamaan, Kekeluargaan, Pemanfaatan Teknologi Tepat
Kegotongroyongan guna mewujudkan
PENANGGULANGAN KEMISKINAN Pengarusutamaan Perdamaian & Keadilan Sosial
Guna
e. Peningkatan Kualitas Ketertiban
dan Ketenteraman Masyarakat
Desa
DESA KUAT, MAJU, MANDIRI, DEMOKRATIS PEMBANGUNAN DESA BERKELANJUTAN

TATA KELOLA DESA YANG DEMOKRATIS 3


0
MANDAT UNDANG-UNDANG DESA
Pembangunan Desa yang Partisipatif dan Inovatif:
Mendayagunakan Sumberdaya Desa untuk sebesar-besarnya Kesejahteraan Rakyat

RENSTRA SKPD

INTEGRASI
VISI MISI KADES TERPILIH Arah Kebijakan
Perencanaan
Pembangunan Desa
Mufakat secara
Damai
RPJMDESA CITA-CITA
DESA

ASPIRASI MASYARAKAT
RKP DESA & APBDESA PER
DESA TAHUN

 Sumberdaya Manusia di Desa


 Sumberdaya Alam di Desa
 Keuangan dan Aset Desa (termasuk Dana Desa)
 Masalah-Masalah Fundamental di Desa
 Peluang dan Potensi Pertumbuhan Ekonomi

PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA YANG INOVATIF


MANDAT UNDANG-UNDANG DESA
Pemberdayaan Masyarakat Desa :
Memberkuasakan Masyarakat Desa sebagai Subjek Pembangunan Desa

Pengembangan Kapasitas Pengorganisasian Kelompok Penyelengaraan Desa yang Demokratis dan


Individu Kepentingan Berkeadilan Sosial
 Pelatihan Masyarakat  Kaderisasi Desa  Visi Kedaulatan Desa
 Pelatihan  Pembentukan atau  Demokratisasi Desa
Kepemimpinan Penguatan Kelompok  Gerakan Swadaya Politik
 Pelatihan Kerja Kepentingan di Desa  Pilkades Anti Politik Uang
 BPD sebagai Lembaga Penyeimbang
 Musyawarah Desa yang Demokratis
 Peraturan Desa yang berkeadilan sosial

SEKOLAH LAPANG, KETERBUKAAN INFORMASI PEMBANGUNAN DESA, COMMUNITY CENTER, DESA


ADAT

PANCASILA, PENERAPAN IPTEK, DAN PENGORGANISASIAN KOMUNITAS

PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA YANG IDEOLOGIS


PENCEGAHAN STUNTING di DESA
Latar Belakang dan Tujuan

Tujuan

Adanya komitmen Kepala Desa,


anggota BPD dan masyarakat dalam Keterlibatan aktif kader desa dan
pencegahan stunting sebagai salah sasaran keluarga 1.000 HPK
satu arah kebijakan pembangunan dalam pembangunan desa;
desa

Terjadinya Konvergesi
Adanya kegiatan-kegiatan
pencegahan stunting di desa
pencegahan stunting dalam
secara partisipatif, transparan
Stunting pada Balita: 29,9% pembangunan desa;
dan akuntabel;
Sumber: Riskesdas (2018)

Adanya keterpaduan
 UU No 6/2014 ttg Desa Ps. 80 ayat 4, peningkatan kualitas pembangunan desa dengan
Terjadinya sinergitas dan
dan akses terhadap pelayanan dasar sebagai prioritas kerjasama antar pemangku
kawasan perdesaan dan/atau
kepentingan dalam pencegahan
Pembangunan Desa daerah dalam pencegahan
stunting secara terpadu
 Target penurunan Stunting dalam RPJMN 2015-2019 stunting;
menjadi 28% di tahun 2019.
 Rapat Koordinasi Tingkat Menteri untuk penurunan stunting Terjadinya konsolidasi
sumberdaya di desa,
dilakukan dengan pendekatan multi-sektor melalui pemerintah, pemda, pihak ketiga
sinkronisasi program-program nasional, lokal, dan dalam konvergensi pencegahan
masyarakat di tingkat pusat maupun daerah stunting;
34
Pencegahan Stunting

