REPUBLIK INDONESIA
Fasilitasi Konvergensi
Pencegahan Stunting di Desa
Miskin Terpinggirkan
perempuan, anak, kelompok difabel,
kelompok marginal, kaum miskin
Tidak Minim
Berkuasa Sumber Daya
Paradoks Pembangunan
Pertumbuhan
Ekonomi
Orientasi &
Peningkatan Modal dan Investasi
Ketimpangan
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Pergeseran Paradigma: Pemberdayaan Masyarakat
Sentralistik Partisipatif
9
PRAKTEK COMMUNITY DRIVEN DEVELOPMENT
Praktek CDD mencakup beberapa tahapan kegiatan yang dirancang secara jelas, terpilah dan sistematis
dengan pokok-pokok prosedur maupun mekanisme meliputi:
1. Kata kunci utama CDD adalah pemulihan kembali hak-hak warga masyarakat Desa untuk bertindak
secara otonom sebagai subyek pembangunan.
2. Masyarakat desa dapat mengelola sumberdaya pembangunan secara otonom apabila disediakan
prosedur atau mekanisme perencanaan pembangunan yang kondusif untuk menyampaikan aspirasi.
Sistem pembangunan partisipatif menjadi faktor penting dalam pemberdayaan masyarakat.
3. Perencanaan pembangunan partisipatif lebih berdaya guna secara fungsional apabila masyarakat
dapat memperoleh akses sumberdaya pembangunan secara mudah dan sederhana. Langkah
strategisnya adalah menyediakan dana bantuan langsung kepada masyarakat (block grant).
4. Faktor utama pemberdayaan masyarakat adalah adanya pendamping masyarakat dalam posisinya
yang relatif independen. Pendamping masyarakat ini bertugas untuk mempermudah warga desa
memperoleh akses informasi, teknologi, dan ketrampilan lain terkait dengan kebutuhan program.
Pendamping membantu warga desa menggunakan sumberdaya program sebagai media
pembelajaran dalam mengelola pembangunan desa secara swakelola.
1
0
Ketidakberdayaan Masyarakat Desa
Pembangunan sektor Pembangunan sektor
ekonomi lingkungan
sektor etc.
Desa Sebagai OBYEK Pembangunan:
• Fragmentasi keuangan
CDD Project
1 Perbaikan sektor gizi
1
KEBIJAKAN DANA DESA
Rp 20,7 T Rp 46,98 T Rp 60 T Rp 60 T
3
REKAPITULASI PEMANFAATAN DANA DESA
TAHUN 2015-2017
PENAHAN
JALAN JEMBATAN PASAR BUMDES TANAH AIR BERSIH MCK POLINDES
DESA 791.258 MTR DESA 26.750 UNIT 67.094 UNIT 38.331 UNIT 112.003 5.402 UNIT
123.858 KM 6.576 UNIT UNIT
• Fragmentasi keuangan
Sumber:https://field-
indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-
berkelanjutan/
sumber: http://www.fao.org/3/ad684e04.htm
Modal Perikehidupan
1. Modal Manusia terdiri dari keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan kesehatan dalam kondisi yang baik yang secara
bersamaan mendorong orang-orang mengejar berbagai strategi dan mencapai tujuan perikehidupan mereka.
2. Modal Sosial merupakan sumber daya sosial yang digunakan orang-orang untuk meraih tujuan perikehidupan. Modal sosial dikembangkan
melalui: jejaring dan hubungan, baik secara vertikal (patron/klien) maupun horizontal (di antara para individu dengan minat yang sama) yang
meningkatkan kepercayaan dan kemampuan orang-orang untuk bekerja sama dan memperluas akses mereka ke berbagai lembaga, seperti
organisasi politik atau sipil;keanggotaan dalam kelompok formal yang sering mengikatkan pada kewajiban untuk saling bersepakat atau
menerima kesepakatan aturan bersama, norma dan sangsi; serta hubungan akan kepercayaan, kebersamaan dan saling berbagi yang dapat
memfasilitasi kerja sama, mengurangi pengeluaran bertransaksi dan menyediakan landasan dasar bagi jaring pengaman informal di antara
kelompok miskin.
3. Modal Alam merupakan istilah yang digunakan untuk sumber daya alam yang dimanfaatkan ataupun dinikmati secara langsung (misalnya,
pertanian, perikanan) atau dari tempat sumber alam itu mengalir dan tersedia (misalnya, siklus nutrisi, perlindungan erosi) yang bermanfaat
bagi perikehidupan yang bersangkutan. Hubungan antara modal alam dan Konteks kerentanan sangat dekat sekali.
