Anda di halaman 1dari 32

Optimalisasi Peran dan Komunikasi Klien Terhadap

Keberlanjutan Aktivasi Anggota Remaja Masjid

Dusun Gumitir Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten


Jember

LAPORAN PRAKTIKUM

Kelompok : 1
Disusun Oleh
Nur Af’idah Islamiah
170910301024

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
LEMBAGA KAJIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARKAT (LKPM)
DESEMBER, 2018
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

Optimalisasi Peran dan Komunikasi Klien Terhadap Keberlanjutan Aktivasi


Anggota Remaja Masjid

Dusun Gumitir Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Disusun Berdasarkan Pelaksanaan Praktikum


Pada Tanggal 15 Oktober s.d 15 Desember 2018
Kelompok: 1 (satu)
Disusun Oleh :
Nur Af’idah Islamiah
NIM. 170910301024
Telah diuji oleh dosen pembimbing Praktikum pada :
Jember, 25 Desember 2018

Dosen Pembimbing Praktikum Koordinator kelompok

Drs. Syech Hariyono, M.Si Ahmad Nur Faizal


NIP. 195904151989021001 NIM. 170910301001

Mengetahui,

Ketua LKPM
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
FISIP Universitas Jember

Arif, S.Sos.,MAP
NIP. 197603102002121003
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sembahkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga praktikan mampu menyelesaikan laporan praktikum ini
dengan judul “ Optimalisasi Peran dan Komunikasi Klien Terhadap Keberlanjutan
Aktivasi Anggota Remaja Masjid” yang dimana proses praktikum ini
dilaksanakan di Dusun Gumitir Desa Arjasa Kecamatan Arjasa. Laporan
praktikum ini disusun guna untuk memenuhi tugas praktikum serta Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Praktikum Konselor Psikososial, Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Jember.
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai wadah bagi mahasiswa untuk
dapat menerapkan teori yang tela didapat di bangku perkuliahan. Penyusunan
laporan praktikum ini tentunya tidak dapat diwujudkan tanpa bantuan dari banyak
pihak, baik berupa pemberian data, sumbangan pemikiran, maupun saran-saran
yang semuanya itu sangat diperlukan dalam penyusunan laporan Praktikum ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Bapak Drs. Syech Hariyono, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Praktikum;
2) Bapak Dr. Pairan, M.Si sebagai Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jember;
3) Bapak Arif, S.Sos., MAP selaku ketua LKPM jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial;
4) Bapak Ahmad Saenola sebagai kepala desa Kemuning Lor;
5) Seluruh warga dan kepala dusun Gumitir;
6) Segenap pembimbing dan anggota remaja masjid;
Akhir kata atas segala bantuan, bimbingan serta kerjasama yang baik
selama melaksanakan kegiatan praktikum, kami ucapkan terimakasih dan hanya
dapat memanjatkan doa semoga kebaikan tersebut dibalas dengan pahala berlipat
olehNya. Aamiin . Praktikan menyadari bahwa laporan praktikum ini jauh dari
sempurna, maka dari itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapakan,
agar dapat menjadi lebih baik. Semoga laporan praktikum ini dapat membantu
para pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini para Pekerja Sosial Profesional sedang dituntut untuk dapat
menangani berbagai permasalahan sosial yang semakin dinamis dan
multidimensional di masyarakat. Dengan semakin kompleksnya permasalaha
yang terjadi, maka para pekerja sosial harus memiliki kemampuan teoritis dan
kompetensi untuk dapat menerapkan praktik pekerjaan sosial yang sesuai
dengan metode-metode intervensi dalam upaya membantu klien mapun
komunitas untuk dapat menyelesaikan permasalahannya. Terdapat tiga dasar
yang baiknya seorang pekerja sosial miliki yakni knowledge, skill dan value.
Ketika tiga komponen dasar tersebut dimiliki oleh pekerja sosial maka dalam
praktiknya pekerja sosial tersebut akan bertugas dengan sungguh-sungguh
serta seuai dengan prosedur yang berlaku dan tidak melanggar kode etik yang
telah ada.
Dalam praktiknya pekerja sosial dapat memilih metode intervensi yang
akan digunakan sesuai dengan aras apa yang sedah dihadapinya. Intervensi
pekerjaan sosial terdiri atas intervensi aras mikro, aras mezo, juga intervensi
aras makro. Aras yang akan dihadapi akan berpengaruh kepada metode dan
teknik yang akan dilaksanakan untuk dapat memberfungsikan kembali fungsi
sosial klien. Praktikum konselor psikososial merupakan bagian intervensi
pekerjaaan sosial mikro yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Ilmu
Kesejahteraan Sosial pada semester III sebagai calon pekerja sosial untuk bisa
memenuhi tuntutan profil lulusan yang terstandarisasi. Kegiatan ini dijadikan
media pembelajaran untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan
yang diperoleh mahasiswa di dalam kelas dan di laboratorium.
Praktikmum konselor psikosial memusatkan pada peran pekerja sosial
sebagai konselor yang dimana dalam praktiknya konselor berfokus pada satu
klien dan lebih pada pembimbingan terhadap pengolahan baik emosi, pikiran
dan sikap klien. Selain itu konselor juga akan melakukan pembimbingan yang
serupa terhadap sumber-sumber yang dimana dapat membantu klien untuk
keluar dari permasalahannya. Sehingga metode yang biasanya di gunakan
adalah metode intervensi individu dan keluarga.
Menurut Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) dalam Mappiare
(2002:16) menyatakan bahwa definisi konseling adalah suatu proses dimana
ada seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang
lain dalam memahami diri, pembuatan keputusan dan memecahkan masalah
konseling psikososial. Maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan
suatu proses bantuan secara profesional antara konselor dan klien yang
bertujuan membantu individu (klien) dalam memecahkan masalahnya agar
individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai potensi atau
kemampuan yang ada pada dirinya.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan Umum
Tujuan umum praktikum konselor psikososial adalah untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam melakukan
praktik konseling psiko sosial pada tingkat individu dan keluarga.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus praktikum konselor psikososial ialah agar
mahasiswa memahami dan memiliki:
a. Kemampuan dalam merepresentasikan konsep dan teori pekerja sosial
mikro yang telah didapatkan pada saat masa perkuliahan ke dalam praktik
konseling psikososial.
b. Kemampuan untuk memahami konsep dasar ketrampilan konseling
psikososial.
c. Kemampuan untuk menguasai teknik-teknik dasar konseling psikososial.
d. Kemampuan melakukan tahap-tahap intervensi pekerja sosial mikro
dengan
e. memanfaatkanpraktikumkonselor
f. psikososial sebagai media untuk menyelesaikan proses intervensi.
g. Kemampuan melakukan pencatatan dan pelaporan dalam praktik
konseling psikososial.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum konselor psikososial adalah bagi:
Mahasiswa
Manfaat praktikum konselor psikososial bagi mahasiswa antara lain:
a. Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan proses
pertolongan praktik pekerjaan sosial mikro khususnya peran pekerja sosial
sebagai konselor psikososial dalam melaksanakan praktik konseling
psikososial.
b. Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam melakukan pencatatan dan
pelaporan dalam perkembangan individu.
c. Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam mengimplemetasikan nilai
dan etika pekerjaan sosial mikro.
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Manfaat praktikum konselor psikososial bagi jurusan ilmu kesejahteraan
sosial antara lain:
a. Meningkatnya kualitas kurikulum Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
b. Meningkatnya kualitas pelayanan mahasiswa dalam melaksanakan
praktikum.
c. Sebagai media untuk peningkatan pengetahuan dosen tentang praktik
pekerjaan sosial pada level mikro terutama pada praktik konseling psiko
sosial.
Masyarakat dan Pemerintah Lokal
Manfaat praktikum konselor psikososial bagi masyarakat dan pemerintah
lokal antara lain:
a. Diperolehnya keberdayaan masyarakat desa, terutama individu yang
menjadi sasaran di lokasi praktikum konselor psikososial.
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berkontribusi dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada pada seseorang maupun diri
sendiri.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Praktik Pekerjaan Sosial Mikro
Ranah praktek pekerjaan sosial pada umumnya dibagi menjadi tiga
kategori praktik yang luas yaitu: makro, mezzo dan mikro. Tingkat pekerjaan
sosial makro adalah intervensi yang tersedia pada skala besar yang
mempengaruhi seluruh masyarakat dan sistem perawatan. Pratek pekerjaan
sosial dalam ranah mezo terjadi dalam skala menengah, yang melibatkan
lingkungan, lembaga atau kelompok-kelompok kecil lainnya. Pekerjaan sosial
mikro adalah praktek yang paling umum, dan terjadi secara langsung dengan
klien individu atau keluarga.
Menurut Dobuis & Miley (2014:69) intervensi mikro dalam pekerjaan
sosial meliputi individu, keluarga atau dalam kelompok kecil untuk
memfasilitasi perubahan perilaku individu atau dalam relasinya dengan orang
lain. Lebih lanjut menurut Dubois dan Miley menyatakan bahwa individu
sering mencari layanan pekerja sosial karena pengalaman pahit mereka dalam
penyesuain diri, relasi interpersonal, atau karena stress dari lingkungan. Focus
perubahan dan level mikro ini adalah menciptakan keberfungsian individu.
Berbeda halnya menurut Zastrow & Ashman (2004:12) yang menyebutkan
bahwa ranah mikro hanya meliputi individual saja. Sistem dalam ranah mikro
ini memerlukan interaksi dari sistem biologis, psikologis dan sosial dari
individu. Orientasi dari ranah mikro dalam praktek pekerjaan sosial focus
pada kebutuhan individu, masalah dan kekuatan.
Praktek pekerjaan sosial mikro adalah jenis yang paling umum dari
pekerjaan sosial, dan bagaimana kebanyakan orang membayangkan pekerja
sosial memberikan pelayanan. Dalam pekerjaan sosial mikro, pekerja sosial
terlibat dengan individu atau keluarga untuk memecahkan masalah. Contoh
umum termasuk membantu individu untuk mencari perumahan yang tepat,
perawatan kesehatan dan pelayanan sosial. Terapi keluarga dan konseling
individu juga akan jatuh di bawah naungan praktek mikro, seperti yang akan
seorang individu atau keluarga, dan pengobatan orang yang menderita kondisi
kesehatan mental atau masalah penyalahgunaan zat. Menurut salah satu
sumber, praktek pekerjaan sosial mikro bahkan mungkin termasuk dalam
pekerjaan sosial militer (military social work0, di mana pekerja sosial
membantu anggota militer menghadapi tantangan yang menyertai kehidupan
militer dan mengakses manfaat yang merupakan hak mereka dengan layanan
mereka. Banyak pekerja sosial terlibat dalam praktek mikro dan mezzo secara
bersamaan. Bahkan intervensi pada tingkat makro yang paling ambisius
memiliki akar dalam percakapan antara seorang pekerja sosial tunggal dengan
satu klien.
2.2 Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang
merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan
logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa.
Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan
objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat
dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah
jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13
(1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan
binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat
dilihat secara langsung.
2. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah
laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup
pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam
hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah
laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk ,
berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya. Psikologi Sosial,
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
masyarakat sekitarnya.
2.3 Konseling
Pengertian Konseling
American Counseling Association mendefinisikan konseling
sebagai hubungan profesional yang memberdayakan keberagaman
individu, keluarga, dan kelompok untuk mencapai kesehatan mental,
kesehatan, pendidikan, dan tujuan karir. Menurut Mappiare konseling
(counseling), kadang disebut juga dengan penyuluhan yang merupakan
suatu bentuk bantuan. Di dalam konseling membutuhkan kemampuan
profesional pada pemberi layanan yang sekurangnya melibatkan pula
orang kedua, pemberi layanan yaitu orang yang sebelumnya merasa
ataupun tidak dapat berbuat banyak yang kemudian setelah mendapat
konseling menjadi dapat melakukan sesuatu. Definisi lain menurut
Division of counseling Psychology, konseling adalah proses yang dapat
membantu individu untuk mengatasi hambatan-hambatan perkembangan
dirinya dan untuk mencapai perkembangan kemampuan pribadi yang
dimilikinya secara optimal.
Tujuan Konseling
Ada beberapa tujuan konseling diantaranya adalah:
1. Membantu seorang individu mengembangkan diri secara optimal sesuai
dengan tahap perkembangan, tuntutan positif lingkungannya dan
predisposisi yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakatnya,
dalam berbagai latar belakang yang ada seperti keluarga, pendidikan, atau
status ekonomi.
2. Membuat seseorang mengenali dirinya sendiri dengan memberi informasi
kepada individu tentang dirinya, potensinya, kemungkinankemungkinan
yang memadai bagi potensinya dan bagaimana memanfaatkan
pengetahuan sebaik-baiknya.
3. Memberi kebebasan kepada individu untuk membuat keputusan sendiri
serta memilih jalurnya sendiri yang dapat megarahkannya.
4. Dalam menjalani hidup menjadikan individu lebih efektif, efisien dan
sistematis dalam memilih alternatif pemecahan masalah.
5. Konseling membantu individu untuk mengahapus / menghilangkan
tingkah laku maladaptif (masalah) menjadi tingkah laku baru yaitu tingkah
laku adaptif yang diinginkan klien
Prinsip Prinsip Konseling
Prinsip-prinsip konseling sebagai paduan kajian teoritik dan
lapangan untuk menjadi pegangan dan pedoman dalam bimbingan
konseling. Beberapa prinsip-prinsip konseling, diantaranya adalah:
1. Prinsip-prinsip berkenan dengan sasaran pelayanan
Bimbingan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan atau
yang menjadi orientasi pokok pelayanannya, memperhatikan sepenuhnya tahap-
tahap dan aspek perkembangan, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, dan status sosial ekonomi melayani semua individu, serta
berurusan dengan sikap dan tingkah laku yang komplek dan unik.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Perhatian utama yang menjadi faktor timbulnya masalah dalam pelayanan
bimbingan konseling diantaranya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.
Berurusan dengan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik klien
terhadap penyesuaian diri di rumah, sekolah, kontak sosial, dan pekerjaan.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Bimbing konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan
pengembangan, sehingga bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan
program pendidikan serta pengembangan peserta didik. Program bimbingan dan
konseling harus fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan
kondisi lembaga. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidikan terendah sampai yang tertinggi.
Keterampilan Konseling
Seorang konselor harus mempunyi berbagai keterampilan dasar
konseling sebagai fasilitator penyelenggaraan konseling agar mencapai
tujuan konseling yang efektif. Keterampilan konseling meliputi :
a. Keterampilan attending : usaha konselor untuk membangun kondisi awal,
mulai dari upaya menunjukkan sikap empati, menghargai, dan mengetahui
apa yang dibutuhkan klien.
b. Keterampilan mengundang pembicaraan yang terbuka : membantu
memulai wawancara serta menguraikan masalah.
c. Keterampilan parafrase : mengungkapkan kembali esensi atau inti dari
ungkapan konseling.
d. Keterampilan refleksi perasaan : merespon keadaan perasaan klien
terhadap situasi yang sedang dihadapi.
e. Keterampilan konfrontasi : untuk pemberian tanggapan terhadap
pengungkapan kontradiksi dari klien
2.4 Teknik Konselor Psikososial
1) Support
Teknik seorang konselor terhadap seseorang dengan cara memberikan
semangat, dan mendorong beberapa aspek kehidupan klien seperti hak untuk
bebas dalam mengutarakan segala masalah yang dihadapi oleh seseorang.
2) Reasurance
Salah satu teknik untuk memberikan jaminan kepada klien tentang keamanan
dan privasi klien dalam mengutarakan masalah yang dilakukan oleh konselor. Hal
ini perlu dilakukan oleh seorang konselor karena untuk meyakinkan klien tentang
kemampuannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
mengerahkan segala potensi yang dimiliki klien.
3) Technology of Participation (ToP)
Usaha sistematis dengan melibatkan masyarakat dalam menentukan langkah-
langkah kegiatan perencanaan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi agar tercapai kondisi yang diinginkan.
4) Advice Giving and Counselling
Teknik yang dilakukan oleh seorang konselor ketika klien mengalami kesulitan
dalam menentukan alternatif lain dalam menyelesaikan suatu masalah.
5) Logical Discussion
Teknik yang digunakan untuk berpikir secara logis dalam memahami suatu
masalah, untuk melihat kemungkinan alternatif pemecahan masalah, untuk
mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi dan kegiatan ini dilakukan
oleh konselor bersama dengan klien.
2.5 Motivasi
Pengertian
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara
langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah
laku tertentu. (Uno, Hamzah. B, 2013: 3)
Motivasi perilaku manusia diatur oleh proses biomolekuler yang
terjadi pada sistem reward mesolimbik sebagai bagian sistem limbik yang
menentukan cirri (trait) emosional perilaku. Sementara itu, ekspresi
perilakunya dikendalikan korteks prefrontalis. Karena semua proses
biomolekular dikendalikan oleh gen, dapat dideduksi bahwa factor genetic
berperan dalam tumbuh kembang perilaku manusia. (Nurdin, Adnil
Edwin, 2011: 252)
Perilaku seseorang itu hakikatnya ditentukan oleh keinginannya
untuk mencapai beberapa tujuan. Keinginan itu istilah lainnya adalah
motivasi. Dengan demikian motivasi merupakan pendorong agar
seseorang itu melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya.
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
bertingkah laku.dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dengan
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang
didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan
motivasi yang mendasarinya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat
melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau
melaksanankan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan,
baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan
kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap
perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat
juga diartikan sebagai proses untuk mencoba memengaruhi orang atau
orang-orang yang dipimpinnnya agar melakukan pekerjaan yang
diinginkan, sesuai dengan tujuan terntentu yang ditetapkan lebih dahulu.
Bentuk Bentuk Motivasi
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua
macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik,
timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah
ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan
kebutuhannya. Sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya
rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat
minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat
manfaatnya.
Perubahan-perubahan dalam Kekuatan Motivasi
Kekuatan motivasi bagi seseorang itu dapat berubah sewaktu-
waktu. Perubahan tersebut terjadi karena kepuasan atas kebutuhan yang
dipunyai. Suatu kebutuhan yang sudah terpuaskan tersebut sudah
memotivasikan perilaku seseorang. Penyebab lain ialah terhalangnya
pencapaian pemuasan kebutuhan. Kalau usaha pemuasan kebutuhan
terhalang, maka seseorang akan mencoba mencari jalan untuk
memuaskannya, sampai usaha tersebut tercapai. Selain dua penyebab
tersebut, penyebab lainnya yakni, perbedaan kognisi, frustasi, dan karena
kekuatan motivasi itu bertambah.
BAB III GAMBARAN SASARAN KLIEN
3.1 Kondisi Klien Sasaran
Nama Jamaludin
TTL Jember, 10 April 1998
Umur 20
Anak ke 1
Status Perkewainan Belum menikah
Pekerjaan Kuliah
Penghasilan -
Hobi Futsal

Klien adalah seorang lelaki berusia 20 tahun, merupakan


mahasiswa akhir di Politeknik Negeri Jember. Klien saya merupakan
mahasiswa sederhana yang tidak terlalu aktif dalam kegiatan baik jurusan,
fakultas bakan universitas. Klien saya juga PP ( pulang-pergi ) dari dusun
menuju kampus, hal ini membuat klien saya kurang efesien dalam
memanfaatkan waktu. Kewajiban sebagai mahasiswa akhir yakni
menyelesaikan Tugas Akhir yang tidak kunjung selesai dan mendapatkan
beberapa tekanan tersendiri baik dari keluarga, dosen pembimbing
maupun dirinya sendiri.
Jarak yang lumayan jauh pun sedikit banyak ikut menjadi
penghambat klien dalam memenuhi keperluan dan kebutuhan dalam
menyelesaikan tugas akhir. Kondisi fasilitas di dukun pun tidak memadai,
sangat susah sinyal disana sehingga mengharuskan klien saya setiap ada
tugas maupun berbagai hal harus mendapatkan sinyal hingga turun dari
dusun. Hal inilah yang menjadi problema klien mengenai kurang berfungsi
atau terhambatnya berproses sebagai mahasiswa. Orang tua dari klien
memahami namun masih sangat susah untuk mengijinkan klien untuk
dapat tinggal di dekat kampus saja (asrama).
Keadaan keluarga yang demikian membuat klien harus berkerja
lebih keras untuk dapat membagi waktu baik keluarga, diri sendiri dan
kampus. Klien mengalami kendala bagaimana caranya agar kaluarganya
terbuka akan pemikiran dan pandangan baru mengenai kehidupan kampus.
Sehingga klien dapat lebih efektif dan mudah dalam menyelesaikan
studinya.
Klien saya juga merupakan salah satu anggota dari remaja masjid
dusun Gumitir ini. dimanan kebanyakan pendidikan terakhir
prndidikannyana adalah SD-SMP. Keadaan pendidkan yang berbeda,
membuat pisisi klien lebih diharrgai dan banyak yang mau mendegarkan.
Dengan kondisi yang demikian, saya hendak mengaktifkan dan
memanfaatkan peran dan fungsinya dalam memabntu dan mendorong
anggota remaja mesjid yang lain untuk kembalia aktif dalam musyuwarah.
3.2 Kondisi Kelompok Sasaran
Remaja masjida di dusun Gumitir dukuh Kongsi adalah
perkumpulan yang baru saja dibuat. Remaja masjid sendiri awalnya tidak
memiliki anggota yang cukup untuk dikatakan sebauh komunitas, namun
sedikit-demi sedikit para remaja sadar akan kebutuhan adanya remaja
masjid sehingga akhirnya masing-masing individu minimal membawa satu
individu utnuk dapat menjadi anggota.
Pemuda yang menjadai remaja mesjid kebanyakan adalah pemuda-
pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga untuk menjalankan
aktivitas mesjid yang akan dirutinkan menjadi sedikit susah karena
kemungkinan pada saat kegiatan tersebut berlangsung banyak yang sedang
bekerja ataupun terkendala pada biaya untuk mengoperasionalkan masjid.
Menurut kepala dusun, para remaja masjid disini kurang memiliki
keterampilan dan ide yang dapat dijadikan inovasi kegiatan agar dapat
memajukan baik remaja masjid tersebut maupun dusunnya. Akhirnya
terbentuklah ide untuk merayakan maulid nabi dengan 2 hari perayaan
secara full yang akan di handle oleh remaja masjid.
Keadaan intra remaja masjid yang belum terstruktur dan terkondisi
dengan baik,membutuhkan kami mahasiswa praktikum layaknya kami
seperti pekerja sosial profersional yang dimana mereka meminta tolong
pada kami untuk dapat membantu dan membimbing anggota remaja
masjid untuk dapat aktif kembali dan dapat melaksanakan dengan baik
kegiatan keinginan pak dusun.
Pada remaja masjid ini sudah memiliki kekompakan dan rasa
solidaritas yang tinggi, namun minimnya pengetahuan dan motivasi untuk
akktif dalam kegiatan itu yang belum mumcul dan diharpkan kami dapat
membantu memunculkan hal tersebut.
3.3 Kondisi Sosial – Ekonomi
Kondisi sosial di dusun Gumitir dukuh Kongsi ini beragam,
dikarenakan setiap RW memiliki problema masing-masing. Namun dari
informasi yang didapat kondisi sosial secara umum dusun ini berjalan
ditempat tanpa ada perubahan. Pengaruh agama dapat memberikan
dampak pada warga didusun tersebut. Mayoritas warga tersbeut bergama
islam, sehingga ketika yang berkata itu ustad maupun kyai masyarakat
akan lebih mendengarkan.
Untuk kondisi ekonomi dapat dikatakan bahwa banyak warga yang
masih hidup dengan kekurangan, pendapatannya hanya dapat untuk
mencukupi kebutuhan hari itu saja. Kebanyakan mata pencaharian warga
gumitir adalah buruh tani dan buruh bangunan. Adapun yang mampu juga
tidak terlalu kelihatan karena mereka menyamakan dengan lingkungan
yang ada. Kebanyakan warga menyuruh anaknya yang baru tamat
SD/SMP untuk langsung bekerja yakni buruh-buruh tersebut. Sehingga
tidak akan terjadi perubahan yang signifikan terhadap kondisi ekonomi
maupun sosial warga tersebut.
3.4 Potensi dan Modal Dusun
Dusun tersebut memiliki beberapa potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk dapat menunjang kemajuan dusun. Beberapa potensi
tersebut adalah, rotan bambu, air terjun dan buah yang dapat dijadikan
kripik. Namun kenyataannya potensi dan modal tersebut kurang dapat
dimanfaatkan dengan maksimal oleh warga karena minimnya pengetahuan
dan pembimbingan secara intensif dalam memanfaatkan potensi dan
modal yang ada. Sebenarnya untuk tanaman bambu rotan sudah pernah
terbentuk komunitas pengrajinnya, namun mereka mengalami kendala
pada pemasaran dan pengolahan modal dananya. Kendala tersebut yang
tidak bisa diselesaikan dengan baik yang menjadikan terhentinya
komunitas tersebut sampai saat ini.
Untuk air terjun, akses dan komunikasi warga yang kurang
memadai untuk mendukung proses dijadikannya tempat wisata dusun
tersebut. Air terjun sangat jauh diatas dusun tersebut dengan aksesnya
yang belum halus (sangat berbatu) dan juga minimnya warga yang paham
bahasa Indonesia sehingga menghambat terjalinnya komunikasi yang baik
dan intens. Pada dusun ini pula akses air bersih juga kurang memadai
terutama saat musim kemarau.
Untuk buah yang dapat dijadikan kripik, banyak warga yang dapat
membuat dan mampu untuk mengolahnya, namun terkendala biaya dan
pemutaran modal yang tidak berjalan semestinya membuat banyak warga
berpikir kembali jika ingin berjualan hasil olahan kripikinya tersebut serta
tidak menemukan pasar untuk menjualnya. Akhirnya dengan kondisi yang
tetap berjalan di tempat, kebanyakan warga memilih kerja sebagai buruh
yang jelas mendapatkan penghasilan walau tidak seberapa dan tetap bisa
memenuhi kebutuhan hidup walau hanya untuk sehari.

BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM


No Tahapan/kegiatan Uraian
.
1. Intake dan Assasment Berkunjung, berkenalan dan mengutarakan tujuan
kedatangan saya dan anggota kelompok lainnya
kepada Bapak Kepala Dusun Gumitir. Membuka
pembicaraan mengenai keadaan secara umum
Dusun Gumitir terkait kondisi geografis, potensi
dusun, problema dusun, keaktivan warga serta
bentuk-bentuk perkumpulan yang ada di dusun
tersebut. Pembagian rute dalam pengenalan dan
mengassasment warga. Anggota kelompok dibagi
menjadi dua kelompok, kelompok pertama menuju
RW 1 mengenai problema yang ada yakni tingkat
putus sekolah yang tinggi lalu kelompok kedua
menuju RW 2 mengenai problema yakni tidak
aktifnya warga baik pemuda maupun orang tua
dalam memanfaatkan potensi dusun yang ada yaitu
bambu (kebanyakan warga di RW 2 memiliki kerja
sampingan sebagai pengrajin bambu). Ketika kami
menemukan permasalahan yang begitu kompleks
pada beberapa warga di masing-masing RW, kami
merasa masih belum cukup mampu untuk
mendampingi dan membantu warga untuk
menyelesaikan permasalahannya. Maka dari itu
akmi beralih menuju remaja masjid dan memulai
intake dan assasment dari awal. Mendatangi forum
ReMas ketika sedang berdiskusi. Meperkenalkan
diri kami dan tujuan kami dalam kegiatan tersebut.
Mulai menjalin hubungan dan menjelaskan kondisi
serta bimbingan apa yang bisa kami beri. Saat
berada dalam ReMas, saya juga mencari klien
untuk konseling psikososial. Dalam tahap intake ini
sekaligus kami menjalin hubungan dengan
pembimbing ReMas. Pada tahap assasment ReMas.
Dimana kami disini mengasassnent baik pengurus
struktural ReMas, anggota ReMas dan juga
pembina ReMas mengenai problema yang
dirasakan saat ini. Assasment ini menggunakan
teknik client centered. Teknik ini kami pilih karena
kami ingin jauh lebih mengenal dan mengetahui
pokok permasalahan secara mendalam dan
menyeluruh. Teknik client centered adalah suatu
teknik dimana kami sebagai pekerja sosial kebih
banyak mendengarkan dan membuat klien nyaman
untuk menceritakan segala apa yang dia pikirkan
dan rasakan. Selain berfokus pada ReMas namun
tidak terlupa untuk melanjutkan tahap intake yang
lebih intens pada klien pribadi dan mulai tahap
assasment.
2. Assasment dan Mengetahui potensi, kebutuhan dan permasalahan
penyadaran masalah yang dihadapi ReMas saat ini terutama untuk
kesiapan mengadakan acara maulid nabi. Mengenal
klien lebih dalam, mulai dapat hubungan yang lebih
baik dengan klien. Mengassasment klien saya
dengan metode intervensi individu dan keluarga
dengan teknik client centered. Saya awali dengan
perkataan pemancing agar klien dapat menaruh
percaya dan mau untuk bercerita. Lebih banyak
bertanya untuk memancing dan mendengarkan.
Pada tahap ini saya sudah memasuki tahap motivasi
terhadap klien. Disini masih terus saya ulangi pada
tahap penyadaran permasalahan agar ketika
memotifasi klien, klien benar-benar sadar akan
posisi dan tanggung jawab yang dia emban
sehingga pikiran akan terbuka terhadap hal positif
untuk penyelesaian permasalahannya. Mengetahui
dan mengenal klien lebih dalam. Mengetahui
permasalahan klien dan potensi klien. Dapat
menetukan strategi yang tepat untuk membantu dan
mendorong klien agar dapat menjadi penguat bagi
anggota ReMas yang lain.
3. Motivasi dan Dari proses penyadaran permasalahan klien
konseptualisasi akhirnya paham dan ketika diberi motivasi dpat
masalah masuk kedalam diri klien. Klien termotivasi
sehingga terdorong untuk semakin gencar dalam
mendorong dan mengajak anggota ReMas yang
lain agar lebih aktif dan semangat dalam
melaksanakan kegiatan ReMas. Saya dan klien
melakukan tahap konseptualisasi masalah yang
dimana dari semua permasalahan yang ada kami
petakan untuk menemukan akar dari permasalahan
yang klien alami. Menemukan akar permasalahan
klien dan menghasilkan beberapa alternatif
penyelesaian untuk dapat membantu klien
mengatasi permasalahnnya. Klien memutuskan
menggunakan alternatif penyelasian permasalahan
yang sesuai dengan kenyamanannya. Sebagai
konselor saya menguatkan dan meyakinkan klien
untuk dapat melaksanakannya.
4. Implmentasi (klien) Klien dapat mengutarakan keinginan klien dan
orang tua dapat mengemukakan alasan dibalik
keputusan dan harapan yang mereka pendam.
Menemukan jalan tengah atas permasalahan yang
terjadi. Selain bentuk implementasi pada klien
individu saya, saya juga masih melaksanakan tahap
pendampingan pada remaja masjid dan klien saya
juga masih terus berusaha mendorong dan
menguatkan anggota remas kainnya untuk dapat
aktif pada kegiatan yang akan dilaksanakan.
5. Pembimbingan pada Pendampingan persiapan kegiatan maulid nabi
ReMas. (mendampingi ReMas dan pembimbing ReMas
dalam mempersiapkan baik dari perlengkapan,
struktur kepanitian, dekorasi, latihan untuk
pementasan dll). Pembagian dilakukan secara
kondisional. Yang perempuan mendampingi di
bagian persiapan pementasan dan dekorasi serta
perlengkapan, untuk yang lelaku lebih kepada
perlengkapan dan konsep acara. Pembuatan
properti pementasan, menemani dan memberi
masukan terhadap persiapan pementasan.
Mendampingi rapat remaja masjid mengenai
persiapan kegiatan maulid nabi. Menemani dan
membimbing persiapan kegiatan. Ikut andil pada
rapat terakhir remaja masjid sebelum hari H.
Pengechekkan perlengkapan. Gladi bersih
pementasan.
6. Implementasi Acara dapat berlangsung dan berjalan dengan
(ReMas) lancar. ReMas dapat bekerja sesuai tugas dan
fungsinya. Kami hanya mendampingi selama acara
berlangsung, membantu keberlangsungan acara
dengan menyiapakan persiapan selanjutnya.
Sehingga pendampingan selama ini dapat dikatakan
cukup berhasil karena banyak anggota ReMas yang
aktif dan lebih percaya diri dalam mengemban
tugas dan melaksanakan kegiatan tersebut.
7. Evaluasi dan Forum FGD dan evaluasi serta proyeksi kegitan
Terminasi Remaja Masjid. Dari FGD tersebut menghasilkan
planning kegiatan kedepan dan pembenahan
struktur organisasi. Serta evaluasi mengenai agenda
dari awal hingga akhir acara. Setelah selesai pada
forum tersebut, kami melanjutkan dengan
mengutarakan tahap terakhir pada praktikum, yakni
terminasi. Pada tahap terminasi ini kami izin undur
diri pada remaja masjid, pembina remaja masjid
dan Bapak Kepala Dusun Gumitir. Ditutup dengan
pernyataan kesan dan pesan baik dari remaja masjid
maupun dari kami.

BAB V EVALUASI PRAKTIKUM


Dalam pelaksanaan praktikum psikososial pada Dusun Gumitir,
Desa Arjasa Kabupaten Jember ini dapat dikatakan berhasil namun tidak
terlepas dari beberapa masalah-masalah yang dialami selama di lapangan
yang membuat pelaksananaan praktikum menjadi terganggu. Dari tahap
awal sampai akhir dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa poin
penting yang menjadi evaluasi praktikum yakni :
1. Komunikasi antar anggota kelompok yang membuat pelaksanaan
intervensi jadi simpang siur
2. Kurang mampunya memenejemen waktu sehingga beberapa kali
terjadi kami tidak menepati janji akan berkunjung kembali ke
dusun
3. Kurang pahamnya mengenai kondisi sosial, ekonomi budaya
masyarakat sehingga ketika membrikan saran sering tidak sesuai
keadaan masyarakat
4. Kurangnya penguasaan bahasa
5. Butuh waktu untuk dapat beradaptasi dan berkenalan dengan
perangkat-perangkat dusun maupun remaja masjid
6. Tujuan yang berbeda antara praktikum konselor psikososial dengan
praktikum lembaga.
Dengan berbagai kondisi dan keadaan yang demikian membuat
kegiatan praktikum ini menjadi kurang maksimal.

BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mahasiswa dengan adanya praktikum ini menjadi lebih terbantu
dengan dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di kampus. Praktikum selain
itu dapat mengasah mahasiswa terkait pengetahuan dan skill yang dimiliki.
Pengetahuan dan skill ini yang nantinya digunakan sebagai modal guna dalam
dunia pekerjaan sosial. Saat ini pekerjaan apapun antara pengetahuan dan skill
harus seimbang dan jika berat sebelah maka akan timbul masalah baru. Guna
menjawab itu semua mahasiswa menjadi terbantu dengan adanya praktikum
psikososial yang juga untuk memahamidan membantu individu.
Selama masa praktikum ini terlaksana dapat disimpulkan bahwa warga
dusun gumitir menerima dan menganggap keberadaan kami sebegai salah satu
jalan untuk dapat mengembangkan diri dan dusun tersebut dengan bantuan
ide-ide serta bimbingan yang akan kami berika. Selama masa praktikum baik
warga, remaja masjid dan klien pun sama-sama terbuka dan mau bekerja
bersama agar mereka sendiri paham bagaimana membangkitkan diri mereka
sendiri. dalam pelaksanaannya kami lebih banyak mendengarkan dan
memberikan beberapa saran serta alternatif penyelesaian permasalahan yang
dimana warga, remaja masjid dan klien itu sendiri yang memutuskan dengan
berbagai pertimbangan akan menggunakan yang mana sesaui dengan keadaan
dan kemampuan klien.
Peran pekerja sosial sebagai motivator serta enabler sangat dominan
dalam pelaksanaan praktikum konselor psikososial. Hal ini dikarenakan
selama pengoptimalan peran dan komunikasi ini lebih pada peran pekerja
sosial dalam memotivasi dan mempercepat kemunkinan terjadinya atau
tercapainya tujuan yang akan mereka capai. Dengan kondisi permasalahan
yang telah dijelaskan sebelumnya yakni kurang percaya dirinya anggota
remaja masjid dalam melaksanakan berbagai aktivitas, pekerja sosial akan
lebih terfokus pada teknik client centered yang tujuannya adalah
memunculkan motivasi pada diri klien sehingga dapat menularkan motivasi
tersebut pada anggota lainnya.
4.2 Rekomendasi
Rekomendai yang dapat diberikan untuk pelaksana praktikum psikososial
selanjutnya yaitu dapat terus memberikan motivasi serta memberikan dan
membimbing pola pikir agar dapat menemukan inovasi dalam program-
program yang telah dirancang untuk mempercepat perubahan yang positif.
Praktikan dapat memanfaatkan modal sosial yan ada dalam lingkungan dan
kondisi dalam internal ReMas. Rasa memiliki dan kekompakan tetap harus
ditingkatkan agar ReMas dapat terus berkembang serta berjalan agar dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. 2009. Pekerjaan Sosial dengan Kesejahteraan Sosial: Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.
Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Kesejahteraan sosial (pekerjaan sosial,
pembangunan sosial, dan kajian pembangunan). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Priyatno dan Erman Anti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Lumongga Lubis, Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktek, Kencana Media Prenada Group, Jakarta, 2011.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolahan Posyandu. Jakarta,
2006.

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Biodata Praktikan
Biodata Klien
Lampiran 2 : Jurnal Mingguan

Lampiran 1
Biodata Praktikan
Nama Nur Af’idah Islamiah
TTL Sumbawa Besar, 9 Agustus 1998
Umur 20 tahun
Anak ke 1
Status Perkewainan Belum menikah
Pekerjaan Kuliah
Penghasilan -
Hobi Kasti

Biodata Klien
Nama Jamaludin
TTL Jember, 10 April 1998
Umur 20
Anak ke 1
Status Perkewainan Belum menikah
Pekerjaan Kuliah
Penghasilan -
Hobi Futsal
Lampiran 2
JURNAL MINGGUAN PRAKTIKUM KONSELOR PSIKOSOSIAL
PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FISIP UNIVERSITAS JEMBER

Dusun : Gumitir
Kelompok : 01
Nama mahasiswa : Nur Af’idah Islamiah
Minggu ke :1

No
Hari/Tanggal Bentuk Kegiatan (input) Hasil yang dicapai (output) Keterangan
.
1. Senin, 15  Penerjunan mahasiswa  Diterimanya saya dan anggota
Oktober 2018 praktikum konselor psikososial kelompok lainya sebagai
di Balai Kecamatan Arjasa oleh mahasiswa yang menjalankan
Ketua Jurusan Ilmu praktikum konselor
Kesejahteraan Sosial, psikososial pada Dusun
KAPOLSEK Arjasa dan Camat Gumitir baik oleh Kepala
Arjasa. Desa dan Kepala Dusun
 Serah terima antara pihak Gumitir.
universitas dengan Kepala Desa  Mengenal Bapak Kepala
Arjasa atas penerjunan Dusun Gumitir. Nama beliau
mahasiswa praktikum konselor adalah Bapak Erna
psikosial di Balai Desa Arjasa.  Mengetahui keadaan secara
 Berkunjung, berkenalan dan umum Dusun Gumitir terkait
mengutarakan tujuan kedatangan kondisi geografis, potensi
saya dan anggota kelompok dusun, problema dusun,
lainnya kepada Bapak Kepala keaktivan warga serta bentuk-
Dusun Gumitir. bentuk perkumpulan yang ada
 Membuka pembicaraan di dusun tersebut.
mengenai keadaan secara umum  Salah satu perkumpulan warga
Dusun Gumitir terkait kondisi yang sedang akan
geografis, potensi dusun, melaksanakan kegiatan yakni
problema dusun, keaktivan remaja masjid (ReMas).
warga serta bentuk-bentuk Agenda yang akan
perkumpulan yang ada di dusun dilaksanakan adalah maulid
tersebut. nabi.
2. Kamis, 18  Pembagian rute dalam  Mengetahui keadaan problema Kerumah warga-warga
Oktober 2018 pengenalan dan mengassasment yang sebenarnya dialami oleh diambil sampel secara acak.
warga. Anggota kelompok warga baik di RW 1 maupun
dibagi menjadi dua kelompok, RW 2
kelompok pertama menuju RW 1  Terjalinnya hubungan kepada
mengenai problema yang ada warga sekaligus
yakni tingkat putus sekolah yang memperkenalkan dan
tinggi lalu kelompok kedua memberitahukan tujuan kami
menuju RW 2 mengenai berada pada dusun tersebut
problema yakni tidak aktifnya atas kegiatan yang kami
warga baik pemuda maupun lakukan.
orang tua dalam memanfaatkan
potensi dusun yang ada yaitu
bambu (kebanyakan warga di
RW 2 memiliki kerja sampingan
sebagai pengrajin bambu).

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Praktikum Kepala Desa

Drs. Syech Hariyono, M.Si Ahmad Saenola


NIP. 195904151989021001

Anda mungkin juga menyukai