29,9%

29,9%

9 Juta
STRATEGI UTAMA PENURUNAN ANGKA STUNTING:
PENDEKATAN MULTISEKTOR DAN INTERVENSI TERINTEGRASI

Intervensi Gizi Spesifik (Kemkes) Intervensi Gizi Sensitif


 Suplementasi gizi makro dan mikro
(TTD, Vitamin A, Taburia)
 ASI Eksklusif, MP-ASI Kem Air bersih dan
PAUD Kemdikbud
PU&PR sanitasi
 Fortifikasi
 Kampanye gizi seimbang
 Kelas ibu hamil
Ketahanan
 Obat cacing Fortifikasi Kemperin Kemtan pangan
 Penanganan kekurangan gizi
 JKN
Bantuan Keamanan
Enabling Factors pangan non Kemsos BPOM pangan
 Kemendagri (NIK, akta lahir, APBD) tunai, PKH

 Kemenkeu (Dana Insentif Daerah)

 Kemendes PDTT (Dana Desa) Kursus pranikah,


Kesehatan reproduksi,
BKKBN Kemenag pendidikan gizi,
Bina Keluarga Balita
pemuka agama
Bappenas
Koordinator Pelaksana Teknis
PERAN DESA DALAM KONVERGENSI PENCEGAHAN STUNTING

Sumber Dana:
- OPD penyedia layanan
- Program sektoral masuk desa
- Kewenangan desa;

AKSES DAN KUALITAS LAYANAN KEMANDIRIAN DESA


- Peningkatan peran dan kapasitas (kesiapan)
- Pemenuhan 5 (lima) paket layanan dasar
setiap pelaku di desa
pencegahan stunting
- Kemandirian layanan berbasis masyarakat;
- Meningkatkan dukungan anggaran rutin
PAUD, Posyandu, Kelompok Keluarga
desa
- Keberlanjutan gerakan bersama; Rencana
- Monitoring partisipatif dan advokasi
Aksi Desa, Sekretariat Bersama, Regulasi
penyediaan layanan
Desa

Desa
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA
untuk PENCEGAHAN STUNTING
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PRIORITAS DANA DESA

a. Peningkatan Pelayanan
Dasar;
b. Pembangunan dan
Pemeliharaan Infrastruktur Meningkatkan KUALITAS
dan Lingkungan HIDUP Manusia

c. Pengembangan Ekonomi
Pertanian Berskala
DANA DESA Produktif; Meningkatkan
KESEJAHTERAAN
d. Pengembangan dan Masyarakat Desa
Pemanfaatan Teknologi
Tepat Guna
e. Peningkatan Kualitas PENANGGULANGAN
Ketertiban dan KEMISKINAN
Ketenteraman Masyarakat
Desa
KEBIJAKAN PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK PENCEGAHAN STUNTING
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019

Pasal 6
1) Peningkatan pelayanan publik ditingkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3), yang diwujudkan dalam upaya peningkatan gizi masyarakat serta pencegahan
anak kerdil (stunting).
2) kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. penyediaan air bersih dan sanitasi;
b. pemberian makanan tambahan dan bergizi untuk balita;
c. pelatihan pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil atau ibu menyusui;
d. bantuan posyandu untuk mendukung kegiatan pemeriksaan berkala kesehatan ibu
hamil atau ibu menyusui;
e. pengembangan apotik hidup desa dan produk hotikultura untuk memenuhi
kebutuhan gizi ibu hamil atau ibu menyusui;
f. pengembangan ketahanan pangan di Desa; dan
g. kegiatan penanganan kualitas hidup lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa
dan diputuskan dalam musyawarah Desa.
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
Bagian Kedua
Bidang Pemberdayaan Manusia