4. Modal Fisik terdiri dari infrastruktur dasar dan pihak penghasil barang yang diperlukan untuk mendukung perikehidupan. Hal ini termasuk
beberapa komponen penting seperti: dapat diandalkan dan terjangkau; bangunan dan tempat perlindungan yang aman; pasokan air yang
mencukupi dan sarana sanitasi; energi yang murah; serta akses informasi (komunikasi).
5. Modal Keuangan bermakna sumber daya keuangan yang digunakan oleh orang-orang untuk mencapai tujuan perikehidupan mereka,
termasuk aliran atau cadangan dana dan berkontribusi terhadap konsumsi serta produksi. Akses modal keuangan — misalnya, kredit — kerap
kali sama pentingnya dengan dana modal.
Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-berkelanjutan/
Konteks Kerentanan
Konteks Kerentanan merupakan kerangka dari lingkungan eksternal tempat masyarakat berada. Perikehidupan orang-orang
dan ketersediaan modal yang lebih luas sangat dipengaruhi oleh kecenderungan yang kurang menguntungkan serta guncangan
dan musiman — yang bisa saja membuat mereka menjadi terbatas atau tidak berkuasa. Faktor-faktor ini memiliki dampak
langsung terhadap kehidupan dan modal masyarakat, dan pilihan yang terbuka bagi mereka untuk memperoleh penghasilan
dari perikehidupan mereka.
Guncangan dapat menghancurkan modal yang dimiliki seseorang atau memaksa seseorang meninggalkan rumah dan sumber
perikehidupan yang dimiliki. Guncangan termasuk bencana alam, guncangan ekonomi, gagal panen maupun wabah, dan
konflik.
Kecenderungan lebih dapat diperkirakan, meskipun tidak bisa dikatakan kurang merisaukan. Kecenderungan termasuk di
antaranya perubahan teknologi, kecenderungan ekonomi tingkat nasional maupun internasional, perubahan dalam pola
pemakaian sumber daya, dan pergeseran demografis/penduduk.
Perubahan secara musiman termasuk fluktuasi harga, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja.
Faktor-faktor ini secara langsung berdampak pada kehidupan masyarakat, namun hanya sedikit individu maupun kelompok
kecil warga yang dapat mengurangi kerentanan mereka, selain menjadi waspada akan tekanan-tekanan di dunia kerja mereka
dan bekerja jeras meningkatkan ketahanan mereka, serta mencari langkah pemulihan pada tingkatan Kebijakan, Proses, dan
Kelembagaan (misalnya, perubahan kebijakan, bantuan dari pemerintah maupun dari LSM).
Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-berkelanjutan/
Kebijakan, Proses, dan Kelembagaan
Kebijakan, proses dan kelembagaan dalam kerangka kerja perikehidupan adalah lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, kebijakan-kebijakan
dan perundangan yang membentuk perikehidupan. Hal ini berupa norma, praktek dan struktur kebudayaan. Kebijakan, proses, dan
kelembagaan bekerja di semua tingkatan, mulai dari rumah tangga hingga arena internasional, dan di semua lapisan, mulai dari yang paling
pribadi hingga yang paling umum. Semua itu secara efektif menentukan: akses dan ketersediaan bebagai jenis modal, strategi perikehidupan
dan lembaga pengambil keputusan dan sumber pengaruh; syarat pertukaran di antara berbagai jenis modal; dan Imbalan (secara ekonomi dan
lainnya) terhadap tiap strategi perikehidupan yang disediakan.
Berbeda dari faktor yang ada dalam Konteks Kerentanan, semua individu dan warga masyarakat (bahkan kelompok miskin) dapat memiliki
pengaruh dalam menentukan kebijakan, proses dan kelembagaan yang berdampak pada perikehidupan mereka. Strategi dapat berkisar dari
resistensi pasif hingga keanggotaan aktif dalam lembaga-lembaga pengambil keputusan.
Kebijakan, proses dan kelembagaan berkecenderungan terbentuk dari faktor-faktor yang ada dalam Konteks Kerentanan, juga keterkaitan
dengan modal yang dimiliki warga yang mereka kaitkan. Hubungan tersebut dialektikal, karena kebijakan, proses dan kelembagaan dapat
menekan maupun mengendalikan guncangan, kecenderungan dan perubahan musiman. (misalnya, hubungan antara kebijakan konservasi
hutan dan banjir, erosi dan kekeringan), juga ketersediaan, akses, dan perubahan nilai berbagai modal perikehidupannya.