Pasal 10
f. dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan,
1) Dana Desa digunakan untuk membiayai program dan kegiatan bidang
kesehatan, pemberdayaan warga miskin, pemberdayaan perempuan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang ditujukan untuk meningkatkan
anak, serta pemberdayaan masyarakat marginal dan anggota masyarakat
kapasitas dan kapabilitas masyarakat Desa dalam penerapan hasil
Desa penyandang disabilitas;
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna,
g. dukungan pengelolaan kegiatan pelestarian lingkungan hidup;
dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat
h. dukungan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial serta
Desa dengan mendayagunakan potensi dan sumberdayanya sendiri.
penanganannya;
2) Kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa yang diprioritaskan antara
i. dukungan permodalan dan pengelolaan usaha ekonomi produktif yang
lain:
dikelola oleh BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama;
a. peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,
j. dukungan pengelolaan usaha ekonomi oleh kelompok masyarakat, koperasi
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan Desa;
dan/atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya;
b. pengembangan kapasitas masyarakat Desa yang dilaksanakan di Desa
k. pendayagunaan sumberdaya alam untuk kemandirian Desa dan peningkatan
setempat;
kesejahteran masyarakat;
c. pengembangan ketahanan masyarakat Desa;
l. penerapan teknologi tepat guna untuk pendayagunaan sumberdaya alam
d. pengembangan ketahanan keluarga;
dan peningkatan usaha ekonomi pertanian berskala produktif;
e. pengelolaan dan pengembangan sistem informasi Desa melalui
m. pengembangan kerja sama antar Desa dan kerja sama Desa dengan pihak
pengembangan kapasitas dan pengadaan aplikasi perangkat lunak
ketiga; dan
(software) dan perangkat keras (hardware) komputer untuk
n. kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa lainnya yang sesuai dengan
pendataan dan penyebaran informasi pembangunan dan
kewenangan Desa dan diputuskan melalui musyawarah Desa.
pemberdayaan masyarakat Desa yang dikelola secara terpadu;
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
a. Daftar Kegiatan Prioritas Bidang Pembangunan Desa

1) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana Desa


a) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan pemukiman,
antara lain:
1. pembangunan dan/atau perbaikan rumah sehat untuk fakir miskin;
2. penerangan lingkungan pemukiman;
3. pedestrian;
4. drainase;
5. tandon air bersih atau penampung air hujan bersama;
6. pipanisasi untuk mendukung distribusi air bersih ke rumah penduduk;
7. alat pemadam kebakaran hutan dan lahan;
8. sumur resapan;
9. selokan;
10. tempat pembuangan sampah;
11. gerobak sampah;
12. kendaraan pengangkut sampah;
13. mesin pengolah sampah; dan
14. sarana prasarana lingkungan pemukiman lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan
dalam musyawarah Desa.
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
a. Daftar Kegiatan Prioritas Bidang Pembangunan Desa

2) Peningkatan Kualitas dan Akses terhadap Pelayanan Sosial Dasar


a) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana kesehatan, antara lain:
1. air bersih berskala Desa;
2. sanitasi lingkungan;
3. jambanisasi;
4. mandi, cuci, kakus (MCK);
5. mobil/kapal motor untuk ambulance Desa;
6. alat bantu penyandang disabilitas;
7. panti rehabilitasi penyandang disabilitas;
8. balai pengobatan;
9. posyandu;
10. poskesdes/polindes;
11. posbindu;
12. reagen rapid tes kid untuk menguji sampel-sampel makanan; dan
13. sarana prasarana kesehatan lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan dalam
musyawarah Desa.
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
a. Daftar Kegiatan Prioritas Bidang Pembangunan Desa

2) Peningkatan Kualitas dan Akses terhadap Pelayanan Sosial Dasar


b) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan dan kebudayaan
antara lain:
1. taman bacaan masyarakat;
2. bangunan Pendidikan Anak Usia Dini;
3. buku dan peralatan belajar Pendidikan Anak Usia Dini lainnya;
4. wahana permainan anak di Pendidikan Aanak Usia Dini;
5. taman belajar keagamaan;
6. bangunan perpustakaan Desa;
7. buku/bahan bacaan;
8. balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat;
9. sanggar seni;
10. film dokumenter;
11. peralatan kesenian; dan
12. sarana prasarana pendidikan dan kebudayaan lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa dan
diputuskan dalam musyawarah Desa.
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
b. Daftar Kegiatan Prioritas Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

1) Peningkatan Kualitas dan Akses terhadap Pelayanan Sosial Dasar


a) pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain:
1. penyediaan air bersih;
2. pelayanan kesehatan lingkungan;
3. kampanye dan promosi hidup sehat guna mencegah penyakit seperti penyakit menular, penyakit seksual, HIV/AIDS,
tuberkulosis, hipertensi, diabetes mellitus dan gangguan jiwa;
4. bantuan insentif untuk kader kesehatan masyarakat;
5. pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan sehat untuk peningkatan gizi bagi balita dan anak sekolah;
6. kampanye dan promosi hak-hak anak, ketrampilan pengasuhan anak dan perlindungan Anak;
7. pengelolaan balai pengobatan Desa dan persalinan;
8. perawatan kesehatan dan/atau pendampingan untuk ibu hamil, nifas dan menyusui;
9. pengobatan untuk lansia;
10. keluarga berencana;
11. pengelolaan kegiatan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas;
12. pelatihan kader kesehatan masyarakat;
13. pelatihan hak-hak anak, ketrampilan pengasuhan anak dan perlindungan Anak;
14. pelatihan pangan yang sehat dan aman;
15. pelatihan kader Desa untuk pangan yang sehat dan aman; dan
16. kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan masyarakat Desa lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan
dalam musyawarah Desa.
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
b. Daftar Kegiatan Prioritas Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

1) Peningkatan Kualitas dan Akses terhadap Pelayanan Sosial Dasar


b) pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan kebudayaan antara lain:
1. bantuan insentif guru PAUD;
2. bantuan insentif guru taman belajar keagamaan;
3. penyelenggaraan pelatihan kerja;
4. penyelengaraan kursus seni budaya;
5. bantuan pemberdayaan bidang olahraga;
6. pelatihan pembuatan film dokumenter; dan
7. kegiatan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa
dan diputuskan dalam musyawarah Desa.
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
PENCEGAHAN ANAK KERDIL (STUNTING)
Anak Kerdil (stunting) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap
penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:
1. praktek pengasuhan anak yang kurang baik;
2. masih terbatasnya layanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan, layanan kesehatan untuk Balita/Baduta dan pembelajaran dini yang berkualitas;
3. masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi;
4. kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

Pengunaan Dana Desa diprioritaskan untuk menangani anak kerdil (stunting) melalui kegiatan sebagai berikut:
1. Pelayanan Peningkatan Gizi Keluarga di Posyandu berupa kegiatan:
a. penyediaan makanan bergizi untuk ibu hamil;
b. penyediaan makanan bergizi untuk ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan; dan
c. penyediaan makanan bergizi untuk ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan.
2. menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih;
3. menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
4. menjaga konsumsi masyarakat terhadap pangan sehat dan bergizi,
5. menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
6. memberikan pendidikan pengasuhan anak kepada pada orang tua;
7. menyediakan fasilitas dan memberikan pendidikan anak usia dini (PAUD);
8. memberikan pendidikan gizi masyarakat;
9. memberikan pembelajaran tentang kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi kepada remaja;
10. meningkatkan ketahanan pangan dan gizi di Desa.
KONVERGENSI PENCEGAHAN STUNTING di DESA
5
0

UU DESA MENGHADIRKAN :

SATU DESA SATU PERENCANAAN


SATU DESA SATU SISTEM ANGGARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DESA DAN


PELAYANAN SOSIAL DASAR
YANG BERTUMPU PADA SUMBERDAYA DESA
(SDA, TTG, SDM & BUDAYA NUSANTARA)
Keterpaduan
Data

Kegiatan Keterpaduan Indikator


Pemantauan Layanan
Konvergensi
Pencegahan Terintegrasi Dalam Sistem Perencanaan
Stunting Pembangunan Desa

Terintegrasi Dalam Sistem Penganggaran di Desa

Swakelola Oleh Penyedia


Keterbukaan Informasi
Layanan di Desa

Terintegrasi dengan program masuk


Pemantauan Berbasis Komunitas desa

Advokasi Kewenangan Desa Keterpaduan Kelompok Peduli Stunting


Pelaku Konvergensi
INTEGRASI PEMBANGUNAN DESA
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER

Musrenbang Kab REMBUK STUNTING KABUPATEN

Musrenbangcam
Daftar Usulan \\ \\
KECAMATAN

RKP Desa Evaluasi


REMBUK STUNTING KECAMATAN
RAPBDesa

DU RKPDesa

Musrenbang RKP Penetapan


APBDesa
Penyusunan
Musrenbang Rancangan
Penyusunan Rancangan RKP
RPJMDesa APBDesa
DESA