Pendekatan partisipatif (termasuk pelatihan dari petani ke petani, riset aksi dan dialog mengenai kebijakan) digunakan untuk melakukan
transformasi terhadap berbagai jenis modal (termasuk modal alam, manusia dan sosial) menjadi hasil perikehidupan yang bernilai positif, yakni
keamanan pendapatan, pasokan pangan dan kesehatan, dan peningkatan warga masyarakat sipil di pedesaan.
Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-perikehidupan-berkelanjutan/
Kerangka Kerja Perikehidupan Berkelanjutan di Desa
Kerangka Kerja Perikehidupan Berkelanjutan berpusat pada
kelompok manusia. Tujuannya adalah membantu pihak
pemangku kepentingan dengan berbagai perspektif untuk
terlibat dalam kegiatan bertukar pikiran yang terstruktur dan
DESA dipahami dengan jelas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perikehidupan, makna pentingnya yang terkait,
dan bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi. Hal ini,
selanjutnya, dapat membantu mengidentifikasi langkah-
langkah awal yang sesuai untuk mendukung perikehidupan.
Kerangka kerja terdiri dari tiga bagian yang berbeda, atau
ranah analisis: Konteks kerentanan, serangkaian Modal
Perikehidupan, serta Kebijakan, Proses, dan Kelembagaan.
Kerangka kerja ini tidak bekerja secara linier, dan tidak
berusaha menghadirkan suatu model tentang
realita. Melainkan, kerangka ini merupakan suatu cara yang
sangat sederhana untuk mengarahkan isu, pengaruh, proses
dan interaksi, yang dapat membantu dalam menyiapkan tujuan
dan menyusun strategi dalam rangka meningkatkan
keberkelanjutan dan memperbaiki perikehidupan. Kerangka
ini merupakan alat yang fleksibel, yang dapat diadaptasi untuk
memenuhi kebutuhan pada keadaan-keadaan tertentu.
Sumber:https://field-indonesia.or.id/kerangka-kerja-
perikehidupan-berkelanjutan/
Perjuangan rumah tangga untuk mengakses beragam
GERAK KEBERDAYAAN RUMAH TANGGA sumberdaya adalah bagian dari upaya menolong diri
sendiri. Namun demikian, perjuangan penduduk miskin ini
mensyaratkan adanya perjuangan kolektif melalui
organisasi sosial maupun jaringan kerja sosial dalam
kerangka tatanan masyarakat demokratis. Rumah
tangga/keluarga miskin berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan sekaligus mengembangkan
kontrol publik atas implementasi dari keputusan-
keputusan publik.
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat menekankan
keutamaan politik/interesan. Politik dalam rangka
pemberdayaan masyarakat ini merupakan transformasi
politik ke dalam tindakan nyata, khususnya demokrasi hadir
dalam hidup sehari-hari. Masing-masing individu
berpartisipasi sesuai konteks hidupnya. Dengan demikian,
demokrasi memberi ruang bagi anggota masyarakat dalam
melindungi dan memperjuangkan kepentingan mereka.
Misalnya, perjuangan mempertahankan alat-alat produksi
maupun norma-norma dan adat budaya yang sudah ada.
Pemberdayaan digerakan sendiri oleh masyarakat miskin
perdesaan baik sebagai individu-individu maupun sebagai
komunitas, untuk secara terus-menerus menegakkan
kedaulatan sehingga memiliki keberdayaan mewujudkan
hak-haknya maupun dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya.
Pergeseran Paradigma:
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan :
Pembangunan dengan cara menumbuhkan kesadaran DESA yang
pandang MANUSIA (masyarakat kritis, pengetahuan,
kemampuan dan
Berdaulat,
Desa ) sebagai SUBYEK
kehidupan. meningkatkan Berdikari,
keterampilan serta
mendewasakan sikap
Berbudaya
VISI KEDAULATAN DESA
ASAS REKOGNISI
KEWENANGAN BERDASARKAN
HAK ASAL-USUL PEMERINTAHAN DESA
ASAS SUBSIDIARITAS
Kedaulatan adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri. Hal ini tampak tegas disebutkan dalam definisi Desa menurut UU Desa yaitu bahwa
Desa dalam batas wilayahnya berwewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan urusan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
TATA KELOLA DESA
yang Demokratis dan Berkeadilan Sosial
Prinsip Tata Kelola Desa
• Check and balances antara Kepala Desa Musyawarah Desa
dengan Badan Permusyawaratan desa.
(psl. 54)
• Demokrasi perwakilan + permusyawarahan.
• Proses demokrasi partisipatoris melalui
Musdes • RPJM-Desa
• Asset Desa
• Hal-hal Strategis
RENSTRA SKPD
INTEGRASI
VISI MISI KADES TERPILIH Arah Kebijakan
Perencanaan
Pembangunan Desa
Mufakat secara
Damai
RPJMDESA CITA-CITA
DESA
ASPIRASI MASYARAKAT
RKP DESA & APBDESA PER
DESA TAHUN
Tujuan
Terjadinya Konvergesi
Adanya kegiatan-kegiatan
pencegahan stunting di desa
pencegahan stunting dalam
secara partisipatif, transparan
Stunting pada Balita: 29,9% pembangunan desa;
dan akuntabel;
Sumber: Riskesdas (2018)
Adanya keterpaduan
UU No 6/2014 ttg Desa Ps. 80 ayat 4, peningkatan kualitas pembangunan desa dengan
Terjadinya sinergitas dan
dan akses terhadap pelayanan dasar sebagai prioritas kerjasama antar pemangku
kawasan perdesaan dan/atau
kepentingan dalam pencegahan
Pembangunan Desa daerah dalam pencegahan
stunting secara terpadu
Target penurunan Stunting dalam RPJMN 2015-2019 stunting;
menjadi 28% di tahun 2019.
Rapat Koordinasi Tingkat Menteri untuk penurunan stunting Terjadinya konsolidasi
sumberdaya di desa,
dilakukan dengan pendekatan multi-sektor melalui pemerintah, pemda, pihak ketiga
sinkronisasi program-program nasional, lokal, dan dalam konvergensi pencegahan
masyarakat di tingkat pusat maupun daerah stunting;
34
Pencegahan Stunting
29,9%
29,9%
9 Juta
STRATEGI UTAMA PENURUNAN ANGKA STUNTING:
PENDEKATAN MULTISEKTOR DAN INTERVENSI TERINTEGRASI
Sumber Dana:
- OPD penyedia layanan
- Program sektoral masuk desa
- Kewenangan desa;
Desa
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA
untuk PENCEGAHAN STUNTING
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PRIORITAS DANA DESA
a. Peningkatan Pelayanan
Dasar;
b. Pembangunan dan
Pemeliharaan Infrastruktur Meningkatkan KUALITAS
dan Lingkungan HIDUP Manusia
c. Pengembangan Ekonomi
Pertanian Berskala
DANA DESA Produktif; Meningkatkan
KESEJAHTERAAN
d. Pengembangan dan Masyarakat Desa
Pemanfaatan Teknologi
Tepat Guna
e. Peningkatan Kualitas PENANGGULANGAN
Ketertiban dan KEMISKINAN
Ketenteraman Masyarakat
Desa
KEBIJAKAN PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK PENCEGAHAN STUNTING
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
Pasal 6
1) Peningkatan pelayanan publik ditingkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3), yang diwujudkan dalam upaya peningkatan gizi masyarakat serta pencegahan
anak kerdil (stunting).
2) kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. penyediaan air bersih dan sanitasi;
b. pemberian makanan tambahan dan bergizi untuk balita;
c. pelatihan pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil atau ibu menyusui;
d. bantuan posyandu untuk mendukung kegiatan pemeriksaan berkala kesehatan ibu
hamil atau ibu menyusui;
e. pengembangan apotik hidup desa dan produk hotikultura untuk memenuhi
kebutuhan gizi ibu hamil atau ibu menyusui;
f. pengembangan ketahanan pangan di Desa; dan
g. kegiatan penanganan kualitas hidup lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa
dan diputuskan dalam musyawarah Desa.
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
Bagian Kedua
Bidang Pemberdayaan Manusia
Pasal 10
f. dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan,
1) Dana Desa digunakan untuk membiayai program dan kegiatan bidang
kesehatan, pemberdayaan warga miskin, pemberdayaan perempuan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang ditujukan untuk meningkatkan
anak, serta pemberdayaan masyarakat marginal dan anggota masyarakat
kapasitas dan kapabilitas masyarakat Desa dalam penerapan hasil
Desa penyandang disabilitas;
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna,
g. dukungan pengelolaan kegiatan pelestarian lingkungan hidup;
dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat
h. dukungan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial serta
Desa dengan mendayagunakan potensi dan sumberdayanya sendiri.
penanganannya;
2) Kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa yang diprioritaskan antara
i. dukungan permodalan dan pengelolaan usaha ekonomi produktif yang
lain:
dikelola oleh BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama;
a. peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,
j. dukungan pengelolaan usaha ekonomi oleh kelompok masyarakat, koperasi
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan Desa;
dan/atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya;
b. pengembangan kapasitas masyarakat Desa yang dilaksanakan di Desa
k. pendayagunaan sumberdaya alam untuk kemandirian Desa dan peningkatan
setempat;
kesejahteran masyarakat;
c. pengembangan ketahanan masyarakat Desa;
l. penerapan teknologi tepat guna untuk pendayagunaan sumberdaya alam
d. pengembangan ketahanan keluarga;
dan peningkatan usaha ekonomi pertanian berskala produktif;
e. pengelolaan dan pengembangan sistem informasi Desa melalui
m. pengembangan kerja sama antar Desa dan kerja sama Desa dengan pihak
pengembangan kapasitas dan pengadaan aplikasi perangkat lunak
ketiga; dan
(software) dan perangkat keras (hardware) komputer untuk
n. kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa lainnya yang sesuai dengan
pendataan dan penyebaran informasi pembangunan dan
kewenangan Desa dan diputuskan melalui musyawarah Desa.
pemberdayaan masyarakat Desa yang dikelola secara terpadu;
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2019
a. Daftar Kegiatan Prioritas Bidang Pembangunan Desa
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:
1. praktek pengasuhan anak yang kurang baik;
2. masih terbatasnya layanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan, layanan kesehatan untuk Balita/Baduta dan pembelajaran dini yang berkualitas;
3. masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi;
4. kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Pengunaan Dana Desa diprioritaskan untuk menangani anak kerdil (stunting) melalui kegiatan sebagai berikut:
1. Pelayanan Peningkatan Gizi Keluarga di Posyandu berupa kegiatan:
a. penyediaan makanan bergizi untuk ibu hamil;
b. penyediaan makanan bergizi untuk ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan; dan
c. penyediaan makanan bergizi untuk ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan.
2. menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih;
3. menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
4. menjaga konsumsi masyarakat terhadap pangan sehat dan bergizi,
5. menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
6. memberikan pendidikan pengasuhan anak kepada pada orang tua;
7. menyediakan fasilitas dan memberikan pendidikan anak usia dini (PAUD);
8. memberikan pendidikan gizi masyarakat;
9. memberikan pembelajaran tentang kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi kepada remaja;
10. meningkatkan ketahanan pangan dan gizi di Desa.
KONVERGENSI PENCEGAHAN STUNTING di DESA
5
0
UU DESA MENGHADIRKAN :
Musrenbangcam
Daftar Usulan \\ \\
KECAMATAN
DU RKPDesa
Penetapan Tim
Rancangan RKP
Penetapan
KPM
Pelaku Pendampingan
Masyarakat Desa
Desa Antar Desa Kabupaten
• Human Development • Camat • Organisasi Perangkat
Worker (HDW)/Kader • Unit Pelaksana Teknis Daerah (OPD); PMD,
Pembangunan Manusia Dinas (UPTD); Pendidikan, Kesehatan,
(KPM) Pendidikan, Puskesmas, Sosial, Pertanian, PU,
• Kader Pemberdayaan KUA, Penyuluh BKKBN, PPA, Dukcapil,
Masyarakat Desa Pertanian, PL KB Agama
(KPMD) • Penggerak Swadaya • Tenaga Ahli dan
• Kepala Desa Masyarakat (PSM) Konsultan Program
Sektoral
• Perangkat Desa • Pendamping Desa
• Pihak Ketiga; Perguruan
• BPD • Pendamping Program Tinggi, Swasta, Media,
• Pendamping Lokal Desa Sektoral; Pamsimas, dan lain-lain
(PLD) Sanimas, PKH, KRPL, dll
PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA
Teknik
Fasilitasi
PENGENDALIAN
PENANGGUNG
NO TINGKAT JENIS LAPORAN PENERIMA
JAWAB
Hasil pemantauan dan scorecard KPM Kepala Desa
1 Desa
Laporan Penggunaan Dana Desa dan Scorecard Kepala Desa Camat
Camat Dinas PMD
- Rekapitulasi Penggunaan Dana Desa Kasi Kesra
2 Kecamatan Bappeda
- Rekapitulasi hasil pemantauan dan scorecard Asisten TA Kab/
Pendamping Desa TA Kabupaten