Penetapan Tim
Rancangan RKP
Penetapan
KPM

REMBUK STUNTING DESA


MD PJ min 2x MD ST

PENGKAJIAN KONDISI STUNTING


1. Pemetaan Sosial
DUSUN

2. Pengisian Score Card


3. Penggalian Usulan

Pelaksanaan Kegiatan Konvergensi, Pemantauan dan Evaluasi


PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN STUNTING DI DESA

Rumah Desa Sehat merupakan


Sekretariat Bersama Dalam
Konvergensi Pencegahan Stunting
di Desa
PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA

Pelaku Pendampingan
Masyarakat Desa
Desa Antar Desa Kabupaten
• Human Development • Camat • Organisasi Perangkat
Worker (HDW)/Kader • Unit Pelaksana Teknis Daerah (OPD); PMD,
Pembangunan Manusia Dinas (UPTD); Pendidikan, Kesehatan,
(KPM) Pendidikan, Puskesmas, Sosial, Pertanian, PU,
• Kader Pemberdayaan KUA, Penyuluh BKKBN, PPA, Dukcapil,
Masyarakat Desa Pertanian, PL KB Agama
(KPMD) • Penggerak Swadaya • Tenaga Ahli dan
• Kepala Desa Masyarakat (PSM) Konsultan Program
Sektoral
• Perangkat Desa • Pendamping Desa
• Pihak Ketiga; Perguruan
• BPD • Pendamping Program Tinggi, Swasta, Media,
• Pendamping Lokal Desa Sektoral; Pamsimas, dan lain-lain
(PLD) Sanimas, PKH, KRPL, dll
PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA

Teknik
Fasilitasi
PENGENDALIAN
PENANGGUNG
NO TINGKAT JENIS LAPORAN PENERIMA
JAWAB
Hasil pemantauan dan scorecard KPM Kepala Desa
1 Desa
Laporan Penggunaan Dana Desa dan Scorecard Kepala Desa Camat
Camat Dinas PMD
- Rekapitulasi Penggunaan Dana Desa Kasi Kesra
2 Kecamatan Bappeda
- Rekapitulasi hasil pemantauan dan scorecard Asisten TA Kab/
Pendamping Desa TA Kabupaten

- Analisa capaian konvergensi Dinas PMD Provinsi


Dinas PMD
3 Kabupaten - Rekapitulasi penggunaan dana desa Bappeda
TA Kabupaten
- Rekapitulasi hasil pemantauan dan scorecard TA Provinsi

- Analisa capaian konvergensi Kemendes


Dinas PMD Provinsi
4 Provinsi - Rekapitulasi penggunaan dana desa Bappenas
TA Provinsi
- Rekapitulasi hasil pemantauan dan scorecard TA Pusat

- Analisa capaian konvergensi Bappenas


Kemendesa PDTT
5 Pusat - Rekapitulasi penggunaan dana desa Kemenkeu
TA Pusat
- Rekapitulasi hasil pemantauan dan scorecard
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA TERPADU
REFOKUSING: PENCEGAHAN STUNTING

PROGRAM PENCEGAHAN STUNTING YANG DIKELOLA OPD


KAB/KOTA
(APBD – PPBJ PEMDA)

PROGRAM PENCEGAHAN STUNTING


YANG DITUGASKAN KEPADA DESA
(PTO - BANTUAN KEUANGAN –APBDESA – PPBJ DI DESA)

URUSAN PENCEGAHAN STUNTING SEBAGAI BAGIAN DARI


KEWENANGAN DESA
(APBDESA/BK – PPBJ DI DESA)

BKAD MENYUSUN RENCANA KERJASAMA DESA : KETERPADUAN APBDESA

APBDESA - 1 APBDESA - 2 APBDESA - 3 APBDESA - 4 APBDESA - 5


PROGRAM/KEGIATAN PENCEGAHAN STUNTING YANG MASUK DALAM DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN
HAK ASAL-USUL DAN KEWENANGAN BERSKALA LOKAL DESA WAJIB DISWAKELOLA DESA DENGAN
MENDAYAGUNAKAN SUMBERDAYA DESA
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Jl. TMP Kalibata No. 17, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai