Anda di halaman 1dari 330

P E N G E M B A N G A N M A SY A RA K A T

PENGEMBANGAN
MASYARAKAT

Fredian Tonny Nasdian

Ditcrbilkan atas kerja sam a antara


D epartem en Sains K om unikasi dan Pengem bangan M asyarakat
Fakultas Ekologi M anusia IPB
dengan Yayasan Pustaka O bor Indonesia
Jakarta, 2015
© © 3 .ii\ a 09:43

Pengembangan M asyarakat/Fredian Tonny Nasdian; e d .l- Jakarta:


Yayasan Pustaka O bor Indonesia, 2014

xvi + 317 hlm; 14,5 x 21 cm


ISBN: 978-979-461 -876-9

Judul:
Pengembangan Masyarakat
Fredian Tonny Nasdian

Copyright © 2 0 1 4 Fredian Tonny Nasdian


Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
AII Righls reserved

Diterbitkan atas keija sama antara


Departemen Sains Komunikasi dan Pengem bangan Masyarakat
Fakultas Ekologi M anusia IPB
dengan Yayasan Pustaka O bor Indonesia
Anggota IKAPI DKI Jakarta

Cetakan pertama: Maret 2014


Cetakan kedua: Maret 2015
YOI: 769.32.6.2014
Desain sampul: Rahmatika

Yayasan Pustaka O bor Indonesia


Jl. Plaju No. 10 Jakarta 10230
Tip 021-31926978; 3920114
Faks: 021-31924488
E-mail: yayasan obon£f)ebn.net.id
http: www.obor.or.id
© © sS S 3 ..1I a 09:44

KATA PENGANTAR

Pengembangan masyarakat (community development) merupakan


suatu proses swadaya masyarakat yang diintegrasikan dengan
usaha-usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi
masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kultural, serta
untuk mensinerjikan gerakan untuk kemajuan dan kemakmuran
bangsa. Sebagai suatu metode atau pendekatan, pengembangan
masyarakat menekankan adanya proses pemberdayaan, partisipasi,
dan peranan langsung warga komunitas dalam proses pembangunan
di tingkat komunitas dan antarkomunitas.
Buku teks ini ditulis sebagai suatu pengantar bagi mahasiswa dan
pembaca lainnya untuk memahami dan menghayati proses-proses
pengembangan masyarakat. Dari sisi akademis, pemahaman tersebut
dapat menjadi titik awal untuk membangun, mengembangkan, dan
mengkritisi konsep-konsep dan kerangka teoritis pengembangan
masyarakat. Di samping itu, dari sisi praktis buku teks ini diharapkan
dapat menggugah dan merangsang mahasiswa dan pembaca
untuk membangun dan mengembangkan aksi-aksi pengembangan
masyarakat sebagai suatu proses, metode, dan gerakan pembangunan
berskala mikro. Meskipun demikian perlu dipahami, tanpa keterkaitan
yang jelas antara pengembangan masyarakat dan pembangunan
regional (daerah) sulit dapat mencapai tujuan seperti yang dinyatakan
di atas.

V
Pengembangan Masyarakat

Buku teks ini memaparkan topik-topik yang bersifat konseptual


dan praktis yang terdiri 14 bab. Topik-topik ini telah "dipraktikkan"
dalam perkuliahan di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB. Dari pengalaman
“praktik” tersebut, penulis menyadari bahwa masih banyak yang
perlu disempurnakan. Oleh karena itu. sangat diharapkan masukan
dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan buku teks ini.

Jakarta. Februari 2014


Fredian Tonny Nasdian
© © 3 .ii\ a 0 9 :4 4

D A F T A R ISI

Kata Pengantar v
D aftar Tabel xi
D aftar G am bar xii

1. KO M UN ITA S DAN PEN G EM BA N G A N


M ASYARAKAT DA LA M PE R SPE K T IF SO SIOLOG I I
1. K om unitas dalam Perspektif Sosiologi 1
2. M engapa Perlu Pengem bangan M asyarakat 8

2. SEJA RA H PEN G EM B A N G A N M ASYARAKAT 25


1. Pengem bangan M asyarakat dalam Konteks H istoris 25
2. Pengertian Pengem bangan M asyarakat 29
3. Program Pengem bangan M asyarakat dan Penyuluhan:
Pengalam an Beberapa N egara 38

3. A SA S-A SA S DAN PRIN SIP-PRIN SIP


PEN G EM B A N G A N M ASYARAKAT 46

4. STRATEGI DA N PENDEKATAN DALAM


PE N G EM BA N G A N M ASYARAKAT 59
1. Pengantar 59
2. Strategi Pengem bangan M asyarakat 60

vii
© © 3 .ii\ a 09:44

Pengem bangan Masyarakat

3. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan


Masyarakat 61
4. Perbedaan Pendekatan 84

5. PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI WARGA


KOMUNITAS 89
1. Pemberdayaan dan Partisipasi: Maknanya di Tingkat
Komunitas 89
2. Upaya-upaya Pemberdayaan Warga Komunitas 92
3. Kelompok Sosial sebagai Media Pemberdayaan 96
4. Mengembangkan Partisipasi di Tingkat Komunitas
dan Permasalahannya 98
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan
dan Partisipasi Warga Komunitas 101

6. METODE-METODE PARTISIPATIF DALAM


PENGEMBANGAN MASYARAKAT 105
1. Pengantar 105
2. A lternatif Metode Partisipatif untuk Pengembangan
Masyarakat 108
3. Environmental Scanning ( ES) 109
4. Logicai Framework Approuch (LFA) 112
5. Participatory Impact Monitoring (Pl M) 116
6. Foi-us Group Discussion (FGD) 119
7. Zielobjective Orientierte Project Planning (ZOPP) 121

7. PENGORGANISASIAN WARGA KOMUNITAS 134


1. Pengantar 134
2. Pola Pengembangan Komunitas Lokal 136

viii
© © ,ll a 09:45

Daftar Isi

3. Pola Perencanaan Sosial 138


4. Pola Aksi Sosial 141

8. PERAN AN PEK ER JA DAN O RG A N ISA SI


PEN G ELO LA A N PEN G EM B A N G A N M ASYARAKAT 145
1. FacilUative Roles (Fasilitator) 145
2. Educational Roles ( Pendidik) 146
3. Representational Roles (U tusan atau W akil) 146
4. Technical Roles (T eknikal) 147
5. K eteram pilan Inti Pekerja 147
6. Sepuluh Peran Pekerja Pengem bangan K om unitas di
Lapangan 15I
7. Tipe-tipe Program Pengem bangan M asyarakat 162
8. Pekerja Pengem bangan M asyarakat dan Pihak-
pihak Lain 168
9. Bentuk-bentuk Pengorganisasian 172

9. M EM BA N G U N K O M U N IK A SI SO SIA L DALAM
PEN G EM B A N G A N M ASYARAKAT 175
1. Pengantar 175
2. K onsep Kom unikasi Sosial 175
3. Elem en Kom unikasi Sosial 183
4. Jaringan Inform asi dan K om unitas 186
5. Kom unikasi Sosial dalam Pengem bangan M asyarakat 189

10. M A N A JEM EN K O N FLIK BERBA SIS KOM UNITAS


DA LA M PE N G EM BA N G A N M ASYARAKAT 191
1. Pengantar 191
2. Konflik dan K eseharian K om unitas 192

ix
© © ,ll a 09:45

Pengembungan Masyarakat

3. Prinsip Um um M engelola Konflik 195


4. M anajem en Konflik Berbasis K om unitas 199

11. PE N G EM BA N G A N K E L EM B A G A A N DAN M O D A L
SO SIA L D A LA M PEN G EM B A N G A N M ASYARAKAT 205
1. Pengantar 205
2. K elem bagaan dalam Pengem bangan M asyarakat 206
3. Jejaring dalam Pengem bangan M asyarakat: Suatu
Perspektif M odal Sosial 211
4. Jejaring Kelem bagaan Berbasis K om unitas 217

12. PE N G EM BA N G A N M ASYARAKAT DALAM


K O N TEK S PE M BA N G U N A N D A ERA II 219
1. Pengantar 219
2. Pengem bangan M asyarakat dan Pem bangunan
Daerah: Suatu Keterkaitan dalam Bentuk Hubungan
K elem bagaan di Era Otonom i 221

13. TA N G G U N G JAWAB SO SIA L PERU SA H A A N


DA LA M PER SPEK TIF PE N G EM BA N G A N
M ASYARAKAT 227
1. Pengantar 227
2. C SR dalam Kerangka Pergeseran Paradigm a
Pem bangunan 229
3. C SR dalam Perspektif Pem berdayaan 236
14. PERAN AN TANG GUN G JAWAB SO SIA L
PERU SA H A A N DA LA M PE N G EM BA N G A N
M ASYARAKAT 248
1. Pengantar 248

X
S 09:45

Daftar Isi

2. Peranan CSR dalam M eningkatkan T araf Hidup


M asyarakat: Studi Kasus Program C SR Perusahaan
Besar terhadap K om unitas Desa-desa Urban 250
3. Pengem bangan M asyarakat dan K eberlanjutannya
dalam K erangka CSR : Studi K asus Program CSR
Perusahaan Besar terhadap K om unitas Desa-desa
Urban 266
4. Pem berdayaan K om unitas Pulau-pulau Kecil: Studi
K asus Program C SR Perusahaan M igas 276
5. D inam ika Partisipasi dan K em andirian Kom unitas
dalam Im plem entasi Program CSR 299

Daftar Pustaka 306


Indeks 312
Tentang Penulis 317

xi
■ n
© © g f D Q ) .1(1 a 09:45

DAFTAR TABEL

1 Matriks yang Menggambarkan Perbedaan dan


Keterkaitan antara Pendidikan Penyuluhan dan
Pengembangan M asyarakat (Blackbum . 1989) 43

2 Matriks antara Pilihan Pendekatan dan


Proses Pendampingan dan Pengembangan
Masyarakat ( Komunitas) 106
3. Karakteristik dan tahap-tahap tanggung jaw ab sosial
perusahaan 232
4. Total dan Rata-rata Dana CSR per Tahun dari
Perusahaan Periode Tahun 2002-2005 dan Periode
Tahun 2006-2010 (M ilyar Rupiah) 252
5. Total dan Rata-rata per Tahun Dana CSR Perusahaan
menurut Jenis Program dan Periode (M ilyar Rupiah) 253
6. Realisasi Program CSR “ Perusahaan” Tahun 2008-2010 267
7. Realisasi Dana Program C'D Perusahaan Migas
menurut Ring-sidcdi sekitar Lapangan Gas Perusahaan Periode
2010-2013 278
8. Persentase Masyarakat di Sekitar Lapangan Gas
Perusahaan Migas menurut Persepsi-nya terhadap
Perusahaan dan CD perusahaan 281
9. Penghitungan Nilai Agregat IKM terhadap Program
CD Perusahaan Migas. Tahun 2013 282

xii
.,tl S 09:45

Daftar Tabel

10 . Nilai A gregat 1KM di sekitar Lapangan G as Perusahaan


M igas terhadap Program C D Perusahaan. Tahun 2013 284
II. Persentase w arga m asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan
M igas dalam program -program pem bangunan dan
pem berdayaan di aras kom unitas. Tahun 2013 285
12. Persentase Warga M asyarakat sekitar lapangan gas perusahaan
m igas yang Berpartisipasi dalam Program C D Perusahaan dan
dalam Program -program Pem bangunan dan Pem berdayaan di
A ras K om unitas, tahun 2013 289
13, Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as
Perusahaan M igas m enurut Tingkat K eteram pilan dan
K om unitas. Tahun 2013 290
14. Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan
M igas m enurut T ingkat K eteram pilan, dengan dan Tanpa
Program C D , dan Kom unitas, Tahun 2 0 13 291
15. Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as
Perusahaan m enurut tingkat Kerjasam a dan Kom unitas,
Tahun 2013 292
16. Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan
M igas m enurut tingkat Kerjasam a, dengan dan tanpa program
CD, dan kom unitas. Tahun 2013 293
17. Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan
M igas m enurut konflik sosial dan kom unitas, Tahun 2013 293
18. Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan
M igas m enurut Konflik Sosial, dengan dan
tanpa Program C D . dan K om unitas, Tahun 2013 294
19. Persentase Warga M asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan
M igas m enurut K elem bagaan B erkelanjutan dan Kom unitas,
Tahun 2013 295
20 . Persentase warga m asyarakat sekitar Lapangan G as Perusahaan
M igas m enurut kelem bagaan berkelanjutan, dengan dan tanpa
program CD, dan kom unitas. Tahun 2013 295
2 1 . Skor T araf Hidup Warga M asyarakat sekitar Lapangan
G as Perusahaan M igas dan K om unitas. Tahun 2013 296

xiii
© © n ,ll a 0 9 :4 6

P e n g e m b a n g a n M asy arak at

22. Skor T araf Hidup Menurut Warga Masyarakat sekitar Lapangan


Gas Perusahaan Migas dengan dan Tanpa Program CD, dan
Komunitas, Tahun 2013 297
23. Skor T araf 1lidup Menurut Warga Masyarakat sekitar Lapangan
Gas Perusahaan Migas dengan dan tanpa Program CD. dan
Komunitas, Tahun 2013 297
24. Skor Taraf Hidup menurut Warga Masyarakat Sekitar
Lapangan Gas Perusahaan Migas dengan dan tanpa
Program CD, Pelapisan Sosial, dan Komunitas,
Tahun 2013 298
25. Skor T araf Hidup menurut Warga Masyarakat Sekitar Lapangan
Gas Perusahaan Migas dengan dan tanpa Program CD,
Pelapisan Sosial, dan Komunitas. Tahun 2013 299

X IV
© © ,ll a 09:46

DAFTAR GA M B A R

1. Pergeseran Paradigma Pembangunan dari Pmduction Center


Developmenl kc People Center Development 24
2. Suatu Kerangka Kerja bagi Pckcija Pengembangan
Masyarakat (A Framework for Community \Vorkers) 150
3. Jejaring Sosial Berbasis Komunitas 218
4. Tingkat Pengambilan Keputusan dan Aktiv itas
untuk Pembangunan (Disadur dari UpholT, 1986) 220
5. Keseimbangan Dinamis dan Hubungan Dialektis
antara Community Based Development dan Local
Government Policies 223
6. Isu-isu dalam Corporate Social ResponsibUity
(Moratis and Cochius. 2011) 228
7. The tripple hntlnm line (John F.lkington, 1997) 229
8. Pergeseran paradigma pembangunan dari produetion
centered development ke people eentered development 2 31
9. Makna partisipasi dalam tanggung jawab sosial
perusahaan: community participation - stakeholders
participation 237
10. Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat 240
11. Aksi pengembangan masyarakat 245
12. Total dan Rata-rata per tahun dana CSR perusahaan
menurut jenis program dan periode 254
13. Tipe dan Pola Partisipasi dalam Pergeseran dari
Community Participation kc Stakeholders Participation 278

XV
© © 3 .ii\ a 09:46

Pengem bangan Masyarakat

14. Rata-rata Penilaian Masyarakat Partisipan Program terhadap


Tingkat Kinerja Program CD Perusahaan Migas Tahun 2013 283
15. Grafik Gap antara Tingkat Kepentingan dengan Tingkat
Kinerja (Kepuasan) Program CD Perusahaan Migas
Tahun 2013 285
16. Bagan Prioritas Perbaikan Kinerja dalam Pelaksanaan
Program CSR/CD Perusahaan Migas Tahun 2013 288

xvi
K o m u n ita s d a n P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t
d a la m P e r s p e k t if S o sio log i

I. K o m u n ita s d a la m P e rs p e k tif Sosiologi


Istilah “ m asyarakat” dalam Bahasa Indonesia sering m erupakan
terjem ahan dari B ahasa Inggris society dan community. Konsep
m asyarakat yang berasal dari society berbeda dengan konsep
m asyarakat yang bersum ber dari community, karena dari
p erspektif Sosiologi pengertian society berbeda dari community.
Dalam topik ini, istilah m asyarakat diterjem ahkan dari kata atau
konsep community. O leh karena itu, agar istilah atau konsep
m asyarakat tersebut tidak rancu atau berm akna ganda, m aka
dalam m ateri ini istilah atau konsep community diterjem ahkan
sebagai komunitas.

1.1. K onsep K o m u n ita s


Kom unitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang
terorganisasikan dalam kelom pok-kelom pok dengan kepentingan
bersam a (communities o f common interest), baik yang bersifat
fungsional m aupun yang mem punyai teritorial. Istilah community
dapat diterjem ahkan sebagai “m asyarakat setem pat". A kan tetapi
© © ,ll a 09:47

Pengembungan Masyarakat

dalam m ateri ini, seperti dijelaskan di atas, digunakan istilah


kom unitas. Istilah kom unitas dalam batas-batas tertentu dapat
m enunjuk pada warga sebuah dusun (dukuh atau kampung),
desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu
kelom pok, baik kelom pok besar m aupun kecil, hidup bersam a
sedem ikian rupa sehingga m erasakan bahwa kelom pok tersebut
dapat m em enuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama,
m aka kelom pok tadi disebut komunitas.
Sebagai suatu perum pam aan, kebutuhan seseorang tidak
m ungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup
bersam a-sam a rekan lainnya yang sesuku. Dengan dem ikian,
kriteria yang utam a bagi adanya suatu kom unitas adalah terdapat
hubungan sosial ( social rehtionships ) antara anggota suatu
kelom pok. Dengan dem ikian dapat dikatakan bahw a kom unitas
m enunjuk pada bagian m asyarakat yang bertem pat tinggal di
suatu w ilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu
dan faktor utam a yang m enjadi dasar adalah interaksi yang
lebih besar di antara para anggotanya, dibandingkan dengan
penduduk di luar batas w ilayahnya (Soekanto. 1990).
Dapat disim pulkan bahw a m asyarakat setem pat atau
kom unitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai
oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. D asar-dasar
dari kom unitas adalah lokalitas dan perasaan sem asyarakat
setem pat tersebut (Soem ardjan. 1962).

1.2. K o m u n ita s d a la m P e rs p e k tif Sosiologi


K om unitas ( community ) dalam p erspektif Sosiologi adalah
warga setem pat yang dapat dibedakan dari m asyarakat lebih luas
( society ) m elalui kedalam an perhatian bersam a (a community o f
interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi. Para anggota

2
© © ,ll a 09:47

Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

kom unitas m em punyai kebutuhan bersam a (common neecls).


Jika tidak ada kebutuhan bersam a itu bukan suatu kom unitas
(Jim Ife, 1995).
Dalam suatu kom unitas aktivitas anggotanya dicirikan
dengan partisipasi dan keterlibatan langsung anggota kom unitas
dalam kegiatan tersebut, di m ana sem ua usaha sw adaya
m asyarakat diintegrasikan dengan usaha-usaha pem erintah
setem pat untuk m eningkatkan ta ra f hidup, dengan sebesar
m ungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta
pem bentukan pelayanan teknis dan bentuk-bentuk pelayanan
yang dapat m endorong tim bulnya inisiatif, sifat bersw adaya,
dan kegotongroyongan, sehingga proses pem bangunan berjalan
efektif.
Suatu kom unitas pasti m em punyai lokalitas atau tem pat
tinggal (w ilayah) tertentu. K om unitas yang m em punyai
tem pat tinggal tetap dan perm anen, biasanya m em punyai
ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tem pat
tinggalnya. Secara garis besar, kom unitas berfungsi sebagai
ukuran untuk m enggarisbaw ahi hubungan antara hubungan-
hubungan sosial dengan suatu w ilayah geografis tertentu.
Akan tetapi tempat tinggal tertentu saja, walaupun m erupakan
suatu dasar pokok, tidak cukup untuk m em bentuk komunitas. Di
sam ping itu harus ada suatu perasaan di antara anggota bahwa
mereka saling m em erlukan dan bahwa lahan yang m ereka tempati
mem berikan kehidupan kepada sem uanya. Perasaan demikian,
yang pada hakekatnya merupakan identifikasi dengan tempat
tinggal, dinam akan perasaan kom unitas {community sentiment).
U nsur-unsur perasaan kom unitas (community sentiment)
antara lain: ( I ) Seperasaan. U nsur seperasaan akibat seseorang

3
© © □ ..<1 a 09:47

Pengembangan Masyarakat

berusaha untuk m engidentifikasi dirinya dengan sebanyak


m ungkin orang dalam kelom pok tersebut, sehingga kesem uanya
dapat m enyebutkan dirinya sebagai “ kelom pok kam i”,
“perasaan kam i” , dan lain sebagainya. Perasaan dem ikian
terutam a tim bul apabila orang-orang tersebut m em punyai
kepentingan yang sam a di dalam m em enuhi kebutuhan hidup.
U nsur seperasaan harus m em enuhi kebutuhan-kebutuhan
kehidupan dengan “altruism ", yang lebih m enekankan pada
perasaan solider dengan orang lain. Pada unsur seperasaan,
kepentingan-kepentingan si individu diselaraskan dengan
kepentingan-kepentingan kelom pok, sehingga dia m erasakan
kelom poknya sebagai struktur sosial m asyarakatnya; (2)
Sepenanggungan. Setiap indiv idu sadar akan peranannya dalam
kelom pok dan keadaan m asyarakat sendiri m em ungkinkan
peranannya dalam kelom pok dijalankan, sehingga dia
m em punyai kedudukan yang pasti dalam darah daging sendiri;
dan (3) Saling M em erlukan. Individu yang tergabung dalam
kom unitas m erasakan dirinya tergantung pada "kom unitas" nya
yang m eliputi kebutuhan fisik m aupun kebutuhan-kebutuhan
psikologis. K elom pok yang tergabung dalam kom unitas tadi,
m em enuhi kebutuhan-kebutuhan fisik seseorang, m isalnya
atas m akanan dan perum ahan. Secara psikologis, individu
akan m encari perlindungan pada kelom poknya apabila dia
berada dalam ketakutan, dan lain sebagainya. Perwujudan
yang nyata dari individu terhadap kelom poknya (kom unitas)
adalah pelbagai kebiasaan m asyarakat, perilaku-perilaku
tertentu yang secara khas m erupakan ciri m asyarakat itu.
C ontoh yang m ungkin dapat m em berikan penjelasan lebih jelas
adalah aneka m acam logat bahasa kom unitas. U ntuk keperluan
analisis kom unitas, sosiologi m em iliki lim a konsep dasar, yaitu:

4
© © ,ll a 09:48

Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

struktur sosial, tindakan sosial, integrasi funsional. kekuasaan,


dan kebudayaan.

1.3. T ipologi K o m u n ita s


Dalam m engkategorikan kom unitas, dapat digunakan em pat
kriteria yang saling-terkait, yaitu (D avis, 1960): jum lah
penduduk: luas, kekayaan dan kepadatan penduduk: fungsi-
fungsi khusus kom unitas terhadap seluruh m asyarakat; dan
organisasi kom unitas yang bersangkutan.
Kriteria tersebut di atas, dapat digunakan untuk mem bedakan
antara beragam kom unitas yang sederhana dan m odem .
Kom unitas yang sederhana adalah apabila dibandingkan dengan
masyarakat yang sudah kom pleks, terlihat kecil, organisasinya
sederhana, sedangkan penduduknya tersebar. Kecilnya
masyarakat dan belum berkem bangnya m asyarakat-m asyarakat
tadi disebabkan perkem bangan teknologinya yang lambat.
Dengan adanya pengaruh-pengaruh yang datang dari luar,
kom unitas yang m asih sederhana m ulai m engenal hukum ,
ilmu pengetahuan, sistem pendidikan m odern dan lain-lain.
Kelem bagaan sosial baru tim bul, sehingga lam a-kelam aan
dikenal pem bagian kerja yang tegas. Sem ula kelem bagaan
sosial sangat sederhana dan tradisional, sehingga re la tif m udah
untuk m em aham i pola-pola yang tetap atau paling banyak hanya
sedikit m engalam i perubahan. M asyarakat yang sederhana
tersebut m erupakan suatu unit yang fungsional, dalam batas-
batas tertentu belum m engenal spesialisasi dan kelom pok ini
dianggap sebagai suatu kelom pok primer.
Dalam m asyarakat m odem , sering dibedakan antara
kom unitas pedesaan (rural community) dan kom unitas perkotaan
(urban community). Perbedaan tersebut sebenarnya tidak

5
© NETRA

Pengem bangan Masyarakat

mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana,


karena dalam komunitas modem, betapapun kecilnya suatu
desa, pasti ada pengaruh dari kota. Sebaliknya, pada masyarakat
sederhana pengaruh dari kota secara relatif sangat rendah atau
hampir tidak ada. Pembedaan antara komunitas pedesaan dengan
komunitas perkotaan pada hakekatnya bersifat gradual.
Warga suatu komunitas pedesaan mempunyai hubungan
yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka
dengan warga komunitas pedesaan lainnya. Sistem kehidupan
biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.
Penduduk komunitas pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian. Sedangkan di luar Jawa, misalnya di Sumatcra
dan Kalimantan, di samping pertanian, penduduk komunitas
pedesaan juga berkebun. Pada umumnya warga komunitas
pedesaan di Indonesia ini, apabila ditinjau dari segi kehidupan,
sangat terikat dan sangat tergantung dari tanah. Karena sama-
sama tergantung pada tanah, maka kepentingan pokok juga
sama, sehingga mereka juga akan bekerja sama untuk mencapai
kepentingan-kepentingannya. Sebagai akibat kerja sama tadi,
timbullah kelembagaan sosial yang disebut gotong royong, yang
bukan merupakan kelembagaan yang sengaja dibuat. Karena
itu. pada komunitas pedesaan jarang ditemui pembagian kerja
berdasarkan keahlian, biasanya pembagian kerja didasarkan
pada usia dan jenis kelamin.
Komunitas perkotaan (urban community) adalah masyarakat
kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan
pengertian "kota", terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang
menonjol pada komunitas kota, yaitu: ( I) kehidupan keagamaan
berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di

6
© © ,ll a 09:48

Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

komunitas pedesaan; (2) warga komunitas kota umumnya dapat


mengurus dirinya sendiri tanpa hams bergantung pada orang lain;
(3) pembagian kerja di antara warga komunitas kota juga lebih
tegas dan memiliki batas-batas yang nyata; (4) peluang kerja di
komunitas kota lebih banyak; (5) jalan pikiran rasional umumnya
dianut warga komunitas kota; (6) faktor waktu dinilai penting
oleh komunitas kota; dan (7) perubahan sosial tampak nyata
di komunitas perkotaan. Sehubungan dengan perbedaan antara
komunitas pedesaan dan komunitas perkotaan, perlu dipahami
proses urbanisasi, yakni perpindahan penduduk dari pedesaan kc
perkotaan atau dapat pula dipahami bahwa urbanisasi merupakan
proses teijadinya komunitas kota (Sockanto. 1990).
Selain komunitas pedesaan dan perkotaan, berdasarkan
ciri-ciri masyarakat agraris terdapat tipologi komunitas agraris,
yang secara garis besar dapat dibedakan atas: (1) Komunitas
nelayan (pantai dan pesisir); (2) Komunitas petani sawah
(dataran rendah); dan (3) Komunitas petani peladang atau lahan
kering (dataran tinggi). Apabila tipologi komunitas agraris
ditelaah dalam konteks evolusi sosial, maka terdapat tipe: (I)
Komunitas pemburu peramu (pra-agraris) yang dicirikan dengan
tidak ada kegiatan budidaya pertanian (domestikasi), yang
ada hanya berupa berburu satwa liar dan meramu hasil hutan.
Warga komunitas mempertahankan kelestarian ekosistem alam.
Anggota komunitas berpindah-pindah mengikuti pergerakan
satwa dan atau siklus produksi hasil hutan. Warga komunitas
cenderung subsisten, relatif tidak terdiferensiasi, dan egaliter.
Dalam komunitas ini pemukiman tersebar dalam kelompok-
kelompok kecil; (2) Komunitas peladang berpindah, yang
dicirikan dengan aktivitas budidaya pertanian heterokultur
“tertutup.” Anggota komunitas berpindah-pindah mengikuti

7
© © ,ll a 09:48

Pengembangan Musyarakat

rotasi ladang. Cenderung subsisten, diferensiasi sosial sedang,


dan stratifikasi bersifat sederhana. Warga komunitas dalam
aktivitas budidaya pertanian menjaga kesuburan tanah dengan
sistem rotasi; dan (3) Komunitas petani sawah irigasi yang mata
pencahariannya berfokus pada monokultur tanaman pangan
terbuka dan kesuburan tanah dipertahankan dengan irigasi.
Pemukiman warga komunitas adalah menetap, cenderung
komersial, pemukiman berkelompok membentuk desa, dengan
tingkat diferensiasi sosial tinggi sehingga sistem sosial sangat
berstratifikasi.

2. M engapa Perlu Pengem bangan M asyarakat?


Pembangunan sering dianggap sebagai suatu 'obat' terhadap
berbagai masalah yang muncul dalam masyarakat, khususnya
pada negara-negara yang sedang berkembang. Permulaan
implementasi pendekatan pembangunan ketika dikemukakannya
Teori Pertumbuhan oleh kelompok ekonom ortodoks. Teori ini
menjelaskan bahwa pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi
yang pada akhirnya diasumsikan akan meningkatkan standar
kehidupan (Clark, 1991). Mereka menggunakan GNP (Gross
National Product) sebagai salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Akan tetapi, bila diperhatikan lebih jauh ternyata
pertumbuhan yang ada hampir tidak bermakna bagi mereka yang
berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, pada beberapa
kasus negara berkembang, pertumbuhan GNP tidak selalu diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas.

2.1. B eberapa Pendekatan P em bangunan


Menurut Hadad (1980), istilah pembangunan pada intinya
tidaklah berbeda dengan istilah perubahan. Kedua istilah tersebut
masing-masing memiliki sisi positif dan negatif, tergantung

S
© © ,ll a 09:48

Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

kepada apa dan siapa yang akan diubah, dan juga bagaimana
perubahan itu akan dilakukan. Selama lebih dari tiga dekade,
teori-teori pembangunan telah dibahas dan dikaji oleh berbagai
praktisi dan teoritisi pembangunan. Menurut Troeller (1978) ada
enam pendekatan pembangunan, yaitu: pendekatan pertumbuhan;
pertumbuhan dan pemerataan, ketergantungan, tata ekonomi
bani, kebutuhan pokok, dan pendekatan kemandirian.

2.1.1. Pendekatan P e rtu m b u h a n (Growth Approach)


Revolusi ekonomi dari aliran Keynesian mendorong para
ahli ekonomi untuk menempuh strategi industrialisasi
dengan kebijakan substitusi impor sebagai “resep baru” bagi
negara agraris yang padat penduduk di Dunia Ketiga. Salah
satunya adalah penerapan pemikiran Rostow (1960), yang
menggambarkan tahapan dalam pembangunan yang pada
intinya terkait dengan investasi modal besar atau mengenai
suntikan investasi yang padat modal untuk mendongkrak
sumber daya dan potensi yang ada pada masyarakat. Pendekatan
yang dianggap mujarab untuk negara-negara kaya di Utara ini
dicangkokkan dan diterapkan guna mengobati "penyakit” di
negara-negara Selatan. Dalam penerapannya, strategi untuk
melakukan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan
dan menggunakan penetapan ICOR (Incremental Capital
Output Ratio) dan laju pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki
sebagai indikator utamanya.
Dengan menggunakan teori tersebut, berbagai negara
Dunia Ketiga mengerahkan para teknokrat dan pakarnya untuk
melaksanakan strategi pembangunan yang dirancang dengan
sasaran tunggal, yaitu bagaimana mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dalam tempo yang singkat. Untuk memenuhi

9
© © ,ll a 09:49

Pengembungan Masyarakat

ambisi tersebut, m aka diperlukan modal investasi dalam jum lah


besar, yang tentunya tidak dimiliki oleh negara-negara Dunia
Ketiga, dan sebagai jalan pintas dibukalah pintu lebar-lebar untuk
investasi m odal asing beserta teknologinya.
A sum si teori ini adalah bila terjadi pertum buhan ekonom i
yang tinggi, sebagai konsekuensinya akan terjadi “ tetesan
rejeki ke baw ah" ( trickle d o u n effect). Tetesan rejeki ke bawah
diharapkan ju g a akan m encapai kelom pok m asyarakat lapisan
baw ah. Kenyataannya, hasil pem bangunan yang terjadi m em icu
m unculnya perm asalahan lain, seperti: m eningkatnya tingkat
pengangguran pada angkatan kerja; tingkat kejahatan; tingkat
m igrasi desa ke kota; dan ketim pangan pada berbagai negara
D unia Ketiga.

2.1.2. P e n d e k a ta n P e rtu m b u h a n d a n P e m e ra ta a n (Redistribution


o f Growth Approaeh)
Pada awal dasawarsa 1970. beberapa ekonom m engajukan suatu
strategi pembangunan yang m ereka yakini dapat diterapkan pada
berbagai negara Dunia Ketiga. A delm an &. M orris (1973) dalam
bukunya, Economic Growth and Social Eguity in Developing
Countries m engem bangkan tiga tipe indikator dasar yang dapat
digunakan untuk m engukur perkem bangan pembangunan
suatu negara. Indikator-indikator tersebut adalah (1) indikator-
indikator sosial-budaya, di antaranya sektor pertanian, dualisme,
urbanisasi, dan kelas m enengah; (2) indikator-indikator politik,
diantaranya: integrasi, sentralisasi kekuasaan, partisipasi politik,
dan kebebasan kelom pok; dan (3) indikator-indikator ekonomi,
di antaranya: GNP, pertum buhan riil GNP, keterbengkalaian
sum ber daya alam , penanam an modal, dan m odernisasi industri.

10
© © □ .<<1 a 09:49

Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

Kedua ekonom tersebut meyakini bahwa indikator-


indikator tersebut dapat membedakan antara negara yang belum
berkembang, sedang berkembang, dan negara maju. Mereka
kurang mempercayai akan adanya trickledown effect keuntungan
pertumbuhnan ekonomi terhadap kelompok masyarakat lapisan
bawah atau di bawah garis kemiskinan pada berbagai negara
miskin di dunia. Mereka lebih yakin akan terjadinya proses
pemiskinan pada kelompok masyarakat tersebut sebagai
salah satu konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi yang
ada. Mereka menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi
mempunyai hubungan dengan partisipasi politik dan distribusi
pendapatan dalam kaitan dengan strategi pembangunan pada
berbagai negara Dunia Ketiga.
Isu utama dalam pendekatan ini ialah bahwa kemiskinan
dilihat sebagai fenomena yang kompleks, dan dapat ditelusuri dari
adanya kesenjangan antar kelas sosial-ekonomi; ketimpangan
hubungan kota-desa; perbedaan antarsuku, agama, dan daerah.
Akan tetapi, meskipun pendekatan ini tidak identik dengan
pendekatan pertumbuhan, para ahli menganggap bahwa prinsip-
prinsip dasar dari pendekatan ini serupa dengan pendekatan
pertumbuhan. Apabila dikaji secara lebih seksama, maka strategi
pertumbuhan dan pemerataan sebenarnya tidak banyak berbeda
dengan pendekatan pertama, walaupun dilakukan perbaikan
meskipun masih terasa tambal sulam. Persamaannya tampak
pada analisis yang masih menekankan pada tahap pertumbuhan
awal serta peningkatan rekayasa sosial sebagai suatu rencana
induk ataupun paket program terpadu dimana persepsi, disain,
dan instrumen lebih banyak dikembangkan oleh mereka yang
berada "di atas" (lop down).

II
© © ,ll a 0 9 :5 0

Pengembangan Masyarakat

2.1.3. P a ra d ig m a K e te rg a n tu n g a n (Dependence Paradignt)


Paradigm a ketergantungan berawal dari pengalam an negara-
negara A m erika Latin sejak m asa depresi tahun 1930-an.
K onsep ketergantungan tersebut dipelopori oleh C ardoso
(sekarang Presiden Brazil) yang m em andang bahw a kelem ahan
konsep pem bangunan yang ada: pertam a, perlunya kom ponen-
kom ponen dari luar negeri untuk m enggerakkan kegiatan
industri, hal ini m enyebabkan ketergantungan dari segi
teknologi dan kapital; dan kelem ahan kedua, karena distribusi
pendapatan di A m erika Latin m enim bulkan pem batasan
akan perm intaan terhadap barang hasil industri yang hanya
m am pu dinikm ati sekelom pok kecil kaum elite, dan setelah
perm intaan terpenuhi m aka proses pertum buhan terhenti.
C ardoso m engklaim bahw a negara-negara Selatan selalu
berada dalam kondisi ketergantungan terhadap negara-negara
Utara dalam hal teknologi dan kapital, yang akhirnya akan
m em engaruhi pem bangunan dalam negeri negara-negara Dunia
K etiga tersebut. Relasi yang tidak sehat antara negara-negara
Utara dan Selatan pada titik tertentu m em berikan sum bangan
terhadap peningkatan pada tingkat kem iskinan dari negara-
negara penerim a bantuan. Hal ini terjadi karena hanya kelom pok
m asyarakat tertentu dalam negara yang m enerim a bantuan itu
yang m endapatkan keuntungan yang lebih besar dari proses
pem bangunan yang ada. K elom pok yang lebih diuntungkan ini
lebih sering berasal dari kelom pok elit bisnis dan politis.
Teori K etergantungan m encoba m enjelaskan “ m engapa
bantuan yang sudah begitu besar yang diberikan oleh negara-
negara Dunia Pertam a tidak m em berikan hasil yang signifikan
pada proses pem bangunan negara D unia K etiga?" dan "m engapa
m asih banyak negara yang belum ataupun sedang berkem bang.

12
© © * (2 A m 0 9 :5 0

K om unitas dan P engem bangan M asyarakat dalam P ersp ek tif Sosiologi

yang belum m am pu m engelola pem bangunan negara mereka


tanpa diberikan dukungan oleh negara-negara donor?” Teori
ini m enunjukkan bahw a m unculnya sifat ketergantungan
m erupakan penyebab terjadinya “ keterbelakangan” m asyarakat
negara sedang berkem bang, karena itu untuk m em bebaskan diri
dari “ keterbelakangan” diperlukan adanya upaya pem bebasan
m asyarakat dari rantai yang m em belenggu m ereka. Teori
ini ju g a m enjelaskan bahw a struktur kerja sam a yang
bersifat eksp lo itatif dapat m enyebabkan terjadinya stagnasi
pem bangunan pada negara-negara Dunia Ketiga.
M eskipun dem ikian banyak pula m uncul kritikan terhadap
teori ini. Para pengeritik m enyatakan bahw a banyak m asalah
ataupun gejala yang tidak bisa dipecahkan oleh teori tersebut.
K ritik lain, teori tersebut kurang m em punyai dayaguna yang
praktis dan teori tersebut terlalu banyak m engulang-ulang dan
kurang berkem bang.

2.1.4. P e n d e k a ta n T ata E konom i In te rn a sio n a l B a ru (T h e New


International Econom ic Order)
Pendekatan ini berlandaskan hasil studi yang dilakukan oleh
The C lub o f Rom e yang berjudul The Limits to Growth,
yang m em aparkan suatu prediksi akan m unculnya bencana
pada kurun w aktu seratus tahun yang akan datang apabila
pertum buhan ekonom i, pertam bahan penduduk, pertum buhan
eksploitasi bahan m entah, dan peningkatan polusi lingkungan
m asih tetap sam a dengan tingkat pertum buhan pada tahun
1970-an. Selain itu, ancam an akan tetap muncul bila dom inasi
dari perusahaan-perusahaan m ultinasional terhadap negara-
negara yang belum dan sedang berkem bang tetap berada dalam
kondisi yang sam a dengan kondisi pada tahun 1970-an. Akar

13
© Pesan dari +62 858-3068-6912 @

Pengembangan Masyarakat

dari stagnasi pertum buhan ekonom i internasional berasal dari


bagaim ana negara-negara industri tersebut m engeksploitasi
hubungan kerja sam a m ereka dengan negara-negara Dunia
Ketiga.
G agasan berikutnya adalah m enciptakan tata ekonom i
internasional baru yang berlandaskan pada kebutuhan negara-
negara Selatan untuk m engelola sum ber daya alam dan ekonom i
m ereka sendiri. G agasan tersebut m encakup proses perum usan
dan pengam bilan keputusan. pengem bangan prasyarat investasi,
pengadaptasian teknologi bani, dan relasi perdagangan. Oleh
karena itu tidak m engherankan bahwa sejak Tata Ekonomi
Internasional Baru dideklarasikan pada tahun 1974, sem angat
negara berkem bang untuk m erealisirkan gagasan tersebut selalu
berhadapan dengan kepentingan-kepentingan negara m aju,
yang cenderung m enentang.
Sehubungan dengan gagasan tersebut, A m erika Serikat
m enerapkan tiga strategi untuk m enunda ataupun m enghalangi
gagasan tersebut, yakni dengan: (1) strategi penolakan secara
sepihak (unilateral strategy); (2) strategi pengendoran yaitu
m engam bil langkah persetujuan terhadap hal kecil tetapi tidak
pada hal yang pokok (alleviationist strategy); dan (3) strategi
penyam paian yang bersifat sam ar dengan m aksud m enunda
ataupun m engulur w aktu. K onsekuensinya, m aka kontradiksi
antara negara-negara Selatan dan Utara je la s sem akin tajam
dan kian sulit dijem batani karena dari pihak Selatan sangat
m endam bakan keadilan internasional, sem entara dari Utara
berusaha m em pertahankan stabilitas, pertum buhan, dan “ status
quo" m ereka. Sedangkan m odal dan teknologi dari perusahaan
m ultinasional sem akin berkem bang dan berakar di negara-
negara Selatan. O leh karena itu, tata ekonom i yang baru

14
© © ^) ' f E] A .(1 . 09:51

K o m u n itas d a n P en g em b a n g an M asy a rak a t d ala m P e rs p e k tif S osiologi

tersebut sampai saat ini masih merupakan suatu impian bagi


negara-negara Selatan.

2.1.5. Pendekatan Kebutuhan Pokok {The Basic Needs Approach)


Dengan berlandaskan pada kondisi ketidakseimbangan
hubungan Utara-Selatan dan pesimistik Club o f Rome, dibangun
suatu proposisi bahwa kebutuhan pokok tidak mungkin dapat
dipenuhi jika mereka masih berada di bawah garis kemiskinan
serta tidak mempunyai pekerjaan untuk memperoleh pendapatan
yang lebih baik. Oleh karena itu dirumuskan tiga sasaran
pendekatan ini: (1) membuka lapangan kerja; (2) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi; dan (3) memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat. Kemudian pendekatan ini diperluas dengan
memasukkan beberapa unsur kebutuhan pokok yang bersifat
nonmaterial sehingga dapat digunakan sebagai tolok ukur
kualitas kehidupan (qua!ity o f life) dari kelompok masyarakat
yang berada di bawah garis kemiskinan.
Soedjatmoko dalam bukunya Policy Imp/ications o f the
Basic Needs Approach, menyarankan agar pendekatan ini
diterapkan secara komprehensif dan melibatkan masyarakat di
pedesaan dan sektor informal dengan mengembangkan potensi,
kepercayaan, dan kemampuan masyarakat itu sendiri untuk
mengorganisir diri serta membangun sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki. Hal yang menarik dari pendekatan ini adalah
perhatiannya terhadap masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan, dan penghargaan terhadap gerakan mereka yang
berada di lapisan bawah (grassroots).
Konsep Soedjatmoko pada titik tertentu mampu
menjembatani kebutuhan pokok dengan pendekatan kemandirian
(self-reliance approach), yakni pendekatan yang memperhatikan

15
© © ^ 3 f
S n . i i . . 09:51

Pengembangan Masyarakat

“gerakan” dari grassroots dan kelompok yang berada di bawah


garis kemiskinan menjadi salah satu pendekatan yang relatif
banyak diadopsi oleh negara-negara Dunia Ketiga.

2.1.6. Pendekatan K em andirian ( The Self-Reliance Approach)


Pendekatan ini muncul sebagai konsekuensi logis dari ber­
bagai upaya negara-negara Dunia Ketiga untuk melepaskan
diri dari ketergantungan terhadap negara-negara industri.
Konsep kemandirian menekankan pada dua perspektif: (I)
penekanan lebih diutamakan pada hubungan timbal-balik dan
saling menguntungkan dalam perdagangan dan kerja sama
pembangunan; dan (2) lebih mengandalkan pada kemampuan
dan sumber daya sendiri untuk kemudian dipertemukan dengan
pendekatan internasional tentang pembangunan.
Penerapan konsep kemandirian membawa konsekuensi
perlunya diterapkan pula pendekatan kebutuhan pokok bagi
kelompok miskin, dan strategi pemerataan pendapatan serta
hasil-hasil pembangunan.

2.2. E valuasi te rh a d a p P endekatan P em bangunan


Setelah mengkaji keenam pendekatan pembangunan tersebut
kita dapat mengevaluasi secara ringkas keenam pendekatan
tersebut. Pertama, menarik perhatian kita adalah persamaan
yang meluas dan mendalam dalam hal ketidakakuratan keenam
pendekatan tersebut secara empiris, ketidakadekutannya dari
segi teori, dan ketidak-efektifannya dari segi kebijaksanaan
politik. Hal tersebut hanya merupakan refleksi dari persamaan
fundamental dalam hal titik tolak, baik ideologi maupun
analitis. Keenam pendekatan tersebut dapat dikategorikan
menjadi tiga tipe pendekatan. Tipe pertama adalah ideal-tipikal
karena menetapkan apa yang dianggap ciri-ciri pembangunan

16
K om unitas dan P engem bangan M asyarakat dalam P ersp ek tif Sosiologi

yang tipikal. Tipe yang kedua m em persoalkan bagaim ana


ciri-ciri tipikal dari tipe yang pertam a itu didifusikan dari
negara-negara m aju (“ U tara” ) ke negara-negara terkebelakang
(“ Selatan” ). Sedangkan tipe yang ketiga m enjelaskan bahwa
bagaim ana ciri-ciri tipikal yang telah diidentifikasi di dalam
tipe pertam a dan didifusikan m enurut tipe yang kedua, harus
diakulturasikan oleh negara-negara terkebelakang jik a mereka
ingin m em bangun.
Dari pendekatan-pendekatan pem bangunan tersebut tam ­
pak suatu perangkat ciri-ciri struktur sosial dan teori-teori
pembangunan. Argum entasinya adalah bahwa sem ua itu atas
nam a universa/ism dan satu bagian dari sistem itu, yakni Eropa
Barat dan Am erika Utara m elakukan difusi dan m em bantu
bagian lainnya, yakni Asia Afrika, dan Am erika Selatan untuk
m em bangun. Tesis pendekatan pem bangunan tersebut adalah
bahwa m etropolis-m etropolis nasional di ketiga benua itu. yang
sudah m em peroleh m anfaat dari difusi tersebut, pada gilirannya
m em bantu daerah pedalam an m asing-m asing untuk membangun.
Dalam pendekatan-pendekatan pem bangunan tersebut, terdapat
pandangan bahwa dalam usaha untuk berkem bang, negara-negara
terkebelakang dan m etropolis-m etropolis nasionalnya mendapat
hambatan dari daerah pedalam an yang m asih tradisional.
Pandangan lain adalah bahwa m odal bagi pem bangunan m etro­
polis-m etropolis nasional negara-negara terkebelakang diperoleh
dari negara-negara maju. Padahal pandangan tersebut tidak
benar, karena sesungguhnya m odal tersebut berasal dari koloni-
koloni intem al domestik. Pandangan berikutnya, m odal untuk
pem bangunan negara-negara maju adalah berasal dari negara-
negara m aju itu sendiri. Ternyata pandangan ini pun tidak benar,
karena modal tersebut sebenarnya berasal dari negara-negara
© W hatsApp

P engem bangan M asyarakat

yang sekarang ini menjadi negara terkebelakang (“Selatan” ).


Oleh karena itu, tidak m engherankan apabila negara-negara
terkebelakang perlu m em andang lebih jauh lagi untuk mencari
teori-teori tentang pembangunan yang secara em piris sesuai,
secara teoritis adekuat, dan secara politis bisa diterim a oleh
realitas, kebutuhan, dan keinginan negara-negara tersebut.
Ke arah m ana harus m elihat untuk m encari teori alternatif
m engenai pem bangunan yang lebih m em adai bagi negara-negara
terkebelakang, telah dipaparkan oleh kekurangan-kekurangan
yang terkandung di dalam keenam pendekatan pem bangunan
tersebut di atas. Pertam a, pendekatan-pendekatan pem bangunan
tersebut secara em piris keliru tentang realitas m asa lam pau dan
m asa kini di bagian dunia yang terkebelakang, bagian dunia
yang sudah m aju, dan dunia secara keseluruhan. Padahal suatu
teori alternatif yang adekuat harus sesuai dengan realitas historis
dan kontem porer dari pem bangunan dan keterbelakangan.
Kedua, pendekatan-pendekatan tersebut secara teoritis tidak
adekuat karena tidak dapat m engidentifikasi keseluruhan aspek
sosial yang determ inan, karena tidak m em perhatikan sejarah
bagian yang terbelakang atau hubungannya dengan bagian yang
sudah maju, dan bahkan dunia secara keseluruhan, dan karena
pendekatan tersebut tidak sesuai dengan struktur sistem sosial
dunia itu padahal suatu teori alte rn a tif harus m encerm inkan
struktur dan perkem bangan sistem itu yang telah m enim bulkan,
dan sekarang m em pertahankan, m alahan m enam bah baik
pem bangunan struktural m aupun keterbelakangan struktural
sebagai m anifestasi yang dihasilkan bersam a oleh proses
sejarah yang sam a. K etiga, kebijaksanaan pem bangunan dari
pendekatan-pendekatan tersebut sem akin konservatif dari segi
politik dan cenderung m enerim a status quo struktural tanpa

18
Komunitas dan Pengem bangan M asyarakat dalam Perspektif Sosiologi

berbual apa-apa sambil menantikan “hadiah” dari orang lain


dengan tangan terbuka. Padahal suatu kebijaksanaan alternatif
bagi pembangunan harus lebih revolusioner dari segi politik
dan membantu rakyat di negara-negara terbelakang untuk
menghancurkan sendiri struktur tersebut dan membangun
sendiri sistem yang lain.
Dengan demikian, jika negara-negara maju tidak dapat
mendifusikan pembangunan, teori pembangunan atau kebijak­
sanaan pembangunan kc negara-negara terkebelakang, maka
rakyat di negara-negara terkebelakang itu sendiri harus mem­
bangun. Keenam pendekatan tersebut, sebagian besar merupakan
“pakaian sang Kaisar" yang digunakan untuk menyembunyikan
“kebugilan" imperialismenya. Daripada membuat “pakaian"
baru bagi sang Kaisar, lebih baik rakyat menurunkannya dari
tahta lalu membuat “pakaian" untuk mereka sendiri.

2.3 P eru b ah an P aradigm a P em bangunan


Logika yang dominan dari pendekatan pembangunan tersebut
di atas adalah logika produksi dan sasaran-sasaran dominannya
berpusat pada produksi, yang dikenal sebagai paradigma
produetion centered development (Korten & Klauss, 1984).
Nilai-nilai, sistem, dan metode-metodenya disesuaikan dengan
cksploitasidanm anipulasisumbcrdayaalam untukm cnghasilkan
produksi bagi masyarakat konsumen massal. Logika ini
menciptakan birokrasi-birokrasi besar yang mengorganisasi
masyarakat kc dalam unit-unit produksi yang dikontrol sccara
terpusat dan bersifat sentralistis. Dampaknya adalah kebijakan
pembangunan sangat berpihak kepada konsumen, penduduk
kelas menengah perkotaan, dan meminggirkan para produsen
Pengembangan Masyarakat

yang sekaligus setengah konsumen, yakni masyarakat yang


terpinggirkan.
Bertahannya paradigma ini, dalam konteks pembangunan
ekonomi merupakan suatu cerminan mengenai eratnya jalinan
yang tidak hanya antara sistem nilai individu dan struktur-
struktur kelembagaan, tetapi lebih dari itu dalam kerangka keija
teoritis dan metodologi yang selalu mendominasi dalam hal
identifikasi masalah dan pemecahannya pada tingkat individu
maupun kelembagaan. Hal ini dapat membantu menjelaskan
mengapa beberapa upaya terbaik dalam kebijakan pembangunan,
ketika itu. ternyata hanya menambah parah persoalan-persoalan
yang sedang dipecahkan. Oleh karena itu, sudah saatnya dalam
pembangunan ekonomi berorientasi kepada paradigma pem­
bangunan yang baru, yang meninggalkan paradigma pemba­
ngunan untuk konsumen atau production-centered development.
Dengan demikian, agenda perubahan paradigma dan kebijakan
pun kian mendesak untuk segera ditetapkan.
Untuk mewujudkan agenda perubahan tersebut, maka
pembangunan, kebijakan pembangunan, dan pengembangan
kelembagaan pembangunan perlu diarahkan oleh suatu
paradigma baru yang berakar kepada ide-ide, nilai-nilai,
teknik-teknik sosial, dan teknologi lokal (alternatif). Logika
yang dominan dan perlu dikembangkan dari paradigma baru
tersebut adalah logika ekologi manusia yang seimbang dengan
sumberdaya utama berupa sumber daya informasi dan prakarsa
kreatifdengan memberi peran kepada masyarakat bukan sebagai
subjek, tetapi lebih dari itu sebagai aktor “yang menetapkan
tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses
yang mempengaruhi kehidupannya.” Paradigma ini dikenal
sebagai people centered development atau pembangunan yang
K om unitas dan P engem bangan M asyarakat dalam P ersp ek tif Sosiologi

berpusat pada rakyat, yang m enghargai dan m em pertim bangkan


prakarsa dan perbedaan lokal. Dalam konteks kebijakan pangan
dan kelem bagaan pangan, paradigm a ini m endukung sistem -
sistem sw aorganisasi m asyarakat yang dikem bangkan dalam
satuan-satuan organisasi dan kom unitas.
Pendekatan, m etode, dan teknik-teknik sosial dari pem ­
bangunan yang berpusat pada rakyat m engutam akan bentuk-
bentuk kelom pok dan organisasi sw adaya. Proses m em bangun
pengetahuan dan sum ber daya m anusianya didasarkan pada
konsep-konsep dan m etode-m etode belajar sosial. Perspektif
teritorial (bukan fungsional) yang m endom inasi perencanaan
dan pengelolaan sistem -sistem produksi-konsum si. Kerangka
kerja ekologi m anusia dipergunakan dalam analisis dan pilihan-
pilihan produksi. Ukuran keberhasilan tidak hanya m elibatkan
m asyarakat dan lingkungannya, lebih dari itu m enjadikan
kom unitas sebagai landasan bagi proses analitis tersebut.
Untuk m encapai suatu pem bangunan yang berpusat pada
dan sesuai dengan realitas-realitas teknik, sosial, lingkungan,
dan politik yang ada. diperlukan suatu perubahan struktural.
Pem bahan struktural tersebut berpusat pada: (1) perubahan
pem ikiran dan tindakan kebijakan pem erintah pada penciptaan
keadaan-keadaan yang m endorong dan m endukung usaha-usaha
m asyarakat untuk m em enuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri pada tingkat individual, keluarga, dan kom unitas: (2)
perubahan dan pengem bangan struktur dan proses organisasi
m asyarakat yang berfungsi m enurut kaidah-kaidah sistem yang
m andiri; dan (3) perubahan dan pengem bangan sistem produksi-
konsum si yang diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan
pada kaidah-kaidah pem ilikan dan pengendalian lokal.
Pengem bangan Masyarakat

Salah satu tantangan yang penting bagi pembangunan yang


berpusat pada masyarakat adalah mengubah orientasi birokrasi
pembangunan ekonomi pemerintah agar menjadi agensi-
agensi yang mampu meningkatkan kapasitas kelembagaan dan
pemberdayaan organisasi-organisasi sosial di tingkat lokal dan
komunitas. Hal ini sangat relevan dengan implementasi prinsip-
prinsip desentralisasi dan kesetaraan dalam pengembangan
kelembagaan pembangunan. Agensi-agensi semacam ini
lazimnya dibentuk di tingkat lokal dan dekat dengan kelompok-
kelompok primer untuk memenuhi tujuan-tujuan lokal dan
komunitas. Agensi-agensi tersebut tidak hanya membangun
hierarki formal yang relatif stabil, tetapi juga jejaring hubungan-
hubungan kelembagaan informal yang berubah secara dinamis.
Dalam paradigma ini, prinsip-prinsip keswadayaan di
tingkat lokal menggantikan logika ekonomi yang konvensional
yang menerapkan skala ekonomi, spesialisasi, investasi, dan
keuntungan kom paratif yang dalam beberapa kasus telah
menjadi tidak fungsional. Sampai sejauh ini, logika ekonomi
yang konvensional telah menunjukkan prestasi-prestasi
ekonomi dan teknologi yang luar biasa. Akan tetapi prestasi
tersebut hanya terwujud dalam batas-batas dan dengan biaya-
biaya tertentu. Logika ini telah memadukan logika skala
ekonomi dengan mekanisme pemilikan berbadan hukum
sehingga kontrol terhadap sum ber daya produktif terpisah
dari konsekuensi-konsekuensi manusiawi dan lingkungan dari
penggunaannya. Logika ini juga telah menciptakan suatu sistem
global yang saling-tergantung satu sama lain sehingga sistem
tersebut menjadi labil.
Sedangkan keswadayaan di tingkat lokal memfokuskan pada
relasi antara tempat, masyarakat, dan sumber daya yang tcijaiin
Komunitas dan Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

menjadi sistem ekologi manusia yang mendukung kemandirian


di tingkat lokal. Perspektif teritorial ini menjadikan manfaat dan
biaya sosial dan lingkungan sebagai bagian darinya: kontrol
lokal dan penganekaragaman. Sebagai strategi pembangunan
dan pengembangan kelembagaan lokal, keswadayaan di
tingkat lokal memprioritaskan kepada penciptaan kondisi-
kondisi yang memungkinkan masyarakat di suatu daerah dan
komunitas dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri dengan menggunakan sumberdaya lokal yang berada
di bawah kontrol masyarakat lokal. Peranan unit-unit teritorial
seperti pemerintah lokal merupakan hal pokok dalam koordinasi
kebijakan pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokal.
Keberhasilan unit-unit organisasi teritorial dinilai berdasarkan
sampai sejauh mana organisasi-organisasi tersebut mempunyai
andil bagi penciptaan landasan bagi pembangunan lokal secara
mandiri.
Dengan demikian upaya-upaya pengembangan kelembagaan
perlu berorientasi kepada pergeseran paradigma pembangunan dari
paradigma produetion centered development ke paradigma people
centered development atau dalam konteks pembangunan ekonomi
yang lebih spesifik berorientasi kepada perubahan dari paradigma
pembangunan yang berpusat pada produksi ke paradigma
pembangunan yang berpusat pada rakyat. Dengan berorientasi
kepada pembangunan yang berpusat pada rakyat (people
centcrcd development). maka “ideologi" kebijakan pembangunan
dan pengembangan kelembagaan di tingkat nasional, lokal,
dan komunitas merujuk kepada implementasi prinsip-prinsip
desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring
sosial, keswadayaan lokal, dan prinsip sustainablity (gam bar I ).
© © □ ) -<il - 09:58

Pengembangan Masyarakat

Produetion Center
Development

•Sentralisasi •Desentralisasi
•M o b ilisa si •Partisipasi
•Penaklukan •Pemberdayaan
•Eksploitasi •Pelestarian
•Hubungan Fungsional •Jejaring Sosial
•Nasional •Teritorial
•Ekonomi Konvensional •K eswadayaan Lokal
•Unsustainable •S n sta in a b lf

(«ambar 1. Pergeseran Paradigma Pembangunan dari Production


Center Development ke People Center Development

24
© © □ ) -<ll - 09:58

2
S eja r a h P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t

I. P en g e m b a n g an M a sy a ra k a t d a la m K o n te k s H isto ris
Secara akadem is pengem bangan m asyarakat di Amerika
Serikat bersum ber dari disiplin pendidikan, terutama perluasan
pendidikan di tingkat pedesaan (nirat extemionprogram). Sedang
bagi daerah perkotaan mereka m engem bangkan organisasi
kom unitas (community organization) yang bersum ber dari Ilmu
Kesejahteraan Sosial pada tahun 1873 (Brokensha dan Hodge,
1969 dalam Adi, 2(X)1). Akan tetapi, dalam perkem bangannya
kegiatan pengem bangan m asyarakat di Am erika Serikat lebih
banyak terkait dengan kondisi m asyarakat dalam suasana perang.
Selam a Perang Dunia Pertam a (PD I) dan Kedua, banyak
warga A m erika Serikat terlibat dalam kegiatan-kegiatan
m asyarakat yang ditujukan untuk upaya perang. Seusai PD I
m inat m asyarakat berlanjut sebentar, kem udian pudar kembali.
Pada akhir PD II, m om entum ini berlanjut, m asyarakat beralih
dari kegiatan-kegiatan sem asa perang m enjadi kegiatan-
kegiatan sem asa dam ai dan terpacu menjadi suatu bentuk
gerakan sosial (Sanders, 1958).

25
P engem bangan M asyarakat

Faktor penyebab m unculnya fenom ena tersebut di atas


adalah pengetahuan m engenai struktur dan proses-proses
dalam m asyarakat yang diperoleh sejak PD 1, dan karena
kesediaan banyak orang untuk terlibat aksi sosial dan untuk
m em anfaatkan pengetahuan itu. Di sam ping itu, banyak ilm uwan
sosial profesional yang sangat tertarik pada perkem bangan
program -program pengem bangan m asyarakat dan sekaligus
m enyum bangkan keteram pilan dan pem ikiran m ereka untuk
m engarahkan gerakan-gerakan sosial tersebut.
Salah satu paparan terbaik m angenai m eningkatnya
perhatian pada m asyarakat setelah PD II adalah yang
dikem ukakan oleh Hayes:

"Arah organisasi masyarakat menjadi demikian


mengesankan sehingga National Planning Association
terdorong untuk menyelenggarakan Konferensi Nasional
tentang Masyarakat pada Oktober 1947. Sebelum
konferensi, suatu estimasi kasar mengenai gambaran
umum dibuat dan diterbitkan dengan judul Cummunity
Building in America. Berdasarkan laporan ini dan sumber-
sumber yang lain, lebih dari setengah penduduk Amerika
yang bermukim pada lebih dari seperempat komunitas
mencari bentuk pembangunan dan kontrol sebagian
dari hubungan-hubungan yang paling signifikan melalui
organisasi masyarakat formal selain pemerintah."

Selanjutnya G ordon W. Blackwell, dalam suatu surv ei singkat


mengenai gerakan pengem bangan masyarakat, menjelaskan:

“Gerakan pengembangan masyarakat yang diarahkan


secara rasional pada masa itu menjadi manifes dengan
dua cara: (1) upaya-upaya membentuk mesin-mesin untuk
© BHINNEKA T U N G G A L IKA

Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

mobilisasi, koordinasi, dan perencanaan masyarakat yang


komprehensif; dan (2) upaya-upaya yang lebih terbatas
untuk menerapkan falsafah, prinsip-prinsip, dan teknik-
teknik pengembangan masyarakat ke dalam pencapaian
tujuan-tujuan dari kehidupan masyarakat, misalnya
kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya.”

Hal ini kem udian menjadi bidang penelitian Sosiologi yang


m enarik. Pertam a, karena pengem bangan m asyarakat m ewakili
pem bangunan yang signifikan dalam m asyarakat A m erika
Serikat dan m ungkin m enaw arkan cara untuk m encapai
gaya hidup yang lebih m em uaskan, selagi m asyarakat terus-
m enerus m engadakan penyesuaian dengan lingkungan alam
dan antar m anusia sendiri; dan kedua, karena penelitian dalam
pengem bangan m asyarakat m engarahkan sosiolog langsung
pada elem en dasar dari struktur sosial dan dinam ika sosial.
Berbeda dari A m erika Serikat, sejarah pengem bangan
m asyarakat di Inggris lebih terkait dengan kehidupan kom unitas
di daerah koloninya. A kan tetapi secara akadem is tidak berbeda
dengan perkem bangan di A m erika Serikat. M enurut Brokensha
dan Hodge dalam Adi (2001), m unculnya m odel pengem bangan
m asyarakat fcommunity development) terkait dengan disiplin
ilmu pendidikan (education). Istilah community>development
dipergunakan secara resm i di Inggris pada tahun 1948, untuk
m engganti istilah lam a mass education (pendidikan m assal).
M eskipun dem ikian, sejarah perkem bangannya dapat dilacak
ke belakang m ulai tahun 1925, ketika pem erintah Inggris
m enghadapi m asalah yang terkait dengan tatanan hukum
m ereka. Pem erintah Inggris m elalui K antor Pem erintah Kolonial
(T he C olonial O ffice) m engeluarkan suatu m em oranda yang
salah satu tujuannya adalah “ untuk m engem bangkan kom unitas

27
P engem bangan M asyarakat

secara uluh” (to promote the advancement o f community


as a whole). M em oranda ini m em aparkan cara-cara untuk
m eningkatkan kehidupan kom unitas di daerah koloni mereka
yang pada akhirnya dikenal dengan nam a pengem bangan
m asyarakat. Pada tahun 1944 kantor tersebut m em publikasikan
suatu m em oranda lagi untuk m enggantikan proposal pendidikan
m assal yang sudah diterapkan dalam kebijakan pem erintah
kolonial Inggris sebelum nya.
S ecara garis besar ada tiga tujuan jangka panjang dari
kebijakan yang dikem ukakan pada tahun 1944 ini, yaitu: (I)
Peningkatan kondisi kehidupan dan kesehatan m asyarakat;
(2) Peningkatan ta ra f hidup ekonom i m asyarakat; dan (3)
Pengem bangan institusi politik dan kekuasaan politik pada
daerah koloni hingga tiba m asanya m ereka dapat m enjalankan
pem erintahannya sendiri secara efektif.
Selanjutnya, pada tahun 1947 Kantor Pem erintah Kolonial
m engadakan serangkaian konferensi m usim panas mengenai
administrasi negeri jajahan di Afrika. Pada tahun 1948 konferensi
tersebut m enghasilkan definisi mengenai "pendidikan m assal"
dan m em utuskan bahwa pada m asa yang akan datang terminologi
tersebut akan diganti dengan pengem bangan masyarakat, sebagai
berikut:

“A movement designed to promote better living for the


whole community with the active participation. and if
possible, on the initiative o f the community ... It includes
the whole range o f development aetivities in the district
whether ihese are undertaken by govemment or unotlieial
bodies ... [Community developmentl must make use o f
the cooperative movement and must be put into effect
Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

in the elosest association with local govemment bodies”


(Brokensha and Modge 1969 dalam Adi. 2001).

Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf


hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan
jika memungkinkan, berdasarkan prakarsa komunitas. Mal
ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan tingkat distrik,
baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh lembaga-
lembaga non-pemerintah. Pengembangan masyarakat harus
memanfaatkan gerakan koperasi dan harus dilakukan melalui
kerja sama yang erat dengan lembaga-lembaga pemerintahan
setempat.
Dalam perkembangannya, pemerintah kolonial Inggris
mengadopsi definisi pengembangan masyarakat yang lebih
singkat pada tahun 1948. Hal ini dilakukan ketika mereka
memperkenalkan konsep pengembangan masyarakat di
Malaysia:

"Community development is a movement designed to


promote better living for the whole community with the
activc participation and on the initiativeof the community"
(Brokensha dan Hodge. 1969 dalam Adi 1001).

Pengembangan masyarakat adalah gerakan yang dirancang


untuk meningkatkan kehidupan seluruh komunitas dengan
partisipasi aktif dan atas prakarsa komunitas.

Pengertian Pengembangan Masyarakat


Pengembangan masyarakat (community development) adalah
konsep dasar yang menggarisbawahi sejumlah istilah yang
telah digunakan sejak lama, seperti community resource
© Pesan dari +62 823-3153-5015 @

P engem bangan M asyarakat

development. rural areas development. community■economic


development. rural revitalisation. dan community> based
development. Community development menggambarkan makna
yang penting dari dua konsep: community , bermakna kualitas
hubungan sosial dan development, pembahan ke arah kemajuan
yang terencana dan bersifat gradual. Makna ini penting untuk
arti pengembangan masyarakat yang sesungguhnya (Blackbum.
1989).
Keragaman dalam menginterpretasikan pendekatan-
pendekatan pengembangan masyarakat semakin meluas niulai
dari perbedaan orientasi nilai budaya sampai dengan tujuan-
tujuan dari berbagai kalangan yang menggunakan istilah ter­
sebut. Ada yang bertujuan untuk menggeser struktur kekuatan
politik, meningkatkan aktivitas ekonomi komunitas bisnis,
dan pembangunan kebudayaan. Dalam beberapa kasus,
pengembangan masyarakat digunakan sebagai cara untuk
memperbaiki pelayanan dan fasilitas publik, mcnciptakan
tanggung jawab pemerintah lokal, meningkatkan partisipasi
masyarakat, memperbaiki kepemimpinan, membangun
kclcmbagaan-kclcmbagaan baru, melaksanakan pembangunan
ekonomi dan fisik, dan mengembangkan perencanaan fisik dan
lingkungan.
Deberapa pakar berpandangan bahwa pengembangan
masyarakat dapat membantu menanggulangi masalah dan isu-
isu penting untuk kesejahteraan komunitas secara konvensional
oleh pemerintah dan pihak lainnya secara efektif. Meskipun
demikian, ada beberapa ketidaksepakatan mengenai apakah
community development seharusnya dikontrol oleh suatu
lembaga yang bersifat sentralistis atau oleh kelompok-
kelompok masyarakat yang otonom. Ada yang berpandangan

30
Sejarah Program P engem bangan M asyarakat

bahw a community development sebagai suatu m obilisasi di


tingkat provinsi dan pusat untuk m endukung tujuan-tujuan
perencanaan yang terdisentralisasi. Pandangan lainnya,
community development sebagai suatu cara m asyarakat
“m em elihara" otonom i yang dim ilikinya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah m em berikan kontribusi
sehingga m em buat community development sebagai suatu gerakan
sosial dengan perhatian utama pada pembangunan desa-desa
di negara Dunia Ketiga dan berkem bang. Selanjutnya gerakan
sosial tersebut m elakukan inisiasi dan m em berikan dukungan
pada community development dari perspektif internasional. Pada
saat itu, PBB m enggunakan definisi com munitydevelopment
(1960):

"community development is the processes by which the


efi'orts o f the people themselves are united with those o f
govemmental authorities to improve the economic, social
and cultural conditions o f communities, to integrate the
communities into the life of the nalio, and to enhance the
contribute fully to national progress."

Dalam studi-studi internasionalnya. Poston (1962) m enun­


juk k an bahw a dari pandangan internasional:

“community development is a program in which the great


mass o f population, community by community, moves
incrcasingly toward a greater indcpcndencc and sclf-
rcliance, while at the same timc developing a broadening
awamess o f inter-relationships and rcsponsibilities which
must hc assumcd among all communities and regiones
vvithin a country for the building of nationhood. In this
proccss cach community in the nation will bccomc
Pengem bungan M asyarakat

increasingly receptive to. and more able to make use ot'


outside tecnical and material aid.”

Poston kem udian m enjelaskan bahwa dari pandangan


nasional:

•'community development ... is a nationwide process


creating within all communities o fth e nation qualities of
efTective local organization. cooperation. enterprise and
capacity for change. and joining these qualities with the
nation-building eft'orts ofthe govemment as a whole”.

M enurutnya. community development sebagai suatu proses


m em bangun relasi atau hubungan sosial baik secara horisontal
(dalam suatu kom unitas) m aupun vertikal (antara dan antar
kom unitas). Pandangan lain dikem ukakan oleh Christcnscn dan
Robinson ( 1980), m ereka m em andang community development
sebagai suatu "a group o f people working together in a
community setting on a shared decision to initiate a process
to change their economic, social, cultural o r environmental
situation ",
O leh karena itu, istilah pengem bangan m asyarakat (commu­
nity development) telah digunakan secara internasional dalam
arti sebagai proses, yakni sem ua usaha sw adaya m asyarakat
digabungkan dengan usaha-usaha pem erintah setem pat
guna m eningkatkan kondisi m asyarakat di bidang ekonom i,
sosial, dan kultural serta untuk m engintegrasikan m asyarakat
yang ada ke dalani kehidupan berbangsa dan bernegara, dan
m em beri kesem patan yang m em ungkinkan m asyarakat tersebut
m em bantu secara penuh pada kem ajuan dan kem akm uran
bangsa (Conycrs. 1996).
Sejarah Program P engem bangan M asyarakat

Istilah tersebut kem udian mengalam i perluasan makna: tidak


saja sebagai suatu proses. Van Becrs dan C olley (1972) pernah
mengadakan survey untuk melihat pelaksanaan community
development di Pulau Jawa. Untuk kepentingan tersebut.
community development didefinisikan sebagai "m em bantu
diri sendiri” untuk meningkatkan standar dan kualitas hidup
masyarakat di daerah pedesaan.

“Community Development has been variously defined


as a philosophy. a program, a method. or a movement.
Community development defined as ‘assisted self help'
to raise the Standard o f living and the quality o f life in the
rural areas.”

Istilah pengem bangan m asyarakat dapat berarti banyak untuk


beragam orang. Sandcrs (1958) m enunjukkan pengem bangan
masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode,
program , atau gerakan. Dengan kata lain, gam bar tersebut
menunjukkan em pat cara untuk m em andang pengem bangan
masyarakat.

2.1. S eb ag ai su a tu “ P ro ses"
Pengem bangan m asyarakat sebagai suatu proses bergerak
dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan
tertentu ke tahap-tahap berikutnya, yakni m encakup kem ajuan
dan perubahan dalam artian kriteria terspesifikasi. Istilah yang
netral dan ilm iah, m enuntut definisi dan pengukuran yang
cukup tepat. Dipaparkan tentang hubungan-hubungan sosial,
sem isal perubahan dari kondisi di m ana satu sam pai dua orang,
atau suatu elite kecil di dalam atau di luar m asyarakat m em buat
keputusan untuk sem ua orang m enjadi kondisi di m ana sem ua
© © C M . 10:00

Pengem bangan Masyarakat

orang itu membuat keputusan-keputusan mengenai masalah-


masalah yang menjadi perhatian bersama, dari kerja sama
minimum menjadi maksimum, dari kondisi di mana semua
sum ber daya dan spesialis datang dari luar komunitas menjadi
kondisi di mana warga komunitas menggunakan hampir semua
sumber dayanya sendiri. Dengan demikian, fokus pada apa
yang terjadi pada orang-orang, baik secara psikologis maupun
sosiologis.

2.2. Sebagai suatu “ M etode”


Pengembangan masyarakat merupakan suatu cara untuk
mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga beberapa
tujuan dapat dicapai. Metode-metode lain, misalnya pembahan
yang dilakukan pemerintah, perubahan dengan menggunakan
beberapa imbalan, dan perubahan melalui pendidikan dapat
menjadi pelengkap bagi metode pengembangan masyarakat
yang melakukan tahapan-tahapan yang disarankan dalam suatu
proses agar supaya keinginan pengguna metode (pemerintah
pusat, swasta, badan atau masyarakat lokal itu sendiri dapat
dilaksanakan. Prosesnya diarahkan untuk tujuan tertentu yang
dapat nembantu ataupun mencelakakan warga komunitas,
tergantung dari tujuan tertentu yang dapat membantu ataupun
mencelakakan warga komunitas dan tergantung dari tujuan yang
ingin dicapai dan kriteria yang digunakan. Dengan demikian,
penekanan pada beberapa tujuan.

2 J . Sebagai suatu “ P ro g ra m ”
Metode pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai suatu
gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu daflar
kegiatan. Dengan menjalankan prosedur, kegiatan-kegiatan
dianggap dilaksanakan. Apabila program sangat di formalitaskan

34
Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

seperti dalam rencana lima tahunan, fokusnya cenderung pada


program dan bukan pada sesuatu yang terjadi pada masyarakat
yang terlihat dalam program. Sebagai suatu program seperti ini,
pengembangan masyarakat berhubungan dengan bidang-bidang
subjek yang khas, seperti kesehatan, kesejahteraan, pertanian,
industri, dan rekreasi. Dengan demikian, fokusnya ada pada
kegiatan-kegiatan.

2.4. Sebagai suatu “ G erakan”


Pengembangan masyarakat merupakan suatu perjuangan,
sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang
mengabdi. Dalam hal ini, pengembangan masyarakat tidak
netral, seperti sebagai suatu proses, tetapi menyangkut emosi.
Dengan kata lain, seorang hanya bisa setuju atau tak setuju
terhadap pengembangan masyarakat itu. Pengembangan
masyarakat dipersembahkan untuk kemajuan-kemajuan, bagi
suatu konsep filosofis bukan konsep ilmiah, karena kemajuan
harus dipandang dalam kaitannya dengan nilai-nilai dan tujuan-
tujuan yang berbeda dalam sistem sosial dan politik yang
berbeda. Di samping itu, pengembangan masyarakat sebagai
gerakan cenderung melembaga dan membangun struktur
organisasinya sendiri, menerima prosedur dan praktisi-praktisi
profesional. Dengan demikian, fokusnya adalah mendorong
gagasan-gagasan pengembangan masyarakat.
Leagens (1961) juga mengungkapkan istilah community
development dapat menunjuk pada berbagai hal baik sebagai
suatu program, suatu proses, suatu prosedur, suatu gerakan,
maupun suatu tujuan. Menurutnya. ‘'Community■development
refened to as a programme, a process. a procedure, a movement.
andan objective. " Community*development diartikan bermacam-
Pengem bangan Masyarakat

macam. Meskipun demikian semua pihak secara aktual bersepakat


dengan masyarakat di komunitas lokal, seperti pekerja penyuluh,
pengajar, personil kesehatan umum, pekerja sosial, dan lain-lain
memandang community development sebagai suatu proses.

"Community development has defined at difi'crcnt times


as movement, an instrument. an approach and finally as
a process andor a method. Extension workers, educator.
public hcalth personnel, social workers and those who
actuallydeal with people in loeal communities experiences
community development as a process.” (United Nations,
1955)

Dalam pelaksanaannya, community development dapat


dibedakan menjadi dua tahap. Kedua tahap tersebut meng­
gambarkan proses penyebaran dan kemajuan. Pertama,
pembangunan diarahkan ke dalam kelompok sendiri. Kedua,
kelompok tersebut diharapkan dapat mempengaruhi pem­
bangunan di tingkat yang lebih luas (Batten dalam Di Franco,
1966).
Selanjutnya, Mukerji (1961) menyatakan bahwa tujuan
community development secara rinci adalah untuk membangun
kehidupan manusia sebagai individu dan sebagai anggota
komunitasnya dengan cara mengembangkan pandangan yang
progresif, kemandirian, dedikasi terhadap tujuan komunitas,
dan kerja sama. Program-program yang dilaksanakan dalam
community development harus memiliki karakteristik dasar,
yaitu:

(1) It has corrcspond to the basic needs of the people;


(2) It has to be integrated and multipurpose prograninie
© Pesan dari +62 838-1203-332 @ Kuliner

Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

that deals with all the major problems o f the niral areas
simultaneously as the rural situation demands; (3) It must
aim at making the fullest utilisation o f loeal resources
o f men, material, leadership and talent and their fullest
development if the capaeity o f the loeal community and its
self reliance are to be promoted. Rcliance on outside sell'
help must be as little as possible; (4) It must emphasise
permanent improvements that will permancntly build up
people's capaeity and confidcncc in thcmselvcs; and (5)
It must distribute the benefits o f progress evcenly over
the intire community and rcducc the cconomic and social
disparities that cxist bctwccn the ditTcrcnt classcs in
community, if the community cohcsion and social justice
are to bc promoted (Mukcrji, 1961).

Pada Tahun 1962, Perserikatan B angsa-Bangsa m enge­


m ukakan dua elem en yang harus ada pada community
development, yaitu partisipasi dan m em buat teknik yang dapat
m endorong inisiatif, m enolong diri sendiri, dan m em buatnya
lebih efektif. K arena terdapat beragam pandangan tentang
community development, Lee C ary (1970) m enyatakan bahwa
m eskipun tidak ada definisi yang dapat diterim a secara luas,
beberapa elem en atau aspek community development yang
selalu m uncul dari beragam pengertian tersebut dan dapat
diterim a oleh berbagai pihak antara lain: (1) kom unitas
dipandang sebagai unit aksi; (2) inisiatif dan kepem im pinan
dalam kom unitas sebagai sum ber daya; (3) m enggunakan
sum ber daya internal dan eksternal; (4) partisipasi sem ua
w arga kom unitas; (5) pendekatan kom prehensif yang
diorganisir dengan m elibatkan seluruh w arga kom unitas; dan
(6) dem okratis, rasional, tugas yang m enyeluruh. A kan tetapi
Bradshaw dan Blakely (1979) m enegaskan bahw a aktivitas

37
Pengembangan Masyarakat

community development berusaha mcnciptakan potensi-potensi


solidaritas, kohesi, dan kepemimpinan dengan cara merangsang
proses-proses kelompok lokal.

Program Pengembangan M asyarakat dan Penyuluhan:


Pengalaman Beberapa Negara
Pemerintah negara-negara berkembang telah menjadikan
pengembangan masyarakat sebagai suatu cara untuk mengin­
tegrasikan sumber daya manusia yang ada dalam beragam
komunitasnya. Negara-negara tersebut telah merancang
program-program pengembangan masyarakat berskala nasional
dengan harapan suatu saat akan mencapai berbagai desa dan
mampu mempengaruhi kehidupan warganya. Program-program
ini seringkali berciri kompleks dan berupaya meningkatkan
tingkat hidup seluruh anggota masyarakat secara bersama-
sama dan dengan program-program lain yang bersifat sektoral
seperti, pendidikan massal dan kesehatan masyarakat.
Sebagai gambaran tentang implementasi program
pengembangan masyarakat, berikut ini (dalam Boks I dan
Boks 2) dipaparkan secara ringkas (ringkasan laporan)
program pengembangan masyarakat di India dan Jamaica.
Laporan tersebut juga menggambarkan tingkat administratif
dan operasional dari tingkat nasional kc blok (unit dasar yang
terdiri dari seratus desa) hingga desa-desa, di mana penyuluh-
penyuluh multiguna melakukan simulasi di tingkat dasar atau
akar-rumput.
© © t -10:01

Sejarah Program Pengem bangan M asyarakat

Boks 1. P engem bangan M asy arak at di India

Setelah merdeka. India mengahadapi tantangan untuk


secara efektif membangun sumber daya alam dan
manusianya. Program Pengembangan Masyarakat
dicanangkan pada 2 Oktober 1957, dirancang untuk
memberikan bantuan pada 558.000 desa tempat 80%
penduduk India bertempat tinggal agar mencapai
tingkat kesejahteraan sosial dan material yang
lebih baik. Program ini berlandaskan pada falsafah
pembangunan desa dengan cara swadaya terpimpin;
penduduk desa dibantu untuk mengenali kebutuhan-
kebutuhan dan potensi-potensinya dan diberi
dukungan teknis, finansial, dan moral. Pengembangan
Masyarakat terutama diartikan sebagai peningkatan
pertanian, peternakan, penyediaan air minum dan
irigasi, pembangunan jalan yang menghubungkan
desa-desa dengan jalan raya, pendidikan, kesehatan
dan sanitasi, stimulasi industri kecil, land-reform ,
koperasi dan kredit desa, dan lain-lain. Sebagian
besar kegiatan pembangunan dikerjakan oleh teknisi
yang secara administratif bertanggung jaw ab untuk
menyusun organisasi pemerintah (misalnya, pertanian
dan kesehatan masyarakat) dan oleh perorangan,
penyuluh multiguna di tingkat desa yang merangsang
aktivitas desa dan mengkoordinasikan kerja teknisi
spesialis di tingkat lo k al....

39
© © B U I . 1 0 :0 1

Pengembangan Masyarakat

B oks 2. P e n g e m b a n g an M a sy a ra k a t d i J a m a ic a

N orm an M anlcy, seorang lulusan Rhodes, m erupakan


orang pertam a yang m em biasakan dirinya dengan
m asalah-m asalah penduduk Jam aica. A tas nam a
m ereka, ia m enyuarakan situasi buruh pisang dan
m em peroleh kerja sam a pem ilik United Fruit,
Standard Fruit, perusahaan perkapalan. Sejak 1938
ia m enjadi pem im pin yang tak kenal lelah dan
tem an bagi Jam aican W elfare Program , m elanjutkan
kegiatannya dengan dana pem erintah ketika subsidi
dari perusahaan buah-buahan berkurang. Pekerja-
pekerja sukarela di desa-desa kecil bebas m enulis surat
padanya: setiap orang seolah m engenal dia secara
pribadi; sejak awal dia terlibat erat dalam program
m ereka ... (Pada Tahun 1953) pim pinan The Jam aica
Social W elfare C om m ission m endeskripsikan, "dasar
kesejahteraan pedesaan adalah pengem bangan
m asyarakat oleh rakyat sendiri di bawah bim bingan
para pem im pinnya. Setiap aspek dari program
K esejahteraan Jam aica. yang m enyebar ke seluruh
pulau, setiap kota, desa dan m asyarakat pertanian,
berdasarkan prinsip "m engerjakan dengan apa yang
kita m iliki, dengan tenaga dan kreativitas sendiri kita
dapat m em bangun suatu Jam aika yang baru". Atau
seperti yang dikem ukakan pem im pin lain, "Jam aica
m em iliki dasar untuk m em bangun tem pat tinggal
yang lebih baik. Kami m enggunakan apa yang kami
m iliki dan tidak m engharap anugerah. Pem erintah
adalah kita sendiri. Kita harus m engerjakannya.”

40
Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

Menarik untuk ditelaah bahwa Jamaica Welfare Society yang


memulai kegiatannya dengan membangun pusat masyarakat,
disubsidi eksportir pisang sebanyak satu sen per tandan. Pimpinan
profesional dari Jamaica Social Welfare Commission dibayar,
namun mayoritas pekerja bergabung secara sukarela.
Laporan lainnya menunjukkan bahwa di Iran terdapat tiga
program pengembangan masyarakat, di G hana, khususnya pada
tingkat distrik program pengembangan masyarakat, difokuskan
pada pendidikan massal dan program ini memiliki staf yang
cakupan tugasnya adalah 30-40 desa dengan penduduk rata-rata
40.000 orang. Sedangkan di M esir yang ketika itu sentralisasi
pemerintah sangat kuat, program pengembangan masyarakat
bersifat patem alistik dan pelaksanaannya tidak berhasil.
Keterkaitan antara pengembangan masyarakat dan
penyuluhan (pendidikan penyuluhan), menurut Blackburn
(1989) cukup beragam , tergantung pada perbedaan regional
dan perbedaan satu negara dengan negara lainnya. Pada negara-
negara yang sedang berkembang, seperti India, community
development merupakan suatu program yang disponsori oleh
pemerintah, dan fokusnya pada pembangunan desa yang
memberikan kontribusi pada tingkat kesejahteraan. Pendidikan
penyuluhan bersama community organization dipandang
sebagai suatu bagian integral dari community development.
Proses pendidikan penyuluhan m erupakan m ekanisme yang
dipelajari di tingkat lokal. Dalam kasus ini, pendidikan
penyuluhan sebagai proses pendidikan dipandang sebagai
strategi untuk memfasilitasi community development.
Berbeda dengan kasus di atas, di Amerika Serikat dan
Canada community'development merupakan bagian dari program
penyuluhan di tingkat pusat dan negara bagian, dan program
Pengembungan Masyarakat

tersebut lebih berasosiasi dengan lembaga perguruan tinggi atau


universitas dibandingkan dengan kelembagaan pemerintah.
Dalam konteks dukungan pemerintah, terdapat suatu pendekatan
vertikal pada komunitas dengan hierarki dan keterbatasan
koordinasi. Hal sepeni ini cukup menyulitkan, karena itu
perlu mengubah pendekatan menjadi pendekatan yang holistik
dan kooperatif pada community development. Kasus di atas
menunjukkan perbedaan aplikasi antara pendidikan penyuluhan
dan pengembangan masyarakat. Dengan demikian, diperlukan
upaya-upaya untuk merumuskan konsensus dalam definisi dan
aplikasi antara pendidikan penyuluhan dan pengembangan
masyarakat. Apabila prinsip-prinsip dasar mengenai pendidikan
penyuluhan dan pengem bangan masyarakat dapat dipahami,
maka kedua konsep pembangunan tersebut dapat diterapkan
dengan cara yang baik dalam lingkungan politik organisasi yang
berbeda secara geografis. Setiap interpretasi dan pendekatan
yang dilakukan akan m emberikan keunikan masing-masing.
Dengan perbedaan kedua konsep pembangunan tersebut dan
aplikasinya, di bawah dipaparkan faktor-faktor atau aspek-aspek
yang membuat perbedaaan atau keterkaitan antara pendidikan
penyuluhan (e.\temion education) dan pengembangan masyarakat
(community development) (Tabel 1).
© © ( Z L il 1 0 :0 2

Sejarah Program Pengembangan Masyarakat

Tabel 1. M atriks yang M enggam barkan Perbedaan dan


K eterkaitan a n ta ra Pendidikan P enyuluhan dan
Pengem bangan M asyarakat

P e n d i d ik a n I V n y u iu h a ii P en g em b an g an M asy arak at
K o n te k s :

1 Penekanan pada pendidikan 1 Penekanan pada pendidikan


untuk. dan pembuatim- untuk, dnn pengambilan
keputusun dan pemecahan keputusan dan pemecahan
masalah oleh, individu dan masalah oleh, kelompok
keluarga (organisasi atau perwakilan
komunitas)

2 Sangat elektif jika dilakukan 2 Relatif lebih efektif (dalam


secara mdivtdual ik-ngan basi* beberapa kasus imperatif),
satu sama satu <* otte-to- untuk melibatkan individu-
ooe basis), meski prosesnya mdividu ke iLslarn kelompok,
diperkaya kala ada banyak meskipun banyak aspek dari
individu, misalnya para manajer pengemhangan masyarakat juga
usalwiani komersial swasta yang dapat dilaksanakan alas dasai
dijalankan untuk tujuan umum satu sama satu (a one-to-one
basis)

P ro ses:

3 Keputusan adalah pribadi dan 3 Keputusan adalah publik dan


«bagian besar oleh individu sebagian besar diboat oleh
kelompok alau komunitas
4 Keputusan yang berkaitan 4 Keputusan yang berkaitan
d e n g a n p a r li u p a n d a la m dengan purltupan dalam
kegiatan pendidikan dibuat kegiatan pendidikan dibuat oleh
oleh individu, mungkin dalam individu, biasanya memerlukan
konteks keluarga sunksi dan atau dukungan
kenangan atau dukungan
lainnya dan organisasi
atau komunitas, seringkali
pemerintahan lokal
T u ju a n :
5 Dirancang untuk memenuhi 5 Dirancang untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran kebutuhan pembelajaran bagi
individu kelompok signifikan pada
komunitas, misalnya pemimpin
komunitas alau organisasi
dengan tujuan tertentu

43
© © □ ..I I . 10:02

Pengembangan Masyarakat

Memperkaya pengembangan Memperkaya kemampuan


individu sehingga setiap kelompok individu sehingga
individu dapat bekerja untuk mereka dapat beketja secara
mencapai tujuannya masing- kolektif untuk mencapai tujuan
masing dalam lial peningkatan sosial dan ekonomi komunitas
sosial dan ekonomi

P engajaran a d alah tentang Pengajaran tentang sesuatu


segala sesuatu terkait dengan terkait dengan komunitas atau
in dividu dan keluarganya, daerah, umumnya berhubungan
um um nya b erh u b u n g an d en g an dengan struktur sosial dan
usnhatani, aktifi tas romahtangga publik sebagaimana juga untuk
alau k eluarga d an usalia perusahaan sw asta dan badan
produktif sukarela

Sedikit atau tidak ada Penekanan pada pembentukan


penekanan pada pembentukan infrastruktur dan dukungan
infrastruktur dan dukungan organisasi melalui pelibatan
organisasi sosial melalui dalam proses legislasi, termasuk
pelibatan dalam proses keuangan formal dan badan
legislasi: namun partisipasi komersial
dalam struktur formal sukarela
bukanlah hal yang tidak lumrah

Cara kerja:

Agensi memerintahkan individu Agensi berusaha memhaw»


secara laugsung p ad a suatu agensi instruksional untuk
area masalah tertentu dimana masuk kc dalam kelompok
mereka memiliki kepentingan, kerja untuk membantu
atau agensi khusus dipanggil mettgkordinasikan arahan
untuk membantu menyediakan dan aplikasinya pada setting
sesuatu yang dibutuhkan—atau komunitas
memberikan arahan atas sesuatu
pemecahan masalah

10 Mengijinkan berbagai 10 Mendorong dan, dalam kasus


departemen pemerintah program yang disponsori
untuk bekerjasama dalam pemerintah, mengarahkan atau
menyampaikan program. bahkan mengatur kerjasama
Namun, tidak meminta bantuan intcr-slepattcmental'inter-agcnsi
dari agensi lain sebesar
yang diminta oleh agensi
pengembangan masyarakat

44
S e ja ra h P ro g ram P e n g e m b a n g a n M a sy a ra k a t

11 Secara tradisi telah 11 Khuiuv unluk meinkuitu,


diasosiasikan dengan penanian non-departemen perunian
dan ekonomi romahUuiggsi, pemerintah atau institusi
dengan departemen pertanian pendidikan
pemerintah dan'alan perguruan
•injjgi

Sumber. Blackburn <1% 9)


© © Ql.ilI B 10:03

3
Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengem bangan
M asyarakat

Dalam pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip yang


merupakan penjabaran dari perspektif ekologi dan keadilan sosial.
Prinsip-prinsip ini saling terkait dalam pelaksanaannya. Sulit sekali
menjalankan satu prinsip tanpa mengaitkannya dengan prinsip
yang lainnya. Pemahaman terhadap prinsip ini perlu dilakukan agar
dalam penerapan pengembangan masyarakat, seorang community
worker mempunyai orientasi yang tidak hanya bersifat pragmatis
tetapi juga mempunyai visi jangka panjang. Dalam prakteknya di
lapangan, seringkali ditemukan suatu proyek dinamakan sebagai
proyek pengembangan m asyarakat namun setelah dipelajari ternyata
tidak menganut prinsip-prinsip pengembangan masyarakat.
Pengembangan masyarakat (community development) sebagai
suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas: (I)
komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan;
(2) mensinerjikan strategi kom prehensif pemerintah, pihak-pihak
terkait (related purtie.s) dan partisipasi warga; (3) membuka akses
warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif
lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan (4) mengubah

46
© © Ql.ilI B 10:03

A sas-asas dan Prinsip-prinsip Pengem bangan Masyarakat

perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan


gagasan warga komunitas (Ifc, 1995)
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) (1957) dalam sebuah
laporannya mengenai konsep dan prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat, memaparkan sepuluh prinsip yang dianggap dapat
diterapkan di seluruh dunia. Sepuluh prinsip tersebut adalah:
1. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan harus berhubungan
dengan kebutuhan dasar dari masyarakat: program-program
(proyek) pertama harus dimulai sebagai jaw aban atas kebutuhan
yang dirasakan orang-orang;
2. Kemajuan lokal dapat dicapai melalui upaya-upaya tak saling
terkait dalam setiap bidang dasar, akan tetapi pengembangan
m asyarakat yang penuh dan seimbang menuntut tindakan
bersama dan penyusunan program-program inulti-tujuan;
3. Pembahan sikap orang-orang adalah sama pentingnya
dengan pencapaian kemajuan material dari program-program
masyarakat selama tahap-tahap awal pembangunan;
4. Pengembangan masyarakat mengarah pada partisipasi orang-
orang yang meningkat dan lebih baik dalam masalah-masalah
masyarakat, revitalisasi bentuk-bentuk yang ada dari pemerintah
lokal yang efektif apabila hal tersebut belum berfungsi;
5. Identifikasi, dorongan semangat, dan pelatihan pemimpin lokal
harus menjadi tujuan dasar setiap program;
6. Kepercayaan yang lebih besar pada partisipasi wanita dan kaum
muda dalam proyek-proyek pengembangan masyarakat akan
memperkuat program-program pembangunan, memapankannya
dalam basis yang luas dan menjamin ekspansi jangka panjang;
7. Agar sepenuhnya efektif, proyek-proyek swadaya masyarakat
memerlukan dukungan intensif dan ekstensif dari pemerintah;

47
© © □ .,ll . 10:04

Pengembangan Masyarakat

8. Penerapan program -program pengem bangan m asyarakat dalam


skala nasional m em erlukan pengadopsian kebijakan yang
konsisten, pengaturan adm inistratif yang spesifik, perekrutan
dan pelatihan personil, m obilisasi sum ber daya lokal dan
nasional, dan organisasi penelitian, eksperim en, dan evaluasi;
9. Sum ber daya dalam bentuk organisasi-organisasi non­
pem erintah harus dim anfaatkan penuh dalam program -program
pengem bangan m asyarakat pada tingkat lokal, nasional, dan
internasional; dan
10. Kem ajuan ekonom i dan sosial pada tingkat lokal m ensyaratkan
pem bangunan yang paralel di tingkat nasional.

Prinsip-prinsip tersebut, apabila ditelaah satu per satu, akan


m em berikan keyakinan m endasar bagi m ereka yang bekerja secara
profesional dalam program -program pengem bangan masyarakat.
M ereka "belajar" balnva suatu program pengem bangan m asyarakat
tak dapat dipaksakan penerapannya dan apabila ingin “berakar” harus
bersifat lokalitas. Bagi kebanyakan w arga dari negara-negara maju,
tekanan pada prinsip No.7 m engenai bantuan pem erintah m ungkin
akan dirasakan terlalu kuat. A kan tc tapi m ereka akan terkejut jik a
m em aham i besarnya “ bantuan" dari pem erintah pusat dan daerah yang
diberikan kepada m asyarakat lokal. A rtinya, di negara-negara maju
program pengem bangan m asyarakat m enekankan pada aspek non­
pem erintah. O leh karena itu, di negara-negara yang kaya sum ber daya
ekonom i dan m em iliki pem im pin terlatih, pendekatan perorangan
dan sukarela dalam pengem bangan m asyarakat adalah sangat
dim ungkinkan. A kan tetapi di banyak negara-negara berkem bang,
perlu w aktu yang re la tif lam a m elakukan pengem bangan m asyarakat
dengan perananan pem erintah yang sem akin berkurang.

48
Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat

Prinsip dasar pengem bangan m asyarakat ( community


development) telah m uncul dalam pelbagai diskusi, m ulai dari
p e rspek tiH -k o lo g i sam pai dengan pandangan pentingnya keadilan
sosial sebagai d asar pengem bangan seperangkat prinsip-prinsip
pengem bangan m asyarakat yang digunakan dalam pendekatan
pem bangunan praktek kerja di suatu kom unitas. Secara faktual,
im plem entasi pengem bangan m asyarakat bervariasi antara
satu kom unitas dengan kom unitas lainnya. Situasi seperti ini
m encerm inkan proses bagaim ana pentingnya prinsip-prinsip
pengem bangan m asyarakat perlu diterapkan secara e fe k tif dalam
konteks lokal. M eskipun dem ikian, prinsip-prinsip pengem bangan
m asyarakat tidak bebas satu-sam a lain, tetapi saling berkaitan.
Ife (1995) m em aparkan 22 prinsip pengem bangan m asyarakat
(community development) seperti berikut ini.

1. IntegratedD evelopm ent (P e m b a n g u n a n T e rp a d u )


Proses pengem bangan m asyarakat tidak berjalan secara
parsial, tetapi m erupakan satu-kesatuan proses pem bangunan
yang m encakup aspek sosial, ekonom i, politik, kebudayaan,
lingkungan, dan personal. K eenam aspek tersebut penting
dan saling terkait satu-sam a lain. Program pengem bangan
m asyarakat yang hanya m enekankan satu aspek saja akan
m enghasilkan ketidakseim bangan dalam pem bangunan.

2. C onfronting Structural Disadvantage (K o n fro n ta si d e n g an


K e b atilan S tr u k tu ra l)
Prinsip ini m engakar pada p ersp ek tif keadilan sosial dalam
pengem bangan m asyarakat. Seorang community workers harus
dapat m enyadari adanya cara-cara di m ana tekanan pada suatu
kelas, gender, suku bangsa berlangsung kom pleks. Seorang
community workers perlu lebih kritis terhadap latar belakang
© © C M . 10:04

Pengembungan Masyarakat

warga komunitas, ras, jenis kelamin, sikap berdasarkan kelas


warga komunitas dan partisipasi warga komunitas pada struktur
penindasan tersebut. Oleh karena itu community workers harus
waspada serta memperhitungkan kompleksitas yang ditemukan
dalam suatu komunitas. Dengan kata lain pekerjaan community
workers tergantung dengan berbagai faktor kontekstual.

3. H um an Rights (Hak Asasi Manusia)


Hak asasi manusia sangat mendasar dan penting bagi community
workers. Struktur masyarakat dan program yang dikembangkan
tidak melanggar hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu,
program pengembangan masyarakat harus mengacu kepada
prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia yang meliputi hak
untuk mendapatkan kehidupan yang layak, hak untuk ikut serta
dalam kehidupan kultural, hak untuk memperoleh perlindungan
keluarga, dan hak untuk “sclf-dctcrmination".

4. SustainabUity (Keberlanjutan)
Program pengembangan masyarakat berada dalam kerangka
sustainability yang berupaya untuk mengurangi ketergantungan
kepada sum ber daya yang tidak tergantikan (non-renewable)
dan mcnciptakan alternatif serta tatanan ekologis, sosial,
ekonomi, dan politik yang berkelanjutan di tingkat lokal.
Prinsip ini membutuhkan penggunaan secara minimal dari
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini berimplikasi
pada masyarakat setempat dalam hal penggunaan lahan, gaya
hidup, konservasi, transportasi, dan lain-lain. Pengembangan
masyarakat berusaha meminimalisasi ketergantungan pada
sumber daya yang tidak dapat diperbarui dan menggantinya
dengan sumber daya yang dapat diperbarui.

50
© © ( Z L il 10:05

Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat

5. Em pow erm ent (Pem berdayaan)


Pem berdayaan harus m enjadi tujuan program pengem bangan
m asyarakat. M akna pem berdayaan adalah “ m em bantu”
kom unitas dengan sum ber daya, kesem patan, keahlian, dan
pengetahuan agar kapasitas kom unitas m eningkat sehingga
dapat berpartisipasi untuk m enentukan m asa depan warga
kom unitas. Proses pem berdayaan tersebut tidak cukup hanya
dengan retorika bahw a “ m asyarakat pasti bisa m elakukannya
sendiri” . Hal seperti itu m em ang penting untuk m em berikan
m otivasi, tetapi itu tidak cukup.

6. The P erso nal an d The P o litical (P rib ad i dan Politik)


Pengem bangan m asyarakat perlu m em bangun keterkaitan
antara aspek pribadi dan politik, individu dan struktur, m asalah
pribadi dan isu um um . K eterkaitan tersebut terjalin apabila
kebutuhan individu, m asalah, aspirasi, penderitaan, dan prestasi
yang dirasakan dapat diw ujudkan dalam bentuk tindakan yang
e fe k tif di tingkat kom unitas yang kem udian m enjadi suatu
kekuatan kom unitas.

7. Com m unity O w nership ( Kepem ilikan Kom unitas)


Salah satu dasar dari pengem bangan m asyarakat adalah
kepem ilikan kom unitas. Kepem ilikan tersebut menjadi aspek
penting yang dapat m em bantu m enciptakan identitas dan
m em berikan alasan untuk a k tif dalam program pengem bangan
m asyarakat dan m engefisienkan sum ber daya di tingkat
kom unitas. K epem ilikan tersebut dapat dipandang dalam dua
tingkatan: “ kepem ilikan pada benda m aterial” dan “ kepem ilikan
pada proses dan struktur yang ada.”

51
© © □ U l 10:05

Pengem bangan Masyarakat

8. Self-R elianee (Kemandirian)


Secara singkat prinsip ini mengimplikasikan agar warga
komunitas mencari atau berusaha menggunakan sum ber daya
sendiri apabila memungkinkan daripada menyandarkan diri
pada bantuan luar. Hal ini ditujukan pada berbagai bentuk
sumberdaya, baik keuangan, teknik, sumber daya alam, dan
sumber daya manusia. Kemandirian merupakan prinsip kunci
dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan sumberda ya untuk
menciptakan proses pembangunan yang berkelanjutan dengan
berusaha menggunakan potensi lokal.

9. bulependence fro n t the State (Ketidaktergantungan pada


Pemerintah)
Prinsip ini berkaitan erat dengan kemandirian suatu komunitas.
Community workers dan warga komunitas agar lebih berhati-
hati sebelum menerima bantuan dari pemerintah. Akan tetapi
bukan berarti bantuan pemerintah tidak boleh diterima, karena
terkadang bantuan tersebut penting dalam memulai proses
pembangunan. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai
sponsor pengembangan masyarakat dan respon dari pemerintah
merupakan kebutuhan untuk mewujudkan dukungan pemerintah
terhadap program pengembangan masyarakat. Peranan yang
berlebihan dari pemerintah dapat menimbulkan kelemahan
pada kekuatan berbasis komunitas. Oleh karena itu, pendekatan
pengembangan masyarakat justru harus mengurangi peranan
pemerintah.

10. Im m ediate Goals and Vltintate Vision (Tujuan dan Visi)


Tujuan dan visi harus menjadi perhatian dalam pendekatan
pengembangan masyarakat, dan tidak perlu menjadikannya
sebagai suatu dilema yang harus mendapat perhatian berlebih.

52
© © □ U l 10:05

A sas-asas dan Prinsip-prinsip Pengem bangan Masyarakat

Tindakan untuk tujuan langsung tidak dibenarkan bila tidak


sesuai dengan visi jangka panjang dan sebaliknya. Dalam
pengembangan masyarakat perlu dipertahankan keseimbangan
antara tujuan jangka pendek dan visi masyarakat. Dalam hal
ini perlu upaya untuk menghubungkan dan membuat relevansi
antara keduanya.

11. O rganic Development (Pem bangunan bersifat Organik)


Intisari prinsip ini adalah community workers harus mampu
menghargai dan menilai sikap tertentu warga komunitas,
mengizinkan, dan mendorongnya untuk berkembang pada
jalannya yang memiliki keunikan masing-masing. Penerapan
pembangunan yang bersifat organik melalui suatu pengertian
bahwa terdapat hubungan yang kompleks antara warga
komunitasdan lingkungannya. Dengan kata lain, komunitas lebih
organik ketimbang mekanik karena cara kerja komunitas tidak
mengikuti hukum sebab-akibat. Komunitas bersifat kompleks
dan dinamis, artinya pendekatan pengembangan masyarakat
perlu menghargai tatanan dan nilai-nilai komunitas dengan
mengikuti alur dan keunikan sesuai dengan lingkungannya
(yang bersifat holistik).

12. The Pace o f Development (Kecepatan G erak Pembangunan)


Prinsip ini menekankan agar proses pembangunan dibiarkan
berjalan dengan sendirinya dan tidak dipercepat. Seringkali
seorang perencana mempercepat proses pembangunan agar
segera dapat melihat hasilnya tetapi hal ini tidak sesuai
dengan pendekatan pengembangan masyarakat. Keberhasilan
pengembangan komunitas akan bergantung pada dinamika
komunitasnya. Keberhasilan community workers tergantung
kepada pengambilan keputusan dari langkah-langkah dan

53
© © □ .,ll - 10:05

Pengembangan Masyarakat

tindakan yang sesuai dengan proses dinam ika kom unitas.


Sccara alam iah, pengem bangan m asyarakat adalah proses
jan g k a panjang dan m erupakan proses belajar kom unitas.

13. E x tern al E xperties (K eahlian P ihak L uar)


Keahlian atau pengalam an seseorang serta pengalam an
pem bangunan di suatu tem pat boleh dipelajari sebagai
pertim bangan dalam pem bangunan di w ilayah yang lain,
tetapi prinsip externa! experties m engharapkan tidak ditiru
secara m utlak. Pendekatan ini tidak boleh ditetapkan tetapi
harus secara alam i dikem bangkan dengan cara yang sesuai
dengan situasi spesifik dan peka terhadap kebudayaan, tradisi
m asyarakat setem pat, dan lingkungan. A rtinya, kontribusi
konsultan dari luar kom unitas sangat berharga apabila w arga siap
m engadopsi sesuai dengan kem am puan dan cara mereka. Oleh
karena itu, kom unikasi horizontal (belajar dari sesam a, bukan
ditentukan oleh konsultan) menjadi prasyarat dalam program
pengem bangan m asyarakat. Di sam ping itu, akuntabilitas pada
kom unitas perlu dikem bangkan dari keanekaragam an.

14. Com m unity B uilding (M em bangun Kom unitas)


Prinsip ini diterapkan baik sccara form al m aupun informal.
Hal ini m enunjukkan lebih dari sekedar m em baw a orang-orang
m enjadi bersam a, tetapi m elibatkan proses m endorong orang-
orang untuk bekerjasam a, lebih bergantung satu sam a lain dalam
m enyelesaikan sesuatu. Prinsip ini m encari cara dim ana setiap
orang dapat m em berikan kontribusi dan m enjadi dihargai oleh
yang lain. O leh karena itu, program pengem bangan m asyarakat
m encakup penguatan interaksi sosial di tingkat kom unitas,
m engajak kebersam aa. m enerjem ahkan m elalu dialog,
pem aham an, dan tindakan sosial. Pengem bangan m asyarakat

54
© © C M - 10:06

A sas-asas dan Prinsip-prinsip Pengem bangan Masyarakat

membawa warga komunitas kc dalam kegiatan bersama,


penyelesaian masalah bersama, dan memperkuat interaksi yang
bersifat formal dan informal.

15. Process and Outcome (Proses dan Hasilnya)


Pembangunan seringkali hanya memperhatikan hasil yang
dicapai, sehingga bagaimana cara mencapainya dianggap
tidak penting. Dalam pengembangan masyarakat, proses
dan hasil merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan
dan saling menunjang sehingga keduanya menjadi penting.
Implikasi prinsip adalah seorang community worker harus
selalu menghubungkan antara proses dan hasil serta sebaliknya.
Dengan kata lain, dalam program pengembangan masyarakat
proses dan hasil adalah sesuatu yang terpadu daripada sebagai
suatu fenomena yang terpisah.

16. The Integrity o f the Process (Keterpaduan Proses)


Proses yang digunakan untuk mencapai tujuan harus sesuai
dengan hasil yang diharapkan, perihal kcberlanjutan, keadilan
sosial, dan lain-lain. Dalam pengembangan komunitas proses
sama pentingnya dengan hasil. Proses bekerja di komunitas dan
perlu “dekat" dengan penelitian dan pengkajian agar proses
integrasi dapat dipertahankan.

17. Non-Violence (Tanpa Kekerasan)


Prinsip ini berusaha menemukan cara untuk melawan berbagai
bentuk kekerasan atau paksaaan yang nyata, seperti: militerisme,
paksaan fisik dalam bentuk-bentuk seperti hukuman fisik,
hukuman mati, kebbrutalan polisi, dan lain-lain. 'T anpa
kekerasan” diperlukan dalam pengembangan komunitas,
namun kekerasan di sini tidak sesederhana diartikan sebagai

55
© © □ .,ll - 10:06

Pengembangan Masyarakat

“kekerasan fisik” . Lebih dari itu, kekerasan diartikan sebagai


“kekerasan struktural” . D engan kata lain, pengem bangan
kom unitas dilaksanakan tanpa kekerasan struktural, yakni
dengan cara tanpa m engubah lem baga yang ada dan struktur
sosial m asyarakat. Pendekatan pengem bangan kom unitas
berusaha m elakukan perubahan tanpa kekerasan struktural dan
m elalui proses tanpa kekerasan.

18. Inclusiveness (Inklusif)


Penerapan prinsip ini m enekankan agar community workers tetap
m enghargai orang lain w alaupun orang tersebut berlaw anan
pandangan. Community workers berusaha m eyakinkan mereka
ketika m ereka ingin m engubah pikirannya terhadap sesuatu
hal. Community workers seharusnya m em persilakan tanpa
m em perm alukan m ereka. M eskipun lidak setuju dengan gagasan,
nilai, dan politik suatu kom unitas tetapi tetap m enghargainya
dan berupaya m erangkulnya daripada m engasingkan mereka.
Bekerja di suatu kom unitas pada dasarnya selalu “m engajak
sem ua pihak" sehingga tidak m enyisihkan m ereka w alaupun
berbeda pandangan atau pendapat.

19. C onsensus (Konsensus)


Prinsip ini tidak sekedar persetujuan untuk m enerim a keinginan
dari pihak m ayoritas. Lebih jau h penerapannya adalah agar
orang-orang yang terlibat dalam proses m encari penyelesaian
terhadap suatu m asalah dan betul-betul m enyadari bahwa
keputusan yang diam bil adalah yang baik. Pendekatan tanpa
kekerasan dan inklusif dalam proses pengem bangan m asyarakat
dibangun berdasarkan pada konsensus, dan proses pengam bilan
keputusan berdasarkan konsensus harus diterapkan sebisa
m ungkin. Pendekatan konsensus bekerja dengan persetujuan,

56
© © □ .,ll - 10:06

Asas-asas dan Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat

dan tujuannya m enghasilkan solusi yang m enjadi m ilik bersam a.


K onsensus harus dibangun dan tidak bisa dicapai dengan cara
yang m udah dan w aktu yang singkat.

20. C'o-operation (K erja sam a)


Pendekatan pengem bangan kom unitas berusaha m em buat kerja
sam a pada tindakan m asyarakat setem pat, dengan cara m em buat
orang-orang bersam a dan m encari untuk m em beri im balan pada
perilaku kerja sam a. Pendekatan pengem bangan kom unitas
yang berlandaskan pada konsensus dan tanpa kekerasan
m em erlukan struktur untuk bekerja sam a ( co-operation ) dari
pada struktur persaingan ( com pelition ). Pada tingkat dasar,
pengem bangan kom unitas dapat m enghasilkan koperasi dari
kegiatan kom unitas dengan m engajak orang, bersam a-sam a
m enem ukan perilaku koperasi dari individu atau kelom pok.
D engan berkoperasi akan m am pu “ sharing" perasaan dan
perm asalahan yang dihadapi, sehingga dalam jan g k a panjang
akan m am pu m em ecahkan segala persoalan yang dihadapi
bersam a dalam kom unitas.

21 . P articipation ( P a rtisip a si)


Partisipasi dalam pengem bangan kom unitas harus m cnciptakan
peran serta yang m aksim al dengan tujuan agar sem ua
orang dalam m asyarakat tersebut dapat dilibatkanb sccara
a k tif pada proses dan kegiatan m asyarakat. O leh karena itu
pendekatan pengem bangan kom unitas selalu m engoptim alkan
partisipasi, dengan tujuan sem ua w arga ikut terlibat dalam
proses pengam bilan keputusan pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan dan dalam proses im plem entasi serta evaluasi.
M elalui peranserta w arga kom unitas m aka akan diperoleh
proses belajar satu sam a lain, m ereka dapat m engubah secara

57
© © C M - 10:06

Pengembungan Masyarakat

alamiah kegiatan tradisional yang eksklusif menjadi kegiatan


yang partisipatif, dan secara sportif mereka dapat menjadi
tergantung satu-sama lain.

22. Defining Need (Mendefinisikan Kebutuhan)


Proses pengidentifikasian kebutuhan merupakan salah satu
tugas yang harus dijalankan oleh community' wvrkers. Dalam
pengembangan komunitas, pendekatan liarus mencari persetujuan
dari berbagai macam kebutuhan. Untuk itu peranan community
workers yang sangat penting adalah membangun konsensus dari
beragam kebutuhan warga komunitas. Batasan kebutuhan datang
dari anggota komunitas itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting
dilakukan suatu dialog untuk merumuskan kebutuhan tersebut.
Melalui dialog diharapkan dapat dirumuskan sesuatu yang benar-
benar menjadi kebutuhan anggota komunitas, bukan keinginan.
Di samping itu, pengembangan komunitas diharapkan mampu
mengartikulasikan titik temu antara kebutuhan dan tindakan yang
harus dilakukan.
Dari 22 prinsip pengembangan komunitas tersebut, bagi
community workers, yang terpenting adalah sampai sejauh mana
mampu membuat hubungan di antara prinsip-prinsip tersebut
serta tidak berpikir secara terpisah dari struktur dan proses.
Mengingat pengertian tentang pengembangan masyarakat yang
mempunyai tujuan mengembangkan tingkat kehidupan dan
mempunyai cakupan seluruh komunitas, dapatlah dinyatakan
bahwa pengembangan masyarakat adalah pembangunan
alternatif yang kom prehensif dan berbasis komunitas.

58
© © (Z L ii - 10:07

4
S tr a te g i d a n P e n d e k a ta n d a la m
P en g em b an g an M a sy a ra k a t

I. P e n g a n ta r
Seperti telah dipaparkan sejak semula bahwa definisi komunitas
cukup beragam. Keragamannya mulai dari kriteria akademik
sampai dengan kriteria fungsional. Sccara logis muncul
asumsi bahwa definisi komunitas berkaitan dengan pendekatan
pengembangan masyarakat yang ditetapkan. M eskipun
demikian dalam beberapa kasus logika ini tidak tampak.
Walaupun pekerja kom unitas selalu ingin mempertahankan
satu atau lain pendekatan untuk pengem bangan masyarakat,
tetapi m ereka kelihatannya menjadi kurang mendogmatiskan
suatu definisi komunitas. Kahn (1970) menyatakan bahwa.
“community means those people whom the organizer is working
with directly or internis to work with eventualiy. ” Menurut Kahn.
pendefinisian komunitas menjadi “milik" pekerja komunitas.
Selanjutnya, definisi komunitas terkait dengan satu atau lain
pendekatan untuk pengembangan masyarakat.
Pengembangan masyarakat telah digambarkan atau
didefinisikan sebagai suatu gerakan sosial, suatu proses, suatu

59
Pengembungan Masyarakat

metode, dan suatu program. Setiap definisi tersebut, seperti


komunitas, dapat menempatkan batas-batas tertentu pada target
perencanaan untuk pengembangan masyarakat, Lebih dari itu,
dengan keterbatasannya pemahaman komunitas dapat membatasi
keefektifan pekerja komunitas dalam pemecahan masalah. Oleh
karena itu, suatu konsep komunitas yang bersifat monolitik
dapat menghasilkan banyak kontroversi dan pandangan yang
berbeda. Dengan demikian, perlu dilakukan pembahasan
pengembangan masyarakat dalam konteks beragam pendekatan,
yang dapat dipandang sebagai cara-cara alternatif melaksanakan
pengembangan masyarakat.

Strategi Pengembangan M asyarakat


Chin dan Benne (1961), tanpa secara spesifik menunjuk kepada
pengembangan masyarakat, memperkenalkan tiga strategi bagi
perubahan dan asumsi-asumsi yang melandasinya. Pilihan
strategi tersebut— rational-em pirical, normutive-reeducotive,
atau power-coorcive—bergantung pada asumsi-asumsi yang
terkait dengan sifat alami manusia, hubungan kekuasaan, dan
sikap dan sistem nilai warga komunitas.
Morris dan Binstock (1966) juga memperkenalkan tiga
strategi perencanaan dan aksi pengembangan masyarakat.
Pcrcncanaan dan aksi untuk pembahan tersebut dilaksanakan
melalui: (1) Modifikasi polasikapdan peri laku dengan pendidikan
dan aksi lainnya; (2) Mengubah kondisi sosial dengan mengubah
kebijakan-kebijakan organisasi formal; atau (3) Reformasi
peraturan dan sistem fungsional suatu masyarakat.
Selanjutnya, perubahan merupakan fokus dari pengem ­
bangan masyarakat, dan ada tiga tipe perubahan: ( I ) perubahan
evolusioner; (2) perubahan tak terencana; dan (3) pembahan
© © C M - 10:07

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

berencana. Perubahan evolusioner terjadi dalam proses


natural kejadian. Orang-orang lahir dan mati. Perumahan
diperlukan bagi orang-orang untuk domisili dan mereka dapat
membangunnya. Kclcmbagaan-kclcmbagaan baru diperlukan
dan dipelihara. Tipe perubahan ini tidak dipandang sebagai
pengembangan masyarakat, tetapi disebut sebagai development
"in the natural course o f events." Perubahan tak direncanakan
adalah perubahan yang terjadi sebagai hasil suatu aktivitas
yang tak direncanakan. Kekuatan yang diorganisir untuk
tujuan-tujuan tertentu dapat menghasilkan konsekuensi-
konsekuensi yang tak dapat diantisipasi. Sedangkan perubahan
berencana dapat dipandang sebagai hasil dari suatu intervensi
langsung yang terorganisasi dalam suatu human system untuk
mencapai sasaran-sasaran spesifik. Perubahan berencana
adalah tipe perubahan yang lebih memuaskan daripada
perubahan evolusioner atau perubahan tak terencana. Dengan
demikian, asumsinya adalah bahwa perubahan berencana atau
pengembangan masyarakat dapat dan sedang terjadi.

3. P e n d e k a ta n - p e n d e k a ta n d a la m P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t

Rothman (1970) menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan


berbagai cara maka pendekatan-pendekatan untuk pengembangan
masyarakat dapat diklasifikasikan. Menurutnya, liga klasifikasi
utama pengembangan masyarakat: (1) pembangunan lokalitas
(locality development); (2) perencanaan sosial (socialplanning)',
dan (3) aksi sosial (social aetion). Dijelaskan selanjutnya,
terdapat kemungkinan munculnya pendekatan lain sebagai suatu
hasil mutasi dari ketiga pendekatan dasar tersebut. Sehubungan
dengan itu, Rothman memperkenalkan sejumlah variabel yang

6I
Pengem bangan Masyarakat

dapat digunakan dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi


suatu aktivitas pengembangan masyarakat yang khas.
Dalam hal tersebut, Rothman menggunakan 12 variabel:
( I ) kategori sasaran; (2) asumsi-asumsi struktur komunitas dan
kondisi permasalahan; (3) strategi perubahan mendasar; (4)
karakteristik teknik dan taktik perubahan; (5) peranan praktisi
yang menonjol; (6) media perubahan; (7) orientasi struktur
kekeuasaan; (8) batas-batas definisi sistem klien komunitas
atau konstituens; (9) asumsi-asumsi interes bagian komunitas;
(10) konsepsi interes publik; ( I I ) konsepsi populasi klien atau
konstituens; dan (12) konsepsi peranan klien. Selanjutnya
Rothman menambahkan tiga variabel untuk personel, yaitu:
tipe agensi, posisi praktek, dan analog profesional.
Mengingat pengertian tentang penembangan masyarakat
yang mempunyai tujuan mengembangkan tingkat kehidupan dan
mempunyai cakupan seluruh komunitas, dapatlah dinyatakan
bahwa pengembangan masyarakat adalah pembangunan
alternatif yang kom prehensif dan berbasis komunitas. Meskipun
demikian, dari segi tujuan, beberapa praktisi pengembangan
m asyarakat dapat menunjukkan adanya pendekatan-pendekatan
yang bersifat spesifik dan tidak selalu bersifat multi-objective
(banyak tujuan) dalam satu kali pelaksanaan. Berikut ini
beberapa pendekatan pengembangan yang pemah dilakukan
(Long, ct al cds. 1973).

3.1. Pendekatan Komunitas (T he Community A pproach)


Pengembangan Masyarakat memfokuskan pada partisipasi
m asyarakat (komunitas) di samping memperhatikan aspek
lokalitas. Dalam pendekatan ini, komunitas diartikan sebagai
kumpulan individu (bisa juga dalam bentuk kelompok) yang
© © □ .,ll - 10:08

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

m asih m em iliki tingkat kepedulian dan interaksi antar-anggota


m asyarakat yang m enem pati suatu w ilayah yang re la tif kecil
(lokalitas) dengan batas-batas yang jelas. K om unitas tidak
hanya ditinjau dari segi w ilayah tetapi ju g a dari segi tingkat
kedekatan dengan fokus pada unit unil-Ioyality dan collective-
identitv ,. dan tem pat.
A sum si-asum si yang digunakan dalam pendekatan
kom unitas m eliputi: (1) perhatian w arga kom unitas pada upaya-
upaya perubahan; (2) keberhasilan pengem bangan m asyarakat
berkorelasi dengan derajat atau peluang w arga kom unitas untuk
berpartisipasi; (3) isu dan m asalah di tingkat kom unitas dapat
dipecahkan berlandaskan pada kebutuhan w arga kom unitas;
(4) pendekatan holistik adalah penting dalam pengem bangan
kom unitas karena keterkaitan antar-m asalah dan isu-isu
kom unitas.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pendekatan
kom unitas dim ulai dengan proses diskusi di tingkat kom unitas
guna m engidentifikasi m asalah sekaligus m em bahas pe-
m ccahaannya. Dalam hal ini pekerja kom unitas tidak
dibenarkan untuk bertindak sebagai pengam bil keputusan.
Pekerja kom unitas sem entara m enjadi pendengar yang baik
sekaligus m enganalisis perm asalahan yang ada. Hasil analisis
tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai m asukan atau
pertim bangan dalam proses pengam bilan keputusan. Di sini,
pekerja kom unitas berperan sebagai fasilitator. Dem ikian
seterusnya, kom unitas diberikan kew enangan untuk m em ilih
alternatif yang terbaik dalam m em ecahkan perm asalahan yang
ada. Prinsip partisipasi w arga kom unitas m enjadi landasan
utam a bagi pekerja kom unitas. Dengan dem ikian, tahapan ini
m erupakan tahapan yang akan m enentukan kcbcrlanjutan proses

63
© Pesan dari +62 852-0016-5651 @

P engem bangan M asyarakat

pengembangan masyarakat, karena pada prinsipnya komunitas


sendirilah yang akan m enentukan keberhasilan pengembangan
masyarakat.
Terdapat beberapa kelebihan dalam implementasi pende­
katan komunitas untuk pengembangan masyarakat, yakni:
terdapat partisipasi m asyarakat lokal dalam setiap proses
pengam bilan keputusan dan tindakan; membawa perubahan
terhadap pemahaman yang didorong dan dibaw a ke luar oleh
warga komunitas sendiri; dan m eningkatkan kemampuan warga
komunitas dengan melatih dan membentuk pengalaman dalam
mengambil keputusan dan tindakan yang demokratis di tingkat
lokal. Sedangkan kekurangan yang dialami dalam implementasi
pendekatan komunitas adalah sangat sulit menerapkan hal
tersebut di atas pada masyarakat yang relatif besar dengan
kompleksitas permasalahan yang tinggi. Semua prinsip yang
ada relatif sukar diterapkan karena terbentuk pada tingkat
kompleksitasnya. Selanjutnya jik a diterapkan pun akan sangat
berpotensi m unculnya perm asalahan-permasalahan baru.
D engan demikian dapat diikhtisarkan bahwa pendekatan
komunitas merupakan pendekatan yang paling sering
dipergunakan dalam pengembangan masyarakat. Pendekatan
ini menampilkan tiga ciri utama (1) partisipasi yang berbasis
luas, (2) komunitas merupakan konsep yang penting, (3)
kepeduliannya bersifat holistik. Banyak progranv'proyck
pengem bangan m asyarakat dilakukan dengan pendekatan
komunitas berlangsung di kota-kota kecil dan menengah, dan
dalam lingkungan ketetanggaan di kota-kota besar. Pendekatan
komunitas biasanya memecahkan masalah yang luas dan menjadi
kepentingan ham pir semua warga. Keunggulan menggunakan
pendekatan komunitas adalah adanya partisipasi tinggi dari

64
© © □ .,ll - 10:08

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

w arga dalam pengam bilan keputusan dan pelaksanaan tindakan,


adanya penelaahan m asalah-m asalah sccara m enyeluruh,
dan m enghasilkan perubahan yang didasari oleh pengertian,
dukungan m oral pelaksanaan oleh seluruh w arga (Cary, 1973)..
3.2. Pendekatan K em andirian Inform asi (T he Inform ation Self-
H elp A pproach)
Dalam pendekatan ini, kom unitas adalah entitas yang otonom
yang m eliputi aspek lokalitas. struktur, kultur, dan ekologis.
K om unitas dikonseptualisasikan sebagai arus sistem atis yang
m eneruskan, m engelilingi, dan m elanjutkan selelah kem andirian
inform asi terjadi. Peran serta partisipan dalam pendekatan ini
tidak hanya karena dam pak pendidikannya terhadap partisipan
lainnya, tetapi karena orang luar dengan pengetahuannya atau
profesionalitasnya yang dipercaya dapat m em berikan relevansi
dan kredibilitas dalam proses pengem bangan m asyarakat.
O leh karena itu. kom unitas dipandang sebagai suatu sistem
dan arus. Sebagai suatu sistem terdiri dari barbagai sub sistem
yang saling berhubungan dan bergantung. Sebagai suatu arus,
kom unitas digam barkan sebagai suatu proses perubahan yang
konstan dengan masa lalu (sejarah) dan m asa depan (tujuan),
dan tanpa m elupakan m asa sekarang.
Dalam pengem bangan m asyarakat dengan pendekatan
kem andirian inform asi, beragam inform asi dim anfaatkan oleh
partisipan yang berpengetahuan dalam kehidupan kom unitas
sehingga dapat m enciptakan perbedaan arahan dan kualitas
hidup. Pendekatan ini m enekankan kepada pem aham an yang
baik dari w arga kom unitas tentang proses-proses dan isu-isu
pengem bangan m asyarakat.

65
© © □ .,ll - 10:08

Pengembangan Masyarakat

Dengan m em asuki kom unitas baru, pekeija kom unitas


m asih belum m em aham i kondisi kom unitas dan m asih berusaha
m elakukan pengenalan terhadap kom unitas. M eskipun
dem ikian, pekerja kom unitas harus selalu m enganggap warga
kom unitas sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan. Selanjurnya,
identifikasi m asalah yang akan dilakukan hendaknya
dipusatkan pada kebutuhan-kebutuhan dan m asalah-m asalah
dalam kehidupan berm asyarakat untuk dieari penyelesaian dan
jala n keluarnya. Untuk itu. langkah-langkah yang m ungkin
dibutuhkan untuk m em ecahkan m asalah-m asalah yang telah
diidentifikasi bersam a harus digarisbaw ahi dan diperdalam .
A pabila m ungkin, dianalisis ulang ketepatan im plem entasinya
dalam kom unitas tersebut.
Variabel-variabel yang m enjadi pokok perhatian pende­
katan ini antara lain: peran seita, dim ensi kom unitas, peranan
inform asi, dan proses pengantisipasian. Peranserta warga
kom unitas m em percepat keterikatan dan m enyebarkan
dasar-dasar tanggung jaw ab dan akan m em engaruhi para
partisipan. Selanjutnya, yang lebih penting lagi, para partisipan
m em pengaruhi atau m enyum bang kepada peran serta. Melalui
partisipan yang berpengetahuan dan berpendidikan atau
orang luar yang profesional, yang m enem pati posisi sebagai
penduduk dalam suatu kom unitas, kualitas hidup diusahakan
agar ditingkatkan dengan m em perbaiki kehidupan kom unitas.
Warga berpendidikan dari m asyarakat lokal seharusnya berada
di posisi yang m enguntungkan untuk m engusulkan agenda-
agenda yang m em engaruhi kesejahteraan m asyarakat. Oleh
karena itu. lokasi m ereka dekat dengan daerah yang m enjadi
objek dalam pengem bangan m asyarakat dan seharusnya mereka
dapat m erundingkan relevansi dalam program pengem bangan

66
© © □ .,ll - 10:08

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

m asyarakat dan dapat m eningkatkan kredibilitas. Dengan kata


lain, dalam dasar-dasar relevansi dan kredibilitas, kontribusi
dari partisipan yang berpendidikan untuk proses peningkatan
kualitas w arga kom unitas dapat m enjadi sangat berharga dan
bahkan m enentukan.
Dalam variabel dim ensi kom unitas, kom unitas yang
dim aksud di sini adalah orang-orang dalam suatu batas w ilayah
atau yang akan m enjadi batas wilayah. Dengan adanya interaksi
antarm anusia sebagai individu atau kelom pok dengan m aksud
untuk m encapai tujuan sendiri, tujuan bersam a, dan pem enuhan
kebutuhan ekonom i. Dalam variabel ini, untuk berorientasi
pada kom unitas tidak diperlukan keikutsertaan para partisipan
dalam jum lah yang banyak, tetapi hanya sejum lah kecil
yang m elakukan pengem bangan m asyarakat. Jum lah ini
seharusnya m ew akili elem en-elem en penting dari populasi, dan
diinform asikan kepada m asyarakat luas baw a pengem bangan
m asyarakat berguna untuk kom unitas. O leh karena partisipan
yang a k tif tidak boleh m enyebarluaskan m aka dim ensi
kom unitas sangat penting untuk pengesahannya.
Variabel peranan inform asi, sebagai variabel ketiga,
m em butuhkan pengerjaan yang sungguh-sungguh dalam proses
perkem bangan kom unitas. Inform asi diusulkan sebagai sum ber
kekuatan untuk m enggerakkan w arga kom unitas m enuju
kondisi yang lebih baik akibat perselisihan paham dari warga
kom unitas yang sulit diatur. Pada tingkat lokal seorang "realist"
m ungkin berpendapat bahw a seorang individu yang tidak
dibekali inform asi lebih bukan tandingan bagi orang-orang
yang didukung oleh kekuatan politik dan ekonom i. Selanjutnya,
informasi yang diperoleh m elalui proses pendidikan m enjadi
instrum ent perubahan kom unitas. Dalam hal ini disarankan agar

67
© © C M - 10:09

Pengem bangan M usyarakat

jenis informasi dirancang untuk mendukung proses pemecahan


masalah komunitas dan menjadi sumber pengaruh dalam
meningkatkan kualitas hidup komunitas.
Dalam variabel pengantisipasian, pemecahan masalah
menjadi esensial dan pengembangan komunitas dapat dimulai
dengan fokus pada pemecahan masalah. Tuntutan interpretasi
dari istilah "pemecahan m asalah" menunjukkan keberhasilan
dari suatu solusi yang dalam praktek jarang didapatkan dan
dalam realita mungkin tidak bisa diperoleh.
Terdapat beberapa tahap yang di lakukan dengan pendekatan
kemandirian informasi dalam proses pengembangan masyarakat.
Tahap pertama dalam pendekatan ini biasanya dimulai dengan
pencarian karakter. Eksplorasi dimulai dengan suatu ekspresi oleh
individu-individu atau kelompok tentang suatu kekhawatiran
atau kekurangan dalam kehidupan bermasyarakat. Eksplorasi
adalah periode “pengukuran” hal-hal menarik, perkiraan
dari kemungkinan potensi yang ada, menjelaskan gagasan-
gagasan dan pelaksanaan penyelidikan untuk mengantisipasi
kekhawatiran-kekhawatiran yang mungkin terjadi di tahap
yang lebih maju. Apabila usaha ini akan dipertahankan, maka
harus didasarkan pada kebutuhan yang dinyatakan ada menurut
pengamatan pakar dengan "peralatan" yang tepat. Dengan kata
lain, tidak cukup hanya dengan mendemonstrasikan kebutuhan
yang ada, tetapi sejumlah orang atau kombinasi dari beberapa
orang warga komunitas harus menjadi sadar akan situasi dan
cukup peduli tentang pencarian karakter dengan pendekatan ini.
Tahap berikutnya, pertanyaan-pertanyaan yang difokuskan
dalam spekulasi dan cara yang bebas haruslah diseleksi dalam
frase dan maksud yang dituju oleh sejumlah orang yang
terlibat tanpa menyudutkan masalah tersebut ke posisi yang

68
S trategi dan Pendekatan dalam P engem bangan M asyarakat

sulit. K arena pertanyaan-pertanyaan tersebut akan m engatur


sccara keseluruhan pencarian informasi dari berbagai sum ber
yang dapat digunakan untuk m em bantu kom unitas dalam
m enghadapi m asalah-m asalah m ereka. Salah satu sum ber
inform asi yang jela s adalah opini orang-orang yang berdom isili
dalam kom unitas tersebut. Inform asi lainnya adalah penilaian
orang lain terutam a yang m enguasai m asalah yang sedang
dihadapi dan dibahas oleh kom unitas. O rang-orang sem acam
ini secara um um dapat dibagi dalam dua kategori: (1) orang-
orang yang m em iliki posisi pem im pin dalam agensi-agensi
yang sedang m enghadapi m asalah; dan (2) orang-orang yang
profesinya berdasarkan pada pengetahuan yang terspesialisasi
di bidang tersebut. Sum ber inform asi lainnya akan m uncul dari
perbandingan kondisi lokal dengan norm a-norm a (peraturan)
daerah dan nasional dengan referensi khusus terhadap cakupan
m asalah yang menjadi objek pem belajaran. Dalam m engusulkan
penggunaan opini kom unitas, dapat m em pertim bangkan
penilaian dari orang-orang yang berilm u pengetahuan dan
hasil identifikasi m asalah yang dihadapi kom unitas. Sem ua itu
dim aksudkan untuk m enyediakan m ateri-m ateri (inform asi)
em piris dari pertanyaan yang akan diform ulasikan. Pada tingkat
ini, pertanyaan-pertanyaan divalidasi dengan data-data em piris
sebanyak m ungkin, sebelum m ateri tersebut diadopsi sebagai
m ateri pem belajaran.
Setelah tercapai persetujuan terhadap pertanyaan-pertanyan
yang akan digunakan dapat diartikan bahw a penentuan
prioritas antara m asyarakat dan partisipan telah dihasilkan.
Tahap berikutnya terdiri dari perencanaan rcspon-rcspon yang
sesuai untuk m engatasi m asalah yang dihadapi. Kata "respon"
sebagai preferensi terhadap kata "jaw aban” karena jaw aban
© © □ .,ll - 10:09

Pengembangan Masyarakat

m enunjukkan tingkat terakhir yang jara n g diperoleh dalam


fluktuasi perkem bangan kom unitas. U ntuk tujuan partisipan,
suatu respon dapat dianggap sebagai suatu program yang
telah diam bil. Prosedur yang dikerjakan atau kebijakan yang
diform ulasikan dengan tujuan m encoba m engatasi m asalah-
m asalah yang difokuskan oleh pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Rcspon-rcspon tersebut dicoba dipancing untuk m em peroleh
jaw aban. Beberapa respon dapat m enjadi produk dari proses
dengan pertim bangan yang diinform asikan w arga kom unitas
dibantu oleh orang-orang dengan pengetahuannya yang
terspesialisasi. Dari penilaian secara kolektif, w arga kom unitas
m ungkin m endapatkan m asukan dari m ereka sendiri yang
dirancang sesuai dengan situasi lokal atau respon-respon
m ungkin diam bil dari pem belajaran dan pengelam an yang
dapat diduplikasikan dari kom unitas lainnya.
Dalam im plem entasi pendekatan ini pada pengem bangan
m asyarakat dapat diidentifikasi kelebihan dan kekurangan
pendekatan kem andirian informasi. D iantara kelebihannya,
pendekatan ini m ungkin m erupakan pendekatan yang ekonom is
untuk pencapaian kegiatan pengem bangan kom unitas karena
pekerjaan dengan pendekatan ini m erupakan sum bangan lewat
sukarelaw an orang luar tanpa ada agensi terkait dan tidak
m em erlukan banyak w aktu dibandingkan pendekatan lainnya.
O leh karena itu jasa dan kontribusi pendekatan ini m em erlukan
sedikit pem biayaan dan dengan kom petensi keuangan dari
kom unitas.
Pendekatan ini sering m enghasilkan produk yang lebih
berkualitas karena partisipan yang berpendidikan dekat dengan
posisi situasi perm asalahan yang m em iliki m asukan sebagai
kontribusi dalam pem ecahan m asalah kom unitas. Partisipan

70
© Pesan dari +62 878-4628-2626 @

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

seperti ini biasanya m em iliki pengalam an lain dalam pem ecahan


m asalah kom unitas. M ereka ju g a m em iliki akses kc pada
asosiasi form al dan inform al. Beberapa "perlengkapan” dapat
m elengkapi “ relevansi” dengan m asukan m ereka. O leh karena
peran m ereka dan "bayangan” sebagai "perw akilan” yang tidak
bias sehingga m am pu m eningkatkan kredibilitas kom unitas
dalam proses pengem bangan m asyarakat.
Pendekatan ini ju g a m am pu m engem bangkan keahlian
ketika berhadapan dengan kesulitan yang dialam i oleh
kom unitas, yang kem udian dapat diaplikasikan kepada situasi
yang sam a ketika kejadiannya m uncul. Di sam ping itu.
pendekatan inipun dapat m enolong partisipan sccara individual
dan kelom pok ketika kesulitan m uncul kem bali di m asa yang
akan datang.
Pendekatan kem andirian infonnasi dapat m em bantu
m engem bangkan “ rasa kem asyarakatan” . Rasa kem asyarakatan
ini dapat berlanjut m enuju perbaikan suasana kehidupan
kom unitas. Rasa seperti ini m am pu m enam bah keakraban
hubungan “ hitam dan putih", pekerja dan m anajer, kota dan
desa, tua dan m uda, konservatif dan liberal, atau antara elem en-
elem en kom unitas yang biasa bergerak secara berbeda dan
sering dalam lingkaran konflik.
Selain kelebihan-kelebihan seperti tersebut di atas,
pendekatan ini pun tidak lepas dari kekurangan-kekurangan.
Salah satu kekurangan pendekatan ini bersum ber pada m otivasi.
Pekerja kom unitas dengan pendekatan ini biasanya terdiri dari
orang-orang yang sudah dan sedang terlibat dalam pengabdian
atau pelayanan pada m asyarakat, sehingga m asalah muncul
ketika m ereka berhadapan dengan kom unitas yang m otivasinya
belum tum buh. Sering partisipan terlibat karena m erasa sebagai

71
© © □ .,ll - 10:09

Pengembangan Masyarakat

kew ajiban. M otivasi seperti ini m enjadi kendala bukan hanya di


tahap-tahap awal dari rekruitm en. tetapi ju g a selam a aktivitas
pengem bangan m asyarakat berlangsung. Pendekatan ini pun
sering berakhir ketika m enghadapi hal-hal yang kurang penting
dan m elew ati beberapa m asalah darurat yang lebih penting
daripada kom unitas.
Dalam m enggerakkan aktivitas sosial dan m enyelesaikan
suatu m asalah, pendekatan ini terlihat lam ban. K elam banan ini
karena tidak m enginginkan tipe kinetik ag resif yang cenderung
terburu-buru. Terlebih lagi, pendekatan ini m em erlukan institusi
m asyarakat yang diperlukan untuk pendekatan lainnya dalam
pengem bangan m asyarakat yang lebih tepat. Kekurangan
lainnya, pendekatan ini m em erlukan kepem im pinan yang
baik, sem entara sum ber daya kepem im pinan seperti itu
sering tidak ditem ukan, karena kepem im pinan lokal yang
kom peten kem ungkinan sibuk atau tidak ada dalam situasi yang
m em butuhkan upaya identifikasi yang m endalam .
Dengan dem ikian dapat diikhtisarkan bahw a Pendekatan
K em andirian Inform asi lebih berorientasi pada m asalah dan
m encoba untuk berhubungan dan m enunjuk m asa depan sebagai
percobaaan pem ecahan m asalah yang problem atik. Pendekatan
ini berorientasi untuk m engatasi m asalah di kom unitas dengan
tujuan untuk m eningkatkan ta ra f hidup w arga kom unitas
(M cClusky, 1973).

3.3. P e n d e k a ta n P e m ecah an .M asalah (The Problem-Solving


Approach))
Pem aham an kom unitas dalam pendekatan pemccahan masalah
menekankan pada tiga elem en penting, yakni: kolektivitas
masyarakat, lokasi geografis, dan pelem bagaan yang m em berikan

72
© © □ .,ll - 10:10

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

identitas khusus pada komunitas. Dengan demikian, komunitas


adalah sistem sosial yang dipandang dari dalam kebudayaan yang
m em iliki subsistem atau cabang kebudayaan yang fungsional dan
disfungsional.
A sum si-asum si yang digunakan dalam pendekatan
pem ecahan m asalah untuk pengem bangan kom unitas antara
lain: (1) pendekatan pem ecahan m asalah m em andang m anusia
sebagai m akhluk yang rasional; (2) m anusia dan kom unitasnya
m am pu m enggabungkan m asalah-m asalah dan m encari
solusi untuk kepentingan w arga kom unitas; (3) keberhasilan
pendekatan ini bergantung pada ketersediaan dan kem am puan
peneliti, penyebaran inform asi, keahlian, dan kem am puan
organisasi.
Variabel-variabel yang m enjadi pokok perhatian dalam
pendekatan ini untuk pengem bangan m asyarakat antara lain:
( I ) kepekaan warga kom unitas terhadap ruang lingkup dan
kepentingan m asalah serta ketersediaan sum ber daya alam yang
m em ungkinkan situasi kerja dapat m em engaruhi keberhasilan
atau kegagalan program pengem bangan m asyarakat; (2)
peran serta w arga kom unitas adalah faktor penting dalam
keberhasilan pem ecahan m asalah dalam bentuk, jum lah, dan
jangka w aktu aktivitas yang dilakukan; (3) ketersediaan sum ber
daya alam baik di dalam m aupun di luar kom unitas seringkali
m erupakan variabel penting dalam proses pem ecahan m asalah;
(4) ketepatan w aktu m erupakan variabel penting lainnya dan
pendugaan waktu yang buruk dapat m enunda pengetahuan,
m cnciptakan ketim pangan, yang m em engaruhi keberhasilan
pengem bangan m asyarakat; dan (5) sifat dan ruang lingkup
m asalah m erupakan variabel penting dari sudut pandang
ekonom i yang dapat m enentukan kesejahteraan dan sebagai

73
Pengembungan Masyarakat

kebutuhan untuk melakukan tindakan daripada menerapkan


solusinya.
Tahap-tahap implementasi pendekatan pemecahan
masalah dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut:
(I) Identifikasi masalah adalah suatu kepekaan, sebagai
bagian dari komunitas yang terpengaruh oleh masalah yang
ada. Terjadi perluasan masalah karena ada pertumbuhan
yang tidak berisi atau lebih dominan untuk melakukan
tindakan daripada melakukan solusinya; (2) Setelah masalah
diidentifikasi, dipelajari, dan dimengerti, langkah berikutnya
adalah menggerakkan sumber daya yang diperlukan untuk
mengaktifkan berbagai jenis kemampuan warga komunitas,
mengaktifkan enerji dan imajinasi sebagai suatu proses penting
dalam pengembangan komunitas; (3) Perencanaan program
pengembangan masyarakat dengan membutuhkan semua faktor
yang mempengaruhi komunitas. Dalam kerangka perencanaan
warga komunitas harus mempunyai kesempatan untuk
mengkritik dan memberikan saran membangun; (4) Dengan
dukungan penuh w arga komunitas dilakukan upaya penggerakan
kapasitas komunitas untuk melayani dan mendukung suatu
kegiatan pengembangan masyarakat di atas keragaman warga
komunitas; dan (5) Tahap pemecahan masalah yang efektif
dan membutuhkan evaluasi, yang berarti tidak ada hal terakhir
yang tidak penting. Bahkan sesungguhnya akhir kegiatan akan
tetap ada. penilaian akhir harus dilakukan terhadap semua tahap
untuk m elaksanakan kegiatan yang akan dianalisis dengan kritis
dalam hal kekuatan, kelemahan, kesuksesan, dan kegagalan.
Tidak berbeda dengan pendekatan-pendekatan sebelumnya,
pendekatan pemecahan masalah dalam pengembangan
m asyarakat pun dalam implementasinya menunjukkan beberapa
Strategi dan Pendekatan dalam Pengem bangan M asyarakat

kelebihan dan kekurangannya. Beberapa kelebihan dalam


pendekatan ini antara lain ditunjukkan bahwa permasalahan
bukan hanya pada ani dan definisi komunitas, tetapi cara
yang efektif untuk pengembangan masyarakat sehingga
pengembangan masyarakat dapat lebih efektif dan tepat sasaran.
Pengembangan masyarakat dipandang sebagai tujuan khusus,
yaitu suatu proses atau tujuan untuk mengatasi masalah-masalah
sosial, sehingga tujuannya lebih spesifik dan batasannya jelas.
Adanya variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah
pada perubahan dan pengembangan komunitas sehingga aspek-
aspek yang menjadi pokok perhatian memiliki sasaran yang
jelas. Terdapat asumsi yang digunakan sehingga memudahkan
dalam m encari penyebab suatu masalah dan mencari solusinya.
Dalam pendekatan ini terdapat metode pemecahan masalah di
mana pengembangan komunitas dilakukan dengan langkah-
langkah sistematik dan terarah. Kelebihan lainnya, dengan studi
kasus ternyata akan mendorong pendekatan yang sistematik
terhadap pemecahan masalah yang ada di komunitas dan
memotivasi warga komunitas untuk bersama-sama melakukan
tindakan. Titik berat konsep komunitas ditekankan pada
relevansinya dengan perhatian, masalah, kebutuhan, tujuan dan
aspirasi yang menggerakkan masyarakat menuju aksi bersama
sehingga warga komunitas terlibat dalam proses pengembangan
komunitas.
Kekurangan pendekatan ini dalam proses pengembangan
komunitas tampak dalani usaha mendapatkan batas luar
komunitas yang tepat. penggambaran konsep “batas kota” kurang
tepat dibandingkan dengan identifikasi masalah untuk maksud
dan definisi operasional dalam praktek. Dalam beberapa kasus,
situasi komunitas menjadi masalah dan pendekatan keselunihan
© Pesan dari +62 857-2973-6600 @ Part

Pengembangan Masyarakat

untuk pem ecahan m asalah kurang relevan. K om unitas yang


dipandang dari dalam kebudayaan yang subsistem atau cabang
kebudayaan dengan fungsional dan disfungsionalnya ternyata
sering m enyesatkan pelaku-pelaku pengem bangan kom unitas.
K onsep kom unitas yang lam a tidak berfungsi dan sering
m enjadi bencana besar untuk perencanaan yang e fek tif dalam
batas-batas politis, ekonom is, dan yurisdiksi.
Dengan demikian dapat diikhtisarkan pendekatan pemecahan
masalah dilakukan oleh kom unitas dengan m enggunakan jasa
tenaga ahli untuk m em ecahkan masalah yang dihadapi oleh para
warga. Pendekatan ini adalah pem anfaatan pengalam an komunitas
lain yang diketahui proses dan hasil dicapainya untuk diterapkan
pada kom unitas sendiri, dengan harapan m endapatkan hasil yang
sam a. Tenaga ahli tersebut m elakukan identifikasi masalah dan
pem ecahannya, m encarikan bagi kom unitas sum berdaya untuk
mem ecahkannya, m erencanakan tindakan-tindakan untuk itu,
m engadakan aktivasi yaitu m emobilisasi partisipasi warga, dan
akhirnya ia mungkin m engevaluasi seluruh proses dan hasilnya
(Thom as, 1973)

3.4. P e n d e k a ta n D e m o n strasi (The Demonstration Approach))


Dalam pendekatan dem onstrasi, kom unitas dipaham i sebagai
sekum pulan (kelom pok) orang yang m em iliki kesam aan interes
atau m asalah, yang dibedakan m enjadi kom unitas pedesaan dan
perkotaan, grup publik, m edia m assa, dan ja lu r ataupun saluran
kom unikasi.
Asum si-asum si yang digunakan dalam pendekatan
dem onstrasi untuk pengem bangan m asyarakat antara lain: (1)
m anusia itu rasional, jik a diberikan suatu perubahan yang dapat
dilakukan m aka m anusia itu akan beradaptasi; (2) m anusia

76
© © □ .,ll - 10:11

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

m am pu belajar, sehingga jik a diberikan suatu m etode dem onstrasi


mereka akan m am pu untuk m engulangi atau m em ilih bagian-
bagian yang dapat diaplikasikan pada situasi yang berbeda;
(3) tanpa kerja sam a dan partisipasi dari individu-individu
setem pat tidak akan ada dem onstrasi yang sukses; (4) metode-
metode yang berdasarkan fakta ilmiah atau pengalam an dapat
didem onstrasikan atau hasil-hasil yang berdasarkan pengalam an
dapat dipercaya dan ditunjukkan; (5) perilaku yang penting
dipelajari melalui interaksi; dan (6) warga kom unitas mam pu
berinteraksi dan m em bentuk lingkungannya.
Variabel-variabel yang m enjadi pokok perhatian dalam
pendekatan dem onstrasi untuk pengem bangan m asyarakat
m eliputi: (1) Inform asi, jik a inform asi diberikan kepada
suatu arca geografis di m ana budaya dan proses-proses
sosial yang berlaku saling berada di antara daerah-daerah
dalam area tersebut, hasilnya akan tidak sesuai dengan yang
diperkirakan dan itu berarti usaha pengem bangan kom unitas
tidak berhasil. Interpretasi yang salah ju g a akan m enghasilkan
sesuatu yang tidak diharapkan ketika dem onstrasi diulang;
(2) Tujuan pengem bangan m asyarakat, tujuan satu kom unitas
dengan kom unitas lainnya dan perbedaan lainnya akan benar-
benar m engubah hasil yang diharapkan; (3) W aktu, metode
dem onstrasi m em butuhkan satu titik tem u antara kebutuhan
dan tujuan, itu berarti hasil utam a dari m etode dem onstrasi
m erupakan kelanjutan dari aplikasi proses dem onstrasi, jadi
diperlukan waktu untuk pendekatan ini; (4) Hubungan pekerja
kom unitas dengan kom unitas, pada suatu saat pekerja kom unitas
diharapkan dapat m engadakan hubungan yang berkelanjutan
dengan kom unitas dalam jan g k a panjang. Hubungan yang
berkelanjutan akan m em acu im plikasi tam bahan seperti

77
© © □ .,ll - 10:11

P engem bangan M asyarakat

pendanaan yang berkelanjutan; dan (5) K arakteristik pem im pin,


satu kom unitas dapat m em iliki pem im pin yang m em ungkinkan
untuk m enerapkan m etode dem onstratif, sedang kom unitas lain
punya pem im pin yang m em iliki hasil dem onstrasi yang disukai.
Prosedur yang dilakukan pendekatan dem onstrasi dalam
pengem bangan m asyarakat adalah dim ulai dengan m em peroleh
fakta yang akurat sehingga bisa dipresentasikan. M etode atau
hasil-hasil yang didem onstrasikan harus berhubungan dengan
pandangan atau kebutuhan dari orang-orang yang tertarik pada
m etode atau kebutuhan dari orang-orang yang tertarik pada
hasil tersebut. Langkah berikutnya harus m em ungkinkan untuk
m enerjem ahkan gagasan-gagasan dalam dem onstrasi kc dalam
pertanyaan-pertanyaan atau m asalah-m asalah dalam kom unitas
yang akan dikem bangkan. Hasil dem onstrasi e fek tif digunakan
untuk m enunjukkan sesuatu yang terjadi pada kom unitas
lainnya, bagaim ana hasil dari suatu program , bagaim ana dana
diperoleh untuk suatu program dan m enunjukkan keefektifan
m etode-m etode lain dalam pengem bangan kom unitas.
O leh karena itu, pengem bangan kom unitas harus
diadaptasikan dengan tujuan w arga kom unitas. Hal ini
m em erlukan keteram pilan, keahlian, dan kecakapan pekerja
kom unitas, sesuai dengan fungsi yang m ereka jalankan baik
fungsi pendidikan, penelitian, m aupun aksi. Penterjem ahan
aktivitas, prestasi, m asalah-m asalah, m etode-m etode dan
pencapaian suatu tujuan kom unitas perlu dilakukan di tem pat
diterapkannya pendekatan dem onstrasi. Selain itu, yang tidak
kalah pentingnya adalah diperlukannya m asukan-m asukan yang
tidak m em ihak pada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
pengem bangan kom unitas.

78
© © t D d) ,il 10:11

S trategi diin Pendekatan dalam P engem bangan M asyarakat

Suatu kelebihan apabila m enggunakan pendekatan


dem onstrasi dalam pengem bangan m asyarakat adalah bisa
m em buktikan bahw a sesuatu hal itu dapat dilakukan, kom unitas
m am pu m em ecahkan perm asalahannya, m encegah kom unitas
m em buat kesalahan besar, m encegah kom unitas m engorbankan
sum ber daya m ateri dan perasaan m anusia, m em bantu agar
w arga kom unitas tidak m enentang perubahan, m engelim inir
kesalahan pengertian, m em berikan dasar perbandingan yang
spesifik, m enstim ulasi pertanyaan-pertanyaan yang belum
pem ah ditanyakan sebelum nya ju g a m em berikan insentif untuk
perencanaan oleh kom unitas di m ana pengem bangan kom unitas
diterapkan.
Kekurangan pendekatan dem onstrasi dalam pengem bangan
kom unitas yaitu dalam hal inform asi yang diperlukan. Orang-
orang yang terlibat dalam pendekatan dem onstrasi um um nya
hanya m enunjukkan sisi-sisi baik, hasil-hasil terbaik, reaksi-
reaksi positif, hal-hal yang sukses saja dan m engabaikan
kegagalan, m asalah-m asalah yang m uncul, keberatan-keberatan
dan kesulitan-kesulitan. Padahal sebenarnya, sangat perlu untuk
m engetahui sisi n eg atif (kegagalan) karena dengan itu pekerja
kom unitas dapat m elatih keahlian m ereka dalam m enganalisis
dan m em berikan pertanyaan yang tepat pada w aktu yang tepat.
Dengan dem ikian dari pendekatan ini dapat diikhtisarkan
bahwa pengem bangan kom unitas adalah suatu proses pengkajian
dan pengam bilan keputusan kelom pok untuk mencapai
kesejahteraan sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Pendekatan
dem onstrasi m encakup pem aparan metode atau hasil yang dapat
m enjadi positif atau negatif. Pendekatan ini dapat digunakan
untuk m enunjukkan bahwa prosedur kerja tertentu akan
m ungkin m encapai keberhasilan. Pendekatan ini ju g a m encakup

79
© © □ .,ll - 10:11

Pengembungan Masyarakat

masalah penerapan m etode dan hasil pengem bangan dalam


suam kom unitas ke kom unitas lain. Paling penting dari aplikasi
pendekatan ini adalah dalam adaptasi model ke tujuan warga
kom unitas (Abshier, 1973).

3.5. P e n d e k a ta n E k sp e rim en (The Experim ental Approach))


K om unitas dalam pendekatan eksperim en diartikan sebagai
kum pulan orang yang m em punyai kepentingan bersam a dalam
bidang sosial, politik, ekonom i, budaya, dan geografi. Jadi, yang
m engikat m ereka sebagai suatu kom unitas adalah kepentingan
bersam a. Hal ini m enyebabkan m ereka sebagai suatu entitas
yang otonom dan m em punyai ciri-ciri lokalitas, struktur-kultur,
dan ekologis. Dalam pendekatan ini, ciri-ciri tersebut tidak
sem uanya harus terdapat dalam suatu kom unitas. Bisa saja
m ereka hanya m em punyai kepentingan bersam a dalam bidang
tertentu.
A sum si-asum si yang digunakan dalam pendekatan
eksperim en antara lain: (I) pengem bangan m asyarakat
m em butuhkan percobaan dan pengujian dari konsep-konsep
dan praktek-prakteknya. Oleh karena itu diadakan percobaan
dan pengujian, agar praktek pengem bangan kom unitas dapat
lebih berhasil; dan (2) Suatu gagasan akan bernilai apabila
gagasan tersebut tidak dapat dilaksanakan. Pendekatan ini
m engem bangkan teori dan praktek dari pengalam an dan cara
yang harm onis dengan sistem nilai para praktisi di lapangan.
Variabel-variabel yang m enjadi perhatian pokok dalam
pendekatan eksperim en adalah waktu. K etika pendekatan
ini didasarkan atas proses, perlu w aktu yang m em adai untuk
suatu proses evolusi. Variabel lain adalah variabel bebas, yaitu
suatu perlakuan yang dim anipulasi oleh pelaku eksperim en

80
Strategi dan Pendekatan dalam Pengem bangan M asyarakat

dan harus berada di bawah kontrolnya. Hal ini memungkinkan


ketika berhubungan dengan variabel-variabel terkendali, seperti
ruangan kelas atau demosntrasi dengan menggunakan peralatan.
Selanjutnya variabel antara, yang dalam pengembangan
komunitas variabel ini kurang dipahami terutama saat meneoba
untuk menentukan penyebabnya. Terakhir, variabel terikat,
yakni variabel yang diberi perlakuan oleh variabel bebas yang
harus diidentifikasi melalui proses. Orang-orang, grup, dan
institusi diberikan perlakuan dalam proses pengembangan
komunitas.
Meskipun demikian, kenyataannya dalam penerapan
pendekatan eksperimen untuk pengembangan masyarakat menjadi
terbatas karena tingginya risiko percobaan dalam pendekatan ini.
Data harus dikumpulkan sesering mungkin dan umpan-balik
disediakan untuk menuntun kegiatan pengembangan komunitas.
Dengan cara ini, mereka yang di lapangan dapat mengadaptasi
kumpulan data mereka dalani kegiatan di lapangan. L'mpan-balik
akan memperkaya seluruh lapisan komunitas dan meningkatkan
praktek pengembangan komunitas.
Kelebihan dari pendekatan eksperimen dalam pengembangan
komunitas adalah dalam pelaksanaan yang fleksibel, orientasi
proses pendekatan ini memperbolehkan pelaku percobaan untuk
membebaskan diri dari tujuan-tujuan yang tidak jelas dalam
pengembangan komunitas. Di samping itu. pendekatan ini mampu
meningkatkan penerimaan akan hasil atau eksperimen. Hal ini
disebabkan pendekatan ini mengembangkan dan memperbaiki
hipotesis melalui cara-cara dari usaha pengembangan komunitas.
Pendekatan ini juga menyediakan cara bagi pengembangan
komunitas untuk melakukan eksperimen bersama, berkembang,
dan memperbaiki konsep dan prakteknya. Dengan demikian
© © □ ..II - 10:12

Pengembangan Masyarakat

pendekatan ini m enjanjikan peningkatan penerim aan pada


pengem bangan kom unitas oleh agen-agen aksi sosial dan pemikir
dari disiplin ilmu lain.
Sedangkan kekurangan dari pendekatan ini dalam
pengem bangan kom unitas adalah orientasi proses menciptakan
spekulasi yang berisiko tinggi. Proses tersebut dapat menghasilkan
kebingungan, kontradiksi, atau data yang tidak valid. Dengan
kata lain, proses tidak m enjam in penerim aan atau penolakan dari
warga kom unitas, tetapi masih m em ungkinkan untuk menjamin
suatu penyesuaian terhadap perubahan-perubahan di komunitas
karena proses pengem bangan komunitas.
Dengan dem ikian dari pendekatan ini dapat dikhtisarkan
bahwa pendekatan eksperim ental adalah penerapan pengalam an
kom unitas lain yang tidak diketahui bagaim ana hasilnya, dalam
kom unitas sendiri dengan harapan dapat m elihat bagaim ana
hasilnya. Pendekatan ini didesain secara m etodologis sesuai
dengan pendekatan-pendekatan lain untuk pengem bangan
kom unitas (E versen, 1973).

3.6. P e n d e k a ta n K o n flik -K ek u a tan (The Power-Conflict


Approach))
Pendekatan Konflik-K ekuatan dalam pengem bangan kom unitas
m em andang kom unitas sebagai suatu interaksi kom ponen yang
kom pleks dan antarkom ponen saling m em engaruhi dari sektor
privat dan publik yang pada w aktu dan situasi yang berbeda
m em iliki perbedaan kapasiti dalam kekuasaan.
A sum si yang digunakan dalam pendekatan Konflik-
Kekuatan adalah bahw a tindakan berbentuk intervensi sosial
dalam pengem bangan kom unitas berhubungan langsung ke
arah pcnciptaan konflik antara subkom unitas atau kom ponen

82
© © □ .,ll - 10:12

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

dan pem buat keputusan pada kom unitas yang lebih besar.
Di sam ping itu. peningkatan kekuasaan sub kom unitas akan
m enguntungkan tidak hanya subkom unitas tetapi ju g a pada
kom unitasnya.
Kelebihan m enggunakan pendekatan konflik-kekuatan
adalah bahwa kekuasaan sebagai salah satu masukan yang
m enentukan akhir pelaksanaan pengem bangan komunitas.
Selain itu kekuasaan ju g a merupakan suatu hasil dari peranan
dan interaksi antarbagian yang kom pleks. Dari pengertian di
atas, maka peranan pekerja kom unitas adalah m enjembatani
antara sum ber kekuasaan dalam kom unitas dengan tujuan
m em aksim alkan sum ber daya dengan m enggunakan seperangkat
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan tujuan-
tujuan khusus. Dalam pendekatan ini, peranan pekerja kom unitas
adalah untuk m enem pa kekuatan hubungan antara sem ua elemen
yang terlibat dalam proses pengem bangan kom unitas ke arah
hasil yang jelas.
Sedangkan kekurangan pendekatan ini dalam pengem ­
bangan kom unitas yakni, im plem entasi pendekatan dalam
pengem bangan m asyarakat m em ungkinkan adanya berm acam -
m acam sponsor dengan banyak perbedaan peraturan. A kibatnya
m em engaruhi proses pengam bilan keputusan sccara lokal,
padahal kepem im pinan lokal m engatur kedudukan khusus atau
istim ew a dari ketidakberdayaan yang terus tum buh sebagai
kelom pok-kelom pok yang tidak berdaya, sem akin m erusak
kebutuhan dan kem ungkinan untuk m engubah status mereka.
Pendekatan konflik kekuatan adalah upaya m em perbaiki
kom unitas dengan gagasan-gagasan yang m asing-m asing
didukung oleh kekuatan yang bersum ber dari kekuasaan,
kecerdasan, kekayaan dan lain-lain, (tetapi bukan kekerasan)

83
Pengem bangan Musyarakat

dari kelompok-kelompok warga komunitas ((Salmon dan


Tapcr. 1973)

P e rb e d a a n P e n d e k a ta n

Meskipun seluruh penjelasan berikut didasarkan pada asumsi


perubahan terencana yang diharapkan, pendekatan terpilih
berikut tidaklah sama. Seperti diduga, keenam pendekatan
pengembangan komunitas menunjukkan beberapa persamaan
namun tetap dijumpai banyak perbedaan. Misalnya, didapati
fokus yang sama yakni terhadap diseminasi informasi dan
tindakan kelompok (group aetiori), sebaliknya, perbedaan tetap
ada, khususnya pada urutan atau rangkaian kronologis dan
tekanan temporal.
Keenam pendekatan yang dipaparkan berikut menggam­
barkan pem bahan sikap terhadap definisi komunitas. Sccara
umum, konsep komunitas adalah konsep berbasis lokalitas,
namun juga memasukkan perhatian terhadap konsep-konsep di
luar batasan lokalitas.
Cary, misalnya, menekankan tiga sifat yang berbeda dari
pendekatan komunitas: (1) populer atau partisipasi broad-
based, (2) komunitas sebagai konsep penting, (3) perhatian pada
pendekatan yang bersifat holistik. Sebaliknya, Thomas, meski
tidak mengabaikan sifat-sifat ini, sangat menekankan pada
“masalah khusus” sebagai target pemecahan masalah. Thomas
menggambarkan, bagaimana perhatian umum terhadap masalah
khusus tertentu—misalnya air—sebenarnya merambah keluar
komunitas yang didefinisikan secara terbatas pada kriteria
lokasi yang tertentu.
Konsep McClusky merupakan tindak lanjut logis atas
konsep Cary dan Thomas. Tesis McClusky adalah jenis informasi
© © □ .,ll - 10:12

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

yang tepat, diterapkan oleh partisipan yang berpengetahuan


pada suatu titik w aktu strategis, dapat m em buat perbedaan
penting dalam pengem bangan kom unitas.
Evensen m enunjukkan adanya perhatian yang kian
m eningkat di antara agensi dan lem baga dalam penerapan
rancangan quasi-experimental terhadap aktivitas pengem bangan
kom unitas. Tidak m engherankan, strategi dan sifat yang ia
gam barkan m em iliki kesam aan dengan pem aparan Thom as-
McClusky.
Abshier menekankan perbedaan antara program eksperimental
sejati dengan demonstrasi. Pendekatan eksperimental berupaya
mencari jaw aban, sebaliknya pendekatan demonstrasi didasarkan
pada anggapan bahwa jaw aban (suatu masalah) mem ang telah ada.
Salm o dan Taper m endiskusikan sebuah pendekatan
dinam is: konflik-kekuasaan. Tesis m ereka adalah keberadaan
kekuasaan m erupakan kekuatan dalam pengem bangan
kom unitas, dan baluva definisi tradisional atas kekuasaan
haruslah diperluas dalam konteks m asyarakat yang berteknologi
canggih. M ereka m engeksplorasi m akna kekuasaan dalam
proses pengem bangan kom unitas saat ini.
Tradisi Pendekatan Alternatif. Pendekatan yang dijelaskan
berikut ini m erupakan ilustrasi dari tuntutan utama pengem bangan
masyarakat di Am erika Serikat selam a dekade 1970-an. Atas
nam a pengem bangan kom unitas, rum ah sakit dibangun, dimulai
proyek perem ajaan pem ukim an kum uh, dan industri dibesarkan.
Penghematan kertas, kampanya anti perang, m em percantik
pinggiran sungai mendapatkan perhatian besar, bersamaan
dengan perbaikan lapangan kerja dan perluasan pelayanan
kesehatan. Sukarelawan bergabung dengan kalangan profesional.

85
© © C M - 10:13

Pengem bangan Masyarakat

Keterlibatan universitas dan akademi sedemikian meningkat.


Dalam bidang yang ditandai dengan sedemikian banyak ragam,
editor merasa mahasiswa dan praktisi pengembangan komunitas
tidak perlu menyangkal kekayaan beragam pendekatan yang
berbeda itu, yang dapat dipenuhi secara konseptual dan
operasional.
Dengan satu atau kombinasi dari pendekatan-pendekatan
tersebut, masyarakat luas melakukan perbaikan taraf hidup
warga komunitas dengan m enggarap berbagai aspek kehidupan.
Aspek pertanian merupakan bidang garapan yang paling
umum di negara-negara yang sedang berkembang, karena
pertanian merupakan sektor mata pencaharian terbesar bagi
penduduk pedesaan. Di India, pada dasawarsa 1960-an ada
sekitar 5.000.000 desa yang memiliki kelompok-kelompok
pengembangan masyarakat yang berorientasi pertanian. Untuk
mengantisipasi pelayanan bagi kelompok-kelompot tersebut,
pada tahun 1959 saja telah direkrut melalui pelatihan 900 kepala
dan pelatih balai-balai latihan penyuluhan pertanian. Dalam
hal ini pertanian merupakan entry point (kegiatan awal) dari
kegiatan pengembangan masyarakat di 5.000.000 desa tersebut
(Kamath, 1961). Pelayanan kepada kelompok-kelompok
pengembangan masyarakat yang berorientasi pertanian
tampaknya sangat intensif. Hal ini ditandai dengan dalamnya
berbagai mata pelajaran mengenai penyuluhan pertanian yang
diberikan dalam pelatihan tersebut.
Pengelolaan sumberdaya alam banyak dilakukan pada
tahun-tahun terakhir ini. karena adanya ancaman kerusakan
lingkungan. Sebagai contoh, kegiatan yang disebut pengelolaan
sumber daya pantai berbasis komunitas (commumty-based
coastal resources management) (Whitc, 1994; IIRR. 1998).

86
© © i f O d U l - 10:13

Strategi dan Pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat

Pendekatan jenis ini menyebar di mana-mana, antara lain


Maluku Tengah, Indonesia (Zcmcr, 1994). Di Maluku Tengah
prakarsa pengembangan masyarakat datang dari Kantor
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang
bekerja sama dengan Forum Lingkungan Indonesia, Pusat
Studi Lingkungan, Fakultas Hukum, dan Fakultas Perikanan
dari Universitas Pattimura. serta Yayasan HUALOPU. Dalam
pengembangan masyarakat ini komunitas yang hidup di pulau-
pulau kabupaten Maluku Tengah diajak oleh pihak-pihak
pemrakarsa, khususnya aktivis-aktivis Yayasan HUALOPU
m emelihara terumbu karang yang ada di sekitar mereka atas
dasar sasi. yaitu peraturan adat, yang ketika dimulainya
kegiatan pengembangan masyarakat sudah tidak dipedulikan
lagi oleh masyarakat setempat. Pengembangan masyarakat
dimulai dengan penelitian yang mendalam tentang sejarah
perkembangan sasi. Penelitian menunjukkan bahwa sejarah
diberlakukannya sasi dimulai dari kedatangan pedagang-
pedagang teripang dari Jawa dan Sulawesi, yang mendorong
didirikannya lembaga pengelolaan, kontrak dan hak pemilikan
yang berbasis pasar. Pada tahun 1990 gagasan menghidupkan
lagi sasi dibawa oleh petugas-petugas Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup dari Jakarta dan aktivis
lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di Jawa dan
Ambon. Mereka melakukan advokasi dengan meyakinkan
masyarakat setempat tentang kelestarian (sustainability )
sumberdaya alam, kemerataan (equity) dan keragaman
hayati. Upaya itu telah menyebabkan dimoditikasikannya sasi
disesuaikan dengan kemajuan zaman, dan ditaati oleh pihak-
pihak yang berkepentingan (Zemer, 1994).

87
P engem bangan M asyarakat

Perbaikan lingkungan komunitas masyarakat perkotaan.


M erupakan garapan umumnya ada di kota-kota besar di
Amerika Serikat, diprakarsai oleh aktivis atau organisasi sosial
yang bergerak dalam revitalisasi lingkungan ketetanggaan
yang dihuni oleh warga berpenghasilan rendah sampai
menengah bawah, melalui stimulasi ekonomi, pelatihan kerja
dan advokasi. Kegiatan pengem bangan masyarakat jenis ini di
Amerika Serikat biasanya dilakukan dalam rangka kerja sama
antara pemerintah kota dengan lembaga swadaya masyarakat
(W icwcl dan Gills, 1995). Di Indonesia, beberapa tahun terakhir
ini di beberapa kota besar (misalnya Surabaya) dan kota kecil
(misalnya Depok dekat Jakarta), pemerintah kota memprakarsai
kegiatan pengem bangan m asyarakat dengan menggerakkan
komunitas dalam proyek-proyek perbaikan kampung atau kota.
Belasan tahun yang lalu kegiatan pengembangan masyarakat
pernah dilakukan di kota Samarinda, ketika pemerintah kota
ini mempunyai prakarsa mengubah kampung yang tidak tertata
menjadi pusat pembelanjaan. Aga Khan Foundation telah
menganugerahkan Aga Khan Award kepada pengem bang pusat
pembelanjaan tersebut berkat prestasinya sebagai penggerak
pengembangan masyarakat waktu itu.
© © f D Q ) .a\ _ 10:14

5
P e m b e r d a y a a n d an P artisip asi W a rg a
K o m u n ita s

Pada hakckatnya upaya-upaya pem bangunan di (ingkat kom unitas


m em fokuskan pada pem berdayaan w arga kom unitas dengan
m elakukan /x>u-er sharing agar m asyarakat m em iliki kem am puan
dan kesetaraan dengan beragam stakeholders lainnya. O leh karena
itu, sem ua stakeholders sebagai pelaku perubahan dalam proses
pem bangunan berupaya m em berdayakan w arga kom unitas (dari
kurang berdaya m enjadi m enjadi lebih berdaya) baik pada tingkat
individu, keluarga, kelom pok-kelom pok sosial, ataupun kom unitas
guna m encapai kehidupan yang lebih baik.

I. P e m b e rd a y a a n d a n P a rtis ip a si: M a k n a n y a di T in g k a t
K o m u n ita s
Dalam hal ini, proses pem berdayaan ( empowerment) ditujukan
untuk “ m em bantu klien m em peroleh daya (kuasa) untuk
m engam bil keputusan dan m enentukan tindakan yang akan ia
lakukan yang terkait dengan diri m ereka, term asuk m engurangi
efek ham batan pribadi dan sosial dalam m elakukan tindakan.
Hal ini dilakukan m elalui peningkatan kem am puan dan rasa

89
P engem bangan M asyarakat

percaya diri untuk m enggunakan daya yang ia m iliki, antara


lain m elalui transfer daya dari lingkungannya.” (Paync, 1979)
Pandangan lain m engartikan bahw a pem berdayaan sccara
konseptual pada intinya m em bahas bagaim ana individu,
kelom pok, ataupun kom unitas berusaha m engkontrol kehidupan
m ereka sendiri dan m engusahakan untuk m em bentuk masa
depan sesuai dengan keinginan m ereka. Prinsip ini pada intinya
m endorong klien untuk m enentukan sendiri apa yang harus ia
lakukan dalam kaitan dengan upaya m engatasi perm asalahan
yang dihadapi, sehingga klien m em punyai kesadaran dan
kekuasaan penuh untuk m em bentuk hari depannya.
Selam a ini, peran serta m asyarakat hanya dilihat dalam
konteks yang sem pit, artinya m anusia cukup dipandang
sebagai tenaga kasar untuk m engurangi biaya pem bangunan.
Dengan kondisi ini, partisipasi m asyarakat "terbatas” pada
im plem entasi atau penerapan program ; m asyarakat tidak
dikem bangkan dayanya m enjadi k reatif dari dalam dirinya dan
harus m enerim a keputusan yang sudah diam bil "pihak luar” .
A khirnya, partisipasi m enjadi bentuk yang p a sif dan tidak
m em iliki "kesadaran kritis".
T erhadap pengertian partisipasi di atas, terjadi tindakan
korektif yang disejajarkan dengan upaya m encari definisi
m asyarakat yang lebih genuine , aktif, dan kritis. K onsep yang
baru tersebut m enum buhkan daya k reatif dalam dirinya sendiri
sehingga m enghasilkan pengertian partisipasi yang a k tif dan
k reatif atau seperti yang dikem ukakan oleh Paul (1987) sebagai
berikut;

“ ... participation refers to an active process whereby


beneficiaries influence the direetion and execution of
Pemberdayaan dan Partisipasi Warga Komunitas

development projects rather than merely receive a share


o f project benefits.”

Pengertian di atas melihat keterlibatan masyarakat mulai dari


tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil,
dan evaluasi (Cohen and Uphoff, 1980). Partisipasi mendukung
masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang
dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai
untuk mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran kritis).
Partisipasi juga membantu m asyarakat miskin untuk melihat realitas
sosial ekonomi yang mengelilingi mereka.
Kemampuan masyarakat untuk mew ujudkan dan mempengaruhi
arah serta pelaksanaan suatu program ditentukan dengan
mengandalkan power yang dimilikinya sehingga pemberdayaan
(empowerment) merupakan tema sentral atau jiw a partisipasi yang
sifatnya aktif dan kreatif:

“ ... participation is concem ed w ith the distribution o f


pow er in society, for it is p o w er w hich enabies groups
to determ ine w hich needs, and w hose needs w ill be met
through th e distribution o f rcsources" (C urtis, et al, 1978).

Selama ini pemberdayaan merupakan the missing ingredient


dalam mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif.
Sccara sederhana, pemberdayaan mengacu kepada kemampuan
masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke dan
kontrol atas sumber daya yang penting.
Sintesis antara pengertian pemberdayaan dan partisipasi
akhirnya menghasilkan pengertian:
P engem bangan M asyarakat

"... What gives real meaning to (popular) participation is


the collective elTort by the people concemed to pool their
etTorts and watever other resources they decide to pool
together. to attain objectives they set for themselves. In
this regard participation is viewed as an active process
in which the parlicipants take initiatives and aetion that
is stimulated by their own thinking and deliberation and
over which only involves the people in aetions that have
bcen thought out or designed by others and are controlled
by others is unacccptable" (Pcrcy-Okunla, 1986).

O leh karena itu, pem berdayaan dan partisipasi di tingkat


kom unitas m erupakan dua konsep yang erat kaitannya dan
dalam konteks ini pernyataan C raig and M ayo (1995), bahwa:
“empowerment is road to participation" adalah sangat relevan.

2. L 'p ay a -u p ay a P e m b e rd a y a a n W a rg a K o m u n ita s
Bagaim ana m em berdayakan w arga kom unitas m erupakan satu
m asalah tersendiri yang berkaitan dengan hakikat dari power ,
serta hubungan antar individu atau lapisan sosial yang lain. Pada
dasarnya setiap individu dan kelom pok m em iliki daya. A kan
tetapi kadar daya itu akan berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
terkait antara lain seperti pengetahuan, kem am puan, status, dan
gender. Faktor-faktor yang saling terkait tersebut pada akhirnya
m em buat hubungan dengan dikotom i "subjek" (penguasa) dan
“objek” (yang dikuasai). Bentuk relasi sosial yang dicirikan
dengan dikotom i subjek dan objek tersebut m erupakan relasi
yang ingin "diperbaiki" m elalui proses pem berdayaan.
Pem berdayaan m erupakan proses “pem atahan” dari hu­
bungan atau relasi subjek dengan objek. Proses ini m em en­
tingkan adanya pengakuan subjek akan kem am puan atau daya
© © □ .,ll - 10:16

Pemberdayaan dan Partisipasi Warga Komunitas

yang dim iliki objek. Secara garis besar, proses ini m elihat
pentingnya m engalirkan daya (kuasa) (flow o f power) dari
subjek ke objek. Pem berian kuasa, kebebasan, dan pengakuan
dari subjek kc objek dengan m em berinya kesem patan untuk
m eningkatkan hidupnya dengan m em akai sum ber yang ada
m erupakan salah satu m anifestasi dari m engalirnya daya
tersebut. Pada akhirnya, kem am puan individu m iskin untuk
dapat m ew ujudkan harapannya dengan diberinya pengakuan
oleh subjek m erupakan bukti bahw a individu dan kelom pok
tersebut m em iliki daya. D engan kata lain, m engalirnya daya
ini dapat berw ujud suatu upaya dari objek untuk m eningkatkan
hidupnya dengan m em akai daya yang ada padanya serta dibantu
juga dengan daya yang dim iliki subjek. D alam pengertian yang
lebih luas, m engalirnya daya ini m erupakan upaya atau cita-
cita untuk m cnsincijikan m asyarakat m iskin kc dalam aspek
kehidupan yang lebih luas. H asil akhir dari pem berdayaan
adalah “ beralihnya fungsi individu atau kelom pok yang sem ula
sebagai objek m enjadi subjek (yang baru)“ . sehingga relasi
sosial yang ad a nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi
antara “ subjek” dengan “ subjek” yang lain. D engan dem ikian,
proses pem berdayaan m engubah pola relasi lam a subjek-objek
m enjadi subjek-subjek.
M eskipun m engalirnya daya atau kuasa ini m erupakan
faktor yang penting dalam m ew ujudkan pem berdayaan,
tetapi im plem entasinya ju stru tidak sem udah seperti yang
diperkirakan serta m engandung banyak perdebatan. Di satu
sisi, bila daya (kuasa) ditinjau dalam dim ensi d istrib u tif m aka
daya (kuasa) bersifat zero-sum dan sangat kom petitif. A pabila
yang satu m em punyai daya (kuasa) m aka yang lain tidak punya.
K alau satu pihak m em peroleh tam bahan daya, berarti pihak

93
© © C M - 10:16

Pengem bangan Masyarakat

lain kehilangan. Dalam hubungan daya seperti ini, aktor yang


berperilaku rasional dianggap tidak mungkin bekerja sama
karena hanya akan merugikan diri sendiri. Kalau pemberdayaan
si miskin dapat dilakukan dengan mengurangi daya (kuasa) si
pemegang kekuasaan, maka pasti si penguasa akan berusaha
mencegah proses pemberdayaan itu.
Sebaliknya yang berlaku pada sisi dimensi generatif. Daya
(kuasa) dapat bersifat positive-sum, artinya pemberian daya
pada pihak lain dapat meningkatkan daya sendiri. Apabila
daya suatu unit sosial secara keseluruhan meningkat, semua
anggotanya dapat menikmati bersama-sama. Dalam kasus ini.
pemberian daya kepada lapisan miskin sccara tidak langsung
juga akan meningkatkan daya si pemberi, yaitu si penguasa.
Seringkali, mengalirnya daya untuk mengalih-fungsikan
si miskin yang semula objek menjadi subjek ini tidak dapat
terwujud dengan baik. Kondisi tersebut dapat menimbulkan daya
tandingan dari objek yang dipakai untuk menantang konfigurasi
daya yang sudah mapan. Objek biasanya akan dibantu oleh
pihak luar yang berkepentingan sama. Proses tersebut juga
berkaitan dengan penciptaan assets, yaitu menciptakan suatu
dasar ekonomi untuk kelompok yang selama ini tersingkir.
Asumsinya, dengan peningkatan taraf hidup melalui penciptaan
assets tersebut, lapisan miskin akan memiliki makna keterlibatan
yang lebih kuat di dalam proses pembangunan. Gagasan ini
yang menjadi dasar untuk mengubah paradigma berpikir warga
komunitas dan berbagai stakeholders lainnya.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka secara operasional,
pemberdayaan pada tahap ini bergerak dari pemahaman sisi
dimensi generatif, yang merupakan suatu proses perubahan
dengan menempatkan kreativitas dan prakarsa warga komunitas

94
© tunanetra berbagi ilmu

Pemberdayaan dan Partisipasi Warga Komunitas

yang sadar diri dan terbina sebagai titik tolak. Dengan


pengertian tersebut pem berdayaan m engandung dua elem en
pokok, yakni: kem andirian dan partisipasi. Dalam konteks ini,
yang berorientasi m em perkuat kelem bagaan kom unitas, m aka
pem berdayaan w arga kom unitas m erupakan tahap aw al untuk
m enuju kepada partisipasi w arga kom unitas (empowerment is
road to participation ) khususnya dalam proses pengam bilan
keputusan untuk m enum buhkan kem andirian kom unitas.
Dengan kata lain, pem berdayaan dilakukan agar warga
kom unitas m am pu berpartisipasi untuk m encapai kem andirian.
Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diam bil oleh
warga kom unitas sendiri, dibim bing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan m enggunakan sarana dan proses (lem baga dan
m ekanism e) di m ana m ereka dapat m enegaskan kontrol secara
efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: Pertam a, warga
kom unitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan
atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain.
K edua, partisipasi m erupakan proses pem bentukan kekuatan
untuk keluar dari m asalah m ereka sendiri. T itik tolak partisipasi
adalah m em utuskan, bertindak, kem udian m ereka m erefleksikan
tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar.
Dengan kem am puan w arga kom unitas berpartisipasi
diharapkan kom unitas dapat m encapai kem andirian, yang
dapat dikategorikan sebagai kem andirian m aterial, kem andirian
intelektual, dan kem andirian m anajem en. K em andirian m aterial
tidak sam a dengan konsep sanggup m encukupi kebutuhan
sendiri. K em andirian m aterial adalah kem am puan produktif
guna m em enuhi kebutuhan m ateri dasar serta cadangan dan
m ekanism e untuk dapat bertahan pada w aktu krisis. K em andirian
intelektual m erupakan pem bentukan dasar pengetahuan otonom

95
© © □ .,ll . 10:16

Pengembungan Masyarakat

oleh kom unitas yang m em ungkinkan m ereka m enanggulangi


bentuk-bentuk dom inasi yang lebih halus yang m uncul di luar
kontrol terhadap pengetahuan itu. Sedangkan kem andirian
m anajem en adalah kem am puan otonom untuk m em bina diri dan
m enjalani serta m engelola kegiatan kolektif agar ada perubahan
dalam situasi kehidupan mereka.
Dengan dem ikian upaya pem berdayaan m erupakan suatu
upaya m enum buhkan peranserta dan kem andirian sehingga
m asyarakat baik di tingkat indiv idu, kelom pok, kelem bagaan,
m aupun kom unitas m em iliki tingkat kesejahteraan yang jauh
lebih baik dari sebelum nya, m em iliki akses pada sum berdaya.
m em iliki kesadaran kritis, m am pu m elakukan pengorganisasian
dan kontrol sosial dari segala aktivitas pem bangunan yang
dilakukan di lingkungannya.

3. Kelompok Sosial sebagai Media Pemberdayaan


U paya pengem bangan m asyarakat (community development)
pada dasarnya m erupakan suatu upaya pem berdayaan warga
kom unitas. Bagi community workers , hal yang dilakukan
terhadap klien m ereka (baik pada tingkat individu, keluarga,
kelom pok ataupun kom unitas) adalah upaya m em berdayakan
(m engem bangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya
m enjadi m em punyai daya) guna m encapai kehidupan yang
lebih baik.
Proses pem berdayaan dapat dilakukan sccara individual
m aupun kolektif (kelom pok-kelom pok sosial). A kan tetapi,
dengan m em perhatikan kasus Indonesia dim ana hasil
pem bangunan dalam tiga dekade terakhir ini telah m enim bulkan
perubahan sosial di tingkat kom unitas, salah satu cirinya adalah
terjadi kesenjangan ekonom i, m aka dengan m erujuk pada

%
© Pesan dari +62 813-6623-8014 @ *

Pemberdayaan dan Partisipasi Warga Komunitas

pendapat Friedm ann (1993): kem am puan individu “senasib”


untuk m engorganisir diri dalam suatu kelom pok cenderung
dinilai sebagai bentuk pem berdayaan yang paling e fek tif di
tingkat kom unitas ( collective self-empowerment). Melalui
kelom pok akan terjadi suatu dialogical encounter yang
m enum buhkan dan m em perkuat kesadaran dan solidaritas
kelom pok. A nggota kelom pok m enum buhkan identitas seragam
dan m engenali kepentingan m ereka bersam a.
Di sam ping itu, m elalui kehidupan kelom pok m asing-
m asing individu belajar untuk m enganalisis secara “ kritis”
situasi total m ereka (kelom pok dan kom unitasnya) term asuk
dim ensi politiknya dan berusaha “ m em peroleh kem bali" daya
untuk m engubah situasi tersebut. Proses tersebut disebut
konsistensi yang m em pakan proses stim ulasi dari self-critical
awareness m anusia akan realitas sosialnya serta m enekankan
pada kem am puan (daya atau kuasa) yang dim ilikinya untuk
m entransform asikan realitas tersebut m elalui aksi kolektif
m ereka dengan sadar (Berger, 1977 dan Freire, 1972). Hal
tersebut dapat dicapai m elalui proses dialog dan diskusi di dalam
kelom pok tersebut. Individu dalam kelom pok belajar untuk
m endiskripsikan suatu situasi, m engekspresikan opini dan emosi
m ereka. Dengan kata lain, w arga kom unitas dalam kelom poknya
belajar untuk m endefinisikan m asalah, m enganalisisnya, serta
m erancang suatu solusi dalam m em ecahkan m asalah tersebut.
D engan dem ikian, upaya pengem bangan m asyarakat
dalam kondisi seperti di atas m ensyarakat pentingnya peran
community workers sebagai pendam ping untuk m cm pcrlancar
proses dialog antar individu di dalam kelom pok tersebut. Oleh
karena proses pem berdayaan dalam kom unitas m em entingkan
“pem atahan" dari relasi subjek dan objek, m aka pendam ping

97
© © □ .,ll . 10:17

Pengembangan Masyarakat

tidak berfungsi sebagai orang yang m engajari atau m enggurui


individu dalam kelom pok, tetapi berfungsi sebagai orang yang
belajar dari kelom pok (N orm an, 1977). Pendam ping hanya
berfungsi sebagai stim ulator atau pem icu diskusi. Ia harus
bersikap netral dan tidak berhak m encam puri keputusan dari
hasil diskusi.

4. Mengembangkan Partisipasi di Tingkat Komunitas dan


Permasalahannya
Dalam berbagai program pem bangunan terdapat upaya
m elibatkan w arga kom unitas dalam hal pengam bilan keputusan,
nam un dem ikian w arga kom unitas tidak m em iliki kewenangan
m em pengaruhi keputusan tersebut. Kondisi ini m enim bulkan
sikap skeptis di kalangan anggota kom unitas dan keengganan
dalam terlibat kegiatan-kegiatan partisipatori.
M asalah seperti ini terutam a muncul di kalangan kom unitas
yang sering dikecew akan oleh program -program pem bangunan
sebelum nya, sehingga m ereka ccndcrung curiga terhadap
program -program yang m asuk ke kom unitasnya. Kecurigaan
tersebut, m isalnya, apabila program yang m asuk hanya
m enguntungkan sekelom pok orang saja, juga apabila proyek
yang m asuk hanya m enguntungkan proyek saja— sehingga
m ereka m erasa hanya dim anfaatkan.
O leh karena itu dalam usaha m engajak dan m engem bangkan
partisipasi kom unitas, langkah pertam a m engatasi m asalah
skeptisism e ini dengan m enunjukkan bahw a program yang ada
dim aksudkan untuk m em berikan kesem patan yang tulus kepada
orang-orang untuk berpartisipasi. U ntuk m elaksanakannya
diperlukan suatu proses yang lambat. Dalam proyek yang
m enyangkut isu-isu yang m em punyai arti penting bagi warga

98
© © □ .,ll . 10:17

Pemberdayaan dan Partisipasi Warga Komunitas

kom unitas, m isalnya, m em bangun tem pat ibadah, atau lain-


lain m asyarakat lebih m udah digerakkan. U ntuk m enjalankan
partisipasi secara terus-m enerus, dalam pengam bilan keputusan
dan pem bentukan struktur kom unitas m em erlukan suatu
kegiatan atau kerja yang terus-m enerus.
M asalah lain berkenaan dengan partisipasi adalah
m asalah kooptasi. Dalam proses berpartisipasi dapat terjadi
proses kooptasi oleh kekuatan lain yang m erupakan bagian
dari stm ktur kekuatan yang m ereka lawan. Hal ini dapat
terjadi m isalnya apabila w akil dari kelom pok kom unitas
atau kelom pok yang tidak berdaya dim inta berpartisipasi
dalam kepanitiaan atau dalam badan pem erintahan. Sebagai
contoh tokoh-tokoh atau pem im pin form al yang dilibatkan
dalam suatu proyek untuk m ew akili kom unitas dalam suatu
pem bangunan bendungan, akhirnya m ereka tidak m em bela
kepentingan m asyarakatnya karena tidak berdaya m elawan
dom inasi proyek. K etidakberdayaan tersebut bisa ja d i karena
para tokoh kom unitas tersebut tidak m am pu berargum entasi,
atau m endapat tekanan dari pihak yang m endom inasi.
Sebagai w arga suatu kom unitas, partisipasi w arga dalam
kegiatan pem bangunan m erupakan tanggung jaw ab sebagai
w arga. Tanggung jaw ab ini untuk m engim bangi hak-hak
sebagai w arga kom unitas yang diperolehnya antara lain hak
pelayanan, dukungan, dan kehidupan sosial dari kom unitasnya.
Sejalan dengan prinsip keseim bangan, pengem bangan
m asyarakat hendaknya dapat m endorong kedua hal tersebut
sccara seim bang.
M eskipun sulit m encapai partisipasi yang m um i, banyak
cara yang bisa ditem puh untuk m engem bangkan partisipasi
di tingkat kom unitas. Pada dasarnya orang-orang akan

99
© © Tt □ □ ,ll . 10:17

P engem bangan M asyarakat

berpartisipasi dalam kegiatan kom unitas apabila kondisi-


kondisinya k ondusif untuk m elakukan kegiatan tersebut.
Kondisi-kondisi tersebut adalah seperti berikut ini. Pertama,
w arga kom unitas akan berpartisipasi kalau m ereka m em andang
penting isu-isu atau aktivitas tertentu. U ntuk m enentukan isu
atau tindakan m ana yang penting, w arga kom unitaslah yang
m enentukan dan bukan orang luar. Biasanya issuc-issue yang
m enyentuh kebutuhan m erupakan prioritas kom unitas. Bagi
orang m iskin, orientasi kegiatan pengem bangan m asyarakat
dapat m enjaw ab kebutuhan dasarnya, peningkatan pendapatan,
kesehatan dan lain-lain.
Kedua, w arga kom unitas berpartisipasi apabila mereka
m erasa bahw a tindakannya akan m em baw a perubahan,
khususnya di tingkat rum ah tangga atau individu, kelom pok,
dan kom unitas. Sebagai contoh, kegiatan usaha ekonom i
yang segera m em berikan hasil ataupun kegiatan-kegiatan
yang m em berikan jam inan sosial lebih m enarik orang untuk
berpartisipasi daripada usaha-usaha ekonom i tahunan atau
m usim an.
Ketiga, perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui
dan dihargai. Jenis partisipasi yang harus dihargai tidak hanya
keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan form al (kepanitiaan,
pertem uan dan lain-lain), tetapi ju g a kegiatan-kegiatan yang
lainnya seperti: m enyiapkan konsum si, m em buat notulen,
kegiatan kesenian, dan lain-lain. Partisipasi kom unitas
hendaknya dapat dilakukan oleh siapa pun ju g a dengan
m em pertim bangkan keragam an keteram pilan, bakat, dan minat.
Keempat, orang harus dim ungkinkan untuk berpartisipasi
dan didukung dalam partisipasinya. Ini berarti bahw a isu-isu
seperti ketersediaan transportasi, keam anan, waktu, dan lokasi

too
© © i f O d U l - 10:17

Pemberdayaan dan Partisipasi Warga Komunitas

aktivitas serta lingkungan tem pat aktivitas terjadi m erupakan


sesuatu hal yang penting dan perlu dipertim bangkan oleh proses
yang didasarkan pada kom unitas.
Kelima, struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak
bersifat m enjauhkan. Sebagai contoh prosedur pertem uan dan
teknik-teknik pengam bilan keputusan scringkali m enyingkirkan
orang-orang tertentu, terutam a orang-orang yang cenderung
pendiam , tidak ingin m enginterupsi orang lain, kurang percaya
diri dan tidak m em punyai kem am puan verbal. O leh karena itu
diperlukan m etode-m etode yang partisipatif.

5. Faktor-faktor yang Mem pengaruhi Pemberdayaan dan


Partisipasi Warga Komunitas
Faktor-faktor yang m engham bat pem berdayaan dan partisipasi
serta m enjadi penyebab m engapa m asyarakat lapisan bawah
di tingkat kom unitas tidak berdaya m engahadapi lapisan yang
lebih kuat, perlu dicerm ati dan diperhatikan dengan baik.
M eskipun program pengem bangan m asyarakat berpotensi
m em berdayakan m asyarakat lapisan baw ah, tetapi potensinya
tidak dapat diaktualisasikan dengan baik karena m asalah
struktural. M asalah struktural tersebut m engalahkan m asyarakat
lapisan baw ah terhadap interes pribadi aparatur pem erintah yang
lebih kuat. Selain itu, m ekanism e pengaw asan, m onitoring, dan
evaluasi serta koordinasi antarlem baga ju g a belum berjalan
sebagaim ana m estinya. A kibatnya, pem erintah lokal terjebak
dalam perancangan program pengem bangan m asyarakat yang
kaku.
W alaupun pem berdayaan secara politis belum m em iliki
bentuk yang baku, tetapi sebagai tindakan awal dapat dim ulai
dengan upaya yang agak “ retorik” , yaitu m enyadarkan warga

101
© © □ .,ll . 10:18

Pengembungan Masyarakat

kom unitas lapisan bawah akan hak dan kew ajibannya. Strategi
tersebut perlu dilengkapi dengan upaya m em bentuk suatu
kelem bagaan yang berbasis m oral dan a k tif m enam pung
kebutuhan dan aspirasi w arga kom unitas lapisan baw ah. Dengan
m em pertim bangkan aspek politik ini, pem berdayaan dapat
berm akna dengan lebih luas dan yang penting, kehidupan warga
kom unitas lapisan bawah tidak rentan lagi terhadap berbagai
goncangan dan ketidakadilan. O leh karena itu, pem berdayaan
harus didukung dengan kebijakan-kebijakan pem erintah lokal
yang selam a selalu bias terhadap w arga kom unitas lapisan
bawah.
Kendala upaya pem berdayaan dan m eningkatkan partisipasi
warga kom unitas pada dasarnya dapat ditelaah dari dim ensi
struktural-kultural. Dim ensi struktural bersum ber terutam a pada
struktur sosial yang berlaku dalam suatu kom unitas. Sedangkan
dim ensi kultural adalah sikap pasrah dari anggota kom unitas
karena terjerat dalam berbagai m acam kekurangan sehingga
warga kom unitas terlihat tidak m em iliki inisiatif, gairah, dan
tidak dinam is untuk m engubah nasib m ereka yang kurang baik.
Dim ensi struktural-kultural m engandung m akna berlakunya
hubungan-hubungan sosial dan interaksi sosial yang khas
dalam kom unitas yang m engakibatkan berlangsungnya suatu
kebiasaan yang dapat "m em bius" dan m em batasi inisiatif dan
sem angat w arga kom unitas untuk berkem bang. Berlangsungnya
sikap-sikap yang pasrah, kurang kreatif, inisiatif, dan berani
dalam m asyarakat secara langsung atau tidak langsung dapat
m engekalkan bentuk-bentuk dan sifat hubungan sosial yang
khas dalam kom unitas.
Dalam kondisi kom unitas di pedesaan (rural communities)
yang m asih ccndcrung tradisional, hubungan sosial yang khas

102
© © i f O d U l - 10:18

Pemberdayaan dan Partisipasi Warga Komunitas

tersebut dapat dilihat dari ikatan patron-elient yang m enjiwai


kehidupan di kom unitas tersebut. Biasanya kehidupan di
kom unitas tersebut ditandai dengan tahap transisi dari keadaan
yang bersifat kom unal tersegm entasi kc arah asosiasional-
terintegrasi. Dalam tahap transisi tersebut, perlakuan khusus
kepada w arga kom unitas diperlukan supaya proses transform asi
struktural-kultural dapat berjalan dengan baik. U ntuk itu, figur
pem im pin lokal baik form al m aupun inform al sangat diperlukan
dan m enem pati posisi kunci. D alam kondisi seperti ini, dalam
kom unitas m asih berlaku sikap paternalism e yang kuat antara
elite dengan anggota kom unitas. Kondisi seperti ini secara
tidak langsung cenderung m em atikan aspirasi dan partisipasi
w arga kom unitas. Di sisi lain, elite kom unitas dituntut perannya
untuk m elakukan perom bakan struktur kom unitas jik a ingin
m elakukan perubahan-perubahan di tingkat kom unitas kc arah
kem ajuan.
K endala struktural-kultural tersebut di atas diperkuat dengan
gejala m enurunnya "m oralitas” w arga kom unitas terhadap nilai-
nilai kom ersial. G ejala ini m enggelapkan gagasan-gagasan yang
sem ula rasional, yang m enolong w arga kom unitas, menjadi
ide yang irrasional yang bertum pu pada kepentingan pribadi
yang m enguat. M eskipun tidak dapat dipungkiri bahw a praktek
penurunan m oralitas dialam i di berbagai kom unitas. Efeknya
jau h lebih tam pak di suatu kom unitas yang sedang m engalam i
proses transisi yang sem ula subsisten m enjadi kom unitas yang
m ulai berorientasi pasar. Efek ini tentu akan sem akin n egatif
apabila dikaitkan dengan hubungan patron-elient yang kini
cenderung bersifat cksploitatif.
Sam pai sejauh ini pem berdayaan belum m em punyai
bentuk yang baku. M eskipun dem ikian, sebagai tindakan awal

103
Pengem bangan Masyarakat

dapat dimulai dengan suatu upaya yang agak berbau jargon


dan retorik, dengan tujuan menyadarkan warga komunitas
akan hak dan kewajibannya. Strategi tersebut perlu dilengkapi
dengan upaya membentuk suatu kelembagaan yang berbasis
moral dan aktif menampung kebutuhan, aspirasi, perasaan dan
kekuatan warga komunitas yang kemudian dimanifestasikan
dalam aksi pengembangan masyarakat yang konkret. Dengan
mempertimbangkan aspek ini, pemberdayaan dan peningkatan
partisipasi akan bermakna penting, kehidupan warga komunitas
akan semakin kokoh, dan tidak rentan terhadap kebijakan
eksternal yang cenderung merugikan warga komunitas. Upaya
seperti ini perlu didukung dengan kebijakan-kebijakan yang
bias terhadap masyarakat lokal dan warga komunitas.
Telaah di atas menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan
dan peningkatan partisipasi yang dapat diimplementasikan
dalam berbagai komunitas di Indonesia masih merupakan suatu
“pekerjaan rumah" yang tiada habisnya. Meskipun demikian,
patut diingat bahwa selalu ada peluang: to empower the people
within the existing power structure tanpa perlu chaUenging the
e.visting power structure by disempowering the power elite.
© Pesan dari +62 823-3613-1407 (5)

6
M e to d e -m e to d e P a r tis ip a tif d a la m
Pengem bangan M asyarakat

I. Pengantar
Dalam konteks pengem bangan m asyarakat, pendam pingan
haruslah berdasarkan pada pem aham an terhadap kom unitas
tersebut. Seorang pendam ping harus m engenali dengan baik
situasi dan kondisi kom unitas tersebut. Term asuk di dalam nya
adalah m em aham i m ekanism e hingga stakeholders sampai
kepada konsep pengem bangan kom unitas. Dalam hal ini
asum sinya adalah stakeholder m em iliki konsep'pem aham an
yang sam a m engenai pengem bangan kom unitas. Dengan kata
lain, pendam ping m em bangun pem aham an bersam a stakeholder
lain m engenai pengem bangan kom unitas.
Dengan pem aham an bersam a mengenai pengem bangan
kom unitas tersebut, m aka lingkup profesionalism e pendam pingan
dapat dilakukan. Pertanyaannya adalah, siapa dalam komunitas
tersebut yang akan di dam pingi? Ini berkenaan dengan
kebutuhan m em fasilitasi. K eduanya— kom unitas dan kebutuhan
m em fasilitasi— akan bersilangan dengan pilihan pendekatan

105
© SAHABAT SERUM PUN.

Pengembangan Masyarakat

pendam pingan yang akan dilakukan, yakni: (1) pendekatan


m enolong diri sendiri (self-help); (2) pendam pingan teknik
(technicalassistance); dan (3) pendekatan konflik (lihat Tabel 2).
Pendekatan pertama adalah m enolong diri sendiri.
M asyarakat m enjadi partisipan yang berarti dalam proses
pem bangunan dan m elakukan kontrol dalam kegiatan
pengem bangan kom unitas. Pendam ping menjadi fasilitator,
sedangkan anggota kom unitas m em egang tanggung jaw ab utama
dalam : (1) m em utuskan apa yang m enjadi kebutuhannya; (2)
bagaim ana m em enuhi kebutuhan itu; dan (3) m engerjakannya
sendiri.

Tabel 2. M atrik a n tara Pilihan Pendekatan dalam Proses


Pendam pingan dan Pengembangan M asyarakat
(Komunitas)

P e n g e m b a n g a n M a \y iir a k u t
P e n d e k a ta n
No
P e n d a m p in g a n In d iv id u K e lo m p o k O r g a n is a s i K e le m b a g a a n

1 Setf-help
Tecftnkiil
2
AstUance
3 Canfitci

Pendekatan kedua adalah pendam pingan teknik, yang


m endasarkan pada perkiraan kebutuhan oleh para perencana yang
dapat m engantarkan dan m engevaluasi proses pengem bangan
m asyarakat. Perencana seolah-olah ditugasi oleh m asyarakat
setem pat untuk m engem bangkan sikap rasionalitas mereka.
Pengem bangan m asyarakat dari p respektif ini bersifat spesifik
m encakup pengem bangan individu, kelom pok, organisasi, dan
kelem bagaan.

106
© © f' D O -<il - 10:19

M etode-m etode P artisipatif dalam P engem bangan M asyarakat

Pendekatan ketiga adalah pendekatan konflik. Pendekatan


ini m enekankan pada usaha-usaha untuk m enyadarkan
m asyarakat bahw a apa yang baik dilakukan oleh orang lain
adalah baik ju g a untuk dilakukannya. O leh karena itu anggota
kom unitas akan berusaha untuk berbuat yang sam a dengan
referensi grupnya. Dalam konteks pengem bangan kom unitas,
m aka pendam pingan dilakukan dengan teknik propaganda
sedem ikian rupa sehingga anggota kom unitas m enyadari apa
yang m enjadi ketertinggalannya dengan kom unitas lain.
A danya kem am puan diri sendiri dan berfungsinya pen­
dam pingan akan m engefektifkan pendekatan ketiga, yakni
pendekatan konflik dalam pengertian m em acu persaingan
yang sehat pada setiap organisasi petani. Salah satu bentuk
persaingan itu m isalnya, berw ujud bantuan dana pendam pingan
sebesar jum lah dana yang telah dim iliki oleh kelom pok, atau
m em bantu m em biayai penuh setengah dari luas lahan yang
digarapnya, yang diharapkan berdam pak pada penggunaan dana
sendiri (sw adana) bagi lahan sisa. Dengan kata lain, bantuan
dalam bentuk sarana berorganisasi atau sarana produksi atau
sum bangan dalam bentuk natura lainnya yang m enunjang
kinerja kelom pok, khususnya bagi kelom pok yang telah
m enunjukkan kem ajuan awal.
Strategi konflik yang lain yang dapat dipakai adalah
m enjelaskan standar-standar yang harus dicapai oleh anggota
kom unitas untuk m encapai kebutuhan norm atif, dan m engajak
kom unitas untuk secara bersam a-sam a m encari jala n keluar
untuk m encapai standar no rm atif itu.
Berdasarkan uraian di atas, m aka m em fasilitasi m erupakan
bagian dari suatu proses pendam pingan. Istilah m em fasilitasi
m encakup m engantarkan petani ke dalam pola perilaku

107
© Pesan dari +62 896-5397-1412 @ Bhinneka

Pengembangan Masyarakat

pertanian m odern, serta m em berikan pelayanan teknis m aupun


m aterial, yang secara ekologis m elaksanakan prinsip-prinsip
sustainability. Tindakan fasilitasi yang diberikan m erupakan
hasil dari proses pendam pingan yang langsung dalam
jangka w aktu yang re la tif lam a dan kontinyu. A tas dasar
kegiatan pendam pingan dalam kurun w aktu tertentu itu m aka
pendam ping dapat m em ilah-m ilah m ana yang menjadi prioritas
untuk difasilitasi, pilihan pendekatan, dan pilihan teknik
pengem bangan kom oditas.

2. Alternatif Metode Partisipatif untuk Pengembangan


M asyarakat
Kebutuhan yang paling m endasar dalam pendam pingan
adalah m eletakkan konteks pendam pingan. O leh karena
pengem bangan m asyarakat dalam beberapa aspek bukanlah
hal baru bagi stakeholders, m aka intensitas pendam pingan
akan berbeda untuk setiap je n is kegiatan dalam upaya
pengem bangan kom unitas. Peranan pendam ping yang tak
kalah pentingnya adalah m em fasilitasi berbagai stakeholders,
baik yang dapat dikategorikan kc dalam public seetor , private
seetor, m aupun collective aetion seetor. M isalnya, sampai
sejauh m ana dan bagaim ana peranan pendam ping dalam
"m enjem batani" berbagai stakeholders yang seharusnya
m am pu m enciptakan keseim bangan dinam is antara community
based development dan locat-government policies dalam
rangka m endukung upaya pengem bangan kom unitas. Untuk
itu diperlukan kerangka analisis dalam rangka m enem ukan
kebutuhan pendam pingan, seperti pada Tabel 2. Terdapat
banyak pilihan untuk m enentukan kebutuhan pendam pingan
yang bersifat partisipatif. Em pat di antaranya diperkenalkan

tos
© © i f O d U l - 10:20

M etode-metode Partisipatif d;ilain Pengembangan Masyarakat

dalam tulisan ini, yaitu ( I ) Evironmental Scanning (ES): (2)


Logical Framework Appmach (LFA); (3) Participatory Impact
Monitoring (PIM)\ (4) Focus Group Discussion (FGD); dan (5)
Zielohjectiev Orientierte Project Platming (ZOPP). K eem pat
tools tersebut dapat dipilih sebagai alat untuk m enetapkan
kebutuhan pendam pingan yang bersifat partisipatif, karena ( l )
m engandung unsur perencanaan, im plem entasi dan evaluasi;
(2) m asing-m asing dapat dipandang sebagai alat yang berdiri
sendiri dengan kekuatan dan kelem ahannya: dan (3) m erupakan
tools yang bersifat partisipatif (participatory).

3. Evironm ental Scanning ( ES)


Sebagaim ana telah dijelaskan sebelum nya bahwa pendam pingan
merupakan bagian integral dari proses mem bangun dan
m em berdayakan masyarakat. Oleh karena itu, seorang
pendam ping tidak sekedar dituntut untuk menguasai teknik
tertentu untuk m em fasilitasi, tetapi ju g a harus mam pu
m em bangun kem am puan stakeholder lainnya mengenali konteks
program secara keseluruhan. Aksi-aksi bersam a stakeholder
lainnya harus didasari oleh pem aham an yang sam a tentang visi
kc depan dari suatu program dan dengan dem ikian m ereka dapat
m em bangun struktur hubungan yang diperlukan dalam rangka
mencapai hasil yang dikehendaki.
ES m erupakan bagian dari strategic p la m in g ' (H orton,
et.al. 1993) yang m em berikan bekal kem am puan untuk

I Strategic ptam ing a d a la h suatu p ro s e s y a n g d ila k u k a n s u a tu o rg a n is * » u n tu k


m e m b a n g u n v is i k e d e p a n d a n m e m b a n g u n b u b u n g a n y a n g d ip e rlu k a n , s u m b e r d ay a ,
p ro d u k , p ro s e d u r d a n k e g ia ta n o p e ra s io n a l u n tu k m e n c a p a i v is i b e rs a m a . Gap anatysls
a n ta ra s is iu a s i k e k in ia n d an setnaritf y a n g d iin g in k a n m e ru p a k a n h al p e n tin g u n tu k
d ila k u k a n . K e m a m p u a n in ila h y a n g h a r u s d itra n s fe r k e p a d a k e lo m p o k y a n g d id a m p in g i.
Strategic planning m e n g a n d u n g e m p a t k o m p o n e n esc tw ia l. y a itu : (i) a n a lis is lin g k u n g a n ,
le n tttb u k k e s e m p a ta n d a n ta n ta n g a n , (it) e v a lu a s i s ta tu s s itu a s i k e k in ia n , s e h in g g a je la s

109
© © □ ..II . 10:20

Pengembangan Masyarakat

m enjelajahi keseluruhan daur program bagi sem ua stakeholders.


K om ponen ini sangat esensial dalam proses pendam pingan,
karena keseluruhannya m erupakan titik tolak kegiatan ke depan.
O leh karena itu uraian lebih jauh terhadap kom ponen strategic
planning dalam tulisan ini difokuskan khusus pada penelaahan
situasi lingkungan.
Stace dan D unphy (1994) m enyajikan tiga pendekatan
untuk m elakukan penilaian terhadap lingkungan, yaitu (I)
strategic seenarios analysis, (2) customer analysis, dan (3)
critical isu strategies.
Strategic Seenarios Analysis (SSA ) m encakup penilaian
terhadap kem ungkinan-kem ungkinan m asa datang pada aspek-
aspek berikut: pelanggan (pasar), teknologi, hasil/pelayanan,
tenaga kerja, stakeholder/shareholder, sum ber daya, dan
pesaing. A nalisisnya bukan untuk m em prediksi situasi masa
datang, tetapi m enem patkan konteks m asa datang dalam situasi
sekarang. Hasil akhirnya bukan pada gam baran akurat tentang
m asa depan, tetapi m engam bil keputusan saat ini berkenaan
dengan m asa depan.
Customer Analysis (C A ) tidak berorientasi pada peningkatan
produksi tetapi berorientasi kepada upaya m em enuhi preferensi
dan kebutuhan pelanggan. Pertanyaan-pertanyaan pokok
yang perlu dijelaskan dalam analisis ini adalah: ( I ) apa yang
dipikirkan oleh pelanggan? (2) apa kebutuhan pelanggan?
(3) apa keinginan pelanggan? dan (4) apa yang diinginkan

k e k u a ta n d an k e k m a h .n i m a lu o rg a n n a s i , (iii) m e n ila i k e b u tu h a n xfaMtolder; te k a n a n


makehc/tJer, d an
b u k a n |v n la a p a y a n g a k a n d ih a s ilk a n , te ta p i a p a y an g d ip c itu k a n o te h
( i v ) p a rtis ip a s i, s e m u a sMkehotdcr p a d a b e rb a jta i lev e l h a ru s b e rp e ra n a k t i f p a d a setiap
ta h a p a n k e g ia ta n .

110
© © i f O d U l - 10:20

Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

oleh pelanggan pada masa datang? (Pelanggan dalam hal ini


hendaknya diartikan sebagai anggota komunitas).
Critical Strategic /ssue (CS1) digunakan untuk menilai
isu-isu jangka pendek (12-24 bulan). CSI menyajikan metode
analisis isu terstruktur yang memiliki potensi mempengaruhi
kinerja usaha. Isu-isu tersebut kemungkinan bersifat positif
atau negatif di dalam dan di luar lingkungan bisnis. Namun
demikian, isu-isu tersebut secara keseluruhan memiliki
pengaruh potensial terhadap kemampuan organisasi mencapai
tujuannya dalam 12 atau 24 bulan berikutnya. CSI merupakan
isu-isu yang berkaitan dengan kinetja organisasi.
Diskripsi secara rinci mengenai konsep CSI dan metodenya
dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. setiap anggota organisasi mengidentifikasi empat sampai
lima isu yang berkaitan dengan kinerja organisasi;
2. isu-isu tersebut dikelompokkan, membentuk suatu daftar
yang terdiri dari dua puluh sampai dua puluh lima isu;
3. isu-isu yang telah didaftar direview untuk memperjelas
ketertumpang-tindihannya, dan kelompok mereduksi isu-
isu tersebut menjadi 8 hingga 10 isu yang diperkirakan
memiliki potensi besar memengaruhi usaha, positif atau
negatif dalam waktu tertentu; dan
4. kelompok kemudian memberikan dua penilaian terhadap
setiap isu, yaitu:
a. apa pengaruh potensial isu-isu tersebut pada kinerja
usaha (rendah, signifikan atau besar)? dan
b. bagaimana tingkat kepentingan isu-isu tersebut untuk
diatasi (rendah, signifikat atau mendesak)?

II I
© S ah ab atN e tra A n d ro id ...!!!

P e n g e m b a n g a n M a s y a ra k a t

Ketiga faktor sebagai dampak (rendah, signifikan dan besar)


dengan ketiga tingkat kepentingan dapat ditunjukkan dengan
suatu matriks. Setiap isu kemudian diposisikan pada matriks
pada persilangan faktor pengaruh dan tingkat kepentingan.
Cara ini merupakan metodologi yang sangat kuat karena
mencakup penilaian terhadap tingkatan pengaruh dan tingkatan
kepentingannya. Oleh karena itu CSI dipandang memiliki daya
analisis yang lebih tajam dibanding dengan analisis SWOT
yang digunakan oleh banyak organisasi. Dalam CSI maksimum
dihasilkan sebanyak 8 sampai 10 isu. sedangkan dalam SWOT
diperoleh 20 hingga 40 isu.

4. Logical Framework Approach (LFA)


Seperti dijelaskan oleh Consultants o f ANUTECHDevelopment
International

•'Application o fth e LFA (Logical Framework Approach)


helps to bring all the stakeholders w ho are either
ultimately aftected by or who have some interest in
a development program could be brought together to
formulate a Focal Problem. Once the Focal Problem is
formulated, it is possible to develop clear organisational
objectives (GOAL, PURPOSE and OUTPUTS), which
deseribe the “W hy" and the “What” o f the desircd states.
Unfortunately, they do not present the means o f achieving
the ends. The Action Plan (ACTIVITIES + INPUTS)
givcs us the “ How" or the set o f steps rcquircd to achicvc
the Outputs and thereby the Purpose o f the Program. In
achieving the Purpose o fth e Program, w c would be going
a long way to achieving the Goal o f the program."

Logical Framework Approach (LFA) dilaksanakan


dalam suatu lokakarya (workshop) secara bertahap dan

112
© © □ L iii - 10:21

M etode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

berkesinam bungan, yang diterapkan dalam suatu kelom pok


yang m ew akili sem ua stakeholder yang terkait dengan
program yang direncanakan (seperti program pengem bangan
kom unitas). R encana-rencana program yang dihasilkan terus-
m enerus ditinjau kem bali berdasarkan perkem bangan situasi
dan sesuai dengan jadw al yang ditetapkan bersam a.
Berdasarkan sejum lah pengalam an dalam berpartisipasi
dan m enerapkan LFA, dapat diidentifikasi beberapa ciri spesifik
dari LFA, yaitu:
1. LFA m enggunakan teknik visualisasi yang m am pu
m em bantu m eningkatkan efisiensi dan efektivitas proses
perencanaan dan pengelolaan program ;
2. LFA m erum uskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai sccara
jela s sehingga ikut m endorong tercapainya pengam bilan
keputusan (m ufakat) pada saat adanya pendapat dan
harapan yang berbeda dari stakeholders:
3. LFA m enyusun informasi sccara sistem atik sehingga
m em udahkan pengam atan terhadap koherensi di antara
berbagai kom ponen program dengan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai;
4. LFA m enghasilkan sebuah Rancangan Program yang
konsisten dan realistis. R ancangan tersebut biasanya
dikenal dengan nam a M atriks Perencanaan Program ;
5. LFA m enyajikan ringkasan rcncana-rcncana program pada
satu halam an sehingga m em udahkan penjelasan konsepsi
program tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan;
6. LFA m em iliki seperangkat alat-alat perencanaan yang
terdiri dari:

113
© Pesan dari +62 823-3295-9271 @

Pengembangan Masyarakat

1. A nalisis K e ad aan
A nalisis M asalah
A nalisis Tujuan
A nalisis A lternatif
A nalisis Pihak Terkait

2. R a n c a n g a n Im p le m en tasi A aksi
Rancangan Program dikenal dengan nam a M atriks
Perencanaan Program

3. R a n c a n g a n P e la k sa n a a n Aksi
R encana Pelaksanaan K egiatan Program m erupakan
pedom an kerja yang secara rinci m engalokasikan
w aktu, personil, sarana dan biaya yang diperlukan
untuk m elaksanakan sem ua kegiatan program . Rencana
pelaksanaan program terdiri dari rencana kegiatan dan
rencana biaya.

4. R a n c a n g a n P en g e n d alian Aksi
R ancangan Pengendalian adalah upaya-upaya yang
harus dilakukan secara terus-m enerus ataupun
berkala untuk m enjaga agar pelaksanaan program
m encapai hasil, sesuai dengan rencana-rencana yang
telah ditetapkan. Hasil-hasil pengendalian menjadi
dasar penyesuaian rencana-rencana pada tahap-tahap
pelaksanaan selanjutnya. Pengendalian m encakup
pem antauan dan pengam bilan tindakan korektif.
Dari berbagai pengalam an yang sam a ju g a dapat
dirum uskan beberapa tahap pelaksanaan LFA, yaitu:

114
M etode-m etode P artisipatif dalam P engem bangan M asyarakat

1. Pendahuluan
Penentuan hidang, nam a, tempat, dan jangka waktu
pelaksanaan program serta mengidentifikasi pihak-
pihak yang berkepentingan terliadap program , baik
dari segi dana, pelaksanaan, m aupun perolehan
manfaat dan pelestariannya. Hasil studi sebelum nya
dapat digunakan sebagai m asukan terhadap kegiatan
ini.

2. Tahap Pertama
M elaksanakan A N A LISIS PERM A SA LA H A N
berdasarkan inform asi yang diberikan peserta
lokakarya.

3. Tahap Kedua
M elaksanakan A N A L ISIS T U JU A N berdasarkan
A nalisis Perm a-salahan yang telah dirum uskan.

4. Tahap Ketiga
M elaksanakan A N A L SIS ALTERNATIF ber­
dasarkan A nalisis Tujuan yang telah dirum uskan
pada Tahap Pendahuluan.

5. Tahap Keempat
M enyusun A N A L ISIS PIHAK T E R K A IT ber­
dasarkan identifikasi yang telah dilakukan pada
Tahap Pendahuluan.

6. Tahap Kelima
M enyusun M ATRIKS PEREN CA N A A N PRO ­
G RA M berdasarkan A nalisis A lternatif dan
Analisis Pihak Terkait.
Pengem bangan Masyarakat

7. Tahap Lanjutan
Menyusun RENCANA KEGIATAN dan KE­
RANGKA PEMANTAUAN berdasarkan Matriks
Perencanaan Program yang telah dilengkapi dan
disempurnakan.

Participatory Impact Monitoring (PIM )


Participatory impact monitoring (PIM ) merupakan alat analisis
baru untuk mengelola suatu program. Alat ini relatif jauh lebih
mudah dibanding dengan alat analisis yang pemah ada. PIM
didesain untuk proyek-proyek yang ditangani sendiri (self-help
projccts), dalam bentuk kelompok atau organisasi yang mandiri,
termasuk organisasi akar rumput. Disebut proyek karena
kelompok atau organisasi menangani semua aktivitas untuk
mcmccahkan masalah khusus dalam lingkungan aktivitasnya.
Peran pendamping adalah memfasilitasi terwujudnya PIM
dalam proyek (pengembangan komunitas).
PIM hanya dapat bekerja jika terpenuhi kondisi-kondisi
berikut: (1) ada pertemuan kelompok secara reguler (misalnya
sebulan sekali); (2) anggota memiliki perhatian tertentu dan
terdapat kegiatan pengambilan keputusan secara bersama; (3)
kepemimpinan yang selalu berkonsultasi dengan sesama anggota
sebelum mengambil keputusan; dan (4) anggota kelompok mau
meluangkan waktu— mungkin lebih dari sebelumnya dalam
mengelola proyek.
Prasyarat lain adalah jika kelompok tersebut difasilitasi
oleh organisasi lain seperi LSM atau lembaga dana lainnya,
maka kondisi lain yang harus terpenuhi adalah:
1. ada kcpcrcayaan dan keinginan timbal-balik untuk
mengelola proyek dengan PIM;
© © [D..II J 10:22

Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

2. aktor-aktor lain yang disertakan dalam proyek berkeinginan


untuk menerima perubahan dalam proyek, seperti
menyesuaikan konstribusi mereka terhadap kebutuhan
kelompok; dan
3. fasilitator dengan sendirinya harus tegas dalam dukungan
metodologi; diskusi kelompok harus dilakukan oleh
kelompok itu sendiri.

Cakupan dan langkah-langkah kegiatan PIM dalam


mengelola suatu proyek, adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konteks proyek sehingga dapat melakukan
monitoring dengan baik, yang mencakup pengetahuan
mengenai: (a) kesulitan melakukan monitoring; (b) apa
yang harus dimonitor; dan (c) bagaimana melakukannya;
dan
2. Langkah-langkah pengenalan dan pengelolaan berbasis
kelompok dan pertanyaan-pertanyaan kunci yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
Langkah Pendahuluan:
Langkah 1: Apa yang harus diamati?
Kondisi yang diamati adalah: (I) arti kelompok (jumlah orang,
tempat tinggal dan ikatan-ikatan pembentuk kelompok); (2) arti
kemandirian kelompok; (3) arti kontek sosial kelompok; (4) bidang
kegiatan mana yang paling mendekati kebutuhan partisipan; dan (5)
harapan dan kekuatiran apa yang dihadapi oleh kelompok?

Langkah 2: Bagaimana mengamatinya?


Didasarkan pada indikator-indikator yang ditentukan oleh kelompok
dalam bentuk target-target yang mereka ingin capai dalam kurun

117
© CINTA RASUL

Pengem bangan M a s^ ra k a i

waktu tertentu. Hal ini mencakup sampai mana dibuai catatan-


catatan oleh anggota, oleh kelompok: proses/hasil musyawarah
dalam hal sesuatu usaha dalam hal input/jam dan hari kerja, hasil
usaha, dan catatan produk.
Di mana informasi mengenai kegiatan kelompok ditemukan?

Langkah 3: Siapa yang mengamati?


Apakah ada mekanisme pemantaun oleh partisipan, adakah kelompok
khusus yang diberi tugas oleh kelompok untuk melakukan pemantauan,
dalam bentuk apa hasil pemantauan tersebut didokumentasikan, dan
apakah data tersebut terbuka bagi partisipan?

Langkah 4: Bagaimana mendokumentasikan hasil?


Informasi mana yang harus dikumpulkan dan untuk siapa, di mana
dan bagaimana?

Langkah 5: Apa yang diamati?


Perubahan apa yang terjadi dalam kelompok? Termasuk di dalamnya
perubahan dalam pola nalkah, arti bertani dan usaha tani lain, arti
sumber nafkah lain.

Langkah 6: Mengapa hasilnya demikian?


Hasil dari suatu kegiatan harus didiskusikan dan dianalisa. Jika
dalam diskusi atau analisa jawabannya “ya" atau "tidak" maka harus
diperjelas lagi, dan lebih rinci. Pertanyaan penting lainnya adalah:
( I ) apa pengaruh dari suatu hasil kegiatan terhadap kelompok; (2)
apakah pengembangan organisasi dapat dilakukan dari hasil yang
telah diperoleh; dan (3) apa pengaruhnya terhadap individu.

118
M etode-m etode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

Langkah 7: Apa kegiatan selanjutnya?


Hal ini menyatakan aspek apa yang dapat dipengaruhi oleh kelompok
pada masa datang? Aksi-aksi selanjutnya harus dirancang berdasarkan
hasil-hasil yang telah dicapai. Pertanyaan-pertanyaan kunci adalah:
tindakan apa yang diperlukan? Siapa diantara anggota yang paling
tepat untuk “memimpin” pelaksanaan kegiatan itu? Siapa yang harus
disertakan? Kapan harus dilakukan.

Mendokumentasikan keputusan-keputusan yang diambil


Melakukan perubahan dalam sistem monitoring (jika diperlukan/.

6. Foeus Group Diseussion (FGD)


Focus Group Diseussion (FGD) adalah wawancara kelompok
dari sejumlah individu dengan status sosial yang relatif sama,
yang memfokuskan interaksi dalam kelompok berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh pendamping
yang berperan sebagai moderator dalam kelompok diskusi
tersebut (Stewart and Shamdasani, 1990; Krueger, 1988; dan
Morgan. 1988). Hasil wawancara dari metode FGD adalah
berupa suatu manuskrip dari diskusi kelompok tersebut.
Partisipan atau peserta FGD dalam suatu diskusi tidak lebih
dari 10 orang dengan status sosial atau tingkat jabatan (formal)
yang relatif sama. Oleh karena itu pemilihan partisipan atau
peserta menjadi sangat selektif dan tergantung dengan topik
yang akan didiskusikan (dalam hal ini, topik diskusi adalah
yang relevan dengan Program Pengembangan Komunitas)
dan "keberhasilan" pelaksanaan sangat tergantung dari pada
peranan pendamping sebagai moderator FGD.
© © □ ..II . 10:22

Pengembangan Masyarakat

Secara keseluruhan FG D akan dilaksanakan m ulai dari


tingkat kelom pok, kom unitas, dan lokalitas. O leh karena itu,
teba dan kedalam an diskusi akan berbeda di antara tingkatan
tersebut. D em ikian pula peserta atau partisipan dalam FG D akan
berbeda di antara tingkatan tersebut. Lam a diskusi berlangsung
sangat tergantung dari peranan dan kem am puan m oderator
m em im ipin dan m enggali pertanyaaan-pertanyaan sehingga
tim bul diskusi di antara partisipan. A pabila setiap partisipan
secara k u m ulatif m am pu m engekspresikan pandangan, gagasan,
dan argum entasinya rata-rata 30 m enit, m aka pelaksanaan FGD
m em butuhkan w aktu selam a 5 jam .
L angkah pertama, pendam ping perlu m elakukan
“pendekatan" kepada partisipan di tingkat kelom pok,
kom unitas, atau lokalitas untuk m enjelaskan latar belakang dan
tujuan dilaksanakan FGD. Pendekatan tersebut ju g a harus dapat
m enghasilkan rencana w aktu dan tem pat pelaksanaan FGD.
L angkah kedua, dengan m enggunakan w ew enang formal
baik di tingkat lokalitas m aupun kom unitas, m engundang
peserta atau partisipan FGD.
L angkah ketiga , sebelum FG D dim ulai, pendam ping perlu
m enguasai gam baran struktur sosial ekonom i m asyarakat dan
dinam ika kom unitas di daerah tersebut. Kem udian m oderator
perlu m enjelaskan kepada partisipan bahw a diskusi dengan
m etode ini diharapkan bisa m em peroleh visi dan pandangan
“daerah" terhadap pengem bangan kom unitas di kaw asannya.
K arena m oderator selain berperan m engarahkan jalannya
diskusi sesuai dengan tujuan dan topik yang dirum uskan agar
tercipta suatu situasi dan kondisi diskusi yang sehat dan terbuka,
juga harus m am pu “m elem parkan" butir-butir pertanyaan atau
perm asalahan yang strategis tentang pengem bangan kom unitas.

120
M etode-m etode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

Langkah keempat, ketika FGD berlangsung, ada dua hal


yang perlu dilakukan, yaitu: (a) “ Merekam” seluruh jalannya
dan pembicaraan dalam diskusi (di samping diskusi tersebut
direkam kc dalam casscttc); (b) “M ensuplai" butir-butir
pertanyaan yang dikembangkan selama diskusi berlangsung
kepada moderator agar pembahasan semakin “tajam” dan
jelas arahnya. Di samping itu. dimungkinkan pula pertanyaan-
pertanyaan tersebut “dilemparkan" langsung dalam diskusi
tersebut.
Langkah kelima , ketika FGD berlangsung, moderator
harus mampu memberikan kesempatan yang seimbang kepada
seluruh partisipan untuk mengekspresikan pandangan dan
gagasannya tentang pengembangan komunitas, dan yang
sangat penting dalam FGD tersebut adalah moderator harus
mampu memunculkan "perdebatan" di antara partisipan tentang
pengembangan komunitas.
Langkah keenam, hasil tertulis yang “direkam" dari FGD
digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan butir-butir
pertanyaan yang lebih tajam dari pertanyaaan umum yang telah
dirumuskan sebelumnya.

Zielobjeeliev Orientierte Project Planning (/.O P P )


Sebagai suatu metode perencanaan, ZOPP secara resmi
diperkenalkan oleh GTZ (Gesellschaft fur Technische
Zusammcnarbiet) pada tahun 1983. Selanjutnya ZOPP selalu
diaplikasikan dalam merencanakan proyek dalam fase persiapan
maupun implementasinya. Bahkan sejak tahun 1986 ZOPP
wajib digunakan dalam percncanaan proyek. Itu sebabnya
metode ini sangat populer di Indonesia, terutama pada program
dan proyek yang dibiayai oleh pemerintah Jerman.
P engem bangan M asyarakat

Kelebihan ZO PP lerletak pada kem am puannya m enjam in


adanya konsistensi berpikir dan prosedur serta adanya
pem aham an yang sam a akan istilah-istilah yang digunakan
ZOPP, selain m eningkatkan kualitas pcrcncanaan. sekaligus
dapat m em fasilitasi kom unikasi dan kerja sam a antara berbagai
pihak yang terlibat dalam suatu proyek. Z O PP banyak digunakan
untuk m enjam in agar dapat diperoleh peran serta yang intensif
sejak tahap aw al perencanaan proyek dari seluruh pihak yang
berperan di dalam proyek atau terkait oleh proyek. Hasil dari
kegiatan pcrcncanaan yang m enggunakan m etode Z O PP adalah
suatu kerangka kerja yang logis (logical framework), yaitu
suatu m atriks pcrcncanaan yang m enggam barkan struktur dasar
proyek secara m enyeluruh.
Pengertian proyek atau program dalam naskah ini adalah:
Suatu usaha pem baharuan atau perbaikan suatu keadaan dengan
m enetapkan terlebih dahulu tujuan, jangka waktu, w ilayah dan
kelom pok sasaran.
O leh karena itu, suatu proyek atau program bukanlah
m elaksanakan kegiatan-kegiatan rutin. T ugas utam a proyek
atau program adalah m em buat atau m engusahakan agar
sem ua individu dan lem baga yang terkait di dalam proyek
atau program dengan kem am puan sendiri dapat m elanjutkan
kegiatan-kegiatan yang telah dirintis oleh proyek atau program
dan dapat m em ecahkan m asalah-m asalah yang tim bul setelah
proyek atau program bantuan berakhir.
U ntuk m enjam in agar diperoleh peran-serta yang intensif
sejak tahap awal perencanaan proyek atau program dari seluruh
pihak yang berperan di dalam proyek atau program atau terkait
oleh proyek atau program , m aka usulan agar pcrcncanaan
proyek atau program m engikuti jalur-jalur m etode perencanaan
© © □ ..II . 10:23

M etode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

partisipasi. Bila m etode perencanaan partisipasi ditetapkan,


hasil akhir dari kegiatan pcrcncanaan adalah suatu kerangka
kerja proyek atau program yang logis, yaitu suatu m atriks
pcrcncanaan yang m enggam barkan struktur dasar proyek atau
program secara m enyeluruh.
Pcrcncanaan partisipasi terdiri dari tiga unsur yang saling
m endukung:
1. M etode m erupakan pedom an dalam kegiatan-kegiatan
kelom pok perencanaan
2. Pcrcncanaan oleh kelom pok sebagai cara yang berdaya
guna untuk m em pelajari m asalah-m asalah m ultisektoral
3. Teknik peragaan yang digunakan untuk m erekam
sum bangan pem ikiran dan hasil pem bahasan para peserta
proyek atau program .

Pengalam an m enunjukkan bahw a kerja sam a antara


berbagai pihak akan berjalan lancar dan lebih berhasil apabila
pihak-pihak tersebut telah sepakat terlebih dahulu tentang
tujuan-tujuan yang dicapai. Perencanaan partisipasi dapat
m em bantu untuk m elihat tujuan-tujuan tersebut dengan lebih
je la s dan akan m enyatakannya dengan rum usan yang tepat
dan m udah dim engerti. Tujuan yang berm anfaat hanya dapat
dirum uskan bila sebab-sebab dan akibat dari m asalah-m asalah
yang akan ditanggulangi telah dianalisis secara m endalam
(A nalisis Perm asalahan). M asalah dalam hal ini bukanlah
hipotesisi yang berdasarkan pem ikiran teoritis, tetapi haruslah
m erupakan m asalah-m asalah yang benar-benar dialam i oleh
m asyarakat, kelom pok tertentu dari m asyarakat atau lem baga
dari m asalah tersebut m ungkin untuk diatasi. O leh karena itu,
selain m enganalisis m asalah-m asalah, sem ua kelom pok yang

123
© © t o S U - 10:23

P engem bangan M asyarakat

terkait dengan kelom pok harus di bahas, terutam a m engenai


keinginan/kepentingan m ereka (A nalisis Peran). Berdasarkan
analisis perm asalahan dengan ju g a m em perhatikan hasil-
hasil dari A nalisis Peran m aka dirum uskanlah suatu tujuan
(A nalisis Tujuan). A nalisis T ujuan m em perlihatkan berbagai
cara penanggulangan'pem ecahan dari m asalah yang telah
tcrcantum pada A nalisis Perm asalahan. Berpangkal dari cara
penanggulangan m asalah yang telah dipilih, tujuan-tujuan
proyek atau program diturunkan dari A nalisis Tujuan dan disusun
sebagai suatu rangkaian tujuan sehingga m em perlihatkan
strategi proyek atau program yang berkesinam bungan, terarah
dan realistis.
Strategi proyek atau program tercantum pada kolom
pertam a dari M ATRIKS PEREN CA N A A N PRO Y EK (M PP)
yang m enunjukkan em pat tahapan, yaitu:
1. Sasaran proyek atau program adalah tujuan pem bangunan
yang ingin dan dapat disum bangkan dengan tercapainya
m aksud proyek atau program .
2. M aksud proyek atau program m erupakan tujuan inti dalam
rangka proyek atau program . A gar m aksud proyek atau
program tercapai sccara keseluruhan, m aka harus dicapai
beberapa Hasil Kerja Proyek atau program .
3. Setiap Hasil Kerja Proyek atau program adalah hasil dari
terlaksananya beberapa kegiatan proyek atau program .
4. K egiatan proyek atau program m erupakan usaha proyek
atau program untuk seefisien m ungkin m encapai Hasil
Kerja Proyek atau program yang telah ditetapkan seefisien
m ungkin.

124
© © □ .,ll . 10:23

Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

Pengaruh-pengaruh luar yang dapat mem engaruhi proyek


atau program dinyatakan sebagai Asum si-asumsi Penting (kolom
keem pat dari MPP). Asumsi-asumsi Penting m enunjukkan
seberapa jauh keberhasilan proyek atau program yang
dilaksanakan tergantung pada lingkungannya dan mem ungkinkan
kita untuk selalu m engam atinya, menilai kembali dan m elakukan
tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh yang
dapat m engganggu keberhasilan proyek/program.
In d ik a to r-in d ik a to r (kolom kedua dari M PP) dibuat untuk
Sasaran Proyek/Program, M aksud Proyek/Program dan setiap
hasil kerja proyek/ program . Indikator-indikator ini m erupakan
alat penguji/pem buktian untuk m enilai sejauh m ana tujuan-
tujuan telah dapat dicapai berdasarkan S u m b e r P e m b u k tia n
(kolom ketiga dari M PP) yang telah ditetapkan. Dengan
dem ikian m elalui indikator-indikator serta spesifikasi dari
Sarana Proyek/Program yang diperlukan suatu proyek/program
dapat dianalisis dan dipantau sccara kuantitatif. Indikator-
indikator yang ditetapkan haruslah m em beri batas w aktu yang
je la s m engenai tahapan tercapainya tujuan-tujuan pada saat
tertentu, sehingga evaluasi dan pem antauan dapat dilakukan
terus -m enerus ketika proyek/program sedang berjalan.
K elom pok kerja yang m enggunakan Perencanaan Partisipasi
akan m enghasilkan suatu saran siap pakai untuk m engam bil
keputusan. Lem baga-lem baga yang terkait dapat m enentukan
tujuan dari proyek/program kerja sam a m em perkirakan biaya-
biaya dan resiko-resiko yang m elekat, serta m em buat rencana
yang lebih rinci m engenai bagian sum bangan yang dibutuhkan
dari setiap pihak. Rencana Perencanaan Partisipasi yang telkah
dirancang dan disetujui bersam a haruslah selalu disesuaikan
dan diperbaharui sccara berkala sesuai dengan pengalam an-

125
© © □U l 10:24

Pengem bangan Masyarakat

pengalaman yang diperoleh dalam melaksanakannya. Bila


diterapkan dengan cara tersebut, maka Perencanaan Partisipasi
merupakan suatu alat bantu untuk tercapainya suatu pembahasan
{Dialog) yang sistematis di antara para pelaku proyek/program
mengenai arah dan tujuan dan kerja sama mereka sebagai
dasar bagi proses belajar yang diangkat dari analisis terhadap
pengalaman-pengalaman yang diperoleh bersama.
Sangatlah penting bahwa kelompok kerja perencanaan
terdiri dari berbagai bidang ilmu. Sama pentingnya untuk
mengikutsertakan lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok
sasaran yang terkait dengan keberhasilan proyek/program serta
para pembuat keputusan pengelola proyek/program. Peran
serta pihak-pihak tersebut tidak hanya penting pada tingkat
pembuatan rencana tetapi juga sebagai tanda adanya keterkaitan
mereka terhadap proyek/program, yang merupakan prasyarat
untuk berhasilnya proyek/program.
Aplikasi perencanaan partisipasi ak tif meliputi: (I)
Perencanaan Partisipasi A ktif adalah seperangkat alat-alat
pcrcncanaan yang sederhana; (2) Manfaat Metode Pcrcncanaan
Partisipasi A ktif Menyusun secara sistematis seluruh keterangan
yang tersedia. Memungkinkan mufakat (konsensus) dari
berbagai pendapat. Membuat suatu ringkasan semua bagian
penting dari rencana proyek/program, ringkasan ini selanjutnya
dinamakan Matriks Metode Pcrcncanaan Partisipasi Aktif;
(3) Apakah Metode Perencanaan Partisipasi A ktif mampu
memecahkan segalanya persoalan? (Metode Perencanaan
Partisipasi A ktif merupakan salah satu sistem pcrcncanaan
yang praktis; Metode Perencanaan Partisipasi A ktif merupakan
sistem perencanaan yang terbuka; Mutu hasil perencanaan
dengan metode pcrcncanaan partisipasi aktif tergantung pada

126
© © [D..II - 10:24

M etode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

kem am puan/kreativitas kelom pok perencanaan dan inform asi


yang diberikan; M etode Perencanaan Partisipasi A k tif dapat
m enyelaraskan harapan dan pendapat yang berbeda-beda karena
konsensus dalam proses perencanaan sangat penting; M etode
Perencanaan Partisipasi A k tif m em bantu kita untuk dapat
m elihat m asalah-m asalah dan tujuan-tujuan proyek/program
pem bangunan dengan lebih jelas; dan M etode Pcrcncanaan
Partisipasi a k tif m em erlukan penerapan yang realistis); (4)
A lat-alat M etode Perencanaan Partisiapsi A k tif adalah: Analisis
Perm asalahan; A nalisis Tujuan; A nalisis A lternatif; Analisis
Peran; dan M atriks Perencanaan Proyek/Program
Pengertian dan cara m elakukan serta hal-hal yang perlu
diingat dari A lat-alat M etode Perencanaan Partisipasi A k tif
tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. A nalisis P e rm a s a la h a n
1. Pengertian
Analisis perm asalahan m erupakan suatu teknik untuk m eneliti
sem ua m asalah yang terkait dengan suatu kondisi m asalah inti
dan m em perlihatkan inform asi sebagai serangkaian hubungan
sebab-akibat.
2. Bagaimana Cara Melakukan?
Tahap 1: Sebelum m ulai m elakukan A nalisis Perm asalahan.
pastikan bahw a setiap orang yang berkaitan dengan
suatu m asalah ju g a terlibat dalam m erum uskan
m asalah. Pengertian setiap orang antara lain adalah:
O rang atau kelom pok yang m em peroleh m anfaat
dari pem ecahan m asalah; M ereka yang bertanggung
jaw ab untuk m engam bil tindakan;

127
© © [D..II - 10:24

Pengembungan Masyarakat

Tahap 2: T uliskan rum usan singkat dari "M asalah Inti” pada
kartu dan tem pelkan di papan:
Tahap 3: Telitilah m asalah-m asalah lainnya/kondisi-kondisi
n e g atif yang m enyebabkan inti tersebut, letakkan
kartu-kartu ini di baw ah m asalah inti;
Tahap 4: Telitilah m asalah-m asalah lain/kondisi n egatif yang
diakibatkan oleh m asalah inti, letakkan kartu-kartu
ini di atas m asalah tersebut
Tahap 5: T unjukkan sem ua hubungan sebab-akibat yang
penting dengan tanda panah;
Tahap 6: Periksa diagram secara keseluruhan dan kem udian
perluasan untuk m enjam in keabsahan dan
kesem purnaan analisis.
3. A pa yang Perlu Diingat ?
1. Pusatkan pikiran Anda pada m asalah-m asalah yang utama;
2. Janganlah terpaku pada perincian yang terlalu dalam pada
bagian A nalisis Perm asalahan;
3. M asukkanlah hanya pada m asalah-m asalah yang
dianggap penting oleh sebagian besar anggota kelom pok
Pcrcncanaan; dan
4. T unjukkanlah hanya hubungan sebab akibat yang UTAM A
dan LANG SUN G

2. A nalisis T u ju a n
I. Pengertian
A nalisis Tujuan m erupakan suatu teknik untuk m eneliti tujuan-
tujuan yang dicapai sebagai akibat dari pcm ccahan m asalah
yang telah disebutkan dalam analisis perm asalahan.

128
© Perwakilan Rakyat

M etode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

2. Bagaimana Cara Melakukannya?


Tahap 1: M ulailah dengan analisis perm asalahan kem udian
gantilah sem ua pernyataan keadaan n e g atif m enjadi
pernyataan keadaan positif. M ulailah dengan analisa
perm asalahan kem udian gantilah sem ua pernyataan
keadaan n e g atif m enjadi pernyataan keadaan positif.
Tahap 2: Teliti sem ua tujuan dan hubungannya agar m asuk
akal dan layak, serta apabila diperlukan, sesuaikanlah
analisis tujuan.
Tahap 3: Tunjukkanlah dengan tanda panah sem ua hubungan
tindakan hasil yang utam a dan langsung.
Tahap 4: Periksalah diagram sccara keseluruhan dan
kem udian tajam kanlah untuk m enjam in keabsahan
dan kesem purnaan analisis. Pernyataan-pernyataan
terdahulu m ungkin perlu dihapus, pernyataan-
pernyataan baru. Struktur A nalisis Tujuan m ungkin
berbeda dengan Struktur A nalisis Perm asalahan.

3. A nalisis A lte rn a tif


1. Pengertian
A nalisis A lternatif m erupakan suatu tehnik untuk m eneliti
beberapa pilihan strategi proyek / program yang dapat digunakan
untuk m encapai kondisi tertentu yang diinginkan (tujuan).
2. Bagaimana Cara Melakukannya?
Tahap I: Pelajari kem bali hubungan tindakan hasil pada
Analisis Tujuan. R um uskanlah beberapa alternatif
strategi proyek/ program .
Tahap 2: N ilailah setiap strategi proyek/program tersebut
dengan m enggunakan kriteria berikut ini: Kebutuhan

129
P engem bangan M asyarakat

sasaran proyek/program (anggaran, personil, dll);


Jangka waktu pelaksanaan proyek/program yang
tersedia; Peluang berhasilnya pencapaian tujuan-
tujuan; Apa saja yang sedang dikerjakan oleh pihak
lain (hilangkanlah tum pang-tindih); A pakah proyek/
program tersebut dapat memberikan sumbangan bagi
usaha-usaha lain? Kemungkinan kesinambungan/
perkembangan kegiatan dan dampak proyek/program
setelah proyek/program berakhir (sustainability)\
Dampaknya terhadap lingkungan; dan perbandingkan
keuntungan biaya dan sebagainya.
Tahap 3: Pilihan salah satu strategi proyek/program.

A nalisis P eran
Pengertian
M emberikan gambaran mengenai semua orang, kelompok,
organisasi dan lembaga yang bcrhubungan/bcrkcpcntingan
dengan proyek/program . M emperhatikan keinginan dan
harapan mereka dalam proses perencanaan proyek'program.
Bagaimana Cara Melakukannya?
Tulislah pada kartu-kartu nama semua orang dan kelompok
yang berhubunga/ berkepentingan dengan proyek/program;
Kclompokkanlah pihak-pihak tersebut, misalnya pewaris,
lembaga pelaksana proyek.' program dan stakeholder lainnya;
Sebutkanlah ciri-ciri, misalnya untuk lembaga pelaksana
proyek/program . jum lah mutu petugas, anggaran, dll ; Telaah
keinginan, harapan, potensi dan kelemahan mereka; dan Telaah
konsekuensinya bagi rencana proyek/program , misalnya
perubahan strategi proyek'program.
© © i f O d U l - 10:25

M etode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

5. M a trik s P e re n c a n a a n P a rtis ip a si a k tif (M P P )


1. Pengertian
Inti dari M etode Perencanaan Partisipasi A k tif adalah
MATRIKS PEREN CA N A A N PR O Y EK /PRO G RA M . M atriks
m em berikan suatu R IN G K A SA N pada satu halam an yang
m enerangkan:
M ENGAPA ingin m em buat proyek/program .
APAKAH yang ingin dihasilkan oleh proyek/program .
B A G A IM A N A K A H proyek/program akan bekerja untuk
m em peroleh hasil yang diinginkan.
M A NAK AH faktor-faktordi luarpengaruh langsung m anajem en
proyek'program yang perlu diaw asi dem i keberhasilan proyek/
program .
BAG AIM A NAK AH keberhasilan proyek/program dapat dinilai
secara objektif.
DARI M A NAK AH kita dapat m em peroleh data yang diperlukan
untuk m enilai keberhasilan proyek'program secara objektif.
Pem buatan MATRIKS PEREN CA N A A N PARTISIPASI
A K TIF adalah suatu proses bertahap yang biasanya perlu
dilakukan secara berulang-ulang (lterative Process), yaitu:
M ulailah dengan suatu gagasan proyek'program yang
m ungkin m asih mentah.
Kem udian perbaikilah sccara berulang-ulang, sehingga
isi MATRIKS PER EN C A N A A N PARTISIPASI AK TIF:
Lengkap, Taat azas/logis, dan Realistis.
2. Apa yang Perlu Diingat?
Sem ua unsur/kotak dari MATRIKS PERENCANAAN PROYEK-'
PROGRAM saling berhubungan.

131
Pengem bungan M asyarakat

Pem bahan isi dari suatu kotak m ungkin m engharuskan


perubahan isi pada kotak lain untuk m enjam in keterpaduan
dan keteguhan MATRIKS PE R E N C A N A A N PARTISIPASI
A K TIF PR O Y E K / PRO GRAM
Bagaimana Cara Menyusunnya?
Tahap 1: M ulailah dengan lajur/kolom pertam a yaitu Strategi
Proyek/Program , pilihlah M aksud Proyek,'Program
dan Sasaran Proyek/Program . M aksud Proyek/
Program adalah dam pak langsung yang dapat
dicapai sem ua Hasil Kerja yang dibuat oleh proyek
itu sendiri. Sasaran Proyek/Program adalah tujuan
di atas M aksud Proyek/Program . A pabila M aksud
Proyek/Program tercapai, m aka proyek/program
m enyum bang terhadap pencapaian Sasaran Proyek/
Program .
Tahap 2: Tetapkanlah apa saja yang harus dihasilkan oleh
proyek/ program agar M aksud Proyek.'Program
tcrcapai.
Tahap 3: Untuk setiap Hasil Kerja yang telah ditetapkan,
tentukanlah sejum lah Kegiatan yang ham s dilakukan
untuk m encapai Hasil Kerja tersebut.
Tahap 4: Kem udian m ulailah dengan lajur akhir Asum si-
asum si penting, yang m em uat antara lain: faktor-
faktor penting untuk keberhasilan proyek. Di luar
w ew enang langsung dari pengelola proyek/program
dan kelom pok sasaran.
Tahap 5: Kemudahan lanjutkanlah dengan kolom Indikator-
indikator yang dapat dibuktikan secara objektif. Maksud
Indikator-indikator ini adalah untuk membuktikan
© © □U l 10:25

Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat

setepat mungkin apakah Sasaran Proyek/Program.


Maksud Proyek/Program dan berbagai Hasil Kcija
telah tercapai.

Sebuah Indikator mengandung ciri-ciri: Kelompok sasaran;


Jumlah; Mutu: Waktu; dan Tempat.

133
© Pesan dari +62 858-3068-6912 @

7
P e n g o r g a n is a s ia n W a r g a K o m u n ita s

1. P e n g a n ta r
Warga kom unitas yang berpartisipasi daiam pengem bangan
m asyarakat perlu diorganisasi m enurut kepentingannya. Kepada
warga kom unitas,baik secara individual ataupun kelom pok, akan
diserahkan tugas-tugas sesuai dengan keperluan pengem bangan
m asyarakat. Pengorganisasian w arga kom unitas penting, karena
partisipasi w arga kom unitas dalam kegiatan pengem bangan
m asyarakat perlu diarahkan dalam tahap-tahap kegiatan: tahap
identifikasi m asalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
pem antauan, dan evaluasi. Dalam identifikasi m asalah dan
kebutuhan penting m elibatkan partisipasi w arga kom unitas.
Dalam pelaksanaannya, seorang community worker (CW)
dituntut untuk m em fasilitasi, dengan cara m engajak warga
kom unitas m engum pulkan inform asi dengan belajar bersam a
m elalui pendekatan dan m etode-m etode partisipatif. Dalam
kegiatan tersebut C W m em fasilitasi proses pengum pulan data,
analisisnya, dan m endorong w arga kom unitas untuk m encapai
konsensus m engenai kebutuhan dan m asalah yang dirasakan,
dan seterusnya sam pai dengan tahap pem antauan dan evaluasi.

134
© © □ .,1 1 - 10:26

Pengorganisasian Warga Komunitas

Warga kom unitas diikutsertakan dalam m enilai hasil kerja


m ereka berdasarkan penilaian m ereka sendiri.
Terdapat dua kategori tujuan utam a yang terkait dengan
pengorganisasian w arga kom unitas, pertam a, cenderung
m erujuk kepada tugas (task); dan kedua, cenderung m engacu
pada proses. Kategori tujuan yang berorientasi pada tugas
m enekankan pada penyelesaian tugas-tugas m ereka ataupun
pem ecahan m asalah yang m enggangu fungsi sistem sosial, seperti
penyediaan sistem pelayanan: penyediaan je n is pelayanan yang
baru; dan lain sebagainya. Sedangkan tujuan yang berorientasi
pada proses lebih berorientasi pada perluasan dan pem eliharaan
sistem yang bertujuan untuk m em apankan relasi kerja sam a
antara kelom pok dalam suatu kom unitas; m em bangun struktur
pem ecahan m asalah kom unitas yang terpelihara secara baik
oleh w arga kom unitas tersebut; m enstim ulasi w arga kom unitas
agar m em punyai m inat dan partisipasi yang luas terhadap isu-
isu dalam kom unitas; m engem bangkan sikap dan perilaku suka
bekerja sam a; serta m eningkatkan peranan kepem im pinan yang
berasal dari kom unitasnya (inJigenous leacfership). Tujuan
yang berorientasi pada proses tersebut m erupakan tujuan yang
m encoba m engintegrasikan w arga kom unitas (community
integration) dan tujuan yang m encoba m engem bangkan
kapasitas kom unitas (community capacity ) (R ukm into Adi,
2001).
M enurut Rothm an dan Tropm an (1987), ada tiga
pola pengorganisasian w arga kom unitas dalam kerangka
pengem bangan m asyarakat: (1) Pengem bangan Kom unitas
Lokal; (2) Perencanaan Sosial; dan (3) Aksi Sosial. M eskipun
dem ikian, di antara ketiga pola pengorganisasian warga
kom unitas tersebut m em iliki beberapa persam aan, seperti

135
Pengem bungan M asyarakat

pengem bangan m asyarakat diarahkan pada tingkat kom unitas


lokal, dan penem patan aksi sosial sebagai pendekatan yang
bersifat konflik dan konfrontatif.

Pola P e n g e m b a n g an K o m u n ita s L okal


Kategori tujuannya lebih m em berikan penekanan pada
proses, di m ana kom unitas diintegrasikan dan dikem bangkan
kapasitasnya (community integration <& community* capacity)
dalam upaya m em ecahkan m asalah w arga kom unitas secara
k ooperatif berdasarkan kem auan dan kem am puan m enolong
diri sendiri (selfhelp) sesuai dengan prinsip-prinsip dem okratis.
K om unitas lokal seringkali tertutupi oleh m asyarakat yang
lebih luas (larger society), dan m enyebabkan kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. K esenjangan dalam kom unitas
lokal dapat terjadi pada relasi antar pribadi yang “ berm akna"
dan keteram pilan m em ecahkan m asalah. K ondisi seperti ini
dapat m enim bulkan anomie, keterasingan (alienation), dan
kadangkala bisa m em unculkan kelainan jiw a di antara warga
kom unitas. A lternatif lain, kom unitas seringkali dipandang
sebagai ikatan tradisional yang dipim pin oleh kelom pok kccil
pem im pin-pem im pin konvensional, terdiri dari populasi yang
buta h u ru f dan m em punyai kesenjangan dalam keteram pilan
m cm ccahkan m asalah serta pem aham an m engenai proses
dem okrasi.
Dalam pengem bangan kom unitas lokal, strategi perubah­
annya dicirikan dengan ungkapan “ m arilah kita bersam a-sam a
m em bahas m asalah ini” . Dari ungkapan tersebut terlihat akan
upaya m engem bangkan keterlibatan w arga kom unitas sebanyak
m ungkin dalam upaya m enentukan kebutuhan yang mereka
rasakan (J'elt needs) dan m cm ccahkan m asalah mereka.
© © □ .,1 1 - 10:26

Pengorganisasian Warga Komunitas

Taktik dalam pengem bangan m asyarakat lebih m enekankan


pada pencapaian konsensus. Hal ini biasanya dilakukan m elalui
kom unikasi dan proses diskusi yang m elibatkan berbagai m acam
individu dan kelom pok. Dalam hal ini ditekankan pentingnya
teknik-teknik d eliberatif dan kooperatif pada penerapan
pengem bangan kom unitas lokal karena teknik-teknik tersebut
m em bedakan peranannya dengan peranan seorang aktivis
(yang lebih berpotensi pada aksi sosial), di m ana m ereka lebih
m enekankan pada pendekatan konflik.
Pada pengem bangan kom unitas lokal, peranan yang
dilakukan oleh C W lebih banyak m erujuk sebagai “enabler” ,
yaitu seorang CW yang m em bantu w arga kom unitas agar
dapat m engartikulasikan kebutuhan w arga kom unitas,
m engidentifikasi m asalah m ereka, dan m engem bangkan
kapasitas kom unitas agar dapat m enangani m asalah yang
m ereka hadapi secara lebih efektif. M edia perubahannya adalah
m elalui pcnciptaan atau kreasi kelom pok-kelom pok kecil
yang berorientasi pada tugas. Hal ini tentunya m em butuhkan
kem am puan untuk m em bim bing kelom pok-kelom pok tersebut
kc arah penem uan dan pem ecahan m asalah sccara kolaboratif.
Dalam pola ini, struktur kekuasaan sudah tercakup di
dalam konsep m engenai kom unitas itu sendiri. Setiap segm en
kom unitas dianggap sebagai bagian dari sistem klien. Selain
itu. anggota-anggota dari struktur kekuasaan ditem patkan pada
posisi sebagai kolaborator dari ventura yang bersifat um um . Oleh
karena itu, sebagai konsekuensinya, hanya tujuan yang dapat
m em unculkan kesepakatan yang saling m enguntungkanlah
yang dapat diterim a dan relevan. Sedangkan tujuan yang
terlalu m encerm inkan m inat dan kepentingan segm en tertentu
seringkali tidak dapat diterim a.

137
© © [3 ..ii 10:26

P engem bangan M asyarakat

Dalam pengem bangan kom unitas lokal, total kom unitas


biasanya didasarkan pada kesatuan geografis seperti rukun
warga, kam pung atau dusun atau dukuh, dan desa. M ereka
dalam kesatuan tersebutlah yang m enjadi klien dari CW.
Berbagai kepentingan kelom pok dalam kom unitas
bersifat mendasar. O leh karena itu diperlukan perm ufakatan
yang responsif terhadap pengaruh dari persuasi yang rasional,
kom unikasi, dan niat baik bersam a. Pengem bangan kom unitas
ini bersifat hum anistik dan m ereka m em punyai asum si bahwa
warga kom unitas akan m am pu m enangani m asalah yang
m ereka hadapi m elalui upaya berkelom pok. D alam hal ini, tentu
dibutuhkan kejujuran dalam berkom unikasi dan m em berikan
um pan-balik.
Dalam pola ini, klien dipandang sebagai w arga yang sederajat
yang m em iliki kekuatan-kekuatan yang perlu diperhatikan,
tetapi belum sem uanya dapat dikem bangkan dengn baik. CW di
sini berusaha m engem bangkan apa yang belum dikem bangkan
secara optimal tersebut dengan m em fokuskan pada kemam puan
(capability) klien. Dari pandangan ini terlihat bahwa setiap warga
kom unitas adalah sum ber daya yang berharga.
Di sam ping itu, peran klien dalam pengem bangan ko­
m unitas lokal dikonsepsikan sebagai partisipan a k tif dalam
proses interaksional satu dengan lainnya, ju g a dengan C W nya.
Penekanan utam a diberikan pada kelom pok dalam kom unitas,
di m ana w arga kom unitas bersam a berusaha belajar dan
m engem bangkan diri.

3. Pola P e re n c a n a a n Sosial
Dalam perencanaan sosial, kategori tujuan lebih ditekankan pada
task goal (tujuan yang berorientasi pada penyelesaian tugas).

138
© © □ .,1 1 - 10:26

Pengorganisasian Warga Komunitas

Pengorganisasian pcrcncanaan sosial biasanya berhubungan


dengan m asalah-m asalah sosial yang konkret dan nama-nam a
bagian (departem en) yang ju g a mencirikan hal ini. Seorang
perencana sosial cenderung m elihat kom unitas sebagai sejumlah
kondisi masalah sosial yang inti, atau masalah inti yang bersifat
khusus dengan m inat dan kepentingan tertentu.
Strategi dasar dari pola ini tergam bar dalam ungkapan
“m arilah kita kum pulkan fakta dan lakukan langkah-langkah
logis berikutnya". D engan kata lain, seorang perencana biasanya
berusaha untuk m engum pulkan fakta-fakta m engenai m asalah
yang dihadapi sebelum w arga kom unitas m em ilih tindakan yang
rasional dan tepat dilakukan. Perencanaan dalam pengum pulan
dan analisis fakta bisa saja m enggunakan tenaga di luar
kom unitas tersebut, begitu pula dalam upaya m engem bangkan
program dan kegiatan yang dilakukan. M eskipun dem ikian,
m ereka tetap m endasari tugasnya berdasarkan fakta dari warga
kom unitas tersebut.
Taktik dan teknik yang sangat berperan dalam perencanaan
sosial adalah teknik pengum pulan data dan keteram pilan untuk
m enganalisis. Taktik konsensus m aupun konflik m ungkin saja
diterapkan, tetapi sem ua itu tergantung dengan hasil analisis
perencana tersebut terhadap situasi yang ada.
Peran yang biasa digunakan oleh perencana sosial adalah
peranan sebagai expert (pakar). Peran ini lebih m enekankan
pada penem uan fakta, im plem entasi program , dan relasi
dengan berbagai m acam birokrasi, serta tenaga profesional dari
berbagai disiplin. Peran sebagai pakar setidak-tidaknya terdiri
dari beberapa kom ponen, yaitu:
1. diagnosis kom unitas

139
10:27

Pengembangan Masyarakat

2. keteram pilan m elakukan penelitian


3. inform asi m engenai kom unitas yang lain
4. saran terhadap m etode dan prosedur organisasi
5. inform asi teknis
6. kem am puan m engevaluasi.

M edia perubahannya adalah m anipulasi organisasi


(term asuk di dalam nya adalah relasi antarorganisasi) seperti
ju g a dengan pengum pulan dan analisis data.
Pada pcrcncanaan sosial, struktur kekuasaan biasanya
m uncul sebagai sponsor atau “ boss“ ( em p b yer) dari praktisi
(perencana). O leh karena itu, sangatlah sulit bagi seseorang
untuk m em bedakan antara para perencana dengan organisasi
yang m em pekerjakannya. Para perencana biasanya m erupakan
tenaga profesional yang terlatih dengan baik. Dalam
m em berikan pelayanan, ia m em butuhkan dukungan perangkat
keras dan perangkat lunak, serta bantuan dana dan fasilitas.
Biasanya seorang perencana hanya bisa m endapat dukungan
itu dari orang yang m em iliki kekuasaan. O leh karena itu dalam
perencanaan perlu dilakukan konsensus dengan kelom pok elit,
sebagai pem buat kebijakan dalam suatu pcrcncanaan organisasi.
K onsensus ini biasanya baru dapat tercapai hila ada dukungan
data yang faktual karena pcrcncana sangat m em entingkan data
yang faktual.
Klien dari pcrcncana sosial bisa m erupakan kesatuan
geografis, tetapi dapat pula m erupakan kesatuan fungsionalnya,
m isalnya kelom pok penyandang cacat, kelom pok profesi,
kelom pok pencinta buku, dan kelom pok-kelom pok lainnya.

140
© BHINNEKA T U N G G A L IKA

Pengorganisasian Warga Komunitas

Pada perencanaan sosial tidak ada asum si yang perv asif


m engenai tingkat konflik kepentingan. Pendekatan yang
m ereka lakukan lebih bersifat pragm atis, dan berorientasi untuk
m enangani m asalah tertentu, sehingga a ktor kurang m em ainkan
peranan di sini. Sehingga perm ufakatan ataupun konflik dapat
ditolerir dalam pendekatan ini, selam a tidak m enghalangi
proses pcncapaian tujuan.
Dalam perencanaan sosial klien lebih dilihat sebagai
konsum en dari suatu pelayanan dan m ereka akan m enerim a
serta m em anfaatkan program dan pelayanan sebagai hasil dari
proses perencanaan. M eskipun dem ikian, klien m em ainkan
peranan sebagai penerim a pelayanan. Klien a k tif m engkonsum si
pelayanan-pelayanan yang diberikan, tetapi bukan dalam proses
m enentukan tujuan dan kebijakan. Fungsi pem buatan kebijakan
dijalankan oleh si perencana setelah m elakukan konsensus
dengan elit.

4. Pola A ksi Sosial


Pendekatan aksi sosial m engarah pada task goal dan process
goal. B eberapa organisasi aksi sosial m em beri penekanan
pada upaya terbentuknya peraturan yang baru atau m engubah
praktek-praktek tertentu. Biasanya tujuan ini m engakibatkan
adanya modifikasi kebijakan organisasi-organisasi formal.
Seorang praktisi aksi sosial m em punyai cara berpikir yang
berbeda. M ereka lebih m elihat kom unitas sebagai hierarki dari
privilege dan kekuasaan. Target dari para praktisi aksi sosial
adalah w arga kom unitas yang m endapat tekanan, diabaikan,
tidak m endapatkan keadilan, dieksploitasi oleh pihak tertentu,
dan sebagainya.

141
© © □ .,1 1 - 10:27

Pengembangan Masyarakat

Strategi perubahan dari pola aksi sosial terlihat dari


ungkapan "m ari kita m engorganisir diri agar dapat m elaw an para
penekan kita". U ngkapan tersebut m erupakan kristalisasi isu-
isu yang dihadapi w arga kom unitas, yang kem udian m em buat
w arga kom unitas m engenali "m usuhnya" dan m engorganisir
diri dan m em bentuk aksi m assa untuk ganti m em berikan
tekanan terhadap kelom pok sasaran w arga kom unitas.
Para praktisi aksi sosial lebih m enekankan pada taktik
konflik sesuai dengan peran m ereka sebagai adivist/developer,
dengan cara m elakukan konfrontasi dan aksi-aksi langsung.
Selain itu dibutuhkan pula kem am puan untuk m em obilisir
m assa sebanyak m ungkin untuk m elaksanakan dem onstrasi
bahkan kalau perlu dengan m elakukan pem boikotan.
Pada pola aksi sosial, peran yang dilakukan oleh CW
lebih m engarah pada peran sebagai advokat dan aktivis. M edia
perubahannya adalah dengan m cnciptakan pengorganisasian
dan pergerakan m assa untuk m em pengaruhi proses politis. Oleh
karena itu, pengorganisasian m assa pada aksi sosial m enjadi isu
yang penting.
Struktur kekuasaan oleh para praktisi aksi sosial dianggap
sebagai target eksternal dari suatu tindakan, sehingga dapat
dikatakan bahwa struktur kekuasaan berada di luar sistem
klien. Struktur kekuasaan seringkali dianggap sebagai kekuatan
antitesis yang akan m enekan klien. Klien dari praktisi aksi
sosial biasanya m erupakan bagian dari w arga kom unitas
yang m em butuhkan bantuan. M ereka dapat dikatakan sebagai
kelom pok yang m em butuhkan pelayanan tetapi tidak terjangkau
oleh pelayanan tersebut; ataupun ditolak untuk m endapatkan
pelayanan tersebut. D alam pola aksi sosial, para praktisi lebih

142
© © □ .,1 1 - 10:27

Pengorganisasian Warga Komunitas

m elihat kelom pok-kelom pok tersebut sebagai “ tem an-tem an


partisan" dibandingkan sekelom pok klien.
Pada pola aksi sosial ada asum si bahw a kepentingan
dari m asing-m asing bagian dalam w arga kom unitas sangat
bervariasi dan sulit diam bil kata m ufakat. Seringkali cara-cara
ko e rsif harus dilaksanakan seperti m elakukan pem boikotan,
perundang-undangan, dan sebagainya sebelum penyesuaian
dapat terjadi. M ereka yang m em punyai kekuasaan d a n privilege
dari terhadap kelom pok-kelom pok yang kurang diuntungkan
tersebut seringkali tidak m au m elepaskan keuntungan yang
m ereka dapat. D orongan-dorongan dari kepentingan pribadilah
yang m enyebabkan m ereka m erasa bodoh kalau mereka
m elepaskan apa yang sudah m ereka m iliki. Dalam pola ini,
klien atau w arga kom unitas lebih dilihat sebagai "korban" dari
suatu sistem .
Dalam pola aksi sosial, klien biasanya m erupakan
"baw ahan" bersam a dengan praktisi aksi sosial, dan mereka
berusaha m endobrak sistem yang ada. Praktisi di sini ju g a
m em ainkan peranan sebagai “ baw ahan” dan "pelayan” warga
kom unitas, bersam a dengan tem an-tem an partisan mereka
m enjadi kelom pok penekan yang m encoba m em berikan tekanan
terhadap kelom pok elit.
Di sam ping ketiga pola pengorganisasian w arga kom unitas
di atas, dalam pengem bangan m asyarakat, terdapat pula
pola pengorganisasian yang lain, yang diadopsi dari disiplin
pem asaran, yaitu Pendekatan Pem asaran Sosial. Pendekatan
ini m em fokuskan pada upaya m em asarkan suatu produk sosial
kepada kelom pok sasarannya. Pendekatan ini m enem patkan
produk sosial sebagai produk inovatif untuk m engubah
persepsi w arga kom unitas terhadap suatu gagasan dan praktek

143
Pengem bangan Masyarakat

pelayanan yang relatif baru. Misalnya, apabila pemerintah ingin


memperkenalkan gagasan mengenai pentingnya memunculkan
budaya anti kekerasan, maka budaya anti kekerasan yang akan
ditawarkan sebagai suatu gagasan “baru” harus pula didukung
oleh praktek anti kekerasan dari para elit dan aparat pemerintah
yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dengan
warga komunitas. Sehingga warga komunitas sebagai kelompok
sasaran dapat melihat dan mencontoh dari apa yang dilakukan
oleh para elit dan aparatur pemerintah.
© © [D ..I I J 10:28

8
Peranan Pekerja dan O rganisasi Pengelolaan
Pengem bangan M asyarakat

Ada beberapa peranan yang dilakukan oleh pekeija pengembangan


masyarakat. Dalam suatu dimensi waktu tertentu, seorang pekerja
pengembangan masyarakat dapat berperan sebagai enabler atau
organizer atau educator. Peranan ini bergerak dari satu ke lainnya,
sehingga ia memiliki peranan ganda. Oleh karena itu, tampak jelas,
peranan yang disandang oleh pekerja pengembangan masyarakat
lebih sebagai seorang yang generalis. Meskipun demikian, peranan
seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan
kedalam empat peranan seperti berikut ini.

I. FaeUitative Roles (Fasilitator)


Dalam proses fasilitatif, peranan yang dapat dilakukan oleh
pekerja pengembangan masyarakat antara lain sebagai: (a)
orang yang mampu membantu anggota komunitas agar mereka
berpartisipasi dalam program pengembangan masyarakat,
dengan memberikan inspirasi, semangat, rangsangan, inisiatif,
energi, dan motivasi sehingga mampu bertindak. Animator yang
berhasil memiliki ciri-ciri: bersemangat, memiliki komitmen.

145
n © © C iU l - 10:28

Pengembangan Masyarakat

m em iliki integritas, m am pu berkom unikasi dengan berbagai


kalangan, m am pu m enganalisis dan m engam bil langkah yang
tepat, dan m udah bergaul dan terbuka (anim ator); (b) orang
yang m am pu m endengar dan m em aham i aspirasi anggota
kom unitas, bersikap netral, m am pu m encari jala n keluar, dan
m am pu bernegosiasi (negosiator); (c) orang yang m am pu
m em berikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam
struktur dan kegiatan kom unitas (suporter); (d) orang yang
m am pu m em bantu anggota kom unitas untuk m encari konsensus
yang dapat diterim a oleh sem ua pihak; (c) orang yang m am pu
m em berikan fasilitas kepada anggota kom unitas (fasilitator);
dan ( 0 orang yang m am pu m em anfaatkan sum ber daya dan
keahlian yang ada dalam suatu kom unitas.

2. EducationaI Roles (Pend idik )


Pengem bangan m asyarakat adalah suatu proses belajar yang
terus-m enerus, yang berusaha m enum buhkan kesadaran,
m enyam paikan inform asi kepada anggota kom unitas,
m enciptakan konfrontasi antarkelom pok-kelom pok dalam suatu
kom unitas untuk m enciptakan dinam ika internal dari suatu
kom unitas, dan m em berikan pelatihan berdasarkan topik yang
sesuai dengan kebutuhan anggota pengem bangan m asyarakat.

3. Represeniational Roles (U tu sa n a ta u Wakil)


Peranan ini berkaitan dengan interaksi pekerja pengem bangan
m asyarakat dengan lem baga-lem baga eksternal yang m em beri
keuntungan pada kom unitas m elalui: obtaining resourees.
advocacy, penggunaan m edia, hubungan m asyarakat, jaringan
antara pekerja pengem bangan m asyarakat dan pekerja yang
relevan, dan sharing pengalam an dan pengetahuan baik

146
© tu n a n e tra b erbagi ilm u

Pentium Pekerja dan Organisasi Pengelolaan Pengembangan Masyarakat

secara formal maupun informal antara pekerja pengembangan


masyarakat dan anggota pengembangan masyarakat.

4. Teehnieal Roles (Teknikal)


Dalam proses pengembangan masyarakat perlu melibatkan
keahlian dan teknik-teknik yang khas, terutama untuk melakukan
needassesmenl seperli: penguasaan beragam metode penelitian,
penguasaan komputer, kemampuan menyampaikan informasi
dan data, kemampuan mengelola program, dan pengawasan
keuangan program pengembangan masyarakat.

5. Keteram pilan Inti Pekerja Community Development


Berdasarkan beragam peranan dari pekerja pengembangan
masyarakat dan pengalaman di lapangan, maka dapat dirumuskan
beberapa keterampilan penting (disebut keterampilan inti) yang
sangat perlu dimiliki oleh pekerja pengembangan masyarakat,
yaitu:
1. Berkomunikasi Interpersonal: pekerja pengembangan
masyarakat berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena
itu dituntut kemampuan berkomunikasi antar peribadi
yang baik. Kapasitas yang dituntut dari komunikasi di
antaranya: dalam percakapan, komunikasi harus langsung
dan terfokus, memperhatikan lingkungan, pendengaran
yang baik, memperhatikan kultur dan tradisi, dan mampu
menggunakan "body language”.
2. M endinam iskan Kelompok: kapasitas yang dituntut
adalah pekerja pengembangan masyarakat mampu
mendinamiskan kelompok dalam suatu komunitas
dan mampu mengamati dinamika tersebut, membantu
kelompok ke arah konsensus, menginterpretasikan dan

147
© LELAKI SEJATI *

Pengembangan Masyarakat

merefleksikan kedinamisan kelompok, menghilangkan


tekanan dalam kelompok, dan menumbuhkan solidaritas.
3. M endidik K om unitas: keterampilan dalam mendidik
sangat dibutuhkan. Mendidik atau mengajar adalah proses
dua arah dan pekerja pengembangan masyarakat harus
belajar dari proses agar mendapat masukan dari anggota
komunitas.
4. M engaksesSum berdaya: seringkali peketja pengembangan
masyarakat membantu anggota komunitas atau kelompok
dalam mencari sumber daya untuk membangun struktur dan
mempertemukan “objcctives”.
5. M engatasi Konflik: keterampilan ini penting. Pekerja
pengembangan masyarakat harus mampu menengahi suatu
masalah dari beragam anggota atau kelompok komunitas,
mampu bersikap netral dan membantu orang berdialog
untuk mencari titik temu (konsensus).
6. M erepresentasi dan Advokasi: harus bisa mewakili
warga atas nama komunitas dan dalam advokasi
pekerja pengembangan masyarakat dituntut untuk dapat
mendengarkan dan memehami komunitas.
7. M enyam paikan Sesuatu di depan Publik: dalam
menyampaikan sesuatu atau pesan di depan publik, pekerja
pengembangan masyarakat dapat menyampaikan dengan
lancar, jelas, dan tidak membosankan.
8. M enguasai M edia: keterampilan ini mencakup kiat-kiat
menghadapi atau berhubungan dengan media massa dalam
hal menjawab pertanyaan dan mengatur waktu wawancara
yang diperlukan.

I4 S
n © © t D□ <il _ 10:29

Peranan Pekerja dan O rganisasi Pengelolaan Pengem bangan Masyarakat

9. M enggali dan M em bagi Pengalam an: pekerja pe­


ngembangan masyarakat mampu menggali pengalaman
anggota komunitas dan membagi pengalaman pribadi
kepada anggota komunitas sehingga pekerja pengembangan
masyarakat tidak menjadi "elite profesional".
10. M erum uskan G agasan-gagasan: pekerja pengembangan
masyarakat mampu mencari gagasan-gagasan dari anggota
komunitas yang kemudian dirumuskan menjadi suatu
gagasan utuh yang tidak membingungkan dalam program
pengembangan masyarakat.
11. M engelola K egiatan: pekerja pengembangan masyarakat
mampu mengelola kegiatan anggota komunitas dan
membantu mereka dalam berorganisasi sehinga
menghasilkan manajemen dan organisasi yang efektif.
12. M elakukan Penelitian: keterampilan dasar penelitian
sangat diperlukan. Bukan penelitian yang "njlim et", tetapi
minimal mampu mengumpulkan data primer dan sekunder
yang relevan dan menganalisis sccara sistematis.

149
n © © m t D O <il _ 10:29

P engem bangan M asyarakat

G am bar 2. Suatu Kerangka Kerja bagi Pekerja Pengembangan


M asyarakat (.4 Framework for Community Workers)

Keterampilan tidak dapat dipelajari dari buku atau di kelas,


tetapi bukan berarti tidak penting. "G uru" yang baik adalah guru
yang mampu membantu pekerja pengem bangan m asyarakat di
lapangan mengembangkan keterampilan dengan simulasi dan
masukan timbal-balik, lingkungan belajar yang kondusif, ruang
refleksi kritikal. dan tidak mengajarkan keterampilan dengan
cara yang sama dengan mengajar keterampilan teknik. Kerja
pengembangan masyarakat lebih merupakan seni dari pada
ilmu pengetahuan. Sccara kom prehensif dan terintegrasi "A

150
n © © f ' D O -<il - 10:29

Pentium Pekerja dan O rganisasi P engelolaan P engem bangan M asyarakat

F ram ew orkfor Community>Workers" yang dipaparkan dalam


tulisan ini divisualisasikan seperti pada G am bar 2.

6. Sepuluh l'eran P ekerja Pengem bangan K om unitas di


Lapangan
Peran pertam a dalam pengorganisasian kom unitas adalah
“ langkah untuk m enyatu" dengan yang m iskin dalam
kom unitas mereka. A ktivis pengem bangan kom unitas harus
berusaha m elebur dirinya dalam kom unitas yang m iskin untuk
m engetahui budaya, ekonom i, pem im pin, sejarah, iram a dan
gaya kehidupan dari kom unitas tersebut. M ereka m engunjungi
w arga kom unitas, terlibat dalam pem bicaraan kecil, m engam bil
bagian dalam kegiatan m ereka (um pam anya m enum buk padi),
ikut terlibat dalam diskusi-diskusi kelom pok tidak resm i, tinggal
bersam a m ereka dan m erasakan apa yang m ereka m akan,
apa yang jad i hiburan m ereka dan ikut dalam m usyaw arah-
m usyaw arah m ereka. Ini bukanlah hal yang m udah. M enurut
seorang aktivis pengem bangan kom unitas:

"Selama empat bulan saya tidak mampu merasakan


makanan mereka atau baunya. Lalu saya mulai
menyesuaikan diri dan mata saya terbuka. Saya melihat
keadaan yang sebenarnya d a ri pergumulan mereka
bagaimana rasanya menjadi miskin yang dari hari ke hari
berjuang untuk hidup, dan apa artinya memperjuangkan
tanah dan kemenangan-kemenangan yang mereka peroleh
dan frustrasi-frustrasi mereka seperti yang mereka sendiri
lihat. Saya melihat kehidupan kaum miskin seperti apa
yang mereka sendiri lihat, sejauh yang bisa dilakukan
oleh warga komunitas luar. Saya belajar mempergunakan
bahasa mereka yang sederhana. Saya mempelajari sampai

151
n © © t D[U.,ll _ 10:29

P engem bangan M asyarakat

yang terkecil dari kehidupan mereka yang menyebabkan


persoalannya menjadi hidup” .

Dalam proses “m enyatu" ini, beberapa hal akan dialami


oleh seorang aktivis pengem bangan kom unitas:
1. la harus m ulai m enghargai kom unitas dan m elihat aspek
pem bebasan dari budaya m ereka yang m am pu m em berikan
m ereka kekuatan berjuang. A pa yang dinam akan
"kebudayaan bisu” (culture o f silence) cum a abstraksi dari
para sosiolog. K aum m iskin sesungguhnya ulet, tekun dan
penuh dengan itikad baik. M ereka ju g a m em iliki seluruh
kelem ahan dari m anusia yang lain.
2. A ktivis pengem bangan kom unitas harus m elihat bagaim ana
analisis sosial yang m ungkin ia lakukan m engenai situasi
nasional bisa m enyatu dalam kehidupan kom unitas. Ia
harus bisa m elihat seberapa jau h analisis sosial tersebut
benar atau tidak, la harus bisa belajar dari kenyataan bahwa
analisis sosial bukan cum a sebuah abstraksi. Kenyataan
jau h lebih padat dan rumit.
3. la harus berusaha m elihat atau m erasakan tindakan Yang
M aha K uasa di antara m ereka yang m iskin, karena kaum
m iskin m endapat tem pat istim ewa.
4. Pada akhirnya ia harus bisa diterim a sebagai w arga dari
kom unitas tersebut.
5. A khim ya nilai-nilai serta gaya hidup sang aktivis
pengem bangan kom unitas harus berubah. Ia harus m enjadi
lebih berpengertian dan toleran, lebih penuh penyerahan
diri, lebih realistis dan m enjadi sem akin terbiasa.
U ntuk dapat m enyatu dengan baik, para aktivis pe­
ngem bangan kom unitas setidak-tidaknya harus hidup dalam

152
n © © t O S L ill _ 10:30

P eranan Pekerja dan O rganisasi P engelolaan P engem bangan M asyarakai

lingkungan kom unitas desa atau kota yang m iskin selam a 6


bulan serta tinggal di rum ah dan m em akan m akanan yang biasa
dim akan w arga kom unitas miskin.
M enyatu m em beri jam in an bahw a keprihatinan seseorang
warga kom unitas untuk m engubah sebuah kom unitas, sesuai
dengan apa yang diinginkan kom unitas m engenai sebuah
perubahan dan bukan m enurut contoh-contoh teoritis atau
ideologi (paham ) atau agam a.
M enyatu m erupakan dasar dari langkah-langkah yang
lain. Jika para aktivis pengem bangan kom unitas tidak m enyatu
dengan kom unitas, m ereka tidak akan pernah m em pelajari
dim ensi yang sesungguhnya dari persoalan kom unitas atau
bagaim ana m erangsang m ereka untuk berubah.
Peran kedua adalah m elaksanakan pengkajian sosial
(social inquiry). yaitu sebuah proses yang sistem atis untuk
m encari m asalah-m asalah di sekeliling kom unitas yang
diorganisir. Sang aktivis pengem bangan kom unitas larut dalam
kom unitas m encari perm asalahan-perm asalahan yang sangat
dirasakan kom unitas untuk diperkem bangkan sehingga mereka
m au bertindak.
la m encari soal-soal yang konkret, seperti m asalah air dan
kasus yang m em ang m erupakan m asalah objektif (yang tak
pelak lagi, untuk kom unitas setem pat m aupun pendatang) dan
dirasakan sebagai m asalah oleh kom unitas. K edua hal ini tidak
selam anya sama.
Bagaim ana m elakukan pengkajian sosial? Secara um um
ada tiga cara: Pertam a, m em pelajari catatan dan laporan yang
m em bicarakan perm asalahan kom unitas. Cara kedua, belajar
dari kom unitas itu sendiri bagaim ana m ereka m erasakan sebuah

153
n © © ^ D Q U l _ 10:30

Pengem bungan M asyarakat

perm asalahan, bagaim ana m ereka m elihat rincian sebuah


perm asalahan, kom plikasi (kaitan) serta m aknanya. Cara ketiga,
m em pelajari sebuah perm asalahan sebagaim ana ditentukan
oleh bangunan kekuasaan dari kom unitas tersebut, seperti
m em pelajari bagaim ana para pim pinan kom unitas terikat pada
sebuah perm asalahan.
M isalnya, tukang riba: aktivis pengem bangan kom unitas
bisa m em baca seberapa jauh urusan lintah darat ini m erupakan
hal yang um um dalam sebuah daerah kum uh. Ia bisa m elihat
sendiri dan m em pelajari dari kom unitas sebagaim ana urusan ini
adalah hal yang um um dan lazim dan betapa berartinya riba
untuk penduduk. Ia ju g a bisa m elihat bagaim ana kegiatan ini
bisa m em bantu beberapa kebutuhan tertentu dari kom unitas
yang justru tidak dilayani oleh pem erintah atau lem baga lainnya
dan bagaim ana para pem im pin setem pat seringkali justru
bertindak sebagai lintah darat utam a. Keterangan yang terakhir
ini m em berikan peringatan bagi si aktivis pengem bangan
kom unitas bahw a tindakan m elaw an tukang riba akan
m em peroleh perlaw anan dari pem im pin kom unitas dan kaw an-
kaw annya.
Peran ketiga adalah m erum uskan program awal bersam a
warga kom unitas. A ktivis pengem bangan kom unitas tidak
boleh m em punyai gagasan yang sudah direka sebelum nya
tentang m asalah apa yang dianggap benar untuk digarap. Ia
senantiasa harus w aspada dan berusaha m enem ukan tahapan-
tahapan dasar dari kerum itan dalam perm asalahan. A khim ya,
ia harus m em ilih salah satu saja persoalan untuk ditangani.
Beberapa aktivis pengem bangan kom unitas terus-m enerus
m em pelajari perm asalahan-perm asalahan dan tidak pernah
m enangani sebuah persoalan pun. Pada beberapa titik, aktivis

154
n © © ^ D Q U l _ 10:30

P eranan Pekerja dan O rganisasi P engelolaan P engem bangan M asyarakat

pengem bangan kom unitas harus m em ulai dan percaya bahwa


sebagai akibat dari aksi, aktivis pengem bangan kom unitas akan
m em peroleh informasi lebih lanjut. Oleh karena itu, persoalan
yang akan ditanggulangi haruslah:
1. M em pengaruhi banyak w arga kom unitas. M erupakan hal
pokok dalam pengorganisasian untuk m elibatkan jum lah
warga kom unitas yang banyak.
2. W arga kom unitas harus cukup terlibat dalam persoalan
yang diajukan, m isalnya m ereka harus m engajukan
keberatan atas persoalan tersebut dalam beberapa hal
kepada aktivis pengem bangan kom unitas atau m em berikan
pertanda persoalan tersebut m engganggu mereka.
3. Haruslah sesuatu yang bisa dim enangkan, yaitu bahwa
kom unitas harus m em iliki peluang untuk m em peroleh apa
yang m ereka inginkan secepatnya. Pada pihak lain, ia tidak
boleh m enjadi perjuangan yang sia-sia, seperti m isalnya,
rencana untuk m enghapuskan perusahaan-perusahaan
m ultinasional.
4. T indakan yang diam bil atas sebuah persoalan harus bisa
m enarik m inat w arga kom unitas lain untuk ikut bergabung.
Persatuan sangat diperlukan pada setiap tahapan kerja
aktivis pengem bangan kom unitas.
5. Jikalau m ungkin, persoalan dipilih yang m enarik dan
dram atis. Hal ini bisa m enciptakan daya tarik yang lebih
luas dalam pengorganisasian.
6. Persoalan yang dipilih harus bisa berkem bang ke persoalan
yang lebih jau h lagi, m isalnya seorang w arga kom unitas
aktivis pengem bangan kom unitas harus bisa m elihat
bahw a aksi m engenai air kran akan berkem bang m enjadi

155
© Pesan dari +62 896-6892-3023 @ Gedung

Pengembangan Masyarakat

kc kelom pok pem akai kecil yang kem udian akan m elawan
pim pinan tradisional m ereka yang jadi boneka penguasa.
Peran keempat adalah m cnciptakan landasan kerja.
Landasan kerja berarti berjalan berkeliling dan m enggerakkan
kom unitas berdasarkan hubungan w arga kom unitas untuk
m elakukan sesuatu terhadap persoalan air kran atau persoalan
apa saja yang dipilih. Ini disebut ju g a agitasi. Beberapa segi dari
rangsangan (m otivasi) atau agitasi ini yang biasa dipergunakan
adalah kepentingan pribadi, m oralitas, hak-hak, kehorm atan
atau rasa m alu dan am arah. Sebagai contoh:
1. Sccara ekonom is jau h lebih baik A nda m em peroleh air
kran um um . Uang yang lebih bisa dipakai untuk m embeli
beras.
2. A ktivis pengem bangan kom unitas m em bayar pajak.
Adalah hak A nda m em peroleh air.
3. Itu m em ang hak Anda. Hukum m engatakan Anda harus
m em peroleh air kran.
4. Tuhan m enghendaki Anda berjuang untuk m em perolehnya.
A dalah keinginan Tuhan bahw a A nda m em enuhi
kebutuhan keluarga Anda dengan layak, terutam a anak-anak
A nda. Pem erintah m em buatnya untuk w arga kom unitas kaya?
K enapa tidak untuk A nda ju g a ? Pem erintah tidak m enghorm ati
A nda. Itulah sebabnya A nda tidak diberi air kran.
A ktivis pengem bangan kom unitas perem puan banting-
tulang untuk m em peroleh air. K alau kalian m em ang laki-laki,
seharusnya kalian m elakukan sesuatu.
Ketika berkeliling para aktivis pengem bangan kom unitas
harus ju g a m ulai m em bicarakan tentang sebuah m usyaw arah
um um di m ana lebih banyak w arga kom unitas akan hadir

156
P eranan Pekerja dan O rganisasi P engelolaan P engem bangan M asyarakat

untuk pem bahasan dan aksi lebih lanjut. M ereka, m isalnya


dapat m enganjurkan sebuah m usyaw arah yang akan m em bahas
kem ungkinan kom unitas beram ai-ram ai ke Balai Kota
untuk m enuntut air kran. D engan w arga kom unitas yang ia
tem ui, seorang aktivis pengem bangan kom unitas hendaknya
m em bahas pendapat yang setuju dan tidak terhadap aksi ini.
la harus m am pu m em buat w arga kom unitas m au m elakukan
sesuatu, dan bersiap-siap m enghadiri sebuah m usyaw arah pada
w aktu tertentu untuk m enyepakati bentuk-bentuk kegiatan
tertentu.
Terkadang dalam usaha agitasi, kita m em pergunakan
pokok-pokok yang akrab dengan budaya dan agam a kom unitas
tersebut. Kita tidak boleh m em pergunakan apa saja budaya
atau agam a dalam hal agitasi ini yang kita sendiri tidak yakini
atau horm ati, sedikitnya pada tingkat yang lebih dalam . Kita
harus percaya bahwa tak ada satu pun dalam kebudayaan yang
m em ang benar-benar baik yang dengan begitu bertentangan
dengan kom unitas. Kalau kita tidak percaya pada hal-hal
yang kita pergunakan dalam agitasi, berarti kita m em anipulasi
kom unitas dan seakan-akan telah m elakukan hal-hal yang suci
ini puncak dari keangkuhan.
Peran kelima pekerja kom unitas adalah m em fasilitasi
m usyaw arah. Pada m usyaw arah, kom unitas m engesahkan
secara bersam a-sam a, apa yang sudah m ereka putuskan sendiri-
sendiri secara m usyaw arah. Sam pai kini segala sesuatu m asih
bersifat kesatuan-kom unitas. M usyaw arah m em berikan rasa
kekuatan dan kepercayaan bersam a. Hal itu m enunjukkan bahwa
m ereka tidak sendirian. M ereka belajar satu sam a lain mengenai
keyakinan dan m otivasi. M usyaw arah ju g a m em perinci kapan
pergi kc Balai Kota, berapa banyak yang ikut sebagai peserta

157
n © © B U I _ 10:31

P engem bangan M asyarakat

dalam m usyaw arah akan d iid a p k a n rencana pem bagian tugas,


seperti siapa m em buat poster, siapa m engurus izin. Gerakan
harusnya direncanakan secara terinci.
Bilam ana landasan kerja digarap dengan baik, m usyaw arah
akan berjalan lancar. Sebagai contoh, ada seorang warga
kom unitas yang bcrbicara dalam m usyaw arah tersebut, "K enapa
kita tidak m enuntut kepala desa kita m enyelesaikan persoalan
ini” . M aka w arga kom unitas yang hadir dalam m usyaw arah akan
m enjaw ab. "Tidak, kita telah m em utuskan m enangani sendiri
persoalan ini. Kepala desa sudah diberi w aktu bertahun-tahun
untuk m elakukan sesuatu” . Seandainya polisi atau penguasa
keam anan datang, m aka kom unitas bisa m em pertahankan hak
m ereka m engadakan m usyaw arah sem acam itu.
Peran keenam, pekerja kom unitas adalah mem bangun
sim ulasi dalam bentuk "berm ain peran” . Bermain peran berarti
m em erankan suatu m usyawarah yang m ungkin terjadi antara
pim pinan kom unitas dengan wakil pem erintah. Para pemim pin
mem erankan peranan mereka sendiri sem entara beberapa
warga kom unitas bertindak seakan warga kom unitas, lalu
m enjaw ab sebagaim ana yang m ereka pikirkan, pem erintah akan
menjawab. Ini m erupakan cara m elatih warga kom unitas untuk
bersiap-siap menghadapi apa yang bakal terjadi dan melengkapi
diri mereka. Akan lucu dan sangat menyenangkan melihat
bagaim ana kom unitas m iskin m eniru tingkah laku mereka yang
berkuasa. Permainan peran merupakan m etode yang bagus untuk
m em perkem bangkan suatu kesadaran/naluri bereaksi langsung di
tempat. Aktivis pengem bangan kom unitas bisa m elibatkan diri
dengan m em berikan petunjuk-petunjuk dari w aktu ke waktu.
K euntungan utam a dari berm ain peran dibandingkan
dengan m etode persiapan yang lain ialah, karena sifatnya

158
n © © B U I _ 10:31

Peranan Pekerja dan Organisasi Pengelolaan Pengembangan Masyarakat

sendiri, m etode ini m elibatkan em osi kom unitas seperti ju g a


pem ikiran m ereka dan m ereka bisa m elibatkan diri dengan
penuh sem angat. Tidak begitu sukar m elakukannya, jadi bisa
m erupakan cara yang m enyenangkan untuk m eninjau persoalan
dan aspek-aspek perm asalan. Berm ain peran m em ungkinkan
terciptanya suasana perlaw anan kom unitas atas peristiwa-
peristiw a yang biasa m ereka rasakan.
Peran ketujuh, pekerja pengem bangan kom unitas adalah
m em bangun aktivitas bersam a w arga kom unitas dalam bentuk
aksi kom unitas. Aksi kom unitas m erupakan pengalam an
sesungguhnya dari kom unitas menghadapi yang berkuasa dan
m erupakan penam pilan yang sungguh-sungguh dari kekuatan
komunitas.
Bentuk perlaw anan tersebut am at dibutuhkan. Rasa percaya
diri dan harga diri kom unitas terbenam dalam penindasan yang
berabad-abad. Perlaw anan atau konfrontasi m erupakan cara
yang baik untuk m enerobos keadaan ini. A rgum entasi yang
baik secara m enakjubkan bisa m em bangun rasa persam aan hak
dan kom unitas. Bentuk-bentuk aksi yang bagaim ana? Beberapa
hal yang m enarik dari berorganisasi terletak pada taktik. Taktik
haruslah berada dalam jangkauan pengalam an kom unitas, tetapi
di luar pengalam an penguasa.
Peran kedelapan, pekerja kom unitas di lapangan m elakukan
penilaian bersam a atau evaluasi. Sesudah aksi, kom unitas
berkumpul dan mem buat penilaian apa yang terjadi baik atau
buruk. Ini sesungguhnya m erupakan peninjauan atas langkah-
langkah 1-7. Aksi merupakan bahan m entah untuk penilaian.
Beberapa dari pertanyaan yang harus dijaw ab adalah:

159
n ©© (ZLil - 10:31

Pengem bangan Masyarakat

1. Apakah persiapan kita cukup matang? Apakah kita bertemu


dengan warga komunitas yang tepat? Apakah kita memiliki
izin yang diperlukan untuk bergerak? Apakah kita tepat
pada waktunya? Apakah gerakan kita tertib? Apakah
pimpinan kita siap untuk berbicara ? Apakah tuntutan kita
jelas dan masuk akal (bisakah dipenuhi secara wajar?)
Apakah kita cukup memliki warga komunitas? Apakah kita
menilai kekuatan kita secara berlebihan ?
2. Apa yang kita pelajari? Apakah kita pelajari segala sesuatu
tentang bagaimana sistem yang ada bekerja? Tentang nilai
kekuatan komunitas? Tentang kelemahan kita sendiri?
Peran kesembilan, pekerja pengembangan komunitas
adalah kemampuan me“refleksi” kan peran pertama sampai
dengan ketujuh. Secara teoritis, refleksi bisa merupakan bagian
dari evaluasi, tetapi dalam pelaksanaannya lebih baik dipisahkan,
karena menyangkut keprihatinan-keprihatinan yang sedang
berlangsung secara lebih dalam dan mungkin memerlukan
suasana yang lebih tenang. Refleksi merupakan saat untuk
melihat nilai-nilai positif yang sedang kita upayakan dibangun
dalam organisasi, la bersangkut-paut dengan soal pengorbanan,
pembangunan komunitas, peranan pemimpin dan kekuasaan,
harkat kemerdekaan dan demokrasi. Seringkali sangat berguna
bila mempergunakan kitab-kitab suci dari berbagai agama yang
berbeda dalam diskusi-diskusi ini.
Ini juga merupakan waktu mengadakan analisis sosial
apa pun yang mungkin diperlukan komunitas untuk mengerti
pengalaman yang baru mereka lewati. Analisis sosial haruslah
didasarkan pada pengalaman komunitas dalam menjawab
pertanyaan mereka. Ia tidak boleh merupakan sebuah traktat
tentang sosialisme atau utopia beberapa organi2er. Adalah

160
n © © BUI _ 10:31

Peranan Pekerja dan Organisasi Pengelolaan Pengembangan Masyarakat

penting bahwa sang aktivis pengem bangan kom unitas


m em pergunakan m etode tanya jaw ab (pedagogi kaum tertindas)
untuk m engelakkan persam aannya dengan cara cuci otak.
Sebagai contoh, sang aktivis pengem bangan kom unitas
bisa bertanya kepada kom unitas, kenapa pejabat pem erintah
begitu som bong. Jaw aban kom unitas m ungkin akan m erupakan
sesuatu seperti: "ia m enyangka kam i ja h a t" atau "ia m elihat
bahw a kam i cum a gelandangan m iskin” . Aktiv is pengem bangan
kom unitas dengan bertanya lebih jau h bisa m em bantu kom unitas
m elihat betapa dalam benak kaum penguasa, nilai dari m anusia
dikaitkan dengan uang, dan m enunjukkan betapa hal ini
m erupakan kesim pulan yang w ajar di dalam kom unitas atau
budaya di m ana m engejar keuntungan m em peroleh prioritas
tertinggi. D engan begitu ia bisa m em bantu m ereka m elihat
potensi m erendahkan m artabat m anusia pada kapitalism e. Lebih
jau h ia bisa m em bantu kom unitas m endiskusikan alternatif
skala nilai dalam m em pertim bangkan nilai kom unitas.
Peran kesepuluh, pekerja pengem bangan kom unitas adalah
pcng“organisasi"an w arga kom unitas. O rganisasi kom unitas
adalah hasil dari banyak aksi kom unitas yang bersam aan. Secara
bertahap kelom pok-kelom pok kom unitas yang telah beraksi
bisa berkum pul bersam a-sam a, m em ilih pem im pin-pem im pin
m ereka dan m em bentuk organisasi m ereka sendiri-sendiri.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari organissasi
kom unitas yang oleh K om ite Asia untuk Pengorganisasian
K om unitas (A C PO ) diupayakan untuk diperkem bangkan:
(1) M erupakan organisasi dari berbagai organisasi kecil;
(2) M em iliki struktur internal untuk m em bantu kom unitas
berpartisipasi, dan m enim bang, serta m engaw asi dan seim bang;
(3) Pada setiap w aktu dapat m enghadapi banyak pokok

161
n ©© (ZLil - 10:32

Pengembangan Masyarakat

persoalan; (4) Merupakan aksi yang tetap. Aksi merupakan


darah kehidupan sebuah organisasi komunitas; (5) Bersungguh-
sungguh. Muncul untuk selalu menang; (6) Memilih taktik
yang efektif; (7) Jelas dan penuh pertentangan; (8) Memberikan
gambaran tentang suatu kekuatan; (9) Pemimpin baru senantiasa
muncul; (10) Pemimpin dan komunitas berpikir dan bertindak
dalam pengertian keinginan sendiri, taktik kekuasaan dan lain-
lain; (11) Aliansi atau persatuan partisan politik harus dibuat
dengan penuh pertimbangan; (12) Dana harus bisa digalang
dari komunitas; dan (13) Menciptakan dampak melampaui
keprihatinan dan lingkungan yang ada.

7. Tipe-tipe Program Pengembangan Masyarakat


Kerangka kerja organisasi pengelolaan dan pekerja pengem­
bangan masyarakat, meliputi: tipe-tipe orang atau personil yang
terlibat dalam pengembangan masyarakat, organisasi tempat
orang-orang tersebut bekerja, peranan serta fungsi mereka,
serta hubungan mereka dengan pihak-pihak lain yang turut
terlibat dalam proses pengembangan masyarakat. Di samping
itu perlu dipahami tipe-tipe organisasi yang diperlukan guna
memastikan bahwa faktor-faktor sosial turut diperhitungkan
pada tingkat pengembangan masyarakat secara nasional
maupun pada tingkat proyek.
Pengembangan masyarakat sebagai suatu disiplin ilmu telah
dinilai penting dalam proses pembangunan di negara-negara
berkembang pada satu dekade terakhir ini, karena itu tidaklah
mengherankan apabila banyak negara berkembang yang belum
mengembangkan struktur pengorganisasian pengembangan
masyarakat secara komprehensif dan mantap. Oleh karena itu,
perlu dipertimbangkan jenis struktur organisasi pengembangan

162
© RADIKALISME

Peranan Pekerja dan O rganisasi Pengelolaan Pengem bangan Masyarakat

masyarakat seperti apakah yang seharusnya dijalankan, dan


bukannya struktur apa yang telah ada. Dengan kata lain,
pendekatan yang dipakai dalam telaahan ini lebih bersifat
preseriptive daripada uraian (deseriptive). Kemudian perlu juga
bahwa pendekatan tersebut ditingkatkan sehingga generalisasi
yang dilaksanakan akan mampu memenuhi kebutuhan dan
kondisi suatu negara.
Sampai sejauh ini telah banyak dilakukan usaha-usaha
untuk mengklasifikasikan program-program pengembangan
masyarakat ke berbagai tipe yang berbeda-beda berdasarkan
beberapa kriteria, seperti misalnya luasnya cakupan program,
organisasinya serta lingkup program. Klasifikasi semacam ini
cenderung untuk menjadi rumit karena terdapat sedemikian
banyaknya kegiatan dalam pengembangan masyarakat sehingga
nilai program tersebut sangatlah terbatas. Namun kiranya perlu
dibedakan tipe-tipe pokok program pengembangan masyarakat.
Tipe pertama , adalah jenis program pengembangan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh suatu departemen atau
kementerian pemerintah yang khusus bertanggung jaw ab
atas masalah pengembangan masyarakat. Departemen yang
bersangkutan mempekerjakan tenaga-tenaga profesional di
bidang pengembangan masyarakat yang mempunyai tanggung
jaw ab dalam mendorong serta membantu segala jenis kegiatan
komunitas setempat di seluruh daerah. Pendekatan semacam
ini sudah umum di berbagai negara, kecuali negara-negara
Amerika Latin yang lebih terbiasa dengan pembentukan badan-
badan swasta guna mengelola pendekatan pengembangan
masyarakat daripada membentuk departemen khusus guna
pekerjaan tersebut.

163
n ©© (ZLil - 10:32

Pengembangan Masyarakat

B agi seb ag ian b e sa r n e g ara, b e n tu k p e n g em b an g a n


m a sy a ra k a t sem acam ini m a m p u m en g atasi d u a m a sa la h p o kok,
y a itu p e rta m a k u ra n g n y a su m b er d a y a, k h u su sn y a su m b er
d ay a m a n u sia (te n a g a ah li). G u n a m en cap ai su atu b e n tu k y ang
e fe k tif te rn y a ta tern y ata d ip e rlu k a n u n tu k m em p ek erjak an
seju m lah b e sa r ten ag a a h li, p a lin g tid ak seo ran g ahli untuk
satu k o m u n ita s, d an ad a p en d ap at di seb ag ian n eg ara b ah w a
p e n g em b an g a n m asy a ra k a t belu m d ia n g g a p c u k u p p e n tin g
u n tu k d ija d ik a n ja m in a n k aren a d e m ik ia n b e sa r su m b er (d an a)
y an g h a ru s d ia lo k asik an .

P erso alan y a n g m u n cu l y a itu a d an y a k e ra g u -ra g u a n atau


sem a c a m k e tid a k p astia n m en g en ai p ek erjaan p e n g em b an g a n
m a sy a ra k a t je n is ap a y an g seh a ru sn y a b e n ar-b e n ar d ilak san ak an ,
serta k h u su sn y a p e m b a g ian ta n g g u n g ja w a b a n tard ep artem en
y an g m en g u ru si p e n g em b an g a n m asy a ra k a t d a n d e p arte m en -
d e p arte m en lain n y a di p e m e rin ta h an , k a re n a d e m ik ia n lu asn y a
ra n g k a ia n k e rja y a n g d ilib a tk a n d a la m p ro se s p e n g em b an g a n
m a sy a ra k a t d an ten ag a te k n is lainnya. T erleb ih lagi, b an y ak
n eg ara y a n g m erasa b in g u n g an tara p ek erjaan p e n g em b an g a n
m a sy a ra k a t d e n g an je n is p ek erjaan k e se ja h te ra an sosial
k a re n a sed e m ik ia n b e sa rn y a k en y ataan b ah w a p e n g em b an g a n
m a sy a ra k a t serin g m u n cu l d e n g an versi y a n g ja u h m eleb ih i
a k tiv ita s-ak tiv ita s k e se ja h te ra an so sial k o n v e n sio n a l lainnya,
s ed a n g k a n k ed u a je n is k eg iatan ini serin g d ite m u k a n p a d a suatu
k e m e n terian n e g ara y a n g sam a.
W alaupun d e m ik ia n , b en tu k k eg iatan p e n g em b an g a n m a ­
s y arak at sem a c a m ini d a p at d ijad ik an “a la t" o le h p crcn can a
g u n a m en d o ro n g p artisip asi d alam p eren can aan . P ara pelak san a
p e n g em b an g a n m asy arak at serin g lebih b erfu n g si d arip ad a
te n a g a-ten a g a ahli lain n y a seb a g a i su m b e r in fo rm asi m en g en ai

164
n © © □ U l _ 10:32

Pentium Pekerja dan Organisasi Pengelolaan Pengembangan Masyarakat

kebutuhan dan sikap atau pola pikir kom unitas karena hasil
latihan profesional m ereka, dan m ereka dapat ju g a m em bantu
m em obilisasikan kom unitas agar lebih berperan a k tif dalam
perencanaan dan im plem entasi program pengem bangan
m asyarakat itu sendiri.
Tipe Kedua kegiatan pengem bangan m asyarakat m elibatkan
proyek khusus yang hanya m encakup suatu daerah yang amat
terbatas. Proyek-proyek sem acam ini cenderung memiliki
cakupan yang lebih luas daripada norm al di laksanakan departem en
pengem bangan m asyarakat dan kadang-kadang proyek sem acam
ini cenderung m em iliki cakupan yang lebih luas daripada yang
norm al dilaksanakan departem en pengem bangan m asyarakat
dan kadang-kadang proyek ini mem ungkinkan terbangunnya
pusat perhatian kepada upaya m engintegrasikan sem ua aspek
pembangunan di daerah tersebut. Kegiatan sem acam ini dapat juga
diarahkan agar m am pu m em enuhi kebutuhan dan menyelesaikan
m asalah yang terjadi, sebagai jaw aban terhadap adanya tuntutan
kom unitas setem pat atau sem ata-m ata disebabkan adanya inisiatif
perseorangan dan kelom pok di daerah itu.
M asukan dari luar dapat diperoleh dari badan-badan atau
lem baga sukarela atau pem erintah pusat dan daerah. Besarnya
bantuan dari luar sering lebih besar daripada bentuk-bentuk
kegiatan pengem bangan m asyarakat yang lain, dan proyek-
proyek sem acam ini seringkali m am pu m enarik bantuan luar
negeri. N am un, ada ju g a proyek yang besar-besar dilaksanakan
atas in isiatif kom unitas itu sendiri dan hanya m enerim a sedikit
sekali bantuan-bantuan dari luar, bahkan sam a sekali tidak.
Dalam berbagai kasus, hal sem acam ini dapat dikategorikan
sebagai gerakan sem i-politis, yang dibuat guna pelaksanaan

165
© Pesan dari +62 823-3613-1407 @

Pengembangan Masyarakat

atau m enerapkan perubahan sosial baik di tingkat nasional,


daerah, m aupun di tingkat kom unitas.
Terdapat ragam tipe proyek yang berbeda dalam kategori
um um sehingga sangatlah sukar untuk m enyim pulkan
pendekatan terhadap pengem bangan m asyarakat. Walaupun
dem ikian, dengan term inologi pcrcncanaan partisipatif tersebut
proyek-proyek dilaksanakan dan dioperasikan dengan cukup
berhasil yang m em ungkinkan ada suatu pola dasar yang sangat
berguna untuk m crcncanakan dan m engim plem entasikan
program pem banguan daerah, khususnya bagi proyek-proyek
yang m em erlukan pendekatan terpadu bukan hanya sekedar
keterlibatan satu sektor. Batasan pokok proyek-proyek tersebut
adalah kenyataan bahw a proyek hanya ditujukan pada sedikit
saja liputan daerah kerja dan karenanya tidak m em ungkinkan
adanya dasar bagi perencanaan partisipatif dalam skala
nasional. D engan kasus-kasus sem acam ini banyak proyek
yang tidak dapat begitu saja dilaksanakan di seluruh daerah,
baik karena jum lah sum ber-sum ber dana yang dipakai m aupun
karena proyek tersebut sangat tergantung pada inisiatif individu
atau badan-badan tertentu yang hanya ada di daerah tersebut.
N am un tetap ada beberapa negara yang telah berusaha
m enerapkan pendekatan pengem bangan m asyarakat sem acam
ini dengan dasar cakupan skala nasional, dan usaha sem acam
ini akan m em buahkan bentuk kegiatan pengem bangan
m asyarakat kategori ketiga. Pendekatan yang paling dikenal
adalah program pengem bangan m asyarakat di India. Pertam a
kali dilakukan pada tahun 1950-an. Tujuan pokok program
ini yaitu untuk m em adukan sem ua usaha berbagai lem baga
pem erintah dengan usaha-usaha kom unitas setem pat yang
ingin m em bangun desanya. Hal ini diusahakan dengan jalan

166
n © © BUI J 10:33

Pentium Pekerja dan O rganisasi Pengelolaan Pengem bangan M asyarakat

mendirikan dewan lokal (panchayal) didukung oleh kelompok-


kelompok ahli dan tenaga serbaguna yang lebih dikenal dengan
sebutan pekerja tingkat pedesaan (village level workers).
Dengan kata lain proses pengembangan masyarakat adalah
benar-benar merupakan kombinasi antara bentuk administrasi
yang didesentralisasi, pemerintah lokal, dan penggunaan
tenaga-tenaga pengembangan masyarakat yang terlatih baik.
Banyak kritik yang dilontarkan pada program pengem­
bangan masyarakat di India, termasuk kegagalan menaikkan
hasil produksi, dan satu hal yang lebih penting adalah jumlah
keterlibatan mumi yang sangat terbatas dari mayoritas pen­
duduk serta kenyataan bahwa hasil program hampir tidak ada
dalam pengertian mengurangi kepincangan sosial ekonomi
di pedesaan India. Terakhir, mungkin merupakan kritik yang
paling tajam karena dapat diartikan sebagai suatu pernyataan
yang menyatakan bahwa pembangunan masyarakat telah
gagal dalam memobilisasikan penduduk guna meningkatkan
kehidupan sosial dan perekonomian mereka. N'amun, apakah
kesemuanya ini dapat diartikan bahwa keseluruhan pendekatan
terhadap pengembangan masyarakat yang diterapkan di sana
benar-benar tidak cocok atau bahwa pengembangan masyarakat
secara mandiri tidaklah memadai untuk mengatasi masalah-
masalah fundamental masyarakat India.
Pengalaman yang dialami Cina sangatlah berlawanan
dengan pengalaman orang-orang India. Walaupun secara resmi
Cina tidak memiliki program yang disebut “pengembangan
m asyarakat”, tetapi pendekatan keseluruhan yang diterapkan
pada pembangunan telah mampu memobilisasikan seluruh
rakyatnya, dengan bantuan luar bila dirasa perlu, guna
m eningkatkan standar hidup dan membantu pembangunan

167
© NAHDLATUL ULAM A

Pengembangan Masyarakat

bangsa sccara keseluruhan; kesemuanya ini dapat dianggap


sebagai pengembangan masyarakat. Lebih dari itu, sama halnya
seperti India, Cina juga menggunakan sistem administrasi
pcrcncanaan tcrdescntralisasi dan bentuk pemerintahan lokal.
Akan tetapi, tidak seperti di India, di Cina pendekatan
pengembangan masyarakat telah dilaksanakan melalui revolusi
politik, sosial, dan ekonomi yang kemudian digunakan sebagai
alat untuk mengkonsolidasikan dampak-dampak revolusi yang
timbul. Akibatnya, walaupun semua laporan yang dikeluarkan
oleh pemerintah Cina sejak tergulingnya "Kelompok 4"
semakin meyakinkan bahwa keberhasilan yang dicapai tidaklah
sebesar seperti yang ditargetkan sebelumnya, sehingga timbul
keragu-raguan bahwa pendekatan terhadap pembangunan
tingkat lokal scmacam ini dapat membantu peningkatan standar
kehidupan mayoritas penduduk. Dalam segi ini, contoh di
Cina ini mungkin merupakan salah satu contoh yang sangat
mendorong dalam bidang program pengembangan masyarakat,
khususnya dari sudut pandang perencanaan pembangunan.
Meskipun demikian, nilainya sebagai model bagi negara-
negara lain tentunya sangat terbatas dengan adanya kenyataan
bahwa pendekatan program pengembangan masyarakat sangat
tergantung pada sistem politik yang hampir tidak mungkin
dapat dilaksanakan di negara-negara berkembang lainnya,
termasuk India baik karena mungkin untuk melaksanakan atau
mencapainya karena dianggap tidak diakui oleh masyarakat
yang akan terkena pengaruh sistem politik tersebut.

8. P e k e r j a P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t d a n P i h a k - p i h a k l.a in

Penting untuk diketahui pada organisasi seperti apa yang


seharusnya seorang pekerja pengembangan masyarakat

168
n © © £a r, BUI _ 10:33

P eranan Pekerja dan O rganisasi Pengelolaan P engem bangan M asyarakat

ditempatkan dan peran apa saja yang harus dijalankannya dalam


organisasi tersebut. Walaupun pengem bangan masyarakat telah
semakin meningkat kepentingannya sebagai suatu disiplin ilmu
yang mandiri, serta semakin m eningkatnya tuntutan perlunya
pekerja penegmbangan masyarakat yang profesional, namun
sulit untuk membuat garis batas yang jelas antara pekerja
pengembangan masyarakat dan bentuk-bentuk pengembangan
masyarakat. Salah satu alasan yaitu makna “m asyarakat"
digunakan secara luas dan dapat mempunyai berbagai arti,
serta seringnya terjadi lompatan atau saling-mclcngkapi antara
aspek-aspek sosial dan aspek-aspek ekonomi dalam kerangka
pengembangan masyarakat.
Apabila ditelaah secara seksama, maka akan diperoleh
suatu fakta bahwa, misalnya bidang pendidikan pada umumnya
dianggap sebagai bentuk pengem bangan m asyarakat, namun
ternyata mempunyai implikasi yang luas, dan sebagai akibatnya
para pekerja pengembangan m asyarakat turut dalam aktivitas
pengembangan pendidikan. Sebab yang lain, yaitu bahwa
sebagian besar tugas pekerja pengembangan masyarakat
adalah m empengaruhi berbagai aktivitas yang dijalankan
oleh pihak lain, dan bukan sekedar melaksanakan suatu
kegiatan pengembangan masyarakat secara terpisah. Maka
pekerja pengembangan masyarakat bertanggung jaw ab dalam
memastikan bahwa faktor-faktor sosial turut dipertimbangkan
pada saat merancang suatu program pengembangan masyarakat
berskala besar. Di samping itu pekerja pengembangan
m asyarakat ikut bertanggung jaw ab dalam hal mempersiapkan
sarana menuju kc arah partisipasi masyarakat atau warga
komunitas dalam rangka kegiatan pengembangan masyarakat.

169
n © © £9 t (ZM - 10:33

Pengembungan Masyarakat

Dalam semua kasus, seorang pekerja pengem bangan masyarakat


tidak mungkin bekerja sendiri, terisolasi dari pihak-pihak lain.
Sebagai akibatnya, penting bahwa organisasi pengelolaan
pengembangan masyarakat dirancang sedemikian rupa, sehingga
pekerja pengembangan masyarakat dapat dengan mudah
berinteraksi dengan berbagai pihak dalam kegiatan-kegiatan
pengembangan masyarakat. Demikian pula halnya, apabila
diperlukan suatu kajian mengenai dampak sosial-ekonomi
sebagai bagian aktivitas pengembangan masyarakat, maka
seharusnya pekerja pengembangan masyarakat berperanserta
dan bekerja sebagai bagian suatu tim pengkajian yang terdiri dari
berbagai pakar di berbagai bidang disiplin ilmu, bukan bekerja
sendiri.
Dalam hubungannya dengan para administrator, para
pekerja pengembangan masyarakat akan menghadapi problema
yang sama seperti yang dihadapi oleh pihak-pihak lain dalam
pengem bangan masyarakat. M emang hubungan antara
pekerja pengem bangan masyarakat dengan administrator
adalah penting. Perlu dipahami apa yang disebut "pekerja
pengembangan masyarakat" sebagai suatu kategori profesi
tertentu, namun bukan berarti harus diperlukan pengkaderan
khusus untuk menyediakan pekerja-pekerja pengembangan
m asyarakat yang profesional. Pada umumnya lebih praktis
untuk mengambil jalan tengah, yaitu dengan menggabungkan
peran seorang pekerja pengem bangan m asyarakat dengan
seorang administrator. Namun penting diketahui bahwa mereka
perlu bekerja erat bersama-sama.
Hubungan antara pekerja pengembangan masyarakat
dengan adm inistrator jelas kaitannya dengan hubungan
antara pengembangan masyarakat dengan implementasinya.

170
n © © BUI J 10:33

Peranan Pekerja dan O rganisasi Pengelolaan Pengem bangan Masyarakat

Sccara teoritis dapat dikatakan bahwa pekerja pengembangan


masyarakat bersama-sama warga komunitas merancang dan
mengimplementasikan program pengembangan masyarakat,
sedangkan administrator berperan memfasilitasi aktivitas
tersebut. Akan tetapi dalam prakteknya kedua peranan tersebut
tidak dapat sepenuhnya dipisahkan. Alasan lain, apabila
proses pengembangan masyarakat dipandang sebagai salah
satu proses pengambilan keputusan yang kompleks, yang
mulai dilaksanakan sejak tahap formulasi kebijakan sampai
pada tahap implementasi program, kemudian dilanjutkan
pada tahap monitoring yang berkesinambungan, maka selama
proses tersebut berjalan pekerja pengembangan masyarakat dan
administrator harus selalu bekerja sama.
Harus diingat pula bahwa administrator perlu dilibatkan
baik dalam perencanaan maupun implementasi program
pengembangan masyarakat. Alasannya, administrator mampu
memberikan informasi yang sangat bermanfaat dan dijadikan
masukan bagi aktivitas tersebut. Alasan lain, administrator
akan benar-benar memusatkan perhatian pada program
pengembangan masyarakat dan karena akan mengambil peran
aktif dalam implementasinya. Banyak program pengembangan
masyarakat yang tidak tcrimplcmentasikan karena diserahkan
sepenuhnya kepada pihak-pihak yang bertanggung jaw ab dalam
hal proses implementasi tanpa mengadakan konsultasi atau
diskusi dengan pihak lain. Terlepas dari masalah apakah para
administrator akan menyetujui atau menolak program tersebut,
namun jelas mereka tidak mungkin dapat bekerja sama bila tidak
diadakan pendekatan. Dengan demikian jelaslah, bahwa tugas
seorang pekerja pengembangan masyarakat bukan semata-
mata mengerjakan sendiri semua kegiatan pengembangan

171
n © © □ .,iI _ 10:34

Pengembangan Masyarakat

m asyarakat, m elainkan lebih sering m ereka harus m endorong


dan/atau b ek eija sam a atau m engkoordinir berbagai je n is
kegiatan pengem bangan m asyarakat.
Perlu sekali lagi diingat, bahw a hubungan antara pekerja
pengem bangan m asyarakat dan adm inistrator tidaklah mudah.
Terdapat kecenderungan um um dari pihak adm inistrator
untuk kurang m enyukai pekerja-pekerja pengem bangan
m asyarakat profesional karena m ereka m enganggap bahw a
para pekerja pengem bangan m asyarakat sering m engganggu
dan m em aksakan gagasannya tanpa m em iliki pengetahuan
yang cukup m engenai hal-hal teknis profesi yang diperlukan.
Sebaliknya, para pekerja pengem bangan m asyarakat m em iliki
kecenderungan untuk m enganggap bahw a para adm inistrator
adalah orang-orang yang konservatif, birokratis, dan berpikiran
sem pit. Jadi, sebenarnya diperlukan suatu suasana yang lebih
m au m enerim a dan m em beri (take and give) di kedua belah
pihak dalam usaha m eningkatkan adanya saling pengertian
dan biasanya para pekerja pengem bangan m asyarakatlah yang
m em iliki in isiatif ke arah sem acam itu.

9. B e n tu k -b e n tu k P e n g o rg a n isa sia n
Lingkungan sosial, ekonom i, dan politik sangat m em pengaruhi
aktivitas pekerja pengem bangan m asyarakat dan bentuk-bentuk
organisasi yang diperlukannya. Sebagaim ana telah diketahui,
bahw a pengem bangan m asyarakat m elalui program -program di
sekto r pendidikan dan kesehatan sangat dibatasi geraknya oleh
situasi pendidikan dan kesehatan yang ada, kebijakan-kebijakan
pem erintah, ada tidaknya dana, serta sikap m asyarakat terhadap
pengadaan pelayanan pendidikan dan kesehatan. D em ikian pula
halnya yang terjadi pada pekerja pengem bangan m asyarakat

172
n © © □ U l _ 10:34

Peranan Pekerja dan Organisasi Pengelolaan Pengembangan Masyarakat

yang harus m endorong partisipasi m asyarakat, yang ternyata


banyak m endapat rintangan dari struktur adm inistrasi dan politik
suatu negara, sistem pengam bilan keputusan secara tradisional
dan sikap pim pinan politik, percncana-pcrcncana lain, tenaga-
tenaga adm inistrasi dan m asyarakat itu sendiri dalam m enuju
partisipasi.
Selain hal tersebut di atas, terjadi kesenjangan karena
ketidakm am puan atau ketidakm auan para adm inistrator untuk
m engim plem entasikan program , kurangnya sum ber-sum ber
pendanaan, tantangan dari individu-individu atau kelom pok-
kelom pok yang hanya m endasari sikap dan pola pikir untuk
m em pertahankan “ status quo", keengganan w arga kom unitas
untuk m enerim a atau m enerapkan berbagai je n is perubahan,
gagalnya politikus dalam m enterjem ahkan berbagai kebijakan
ke dalam bentuk tindakan nyata yang sering disebabkan oleh
pola pikir m ereka yang cenderung m em ikirkan diri sendiri. Ke
sem ua faktor ini akan m em batasi pencapaian hasil program
pengem bangan m asyarakat.
Dalam situasi-situasi tertentu sering tim bul kesenjangan
antara yang dirasakan oleh pekerja pengem bangan m asyarakat
untuk dapat dikerjakan dan apa yang sebenarnya dapat
m ereka hasilkan. K esenjangan ini kadang-kadang sedem ikian
besarnya, sehingga pekerja pengem bangan m asyarakat tersebut
akan berpendirian bahw a m ereka tidak akan m ungkin dapat
bekerja pada suatu sistem pengem bangan m asyarakat yang
resm i sifat dan pengorganisasiannya. M isalnya, seorang pekerja
pengem bangan m asyarakat yang harus m engikuti kebijakan
pem bangunan secara nasional dan terpusat, nam un mereka
tinggal dan hidup dalam suatu kom unitas yang sangat tim pang
dan sangat diatur oleh penguasa pem erintah. Situasi yang

173
n ©© (ZLil - 10:34

Pengembangan Masyarakat

sam a ju g a d ira sak a n o leh p ek erja p en g em b an g a n m asy arak at


yan g d ih a ru sk an m en d o ro n g p a rtisip a si m asy a ra k a t d alam
su atu p ro se s p e n g em b an g a n m asy a ra k a t di s u atu n eg ara y ang
m e m b e rla k u k an sistem p e m e rin ta h an yan g terp u sat d an otoriter.
D alam k a su s-k a su s sep erti ini m ak a p ek erja p e n g em b an g a n
m a sy a ra k a t h a ru s m em ilih u n tu k b ek erja p a d a o rg an isasi-
o rg an isasi sw a sta yang m encoba m en g ad ak an p eru b ah an
s osial d an p o litik d ari ja lu r di lu ar sistem y a n g ad a. O rg an isasi-
o rg an isasi sem acam ini ak an m em p u n y ai b e rb a g ai ben tu k seperti
b ad an -b ad an su k arela , o rg a n isasi-o rg an isa si k em a sy a ra k a tan ,
d an k elo m p o k -k e lo m p o k politik.

174
© Lintas Agama

9
M e m b a n g u n K o m u n ik a si S osial d a la m
Pengem bangan M asyarakat

1. P e n g a n ta r
Istilah “ kom unikasi sosial" dicetuskan dan diperkenalkan
oleh Preparatoiy Com mission on Com m unication pada 1962.
M ulanya, digunakan sccara bersam a dengan kata “ instrumen”
sebagaim ana dalam kata “ instrumen kom unikasi sosial”, namun
kem udian diperluas menjadi sebuah istilah “kom unikasi sosial"
yang m engandung m akna lebih umum. Raymond B. Nixon
m endapati pada 1980, dari 163 lembaga pelatihan kom unikasi di
A m erika Latin. 65 di antaranya telah m engadopsi “komunikasi
sosial” dalam rancangan departem en atau fakultas di mana
lembaga itu bernaung. M enelusuri kembali hingga ke tahun
1970, Dr. N ixon mendapatkan hanya 3 institusi yang mengadopsi
istilah ini dan bahkan pada 1962 tidak ada satupun departem en
kom unikasi sosial di universitas-universitas di Am erika Latin.

2. K onsep K o m u n ik asi Sosial


T am paknya, akibat definisi dan tujuan yang tidak jela s, orang-
orang ingin lepas dari nam a dan kem ungkinan dom inasi m edia

175
n © © _ 10:35

Pengem bungan M asyarakat

kom unikasi yang satu oleh m edia kom unikasi lainnya. Oleh
karena itu. adanya pencarian konsep baru yang m encakup seluruh
bidang, dapatlah dipaham i. K enyataannya, kom isi persiapan
pada N ovem ber I962 bersam a-sam a dengan dokum en yang
diajukan D ew an, Inter M irifica, m engajukan nam a “ instrum enta
com m unicalionis social is" untuk digunakan dalam m erancang
bidang ini. Proposal ini diajukan dalam sebuah deklarasi khusus
(declaratio) yang ditam bahkan sebagai catatan dari proem ium
atau pengantar pada dokum en. Deklarasi ini m ulanya m engacu
pada tugas dari kom isi penyiapan ini. M erekalah satu-satunya
yang m em iliki keterkaitan dengan m edia kom unikasi pada era
kita saat ini: “qucstionibus om nibus cxpcndicndis, quac cum
hodiem is vulgandarum sententiarum rationibus quoquo m odo
connectuntur.” Di sini dalam tanda kurung dijelaskan sebagai
contoh: pers, radio, televisi, film (u f suni fo /ia impressa.
radiophonicae e t le/evisificae transmissiones, cinematographiea
speclacula, etc). Pada argum en kedua, “declaratio” m engacu
kepada perbedaan nam a yang diberikan kepada m edia
kom unikasi m odem seperti ” techniques de diffusion” , “ M ass
M edia.” Publizistik” atau sekedar “audiovisual m edia” . Meski
kurang pas, ju g a dijelaskan istilah seperti “ spectacula” yang
m ana akan lebih jaran g digunakan untuk penem uan baru seperti
radio dan lebih cocok untuk pertunjukan panggung atau sirkus
yang tidak m ungkin akan diasosiasikan dengan “sententias
vulgandas” . Istilah ini ju g a tidak akan m am pu m engekpresikan
m akna spiritual.
Kom isi kem udian m engajukan istilah baru “ instrum en
kom unikasi sosial” . Ini ju g a, m engindikasikan asal penem uan
ini berkaitan dengan teknik-teknik terdahulu. Di sam ping
itu. ju g a dianggap bahwa tindakan instrum ental (“ aetionem

176
n © © □ U l _ 10:35

Membangun Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

instrum entalem ” ) yang berisikan m akna spiritual, yang


dibuat oleh pengarang (m anusia), dapat dikom unikasikan
kepada orang lain, m enjadi lebih je la s dalam istilah baru itu,
sebagaim ana kekuasaan seperti halnya kom unikasi akan dengan
cepat digunakan oleh seluruh m asyarakat. Proposal kom isi
persiapan ini diterim a tanpa ada kom entar dan diskusi oleh
C ouncil Fathcr. Versi terakhir dari D ccrcc on Com m unication,
sebagaim ana dium um kan pada 4 D esem ber 1963, p arag raf
pertam anya identik dengan p aragraf pertam a pada versi proposal
yang lebih awal pada N ovem ber 1962, kecuali pada tam bahan,
sifat m edia kom unikasi, di m ana teks final ditam bahkan istilah
Latin “ attingerc” ju g a “ac noverc valent” . Paragraf pertam a ini
akhirnya m em bicarakan instrum en m odem dari sifat dasarnya
yang tidak hanya m engacu kepada orang perorangan, tetapi
beragam pihak bahkan seluruh um at m anusia.
K ecenderungan yang sam a, di m ana Kom isi Pontifical
untuk Instrum en Kom unikasi Sosial didirikan untuk m enjaw ab
seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan sinem a, radio,
TV. dan pers harian. Hal ini sekali lagi terkait dengan m edia
kom unikasi, seperti pers, radio, film, dan TV; dem ikian juga
dengan Panduan terbaru Congregation for Catholic Education
untuk pelatihan kom unikasi pendeta di m asa m endatang, yang
m enautkan dirinya sebagai expressis verbis terhadap m edia
massa.
M engapa perlu ada istilah baru seperti "Instrum en
Kom unikasi Sosial" jik a kita hanya m enginginkan m edia m assa
saja? Untuk pertanyaan seperti pers, radio, TV, dan film, kita
dengan m udah dapat m enggunakan istilah m edia m assa. Istilah
“kom unikasi sosial” sejak pertam a diperkenalkan pada I963
jelas diterim a sebagaim ana adanya tanpa ada refleksi lebih lan jut.

177
n © © 1□ U l _ 10:35

Pengembangan Masyarakat

Faktanya, istilah ini tam pak ditujukan tidak hanya terhadap


m edia m assa saja, dan proponen m estinya telah m erasakan hal
ini sejak m ereka m erujuk pada Superno Dei M utu, di mana
pers, radio, TV, dan film hanya disebut sebagai contoh yang
m em ungkinkan diperluas dengan "etcetera" dan sebagai arti
dari “hodiem is vulgandarum sententiarum rationibus quoquo
m odo conncctuntur".
Untuk alasan yang sam a, dokum en Dewan Inter Mirifica
pada p arag raf pertam anya ju g a m enyebut pers, film, radio, TV,
dan “alia hujusm odi" di m ana tidak hanya m encangkup dan
m enggerakkan individu tunggal, tetapi ju g a seluruh kelom pok
dan m asyarakat m anusia secara keseluruhan. Tanpa klarifikasi
lebih lanjut, teks di sini tam pak m eninggalkan pintu yang
terbuka untuk pengem bangan lebih lanjut.
Jika seseorang m engam bil istilah “kom unikasi sosial”
tanpa pem aham an dan acuan kepada dokum en tersebut di
atas, ia akan berpikir bahw a istilah “ kom unikasi sosial” adalah
sem barang kom unikasi dari atau dalam m asyarakat m anusia.
Pada kenyataannya, penulis Italia, G iorgio Braga, dalam
bukunya La Communicazione Sociale m enyebutkan studi
kom unikasi sosial sebagai “studi tentang proses kom unikatif
dalam m asyarakat" di m ana, m enurutnya, m engacu pada
m asalah sem antik sebagaim ana dan didasarkan pada sosiologi
di m ana m enem patkan kom unikasi sebagai pusat kehidupan
m asyarakat. Braga lebih jau h m enjelaskan bahwa hal ini
bukanlah berarti m engabaikan kom unikasi m assa, nam un
lebih m erupakan pendekatan pragm atis lantaran tidak m ungkin
untuk m em bangun batas yang jelas, sebab kom unikasi terjadi
di seluruh struktur sosial dan m erupakan bagian proses
sosiologi. B ukan tanpa alasan, Braga m engutip Em st C assirer

178
n © © □ U l _ 10:35

Membangun Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

yang m endefinisikan m anusia sebagai animal symbolicum.


K enyataanya, jik a seseorang m engam bil istilah kom unikasi
sosial secara serius, seseorang harus m endefinisikannya sebagai
hubungan kom unikatif antara anggota sistem sosial, alat-alat
m ereka, struktur, dan proses. Hal ini akan m em asukkan seluruh
tindakan kom unikatif umat m anusia yang m em iliki hubungan
langsung m aupun tidak langsung terhadap m asyarakat m anusia.
Maka, kom unikasi sosial tidak dapat dibatasi sebatas media
m assa tetapi harus dipandang dalam konteks yang jau h lebih
luas. Pidato seorang kepala suku di A frika atau perayaan
kegiatan publik di sebuah desa adalah kom unikasi sosial,
m engingat hal ini m em engaruhi kehidupan sosial orang.
hnrico Baragli yang ju g a anggota kom isi persiapan untuk
dokum en dew an, dalam edisi terbaru bukunya. Communicazione
e Pastorale, saat m em bahas sosiologi pastoral dari instrum en
kom unikasi sosial m enyatakan, ketika m enjelaskan istilah
“kom unikasi sosial” , istilah ini akan dengan lebih baik
cakupannya ketim bang penggunaan istilah difusi atau kolektif
atau m assa. Sem ua kom unikasi yang disengaja, m enurutnya,
per se adalah fakta sosial. Di sini, secara khusus dia m engacu
terhadap bahasa sebagai fakta sosial dan instrum en bagi
individu untuk berpartisipasi dan m enyesuaikan diri dengan
kelom pok sosialnya, di m ana hal ini benar. N am un kem udian
dia m elangkah lebih jau h dengan m enam bahkan bahwa
dokum en dew an sem estinya m enggunakan istilah “ sosial”,
tidak dalam arti ini, akan tetapi sebagai upaya m engkategorikan
("ha valore autonomistico") sebagaim ana hukum kanon akan
m enggunakan istilah “religius” untuk m enggam barkan seluruh
anggota jem a at keagam aan. Dengan cara seperti ini, istilah
“sosial” m cnurut Baragli. digunakan dalam arti ganda, pertam a.

I79
n © © B U I _ 10:35

Pengembangan Masyarakat

sem estinya ini m engindikasikan secara alam i bahw a instrum en


m elakukan kom unikasi tidak hanya dengan individu tunggal
atau kelom pok prim er kecil, tetapi ju g a dengan khalayak m assa,
dan potensial pengalam an kolektif keseluruhan um at m anusia;
kedua, sem estinya ju g a m engindikasikan bahw a instrum en ini
m enjadi faktor sosialisasi yang efisien, m engingat instrum en ini
sem estinya m enjadi kom unikasi tipikal bagi kelom pok orang
yang telah sangat tersosialisasi. Berdasarkan kesim pulan ini,
Baragli m enem patkan dalam kategori instrum en kom unikasi
keseluruhan dan hanya (“ tutti c solo") dari instrum en itu yang
m em enuhi tiga kondisi: ( I ) instrum en harus dari teknologi yang
dikenali, (2) harus m em ilik kem am puan yang kuat (“ im m ensa
idoneita") untuk berkom unikasi, dan (3) sem estinya tidak
im personal, tetapi sosial. Dia kem udian m elangkah lebih jau h
dengan m encantum kan surat kabar harian, terbitan periodik, dan
dalam beberapa hal, buku saku, sinem a, radio, dan TV, term asuk
video recorder , m engingat m em enuhi kriteria ini dan lebih jau h
pada kondisi tertentu, bahkan term asuk teknik publikasi. Yang
dikeluarkan dari kategori ini, m enurut Baragli, adalah buku dan
publikasi, teater, alat transportasi, telegraf, telepon, fotografi,
lagu, dan kepariw isataan. U ntuk buku, m eski belakangan dia
m em aparkan m akna pentingnya bagi aspek sosio-budaya,
dia tetap m engeluarkan dari anggota istilah “m edia m assa"
sebagaim ana halnya dengan banyak je n is buletin dan terbitan
keagam aan berkala “ m olti bolletini e reviste pie” . Secara
teologis. Baragli m enghubungkan konsep kom unikasi sosial
sebagai proses sosialisasi khususnya dengan acuan terhadap
teologi m oral, di m ana pada kondisi seperti ini kom unikasi akan
lebih m engacu kepada teologi dogm atis.

ISO
n © © □ .,il _ 10:36

M em bangun K om unikasi S osial dalam P engem bangan M asyarakat

Jika istilah “ kom unikasi sosial” hanya berarti m edia


m asa dalam batasan yang paling sem pit, seseorang pasti
akan m enanyakan, m engapa perlu ada istilah baru seperti
“kom unikasi sosial” perlu digunakan. Istilah kom unikasi
dengan “ kom unikasi sosial” yang sebenarnya lebih ditujukan
untuk istilah "instrum en kom unikasi sosial” . Di balik
penggunaan istilah ini jelaslah adanya konsep linier lam a dari
konsep kom unikasi: kom unikasi dalam pem aham an ini adalah
terutam a atau hanya m erupakan sebuah transm isi pesan dari
satu titik kc titik lainnya dan kom unikatorlah dengan instrum en
dan kem am puannya dapat m enjangkau kalayak yang luas dan
m em buat m ereka berpengalam an, percaya, dan m elakukan
apa yang dia inginkan. D engan konsep seperti ini, instrum en
dan khalayak yang luas m enem pati posisi sentral dalam
konsep ini dan kom unikasi yang terjadi bersifat top-down.
K enyataannya, riset dan persuasi um um saat ini m enunjukkan
bahw a kom unikasi sem estinya dipandang sebagai proses
sharing horisontal di antara partisipan. A da um pan-balik
seketika dan perubahan peran antar partisipan yang akhirnya
m encapai konvergensi guna tercapainya kesepaham an umum
dan terjadi pada suatu jaringan dan struktur sosial tertentu.
Juga, secara teologis, konsep seperti ini m enghantarkan kita
pada pem aham an baru dan communion ini m em bangun atau
m endokum entasikan kom unitas. Jika m em ang kom unikasi
sosial berkenaan dengan m asyarakat, m aka pertanyaan atas
instrum en hanyalah satu bagian saja dari seluruh proses ini dan
tidak m em punyai prioritas pengecualian seperti ini.
M asyarakat, tidak seperti halnya dengan dim ensi sosial
kom unikasi, tetaplah akan menjadi titik sentral yang tetap
dipegang sebagaim ana halnya pem bedaan atas Gesellschaft

181
© Ilmu & BeritaDD *

dan Gemeincshaft oleh Tonnies. M odel kom unikasi linier telah


banyak m enuai kritik atas asum sinya terhadap sifat informasi.
“Laiknya dapat dibaw a dari satu sum ber atau penerim a
seperti w adah seperti halnya dump-truck m em baw a pasir
m elintas kota, seperti jarum suntik m enginjeksi vak sin ...
Sem ua analogi ini dibuat seakan-akan ada sebuah entitas fisik
yang dapat dibaw a-baw a seperti objek m aterial. A da aspek
fisik dari inform asi dan karenanya asum si ini “ berlaku” pada
berbagai situasi. N am un anggapan tentang sifat inform asi ini
sebagian ju g a berperan terhadap kesalahan teoritis lainnya:
bahw a pikiran seorang individu adalah entitas yang terpisah
dari lingkungan di m ana dia berada ... K onteks kom unikasi
m anusia m aka kem udian diabaikan.”
Everett Rogers dan Law rence Kincaid yang m enulis
ungkapan di atas, m enyebutkan tujuh bias dari teori kom unikasi
dan riset m asa lalu, di m ana, di sam ping bias um um kom unikasi,
yang dipandang sebagai sebuah aliran linier, tindakan satu arah
(biasanya vertikal) dan bukan siklikal, proses dua arah yang
berlangsung sepanjang w aktu. M ereka m encatat sum ber bias
adalah fokus pada ketergantungan dan tidak m em fokuskan
pada hubungan dari pihak-pihak yang berkom unikasi dan
saling ketergantungan fundam ental di antara mereka. Ada
sebuah kecenderungan untuk m em fokuskan pada pesan per
se dengan korbanan pada keterdiam an, jed a dan timing pesan.
Ini adalah “kecenderungan" untuk m enganggap fungsi utam a
atau kom unikasi sebagai persuasi, ketim bang tercapainya
kesepaham an bersam a yang saling m enguntungkan, konsensus
dan tindakan kolektif. Rogers dan Kincaid lebih lanjut berbicara
tentang kecenderungan untuk m enekankan pada efek psikologis
kom unikasi pada individu-individu terpisah, dan bukan pada

182
n © © □ .,il _ 10:36

Membangun Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

dam pak sosial dan hubungan antara individu pada sebuah


jaringan. A khirnya, m ereka m endeteksi sebuah kepercayaan
pada sebab-akibat m ekanistik satu arah ketim bang sebab-akibat
niutual yang m erupakan karakteristik sistem inform asi m anusia
yang secara fundam ental adalah sibem atik. Sem ua ini dengan
m udah dapat diterapkan untuk m em andang kom unikasi sosial
sebagai identik dengan m edia m assa, dan pandangan itu baru-
baru ini sekali lagi diterapkan pada the Guide to the Training
o f Future Priest Conceming the Instruments o f Soccial
Communication. Rogcrs dan K incaid m em andang kom unikasi
lebih sebagai “ proses perkem bangan dinam is sepanjang w aktu”
di m ana kem udian m engarahkan pada p erspektif relasional atas
kom unikasi m anusia yang terikat ke dalam jaringan kom unikasi
m asyarakat m anusia.
Kom unikasi sosial sebagai dim ensi yang luas dan dalam dari
hubungan antarm anusia, m enem patkan kem anusiaan ke dalam
saling keterhubungan sccara individual dan kolektif. Uskup
ju g a m em andang kom unikasi sosial sebagai “ dikondisikan
oleh realitas sosio-budaya” negaranya. Ini khususnya di
luar keyakinan dan pengalam an bahw a m ereka tidak hanya
m enganggap m edia m assa sebagai alat kom unikasi sosial, tetapi
m encatat perkem bangan pesat m edia ‘Kom unikasi K elom pok’
dan 'S m all M edia’... dan m em andangnya sebagai urgensi untuk
m engintensifkan penggunaan M edia K om unikasi Kelompok.
Di sam ping, “ lebih m urah dan lebih m udah ditangani, ju g a
m enaw arkan kem ungkinan d ia lo g ...” .

3. I’lem on K o m u n ik asi Sosial


Dua puluh tahun silam , tidaklah ada alasan untuk sebuah
istilah baru seperti ‘kom unikasi sosial’ jik a seseorang hanya

183
© tunanetra berbagi ilmu

Pengembangan Masyarakat

ingin berm aksud m enyebut m edia m assa. Saat ini. pengalam an


dan sebagaim ana penelitian kom unikasi m enyarankan asum si
konsep ‘kom unikasi sosial’ dalam m akna yang asli dan luas
sebagaim ana kom unikasi dalam dan kom unikasi m asyarakat
m anusia. M edia m assa hanya satu bagian dari kom unikasi
seperti ini, di m ana ju g a term asuk di dalam nya buku dan
m edia kom unikasi kelom pok, sebagaim ana alat tradisional atau
kom unikasi tradisional pada m asyarakat m anusia. Kom unikasi
antarm anusia term asuk di dalam nya kom unikasi intrapersonal
dan interpersonal yang tidak baik secara langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan m asyarakat. Tidaklah selalu
m em ungkinkan untuk m em buat garis batas yang jela s antara
konsep-konsep ini, m engingat kebanyakan sangat tergantung
dari kondisi dan situasi nyata. Sebuah percakapan yang sangat
intim antara suam i dan istri adalah kom unikasi interpersonal
antarm anusia dan tidak harus m erupakan 'kom unikasi sosial'.
Tidak ada aturan yang didefinisikan dengan jela s untuk
awal dan akhir dari istilah kom unikasi sosial sebagaim ana
diharapkan banyak orang. N am un dem ikian, ada beberapa
pertim bangan yang m ungkin m em bantu m elihat lebih jelas
di m ana kom unikasi sosial m ungkin berawal dan berakhir.
Pertim bangan ini tidaklah ekslusif, tetapi perlu dilihat sebagai
saling berhubungan dan m erupakan bagian dari situasi konkret.
Jum lah partisipan bukan m enjadi tetapi dapat m enjadi satu
indikasi kom unikasi sosial. Um um nya, kom unikasi interpersonal
antara dua individu tidak akan dianggap sebagai kom unikasi
sosial. M engikuit adagium ‘T re s facium collegium ” (tiga cukup
untuk m em buat satu persekutuan— thrcc m akc com panion),
kom unikasi sosial norm alnya akan dim ulai dengan tiga orang
atau lebih yang term asuk ke dalam atau m em bangun sistem

184
© Pesan dari +62 896-3298-1328 @ DShare

Membangun Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

sosial. Jika dua orang adalah pem im pin kekuasaan dua dunia,
ini akan dianggap sebagai kom unikasi sosial m engingat taraf
kepentingan dan konsekuensi yang m ungkin dari kom unikasi
interpersonal dua partisipan ini terhadap m asyarakat.
Di sisi lain, pertim bangan jum lah itu sendiri tidak akan
cukup. Harus juga ada aspek “ publik" dengan proses komunikasi
itu. Komunikasi itu haruslah publik atau berkaitan dengan publik
baik langsung m aupun tidak. Diskusi antara dua superpower
dalam ranah publik jelas bukan percakapan pribadi. Ini
m enganggap adanya karakter kom unikasi publik yang ditujukan
kepada sejum lah (besar) orang pada sebuah sistem sosial atau
sekurangnya secara potensial dapat diakses oleh seluruh atau
sebagian besar anggota sistem sosial. M aka pernyataan pemim pin
pem erintahan akan menjadi kom unikasi sosial sepanjang terkait
dengannya atau kelom pok sosial yang berkaitan terlepas dari
kenyataan bahwa seluruh orang m engetahui segera. Sekurangnya
secara potensial mereka mem punyai akses. Istilah dan konsep
Jerm an Publisistik yang didefinisikan dengan alasan ini secara
esensial adalah kom unikasi publik.
A gar kom unikasi disebut sebagai kom unikasi sosial,
ju g a harus m em punyai kepentingan tertentu, sekurangnya
terhadap seorang anggota kom unitas dan kehidupannya. Jika
dua individu m em bicarakan tentang cuaca, hal ini m ungkin
tidak dapat diartikan sebagai kom unikasi sosial, dalam batasan
yang paling sem pit, m engingat percakapan hanya terjadi di
antara dua orang. Tapi jik a tiga orang atau lebih terlibat dalam
diskusi tentang cuaca, ini akan m enjadi sebentuk percakapan
‘hiburan’. Hal ini jela s sudah m em baw a kepentingan hiburan
dari kelom pok sosial, hiburan m enjadi satu dari (iga fungsi dari
sem barang kom unikasi di sam ping inform asi dan interpretasi.

IS5
n ©© B U I _ 10:37

Pengembungan M asyarakat

Menimbang alat yang harus ditambahkan seseorang di mana


alat yang digunakan untuk komunikasi sosial harus merupakan
alat sebuah kelompok budaya tertentu yang digunakan dan
disadari oleh kelompok ini. Oleh karena itu. alat yang digunakan
harus merupakan bagian dari struktur komunikasi masyarakat
tertentu. Di sini seluruh alat komunikasi tradisional sebuah
komunitas dapat dimasukkan seperti pidato, tarian dan cerita,
teka-teki, peribahasa, pertunjukan, dan sebagainya.

4. Ja rin g a n Inform asi dan K om unitas


Beragam informasi telah menerpa komunitas dengan hebatnya.
Selain melalui media massa (baik langsung maupun dua
langkah), banyak pihak juga menempatkan petugas untuk
menyebarkan informasi kekomunitas pedesaan. Untuk
keperluan pembangunan pertanian, misalnya, pemerintah
menebarkan puluhan ribu orang penyuluh pertanian kc
pedesaan. Penyuluh-penyuluh ini telah berhasil memodernkan
pertanian di pedesaan, sehingga petani kita tahu, mau dan
mampu memanfaatkan input teknologi moderen (benih unggul,
cara pengolahan tanah modem, pupuk kimia, pestisida dan
sebagainya) pada pertanian mereka. Untuk mempercepat
proses penyebaran teknologi pertanian ini, pemerintah juga
melatih ribuan petani (dalam kelompok tani). Petani-petani
terlatih inilah kemudian diharapkan menyebarkan pengetahuan
barunya kepada rekannya sesama petani. Dalam memilih calon
petani yang akan dilatih ini. pemerintah selalu memperhatikan
ketokohan calon tersebut. Calon tersebut biasanya diambil
dari kalangan pemimpin pendapat (opinion leader), sehingga
masyarakat lebih mudah mempercayai mereka. Hal ini
merupakan penerapan prinsip komunikasi dua langkah dengan

IS 6
n © © B U I _ 10:37

Membangun Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

m em anfaatkan ciri jaringan tradisional yang telah dikem ukakan


sebelum nya. Selain untuk pem bangunan pertanian, pem erintah
ju g a m enem patkan berbagai petugas yang berkaitan dengan
kom unikasi di pedesaan, seperti Penyuluh Lapangan Keluarga
Berencana (PLK B ), Penyuluh K ehutanan, Juru Penerang, dan
sebagainya.
Dengan tersebarnya inform asi ke kom unitas pedesaan ini,
diharapkan pem bangunan lebih cepat berlangsung di kom unitas
pcdcsaan.Tcntu ada ju g a kritik terhadap penyebaran informasi
ini, karena hal ini telah m engakibatkan w arga kom unitas desa
tergantung pada dan “ tercetak” seperti kom unitas kota. Oleh
karena itu, saat ini banyak pula Lem baga Sw adaya M asyarakat
(L SM ) m asuk lagi ke kom unitas desa dengan program
“pem berdayaan m asyarakat", yang berusaha m eningkatkan
tara f hidup m asyarakat dengan m em anfaatkan kearifan lokal
(indigenous knowledge).
Selain m elalui saluran m edia m assa dan penyuluh formal
ini, informasi secara besar-besaran ke desa ju g a dibaw a oleh
para perantau. M ereka adalah orang-orang yang m eninggalkan
desa untuk bekerja di tem pat lain untuk beberapa w aktu
lam anya. Ketika kem bali ke desanya (untuk sem entara ataupun
untuk selam anya ketika ia sudah pensiun dari pekerjaan di luar
desanya), m ereka m em baw a inform asi dan uang. Di desa-desa
pengirim Tenaga Kerja Indonesia (TK I), banyak rum ah yang
bagus-bagus sebagai hasil keringat perantau ini.
Selain TKI yang bekerja di luar negeri, perantau dom estik
juga banyak m em berikan kontribusi informasi dan uang bagi
desanya. Perhatikanlah gaya pekerja m usim an kita yang
“ m udik" ketika lebaran tiba! A nda pasti m engingat hebatnya
‘perjuangan' m ereka ini untuk m endapat ruang (bukan lagi

I87
n ©© B U I _ 10:37

Pengembungan M asyarakat

tempat duduk) di kereta api atau bus demi perjumpaan tahunan


dengan keluarganya saat lebaran. Selain membawa uang,
mereka juga membawa gaya hidup dan informasi tentang
perkotaan. Tak heran, bila lebaran usai, kota-kota di Indonesia
menerima banyak tambahan migran baru, walaupun pemerintah
kota melarang masuknya migran ini. Hal ini susah dibendung,
karena perantau pelopor tadi sering memberi informasi tentang
“indahnya" kota pada temannya yang tinggal di kota. Penduduk
yang tinggal di desa juga melihat bahwa gaya rekannya yang
telah merantau jauh lebih hebat dibanding dengan gaya hidup
pedesaan. Selain akibat tekanan hidup di desa, penyebaran
informasi melalui perantau ini merupakan besarnya dorongan
untuk meninggalkan desa dan mencari hidup di tempat lain.
Selain perantau, agen lain yang sering membawa informasi
dari kota ke pedesaan adalah pedagang. Kasus di Turki
menunjukkan bagaimana seorang pedagang yang setiap minggu
kc kota, membawa gaya hidup dan pola pikir kota di desanya,
la bagaikan sebuah engsel yang menghubungkan budaya kota
dengan budaya desa. Walaupun semula banyak orang tidak
menyukai gayanya yang tak lazim, tetapi akhirnya penduduk
desa mengikuti apa yang dilakukannya setelah mereka lebih
mengetahui gaya hidup kota tersebut.
Selain untuk pengembangan m asyarakat,jaringan informasi
ini juga sangatlah penting. Banyak orang yang memiliki jaringan
informasi yang luas memiliki peluang hidup yang lebih baik.
Dalam banyak upaya pembangunan saat ini, banyak lembaga
m asyarakat yang mengembangkan jaringan kerja sama. Dengan
kerja sama ini, lembaga itu saling membantu dalam berbagi
kelebihan dan kekurangan lembaganya masing-masing. Dengan
adanya jaringan ini, setiap lembaga tak perlu mengetahui

188
n © © B U I _ 10:37

Membangun Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

atau m enguasai sum ber daya, karena ia dapat m enerim a dan


m em pergunakan sum ber daya yang ada pada lem baga lain.

5. K o m u n ik asi S osial d a la m P e n g e m b a n g an M a s y a ra k a t
Proses-proses dan pola-pola kom unikasi dalam suatu kom unitas
m engalam i perubahanan dan perkem bangan sejalan dengan
perubahan dan perkem bangan kom unitas itu sendiri. M enurut
F ranz-Josef Eilcrs (1994), “Communieating in Community
tries lo give some basies in Human Communication, goes from
Human Communication lo Mass Communication with the
different Mass Media and G m up Communication to conclude
with consideralions on ... Social Communication
Pem bahan dari Human Communication ke Mass
Communication karena terjadi perubahan kom unitas akibat
proses industrialisasi, urbanisasi, dan m odernisasi. Sehingga
kom unitas dicirikan dengan:
1. Peningkatan spesialisasi pem bagian kerja
2. Penurunan pengaruh norm a-norm a dan nilai-nilai tradisional
3. Peningkatan kontrol sosial formal
4. Peningkatan diferensiasi sosial.

O leh karena itu, m enurut Jo s e f Eilers (1994), dalam


perkem bangan suatu kom unitas diperlukan suatu proses-
proses dan pola-pola kom unikasi yang berlandaskan kepada
kom unikasi sosial. Kom unikasi sosial dipaham i sebagai suatu
proses kom unikasi yang berlangsung dalam suatu m asyarakat
(kom unitas). E lem cn-elem ent kom unikasi sosial tersebut
adalah (Jo s e f Eilers, 1994): ( I ) T he num bers o f participants;
(2) “ Publicness” ; (3) Fungsi inform asi, interpretasi, dan
“entertainm ent"; dan (4) C'ultural group. D engan dem ikian,

189
© SahabatNetraAndroid...!!!

Pengembangan Masyarakat

komunikasi sosial dipahami seperti berikut ini: "... that social


comntunication is not main/y and solely concemed about the
different mass media and their technology, bui more with the
interaetion o/human beings in their public espressions within a
respective community •and cultural group. "
D ari p e rtim b a n g a n ini k ita d a p at m e lih a t b ah w a k o m u n ik asi
sosial tid a k m em fo k u sk a n d a n h an y a m e m b a h as ten tan g
berbagai media massa dan teknologinya, tetapi lebih pada
interak si a n ta r m an u sia d a la m ran ah p u b lik d alam m asy arak at
atau k elo m p o k b u d ay an y a.

190
n © © □ U l _ 10:38

10
M a n a je m e n K onflik B e r b a sis K o m u n ita s
d a la m P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t

. P e n g a n ta r
Salah satu perm asalahan penting dalam berbagai kom unitas dan
proses pengem bangan m asyarakat adalah konflik sosial. Pada
tahun-tahun terakhir ini, konflik yang terjadi tidak hanya di
dalam suatu kom unitas, tetapi ju g a antarkom unitas baik konflik
yang bersifat vertikal m aupun konflik horizontal. M em ang,
sejarah berbagai kom unitas penuh dengan konflik, term asuk
konflik yang disertai dengan kekerasan. Nam un pada tahun-
tahun terakhir ini, konflik yang disertai dengan kekerasan ini
berlipat ganda jum lahnya. Setelah kerusuhan M ei 1998, di
beberapa kaw asan dan daerah seperti di A ceh, Papua, Sam bas.
Poso. M aluku, Sam pit dan sebagainya. telah terjadi berbagai
konflik yang m em baw a jatuh korban.
Selain dari konflik pada tataran tersebut, konflik juga
dapat terjadi di dalam rum ah tangga, antarkeluarga, di kantor,
dan bahkan antarnegara. Sering sekali konflik terjadi karena
perbedaan cara pandang di antara pihak-pihak yang berkonflik.

191
n © © □ U l _ 10:38

Pengembangan M as^rak ai

M asing-m asing orang, kelom pok, kom unitas, dan unit sosial
lainnya m em iliki pengalam an yang berbeda, cara hidup yang
khas, dan m em iliki nilai yang berbeda dengan unit sosial
lainnya. Perbedaan-perbedaan ini m engakibatkan cara pandang
yang khas tentang sesuatu, yang berbeda dengan yang lainnya.

2. K onflik d a n K e se h aria n K o m u n ita s


Konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih,
yang disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan
dan kelangkaan sum berdaya. Konflik dan kehidupan warga
kom unitas sangatlah sulit untuk dipisahkan dan keduanya
berada bersam a-sam a karena perbedaan nilai, status, kekuasaan,
dan keterbatasan sum ber daya itu m em ang selalu terjadi.
Konflik akan selalu dijum pai dalam kehidupan m anusia, warga
kom unitas, dan m asyarakat sebab untuk m em enuhi kebutuhan
hidupnya, m anusia atau w arga kom unitas m elakukan berbagai
usaha yang dalam pelaksanaannya selalu dihadapkan pada
sejum lah hak dan kewajiban.
A pabila hak yang dim iliki seseorang m erupakan bagian dari
hak sekelom pok orang (kom unal), atau bila hak itu m em erlukan
pengakuan oleh orang lain, m aka dalam m erealisasikannya
dapat m enim bulkan benturan-benturan. Benturan akan
sem akin tam pak, terutam a apabila terdapat rasa tidak adil
dalam m erealisasikan hak tersebut, dan faktor inilah yang
m erupakan pem icu bagi konflik atau sengketa yang kem udian
tim bul. Jelaslah dari sini bahw a konflik atau sengketa m em iliki
karakteristik hubungan yang am at erat dengan perikehidupan
w arga kom unitas dan m asyarakat sccara luas.
Kata konflik seringkali m engandung konotasi negatif, yang
cenderung diartikan sebagai law an kata dari pengertian kerja

192
n © © □ U l _ 10:38

Manajemen Konflik Berbasis Komunitas dalam Pengembangan Masyarakat

sam a, harm oni, dan perdam aian. Konflik acapkali diasosiasikan


dengan kekerasan atau ancam an kekerasan. Pandangan
yang dangkal m engenai konflik yang dem ikian, sulit untuk
diubah, w alau konflik sebenarnya perlu dim aknai sebagai
suatu ekspresi perubahan m asyarakat. Konflik bukanlah suatu
yang dapat dihindari atau disem bunyikan tetapi harus diakui
keberadaannya, dikelola, dan diubah m enjadi suatu kekuatan
bagi perubahan positif.
Akan tetapi, bila diam ati lebih jauh terdapat beberapa
karakteristik konflik (H endricks, 19% ), yakni:
1. Dengan m eningkatnya konflik perhatian pada konflik itu
ju g a m eningkat;
2. Keinginan untuk m enang m eningkat seiring dengan
m eningkatnya keinginan pribadi. M enyelam atkan muka
sem akin penting pada tingkat lebih tinggi;
3. O rang yang m enyenangkan dapat m enjadi berbahaya bagi
yang lain, seiring dengan m eningkatnya konflik;
4. Strategi m anajem en konflik yang berhasil pada tingkat
konflik tertentu sering tidak e fek tif pada tingkat konflik
yang lebih tinggi;
5. Konflik dapat m elam paui tahapan yang lazim : dan
6. Seseorang dapat m enjadi individu yang berbeda selam a
berada dalam konflik, tetapi konflik pada seluruh tingkat
organisasi dapat diidentifikasi.

Konflik dengan dem ikian m engandung pengertian


yang sangat cair, cepat berubah, dan selalu berm akna ganda.
Dari w aktu kc w aktu pergeseran terjadi dalam hal intensitas,
sifat, jenis, penyebab, dan lokasi konflik serta pihak-
pihak yang terlibat di dalam nya. W alaupun dem ikian tidak

193
© Listeners

P engem bangan M asyarakat

tertutup kem ungkinan bahwa suatu konflik dapat m engalam i


pcnycderhanaan-penycdcrhanaan, sebagaim ana banyak dibahas
dalam pem bicaraan tentang analisis konflik. Pada um um nya
tujuan analisis tersebut adalah m enguraikan kom pleksitas
konflik untuk dapat dirunut akar penyebabnya, dan selanjutnya
dapat dicarikan jalan keluar bagi upaya penyelesaiannya.
Bagaim anapun pengertian konflik dapat berbeda arti
bagi orang-orang yang berbeda, m isalnya bahw a konflik
dapat m erujuk pada suatu debat atau perlom baan, suatu
ketidaksetujuan, argum entasi, perselisihan, atau pertentangan;
suatu perjuangan, peperangan, atau pertikaian; atau suatu
keadaan gangguan, ketidakstabilan, ketidakteraturan atau
kekacauan. Konflik ju g a bersifat um um , dengan kata lain
karakteristik konflik berada bersam a seluruh spektrum interaksi
sosial dan perilaku.

Boks 3. Relevansi Konflik dan Spektrum Interaksi Sosial


dalam Komunitas atau Antarkomunitas
Konflik dalam suatu individu
Konflik antara suami dan isteri
Konflik dalam rumah tangga
Konflik antartetangga
Konflik di atara kelompok-kelompok yang ada dalam komunitas
atau masyarakat (perkumpulan, koperasi, pemilik tanah, pengguna
sumber daya dan lain-lain)
Konflik antarkelompok etnik yang berbeda
Konflik antarpartai politik
Konflik antamegara dan kelompok negara

Konflik dapat tim bul di antara individu satu dengan yang


lain (antarindividu) dan antarkelom pok individu. Konflik

194
n © © □ .,il _ 10:39

Manajemen Konflik Berbasis Komunitas dalam Pengembangan Masyarakat

antarindividu m eliputi: ( I ) antara individu dengan individu


lain dari kelom pok yang berbeda, m isalnya seorang warga
suku dengan seorang w arga suku yang lain; dan (2) antara
individu-individu dalam satu kelom pok, m isalnya perebutan
tanah antar anggota suku, yang disebut pula konflik inierhouse
atau inler-generational. Sedangkan yang term asuk ke dalam
konflik antar-kclom pok (infra group atau intrahouse) dapat
berupa konflik antar sub-sub kelom pok yang otonom dalam
satu kelom pok, dan konflik antar-kelom pok besar yang otonom
dalam kom unitas atau m asyarakat.

3. P rin sip L n iu m M engelola K onflik


Konflik (m encakup persaingan, kontravensi dan konflik)
m erupakan hal yang biasa terjadi dalam kom unitas atau
m asyarakat. Dengan perluasan cakupan ini, konflik dapat kita
definisikan sebagai hubungan antar dua pihak (individu atau
kelom pok) atau lebih yang m em iliki (atau m erasa m em iliki)
sasaran yang tidak sejalan. (Fishcr dan kaw an-kaw an 2001).
O leh karena itu, dalam kelom pok, konflik terjadi apabila anggota
kelom pok tidak sepakat tentang pilihan yang harus diam bil
oleh kelom pok untuk m engam bil keputusan, m enyelesaikan
m asalah, atau m encapai tujuan.
N am un, dengan pengertian yang luas di atas, tidak perlu
m em andang konflik (khususnya pada fase persaingan) sebagai
hal yang buruk dan m utlak harus dihindarkan. N am un, yang
perlu dihindarkan adalah konflik yang diw ujudkan dalam
bentuk kekerasan. Heebe dan M asterson (1994) m enyatakan
konflik hanya m em punyai dam pak n eg atif apabila: (1) konflik
itu m enghalangi kita m encapai tujuan bersam a; (2) m engganggu

195
n ©© B U I _ 10:39

Pengem bangan Masyarakat

kualitas dan produktivitas masyarakat; dan (3) mengancam


kesatuan.
Untuk dapat mengelola konflik. Fisher dan kawan-kawan
(2001) menyatakan salah satu kegiatan penting yang harus
dikuasai adalah menganalisis konflik. Misalnya, kita perlu
tahu bagaimana proses atau sejarah konflik; kapan mulai,
kapan memuncak, siapa pelakunya, bagaimana bentuknya dan
sebagainya. Mereka mengemukakan ada empat isu kritis dalam
konflik, yaitu:
1. Kekuasaan; karena sering konflik terjadi karena usaha
untuk memperoleh kekuasaan yang lebih besar, atau
kekhawatiran kehilangan kekuasaan. Pihak yang berkonflik
sering merasa bahwa mereka tidak memiliki kekuasaan
untuk melakukan pembahan atau perdamaian;
2. Budaya; karena pada umumnya kita menghormati budaya
kita sendiri dan ingin mempertahankannya dari pengaruh
pihak luar;
3. Identitas; juga berhubungan dengan budaya. Perasaan satu
kelompok (in group) sering sekali semakin mengental
apabila anggota suatu kelompok mengalami konflik;
4. Jender, juga penting dipahami untuk mempelajari dinamika
konflik dan mengelolanya; dan
5. Hak, merupakan dimensi konflik sosial dan politik yang
vital.

Fisher dan kawan-kawan (2001) juga mengemukakan


terdapat empat teori penyebab terjadinya konflik, yaitu:
1. Teori Hubungan Masyarakat, yang menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh polarisasi yang tenis terjadi

t%
n © © □ U l _ 10:39

Manajemen Konflik Berbasis Komunitas dalam Pengembangan Masyarakat

ketidakpercayaan dan perm usuhan di antara kelom pok.


Dengan pem aham an ini, cara m engelola konflik adalah:
(a) m eningkatkan kom unikasi dan saling pengertian antar
kelom pok-kelom pok yang m engalam i konflik, dan (b)
m engusahakan toleransi agar m asyarakat lebih bisa saling
m enerim a keragam an.
2. Teori Negosiasi Prinsip, yang m enyatakan konflik disebabkan
oleh posisi yang tidak selaras, dan perbedaan pandangan
tentang konflik oleh pihak yang sedang berkonflik. Cara
pengendalian konflik adalah: (a) m em bantu pihak yang
berkonllik untuk mem isahkan perasaan pribadi dengan
m asalah, sehingga m ereka mam pu m elakukan negosiasi
(perundingan), dan (b) m elancarkan proses pencapaian
kesepakatan yang m enguntungkan kedua belah pihak.
3. Teori Kebutuhan M anusia, yang beranggapan bahwa konflik
disebabkan oleh kebutuhan dasar m anusia (fisik, m ental, dan
sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Dengan pengetian
ini, cara m enangani konflik adalah: (a) m em bantu pihak-
pihak yang berkonflik untuk mengenali dan mengupayakan
bersam a kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan (b)
agar pihak yang m engalam i konflik mencapai kesepakatan
untuk m em enuhi kebutuhan dasar sem ua pihak.
4. Teori Identitas, yang m elihat konflik disebabkan identitas
yang terancam . U ntuk m engatasi konflik m enurut teori
ini adalah: (a) m elakukan lokakarya dan dialog antara
pihak-pihak yang m engalam i konflik, dan (b) m enem ukan
kesepakatan bersam a yang m engakui kebutuhan identitas
pokok sem ua pihak.

197
n © © _ 10:39

P engem bangan M asyarakat

5. Teori K esalahpaham an antar Budaya, yang m enganggap


konflik disebabkan oleh ketidakcocokan cara-cara
berkom unikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
Dengan dem ikian, cara pengendalian konflik adalah: (a)
m enam bah pengetahuan pihak yang berkonflik tentang
budaya pihak lain, (b) m engurangi stereotipe n e g atif yang
m ereka m iliki tentang pihak lain, dan (c) m eningkatkan
keefektifan kom unikasi antarbudaya.
6. Teori T ransform asi Konflik, berkata bahwa konflik
disebabkan oleh m asalah-m asalah ketidaksetaraan dan
ketidakadilan dalam bidang sosial, budaya, dan ekonomi.
C ara penanganan konflik yang disarankan oleh teori ini
adalah: (a) m engubah struktur dan kerangka kerja yang
m enyebabkan ketidak-setaraan dan ketidakadilan, (b)
m eningkatkan jalinan hubungan jangka panjang di antara
pihak yang berkonflik, dan (c) m engem bangkan proses dan
sistem untuk m em prom osikan pem berdayaan, keadilan,
perdam aian, pengam punan, rekonsiliasi, dan pengakuan.

Secara um um , Fisher (2001) m engem ukakan beberapa


kategori pekerjaan yang berhubungan dengan konflik, yaitu:
1. Pengelolaan konflik, yang bertujuan m engem bangkan
dan m em berikan serangkaian pendekatan alternatif
untuk m engurangi perselisihan secara e fek tif dan tanpa
kekerasan;
2. Pendidikan dan Pelatihan Perdam aian, dirancang untuk
m endidik orang m engenai berbagai konsep dan ketram pilan
untuk m enangani konflik dan untuk m engem bangkan
perdam aian;

198
n © © i f O d L il _ 10:39

M a n a je m e n K o n flik B e rb a s is K o m u n ita s d a la m P e n g e m b a n g a n M a s y a ra k a t

3. Peningkatan Saling Pengertian, dirancang untuk mengurangi


ketidaktahuan, kecurigaan, prasangka, dan stcrcotipc di
antara individu dan kelompok yang berada dalam konflik;
4. Dukungan untuk Kelompok Marjinal, bertujuan untuk me­
ningkatkan kepercayaan dan kemampuan untuk melakukan
tindakan positif dan kekuasaan kelompok-kelompok
marjinal dalam masyarakat;
5. Kegiatan Anti-intimidasi. dirancang untuk mengurangi
berbagai tipe ancaman, gangguan, dan ejekan terhadap
anggota kelompok etnis, agama, atau politik tertentu;
6. Kegiatan Tradisi Budaya, dirancang untuk mendorong
dan mengembangkan rasa bangga terhadap budaya dan
penerimaan atas keragaman budaya dalam suatu ma­
syarakat;
7. Kegiatan Menegakkan Hak dan Keadilan, dirancang untuk
mengembangkan prinsip keadilan dan hak-hak yang di­
setujui bersama oleh masyarakat; dan
8. Kegiatan Opsi Politik, dirancang untuk memudahkan diskusi
politik di dalam dan di antara kelompok yang berkonflik.

4. M anajemen Konflik Berbasis Komunitas


Dari berbagai perspektif penyelesaian konflik alternatif yang
melibatkan berbagai entitas masyarakat, pembahasan mengenai
manajemen konflik perlu memfokuskan kepada communitybased
conflict manajemen (CBCM) atau manajemen konflik berbasis
komunitas. Misi awal dari CBCM adalah untuk memperagakan
kemungkinan-kemungkinan mengubah paradigma dan metode-
metode; dari penyelesaian konflik melalui konfrontasi dan
permusuhan yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat
dalam komunitas, ke arah penyelesaian dan pemecahan konflik

199
n © © B U I _ 10:40

Pengembangan Masyarakat

yang lebih kontekstual dengan m engelola akar perm asalahan


yang m enyebabkan terjadinya atau icr-eskalasi-nya konflik.
Pada hakekatnya pem aknaan terhadap istilah ‘penyelesaian
konflik', sepenuhnya tergantung dari pihak-pihak yang
berkepentingan; baik m engenai pilihan-pilihan yang diam bil,
m aupun m engenai hasil yangdiharapkandari proses penyelesaian
itu. Sedangkan istilah ‘berbasis kom unitas' berarti bahwa
proses diletakkan pada (dan sebagai respon yang m engandung
unsur-unsur kepastian dari) kebutuhan kom unitas itu sendiri.
K om unitas akan m em butuhkan perangkat m anajem en konflik
khususnya ketika konflik tereskalasi sedem ikian rupa, dan
m enim bulkan kondisi yang tegang dan penuh ketidakpastian.
Akan tetapi terlihat bahw a konsepsi penyelesaian konflik pada
akhirnya hanya m enjadi salah satu unsur dalam m anajem en
konflik dan pengelolaan konflik yang lebih luas. Proses
m engelola konflik akhirnya m elibatkan pula unsur-unsur
pencegahan konflik itu sendiri (confliet anticipation). analisis
konflik, penyiapan kondisi untuk m enyelesaikan konflik,
sam pai kepada pelaksanaan berbagai pilihan penyelesaian,
term asuk m isalnya m elalui negosiasi.
Tujuan pengelolaan konflik adalah terw ujudnya kesatuan
pandangan dan terciptanya kerja sam a dalam suatu kom unitas,
agar sem ua pihak m em iliki jala n untuk m em aham i m etode-
m etode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pem ecahan
konflik. Pada prakteknya sebagian besar porsi perhatian
lebih dititikberatkan kepada peningkatan capacity building ,
pengem bangan konsep-konsep analisis konflik, dan tersusunnya
desain proses bagi pengelolaan konflik yang m em adai. Hal-
hal tersebut secara k u antitatif dapat dianggap m enjadi bagian
terbesar (80% ) dari pengelolaan konflik, jik a dibandingkan

200
n © © § f D □ .<11 _ 10:40

Manajemen Konflik Berbasis Komunitas dalam Pengembangan Masyarakat

dengan proses-proses negosiasi yang hanya m enem pati 20%


kuantitas ruang lingkup secara keseluruhan.
Lebih jauh lagi disadari bahwa sangat penting terdapat
kesam aan antara m etode-m etode pengelolaan konflik yang
diterim aolehpihak-pihakterkait.M etodeyangdiajarkandi sekolah
seharusnya sam a dengan yang digunakan dalam kom unitas,
yang digunakan oleh institusi-institusi atau kelem bagaan dalam
kom unitas juga sam a dengan yang digunakan di konferensi-
konferensi pemerintah dan kalangan bisnis, serta m etode yang
digunakan oleh penegak hukum juga tersedia bagi siapa-siapa
yang diatur oleh mereka. Untuk itu pengem bangan manajem en
konflik hanis praktis, efisien, efektif, dan berkelanjutan karena
pengertian kom unitas m encakup m akna dan fungsinya yang luas.

Boks 4.
A. M enjadi Fasilitator yang Baik
1. Sikap
Yakin bahwa pada dasarnya seseorang cukup memahami bahwa
melalui suatu pertemuan dapat dicapai suatu keputusan yang dapat
memahami persoalan yang dihadapi
Yakin bahwa setiap orang dapat menyumbangkan gagasan bagi
pencapaian pemecahan masalah yang terbaik
Sadar dan bersedia mempertimbangkan adanya perasaan
tersembunyi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
Menghormati berbagai pendapat yang berbeda yang muncul
dalam pertemuan
Menyadari adanya perbedaan kekuatan, kekuasaan di antara
peserta dan harus mampu mengatasinya
2. Keterampilan
Membuat perencanaan dan agenda pertemuan
Responsif terhadap perasaan peserta dan mampu menerima/
menjernihkan persoalan tanpa menimbulkan perasaan tcrancam

201
n © © tO B L ill _ 10:40

P engem bangan M asyarakat

M am p u m en an g k ap ad an y a k e te g an g a n di a n ta ra peserta dan
m am p u m en an g an in y a
M am p u m en g u n g k ap k an kem b ali sccara o b je k tif a p a y a n g
d irasak an o le h p e se rta d an b a g aim an a p o sisi p eserta
M am p u m em b erik an saran b a g aim an a seb aik n y a proses
p ertem u an b e rla n g su n g s esu a i d en g an ag en d a
M en jag a p ertem u an a g a r te ta p pad a tu ju an n y a
M erin g k as d a n m en y im p u lk a n h asil disk u si
M em an faatk an p e n g am b ilan k ep u tu san secara k o n sen su s
M en g id en tifik asi inti p e rso ala n u tam a
M em b erik an arah d an ja lu r d isk u si
M en g u sah ak an a g ar p eserta m erasak an arti p e n tin g n y a proses
p e n g am b ilan k ep u tu san
3. H arus m en g h in d ari
M en g k ritik d an m en d eb at g ag asan y a n g d ip erlu k an
M en g am b il k ep u tu san tanpa m e m in ta p e rsetu ju an p eserta
T erlalu b an y ak bicara
M en g arah k an p eserta untuk m en g am b il k ep u tu san terten tu
B. M e n ja d i M e d ia to r y a n g B aik
D isetu ju i o le h p ih ak -p ih ak y a n g berkonflik
B ertin d ak selak u o ra n g y a n g m en g u sah ak an p ertukaran
in fo rm asi an ta r-p ih a k berkonflik
M am p u m en cari d a n m eru m u sk an titik tem u dari argum en
p ih ak -p ih ak berkonflik
B eru p ay a m en g u ran g i p erb ed aan p en d ap at y a n g tim b u l
M en g em b an g k an p e n y esu a ia n p a n d an g an seh in g g a m engarah
k ep ad a su atu k ep u tu san bersam a
T id ak m em ak sak an k ep u tu san kep ad a p ih ak -p ih ak terten tu
M en g u sah ak an pihak y a n g b erk o n flik d a p at b e rsik ap seolah-
o lah seb ag ai p ih ak lainnya
B erw ib aw a , b ija k san a , d a p at d ip ercay a, setia cekatan

Kom unitas m engandung pengertian yang berkaitan dengan


suatu tem pat di mana orang berada, di mana orang bekerja, di
m ana orang berinteraksi, dan di m ana tem pat orang berasal

202
M anajem en K onflik B erbasis K om unitas dalam P engem bangan M asyarakat

(lokalitas). Sehubungan dengan pengertian yang dem ikian, maka


proses CBCM harus menyeluruh (inklusif), tanpa pembatasan
(unlimiied), dan secara nyata dibicarakan dan diterapkan
(applicable). Proses akhir dari CBCM adalah terlaksananya
pertem uan antar pihak-pihak yang berkonflik, dan m enggunakan
forum tersebut sebagai aktivitas yang nyata-nyata m em bicarakan
sesuatu hal yang pasti, tidak didasarkan pada issuc atau desas-
desus. Aktivitas sem acam itu m erupakan suatu peluang untuk
m em pertem ukan berbagai perbedaan yang ada. dan menjadi awal
proses penyelesaian konflik yang terjadi. Berkumpul dan saling
berbicara akan dapat mem unculkan pengalam an-pengalam an
m engenai berbagai latar belakang dan kepentingan, sehingga
dapat menggam barkan struktur konflik yang ada menuju
penyelesaiannya.
Proses penyelesaian konflik dengan m endayagunakan
pertem uan-pertem uan itu diupayakan untuk m encapai
rekonsiliasi atau perdam aian, pcm ccahan perselisihan, dan
penyelesaian bersam a. Pada kesem patan tersebut dapat pula
dilakukan proses-proses lain seperti m ediasi, fasilitasi, dan
negosiasi. H akckat atau landasan dari sem ua proses itu adalah:

" k e tik a m a rta b a t d ia k u i d an p e n g h arg aa n d im u n cu lk an ,


m aka k e p erca y a an a k an m e n g ik u ti; d an b ah w a kondisi
te rseb u t k em u d ian a k an m e n im b u lk a n perm aafan
serta p em u lih an k e p erca y a an y a n g d ip e rlu k a n untuk
m en cip tak an k e d am aia n an tarp ih ak ."

Pada akhirnya ini sem ua akan lebih diperlukan, apabila kita


akan bertindak selaku pihak ke-3 yang netral, artinya terlibat
secara a k tif di dalam konflik sebagai penengah. A danya em pati,
kem auan untuk m endengarkan, m engikuti proses pem bicaraan,
n © © B U I _ 10:40

Pengembungan Masyarakat

m elihat sesuatu sccara jern ih , tidak langsung secara gegabah


m enentukan keputusan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
psikologi konflik amat diperlukan bagi seorang penengah.
M elihat keragam an latar belakang kom unitas dan warganya
(dalam hal etnis, agam a, pendidikan, ekonom i, budaya, dan
sebagainya), m aka potensi sum ber konflik sangat banyak.
O leh karena itu, diperlukan individu dan lem baga yang selalu
m enaruh perhatian pada konflik ini, agar konflik ini tidak
sam pai m erugikan, atau m engarahkan konflik ini pada hal yang
positif. Ini bukan tugas yang m udah, dibutuhkan pengetahuan,
keteram pilan, dan kearifan yang tinggi untuk m elakukannya.
Salah satu upaya penting dalam mengelola konflik dalam
pengembangan masyarakat adalah pendekatan manajemen konflik
berbasis komunitas (community based conflict management).
Komunikasi sosial dengan posisi setara menjadi faktor penting
dalam penyelesaian konflik, sehingga tidak ada orang yang merasa
diperdaya atau dikungkung melalui proses komunikasi tersebut.

204
© © £9 t JU I ■ 13:00

11
Pengembangan Kelem bagaan dan M o da l
Sosial dalam Pengembangan M a syarakat

I. P e n g a n ta r
Pengembangan kelompok-kelompok sosial-ekonomi berskala
kecil dan menengah perlu menjadi sasaran utama dalam
kegiatan pembangunan yang berbasiskan komunitas. Melalui
pengembangan kelompok-kelompok seperti itu, diharapkan
akan mampu menurunkan angka pengangguran, meningkatkan
daya beli m asyarakat, dan pada gilirannya mampu berdampak
ganda, terutam a memberikan peluang pengem bangan kegiatan
ekonomi lokal dan usaha-usaha produktif di tingkat komunitas.
Untuk pengembangan kelompok-kelompok sosial ekonomi
tersebut, perguman tinggi. LSM. dan stakeholders yang lain
dapat berperan serta melalui pendekatan hubungan kelembagaan
dan jejaring sosial. Jejaring pengembangan kelompok-kelompok
sosial-ekonomi dengan mensinergikan fungsi-fungsi dari berbagai
stakeholders sebagai suatu bentuk pengembangan modal sosial
(social capital). Di samping itu, pengembangan kelembagaan
menjadi sangat penting dalam pengembangan usaha-usaha

205
Pengem bungan M asyarakat

ekonomi produktif karena sam pai sejauh ini pengem bangan


tersebut m em erlukan transaetion cost yang tinggi.
Pengem bangan kelem bagaan sosial tersebut salah satu
alternatifnya dapat dikem bangkan dengan pendekatan Jejaring
K elem bagaan olab o ratif m ulai dari tingkat kom unitas sampai
dengan tingkat lokalitas. m enunjukkan bahw a im plem entasi
prinsip-prinsip kesetaraan, lebih bersifat inform al, partisipatif,
adanya kom itm en yang kuat, dan m ensinergikan kekuatan-
kekuatan yang ada sangat m em bantu m cm ccahkan perm asalahan
dan m enem ukan solusi dalam upaya pengem bangan usaha-
usaha p roduktif di tingkat kom unitas.

K elem b ag a a n d a la m P e n g e m b a n g an M a sy a ra k a t
Kelem bagaan sosial m erupakan terjem ahan langsung dari istilah
social-institution. A kan tetapi ada pula yang m enggunakan
istilah pranata sosial untuk istilah socialinstitution tersebut, yang
m enunjuk pada adanya unsur-unsur yang m engatur perilaku
warga m asyarakat. K oentjaraningrat (1964) m engatakan pranata
sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang
berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk m em enuhi kom pleks-
kom pleks kebutuhan khusus dalam kehidupan m asyarakat.
Definisi tersebut m enekankan pada sistem tata kelakuan atau
sistem norm a untuk m em enuhi kebutuhan.
O leh karena itu. dalam bab ini konsep kelem bagaan
sosial (social institution) bukan yang dim aksud dengan
istilah 'k elem bagaan' (yang berasal dari kata institute) yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari. Istilah ‘kelem bagaan'
biasanya m erujuk kepada suatu badan, seperti organisasi
ilm iah, organisasi ekonom i, dan berbagai bentuk organisasi
yang m em iliki beragam tujuan. Dengan dem ikian, dalam
Pengembungan Kelembagaan dan Modal Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

Sosiologi, yang dimaksud dengan kelembagaan sosial atau


social institutiort adalah suatu kompleks atau sistem peraturan-
peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai
yang penting. Kelembagaan itu memiliki tujuan untuk mengatur
antarhubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang paling penting (Polak, 1966).
Perihal sistem norma yang mengatur pergaulan hidup
dengan tujuan tertentu, apabila diwujudkan dalam hubungan
antarmanusia dinamakan organisasi sosial fsocialorganisation).
Di dalam perkembangan selanjutnya, norma-norma tersebut
dapat dikategorikan ke dalam berbagai kebutuhan pokok
kehidupan manusia. Misalnya, untuk kebutuhan mata
pencaharian menimbulkan kelembagaan pertanian, peternakan,
koperasi, industri, dan lain-lain. Untuk kebutuhan hidup
kekerabatan, menimbulkan kelembagaan keluarga, pelamaran,
perkawinan, perceraian, dan sebagainya. Dengan demikian,
seperti yang dinyatakan oleh Sockanto (1990), kelembagaan
sosial terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan
apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan
bersahaja atau modem.
Selanjutnya, setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-
kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan akan terhimpun
menjadi kelembagaan sosial. Sebagai suatu batasan, dapatlah
dikatakan kelembagaan sosial merupakan himpunan norma-
norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok
di dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkret kelembagaan
sosial tersebut adalah asosiasi fassociation). Sebagai contoh,
universitas merupakan kelembagaan sosial, sedangkan IPB, UI,
UGM. ITB dan lain-lain merupakan contoh-contoh asosiasi. Dari
contoh-contoh tersebut, tepatlah batasan kelembagaan sosial

207
© © JU I ■ 13:06

P engem bangan M asyarakat

yang dikcm ukakan oleh Bertrand (1974), bahwa kelem bagaan


sosial adalah tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup, organisasi,
dan sistem sosial lainnya.
Kelem bagaan sosial pada dasarnya m enyangkut
seperangkat norm a atau tata laku. Konsisten dengan itu, m aka
fungsi kelem bagaan sosial m enurut Van D oom dan Lam m crs
(1959) adalah: (1) M em beri pedom an berperilaku pada
in d i v id u/m asyarakat, bagaim ana m ereka harus bertingkah
laku atau bersikap di dalam m enghadapi m asalah-m asalah
dalam m asyarakat, terutam a yang m enyangkut kebutuhan-
kebutuhan; (2) M enjaga keutuhan, dengan adanya pedom an
yang diterim a bersam a, m aka kesatuan dalam m asyarakat dapat
dipelihara; (3) M em beri pegangan kepada m asyarakat untuk
m engadakan kontrol sosial (social control). A rtinya, sistem
pengaw asan m asyarakat terhadap tingkah laku anggotanya; dan
(4) M em enuhi kebutuhan pokok m anusia/m asyarakat. Fungsi-
fungsi di atas m enyatakan bahw a apabila seseorang hendak
m em pelajari kebudayaan dan m asyarakat tertentu m aka harus
pula diperhatikan dengan teliti kelem bagaan-kelem bagaan
sosial di m asyarakat yang bersangkutan.
Dalam beberapa literatur dapat diidentifikasi berbagai
definisi tentang kelem bagaan sosial. Di antaranya, ada yang
tidak jela s m em bedakan antara kelem bagaan sebagai suatu
sistem peraturan-peraturan dan kelem bagaan sebagai kelom pok
yang bersusunan dan berkelakuan m enurut peraturan-peraturan
tersebut. Bahkan Brooni dan Z elznick (1956) m engatakan,
jika suatu asosiasi m elayani kepentingan um um dan bukan
hanya kepentingan pribadi, dilakukan secara teratur, tetap dan
diterim a oleh um um , m aka dapat disebut suatu “ institution” .
Jadi kelem bagaan dan asosiasi adalah sam a, hanya yang

208
© © S L «ll ■ 13:06

Pengembungan Kelembagaan dan Modal Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

pertama melayani kepentingan umum dan yang kedua melayani


kepentingan khusus. Pendapat Ogbum dan Nimkoflf (1960)
pada hakekatnya juga sama dengan pandangan di atas, bahwa
tiada garis pemisahan yang jelas di antara kelembagaan dan
asosiasi, kecuali kelembagaan pada umumnya bersifat lebih
penting. Demikian pula menurut UpholY(1993), sampai sejauh
ini memang belum ada yang membedakan sccara eksplisit
antara institusi dan organisasi. Meskipun demikian Uphoff
menegaskan, bahwa: "inslitutions, whether organisations or
not. are complexes ofnornis and behaviors that persis t over time
by serving collectively valued purposed, while organisations,
whether inslitutions or not. are structures o f reeognized and
aeeepted roles. "
Meskipun demikian, sebagian besar sosiolog berpendapat
bahwa kelembagaan itu bersifat suatu konsepsi, dan bukan
sesuatu yang konkret. Suatu kelembagaan adalah suatu
kompleks peraturan-peraturan dan peranan-peranan sosial.
Dengan demikian, kelembagaan memiliki aspek kultural dan
struktural. Segi kultural berupa norma-norma dan nilai-nilai,
dari segi struktural berupa pelbagai peranan sosial. Kedua segi
tersebut berhubungan erat satu sama lain.
Pandangan lain ialah yang memandang bahwa ke­
lembagaan sosial sebagai kompleks peraturan-peraturan dan
peranan sosial yang mempengaruhi perilaku orang-orang di
sekitar pemenuhan kebutuhan-kebutuhan penting. Pandangan
seperti ini berimplikasi kepada perbedaan pemahaman tentang
asosiasi. Seperti telah dinyatakan di atas. Ogbum dan NimkotT
berpendapat bahwa kelembagaan dan asosiasi pada prinsipnya
sama, hanya kelembagaan lebih penting dan umum, sedangkan
asosiasi kurang penting dan bertujuan spesifik. Namun demikian,

209
© © JU I ■ 13:06

P engem bangan M asyarakat

keduanya merupakan bentuk-bentuk organisasi sosial dan


pengertian organisasi sosial disamakan dengan struktur. Oleh
karena itu, struktur diartikan lebih luas.
Sebaliknya, "organisasi" adalah struktur khusus yang
dibentuk dan disusun dengan sengaja untuk kelom pok-
kelom pok tertentu. B erdasarkan penjelasan di atas, m aka dapat
dinyatakan bahwa ada dua perspektif tentang kelem bagaan
sosial. Pertama , suatu p erspektif yang m em andang baik
kelem bagaan m aupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial,
yakni sebagai kelom pok-kelom pok, hanya kelem bagaan bersifat
lebih universal dan penting. Sedangkan asosiasi bersifat kurang
penting dan bertujuan lebih spesifik. M isalnya, keluarga dan
negara adalah kelem bagaan, sedangkan klub-klub sepakbola
dan serikat-serikat bunth adalah asosiasi. Kedua, perspektif
yang m em andang kelem bagaan sebagai kom pleks peraturan
dan peranan sosial secara abstrak, dan m em andang asosiasi-
asosiasi sebagai bentuk-bentuk organisasi yang kongkrit.
Secara teoritis dan praktis, p erspektif pertam a m am pu m em ­
bedakan beragam asosiasi sebagai bentuk-bentuk organisasi
sosial dengan tujuan-tujuan spesifik. Dalam m asyarakat
m odern dikenal banyak kelom pok-kelom pok dem ikian,
yang m em punyai tujuan spesifik untuk m em nuhi kebutuhan-
kebutuhan tertentu. Dengan dem ikian, asosiasi-asosiasi di­
hubungkan dengan beragam kepentingan dan kebutuhan dalam
m asyarakat m odem yang kom pleks. Sedangkan perspektif
yang kedua, secara prinsipil m em andang penting proses pe-
kclcm bagaan (institutionalization) dan pem baharuan ke­
lem bagaan sosial.
Terlepas dari perbedaan antara kedua p erspektif tersebut,
kunci dalam m em aham i kelem bagaan sosial terletak pada

210
Pengem bangan K elem bagaan dan M odal Sosial dalam P engem bangan M asyarakat

tekanan akan kebutuhan pokok m anusia. Ciri-ciri pokok yang


m em bedakannya dari konsepsi-konsepsi lain seperti grup,
asosiasi, dan organisasi adalah sebagai berikut (Soekanto,
1990): ( I ) M erupakan pengorganisasian pola pem ikiran dan
perilaku yang terw ujud m elalui aktivitas m asyarakat dan hasil-
hasilnya; (2) M em iliki kekekalan tertentu: pekelem bagaan suatu
norm a m em erlukan w aktu yang lam a karena itu ccndcrung
dipertahankan; (3) M em punyai satu atau lebih tujuan tertentu;
(4) M em punyai lam bang-lam bang yang secara sim bolik
m enggam barkan tujuan; (5) M em punyai alat untuk m encapai
tujuan tertentu; dan (6) M em punyai tradisi tertulis atau tidak
tertulis

3. Jejaring dalam Pengembangan M asyarakat: Suatu Perspektif


Modal Sosial
M odal sosial didefinisikan sebagai suatu sistem yang m engacu
kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonom i, seperti
pandangan um um (world-view). kepercayaan (tm sl), pertukaran
tim bal-balik (reciprocity), pertukaran ekonom i dan informasi
(informalional and economic exchange), kelom pok-kelom pok
form al dan inform al (formal and informal groups), serta
asosiasi-asosiasi yang m elengkapi m odal-m odal lainnya (fisik,
m anusiaw i, budaya) sehingga m em udahkan terjadinya tindakan
kolektif, pertum buhan ekonom i, dan pem bangunan (C ollctta &
Cullen, 2000).
M odal sosial m em iliki em pat dim ensi. Pertama adalah
integrasi (integration), yaitu ikatan yang kuat antaranggota
keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya. C ontohnya,
ikatan-ikatan berdasarkan kekerabatan, etnik, dan agam a.
Kedua , pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan kom unitas
© © SD ft ZH -<ii 13:06

Pengembungan Masyarakat

lain di luar kom unitas asal. C ontohnya, jejaring (network) dan


asosiasi-asosiasi bersifat kew argaan (civic associations) yang
m enem bus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agam a. Ketiga,
integritas organisasional (organizational integrity), yaitu
keefektifan dan kem am puan institusi negara untuk m enjalankan
fungsinya, term asuk m enciptakan kepastian hukum dan
m enegakkan peraturan. Keempat, sinergi (sinergy), yaitu relasi
antara pem im pin dan institusi pem erintahan dengan kom unitas
(state-community relations). Fokus perhatian dalam sinergi ini
adalah apakah negara m em berikan m ang yang luas atau tidak
bagi aprtisipasi w arganya. Dim ensi pertam a dan kedua berada
pada tingkat horizontal, sedangkan dim ensi ketiga dan keem pat,
ditam bah dengan pasar (market), berada pada tingkat vertikal.
M odal sosial berkaitan erat dengan perdam aian m aupu
konflik kekerasan, tergantung pada m odal sosial yang terbentuk.
Di antara m odal sosial dengan perdam aian dan kekerasan,
terdapat variabel antara, yaitu kohesi sosial (social cohesion).
Kohesi sosial adalah terintegrasinya dim ensi m odal sosial
pada tingkat horizontal dengan vertikal. Bila kohesi sosial
kuat, m aka konflik kekerasan dapat dihindari. Sebaliknya,
konflik kekerasan terjadi m anakala kohesi sosial lemah. Kohesi
sosial yang kuat ditandai dengan inklusi, adanya rule o f law>
negara dem okratis, akses dan persam aan terhadap kesem patan,
birokrasi yang efisien dan tidak kom p serta m asyarakat yang
terbuka. Sedangkan kohesi sosial yang lem ah ditandai dengan
eksklusi, negara yang otoritarian dan m enindas, ketim pangan
dan ketidakadilan, birokrasi yang tidak efisien dan korup serta
m asyarakat yang tertutup.
Pem aham an lain tentang m odal sosial difokuskan pada
seperti halnya m odal pada um um nya. Pokok perm asalahan

212
©© H f D CD ill ■ 13:07

Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

m odal sosial adalah harus dapat diidentifikasi m elalui konsep


m odal itu sendiri, dan kata sifat yang m enjelaskannya, yakni
sosial. K arena dalam dunia em piris sulit m em bedakan
seseorang tentang faktor apa yang bekerja dalam dirinya
sehingga orang tersebut m enam pilkan suatu tindakan tertentu,
dan m enghasilkan sesuatu yang sangat berm anfaat bagi
perkem bangan dirinya, m aka perlu m engidentifikasi beberapa
m acam m odal yang m ungkin dim iliki atau yang dapat dikuasai
atau dim anfaatkan seseorang dalam kegiatannya: dalam modal
sosial, m odal m anusia, dan m odal fisik.
Modal pada m ulanya m erupakan konsep ekonom i. Di
dalam nya terkandung pengertian: ( l ) investasi jangka pendek,
m enengah, dan panjang; (2) pengorbanan saat ini untuk
m em peroleh keuntungan di masa depan; (3) w ujudnya jelas,
artinya dapat diam ati, dipegang, atau dibuktikan m elalui uji
tindak (khusus m odal m anusia); (4) sum bangannya dalam
proses produksi dapat dihandalkan, diukur, sehingga hasil
akhirnya dapat diram alkan; (5) m erupakan produk buatan
m anusia yang disesuaikan dengan fungsinya dalam proses
produksi. Perm asalahannya, apakah m odal sosial m em iliki
sifat-sifat seperti itu?
Apabila konsep sum ber daya manusia (SD M ) dibandingkan
dengan konsep modal manusia, apa persamaan dan perbedaannya?
Kedua konsep tersebut sama-sama menunjuk pada kemampuan
teknis, keterampilan yang dimiliki seseorang, yang dalam
konsep SDM merupakan daya yang dapat digunakannya untuk
bergerak, bekeija. sedangkan dalam konsep modal manusia
itu merupakan modal yang dapat digunakan, dirancang untuk
memproduksi sesuatu. Perbedaannya terletak pada nilai modal
yang terdapat dalam modal manusia, di mana wujud dari modal

213
© (S ) ? D d .il! «13:07

Pengembangan Masyarakat

itu dapat diperhitungkan secara kurang lebih eksak untuk suatu


proses produksi. Sedangkan SDM yang dimiliki seseorang lebih
m encakup kemampuan orang secara menyeluruh sebagai manusia,
termasuk di dalamnya kemampuan sosiologis dan kematangan
psikologis. Dengan demikian, dalam SDM terkandung dua modal,
yakni modal manusia dan modal sosial. Kedua modal ini sama-
sama m erupakan produk sosial, artinya diperoleh melalui interaksi
sosial dalam masyarakat.
M odal fisik, yang je la s dari nam anya, w ujudnya dapat
dipegang, dilihat, dinilai, diukur daya tahan dan kekuatannya
dalam suatu proses produksi. B entuknya dapat berupa prasarana
dan sarana fisik. A kan tetapi perlu dilakukan pem bedaan dari
segi kepem ilikan dan penguasaan: (1) m odal fisik m ilik dan
penguasaan pribadi: (2) m ilik dan penguasaan kelom pok
terbatas; dan (3) penguasaan terbatas. O rang atau kelom pok
dapat m em perhitungkan m odal fisik dalam w ujudnya yang
berbeda untuk m em asukkannya dalam proses produksi.
M eskipun sam pai saat ini w ujud m odal sosial belum sejelas
w ujud m odal m anusia dan m odal fisik, nam un pem aham annya
lebih m enekankan pada hubungan tim bal-balik antara modal
dan silat sosial yang m enjelaskan m odal tersebut. W ujud
m odal yang dim aksud: dapat dirasakan, dilihat, dihandalkan,
diharapkan, dan digunakan. M odal m erupakan potensi yang
penggunaannya tergantung pada keputusan orang (aetor) atau
kelom pok dengan dasar pertim bangan tertentu, bisa bersifat
rasional, bisa sosial, dan bisa pula psikologis (Fukuyam a,
2001). Selain itu. sesuai dengan sifat m odalnya, m odal sosial
m erupakan stok yang sew aktu-w aktu dapat digunakan untuk
efektivitas dan efisiensi proses produksi.

214
© © JU I ■ 13:07

Pengem bungan K elem bagaan dan M odal Sosial dalam P engem bangan M asyarakat

Sam pai sejauh ini. tidak banyak pakar yang m enjelaskan


sifat sosial dalam konsep m odal sosial. Padahal hal itu penting
untuk dipaparkan. Kata sifat sosial dalam konsep ini tidak
bersifat netral lagi, karena: ( I ) adanya saling m enguntungkan
paling kurang antara dua orang, kelom pok, kolektivitas atau
kategori sosial atau m anusia pada um um nya; (2) diperoleh
m elalui proses sosial: interaksi, sosialisasi, institusionalisasi.
strukturasi, dan sebagainya; (3) m enunjuk pada hubungan
sosial, institusi, struktur sosial (D asgupta, 2000); dan (4) sem ua
sifat atau konsep yang berhubungan dengan antara lain rasa
percaya (trust), resiprositas, hak dan kew ajiban, jejarin g sosial,
dan sebagainya.
Karena luasnya pengertian m odal yang ditunjukkan oleh
sifat sosialnya, m aka sam pai sejauh ini pem aham an modal
sosial dibatasi pada sifat lokalitas, seperti pada m asyarakat
m adani, pem erintah atau negara, atau partai politik yang
dipertim bangkan untuk m enentukan konsep apa yang paling
penting baginya. M isalnya, dalam bidang irigasi yang dikelola
oleh pem erintah, yang m enonjol adalah pengaturan (regulation)
distribusi air yang didasarkan pada kem am puan dibit air, luas
areal, curah hujan, struktur tanah, dan pola tanam yang berlaku
di daerah tersebut. Sedangkan rasa percaya, sanksi, kew ajiban
tim bal-balik antara pem beri pelayanan dan petani akan muncul
dalam im plem entasinya. Hal ini akan m enjadi lebih jela s apabila
ditelaah dalam kerangka konseptual m odal sosial— m asyarakat
m adani.
Sebelum m em aham i kerangka konseptual tersebut di atas,
tam paknya terlebih dahulu perlu dipaham i m engenai hubungan
antara m odal m anusia, m odal fisik, dan m odal sosial. Upaya
untuk m em aham i hubungan antara ketiga m odal tersebut adalah

215

© © ir o y .,ll «13:07
i

Pengembangan Masyarakat

penting. Secara hipotetis hubungan tersebut dapat dipaham i


sebagai berikut: (1) m odal sosial dalam bentuk potensial, seperti
struktur sosial dan hubungan sosial, akan diaktualisasikan
apabila ada rasa percaya <trusi) pada orang atau kelom pok
sosial lain akan potensi yang dim iliki orang tersebut berupa
m odal m anusia. Dalam kasus irigasi hal ini terlihat dengan jelas:
hubungan antara pem akai air dan petugas irigasi yang dapat
saling m enguntungkan (kelestarian sarana irigasi) m enim bulkan
rasa percaya pada pem akai air karena keteram pilan teknis
para petugas pem bagi air dalam m enjam in sem ua kebutuhan
air m ulai dari hulu sam pai hilir. Hubungan seperti ini dapat
dirum uskan dalam form ula m odal m anusia-m odal sosial,
yang dapat dipaham i m odal m anusia m erupakan dasar bagi
aktualisasi m odal sosial; (2) m odal m anusia dapat berkem bang
karena m odal sosial. Suatu contoh, keberhasilan pendidikan
sisw a m enunjukkan besarnya kedekatan dan kom itm en orang
tua terhadap pendidikan anak, sehingga di rum ah mereka
m enyediakan sarana belajar yang m em adai (m odal fisik), dan
dalam proses kegiatan belajar anak-anaknya m ereka m engikuti
proses pendidikan anaknya di sekolah dengan antara lain
m em beli dua buku pelajaran, satu untuk anaknya, satu untuk
m ereka sendiri. Form ula hubungan tersebut dapat dirum uskan
(m odal fisik - m odal sosial) - m odal m anusia, artinya modal
fisik dan m odal sosial m erupakan dasar bagi perkem bangan
m odal m anusia; (3) m odal fisisk dapat berkem bang, bertahan,
berfungsi dengan baik kalau didukung oleh m odal m anusia dan
m odal sosial. Masih dengan contoh di bidang irigasi, hubungan
ini sangat jelas. Jaringan irigasi dapat bertahan kalau didukung
oleh tenaga teram pil petugas irigasi, dan organisasi pem akai
air yang ikut berpartisipasi dalam m eringankan beban tenaga

216
© (S) JU I ■ 13:07

Pengem bangan K elem bagaan dan M odal Sosial dalam P engem bangan M asyarakat

petugas irigasi, m isalnya dalam penyelesaian konflik antara


petani di hilir yang sulit m endapatkan air dengan tepat waktu.
Dengan dem ikian form ula yang cocok untuk ini adalah: modal
fisik - m odal m anusia - m odal sosial.

4. Je ja rin g K e le m b a g a a n Berbasis K o m u n ita s


Pengem bangan usaha-usaha p roduktif yang berbasiskan kepada
kom unitas diharapkan dapat m elibatkan stakeholders yang lain
(kelem bagaan kolaboratif), seperti organisasi pem erintah dan
berbagai organisasi internasional. M eskipun dem ikian, jejaring
ini tidak akan m engadopsi pendekatan birokratis atau teknokratis.
Keberhasilan jejarin g sebagai m edia untuk perum usan policy
m enjadi sangat penting, tetapi ini sem ua tergantung kepada
koniitnient sem ua stakeholders dalam jejarin g tersebut.
Terdapat beragam institusi dalam suatu kom unitas, m eskipun
sangat sedikit jum lahnya, yang bergerak dalam usaha-usaha
p roduktif yang berbasiskan kepada kom unitas dan telah
m elem baga, baik di sektor pertanian m aupun non-pertanian.
Jejaring kelem bagaan kolaboratif yang dikem bangkan harus
m am pu m enjalin hubungan berdasarkan prinsip kesetaraan
dengan institusi-institusi tersebut. O leh karena itu, sistem
jejarin g yang terbentuk perlu m em pertim bangkan m ekanism e
pada sistem tradisional, karena m ereka yang akan m enyaring
penduduk yang ingin m asuk dan dia yang akan m enarik uang
bagi yang m asuk. Perlu diingat bahw a aturan-aturan main
yang m engham bat pasar agar dihapus, sehingga m asyarakat
tidak m engalam i kesengsaraan. Hal-hal dem ikian perlu diingat
dalam m em bangun jejarin g yang ada yakni m enyelam atkan
jaringan pasar yang sudah ada dan aturan m ain yang m erugikan
m asyarakat harus dicabut.

217
© © J .,ll ■ 13:07

Pengem bangan Masyarakat

Dalam hal pendanaan kegiatan produktif, peranan pemerintah


lokal lebih bersifat sebagai fasilitator bukan hanya sebagai donatur.
Pemerintah lokal perlu mengalokasikan dana untuk masyarakat
lapisan bawah atau pengusaha kecil di kawasan ini. Dalam
hal ini penguatan kelembagaan merupakan hal penting dalam
pemberdayaan masyarakat. Untuk itu harus ada kesepakatan,
bahwa harus dimulai dengan penguatan kelembagaan dan alokasi
dana. LSM yang bergiat dalam pemberdayaan masyarakat bisa
melengkapi kegiatan usaha-usaha produktif.
Apabila dilandasi dengan respons yang baik serta prinsip-
prinsip parlisipatori, maka hasil pemikiran stakeholders di
tingkat lokal atau nasional perlu dikembalikan pada jejaring di
tingkat komunitas dan lokal, sehingga rumusan-rumusan dari
jejaring ini perlu mendapat tanggapan dari seluruh masyarakat
dan tanpa harus diformalkan (Gambar 3).

G a m b a r 3. J e ja r in g S osial B erb asis K o m u n ita s

218
© £S) m t D [7] iil ■13:08

12
P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t d a la m K o n te k s
P e m b a n g u n a n D aerah

I. P e n g a n ta r
Dalam keiangka otonom i daerah, penyelenggaraan pembangunan
daerah' tidak sem ata-m ata menjadi tanggung jaw ab Pemerintah
Daerah, tetapi juga berada di pundak m asyarakat secara
keseluruhan. Salah satu wujud rasa tanggungjaw abyangdiniaksud
adalah sikap m endukung dari warga m asyarakat daerah terhadap
penyelenggaraan pem bangunan daerah yang ditunjukkan dengan
keterlibatan (partisipasi) a k tif warga m asyarakat daerah.
Pentingnya peran serta warga m asyarakat tersebut terutama
karena sebagai organisasi dengan sistem terbuka. Pemerintah
Daerah senantiasa m em butuhkan adanya importation o f energy
guna m enopang kelangsungan hidupnya. Selam a ini fakta
m em buktikan bahwa sum ber energi berupa dana dan personil
yang sangat diperlukan dalam pembangunan daerah yang otonom,
justru hampir seluruhnya berasal dari Pem erintah Pusat. Realita

I P en g e rtia n d a e ra h d a la m m ateri in i d ib a ta s i p a d a tin g k a t k a b u p a te n a ta u k o ta , k a re n a jik a


m e n y e b u t p e m e rin ta h d a e ra h a r tin y a a d a la h p e m e rin ta h k a b u p a te n a ta u p e m e rin ta h k o ta.

219
© © ^3 t E]J.,ll ■13:08

Pengembangan Masyarakat

semacam ini telah menimbulkan ketergantungan yang tinggi dari


daerah terhadap pusat, dan dengan sendirinya menghilangkan
kemandirian daerah (otonomi). Bahkan dari sudut pandang paling
ekstrim. campur tangan pusat dalam penetapan kebijakan daerah
merupakan konsekuensi dari tingginya ketergantungan tersebut.

T i n g k a t In te rn a s io n a l
T i n g k a t Nasion al (P us af)
T i n g k a t Propinsi
T in g k at K a b u p a t e n
T i n g k a t K e c a m a ta n

T i n g k a t Lokali ta s
(Sekum pulan kom unitas yang memiliki relasi sosial-ckonomi,
biasanya dengan interaksi yang berpusat pada sekitar "m arket
tow n” . Level ini dapat dihubungkan dengan tingkat kccamatan
di mana suatu "m arket tow n" sebagai pusat kccamatan).
T i n g k a t K o m u n ita s
B asis
(U nit pem ukim an yang sccara sosial-ckonom i sudah m antap
L okal
dan kadang-kadang m erujuk sebagai desa/kam pung)

T i n g k a t K e lo m p o k
(Suatu unit kesatuan indentifikasi diri dari orang-orang dengan
interest yang sam a, seperti lapangan pekerjaan, umur, jender,
etnis dalam suatu kawasan yang kccil seperti pertetanggaan)

T i n g k a t R u m a h ta n g g a
T i n g k a t Individu

( • a m b a r 4. Tingkat P e n g a m b il a n K e p u tu s a n dan Aktivitas


u n t u k P e m b a n g u n a n ( D is a d u r d a r i Uphoff, 1986)

Untuk menanggulangi hal tersebut, maka peran serta warga


m asyarakat sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai

220
© © □ U l ■ 13:08

Pengem bangan Masyarakat dalam Konteks Pembangunan Daerah

substitusi energi dari peran pusat. Dengan kata lain, peran


serta warga masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi alternatif bagi daerah untuk menggantikan sumber
energi dari Pusat. Agar warga masyarakat dapat berperan serta,
sudah tentu mereka harus memiliki kemampuan untuk itu.
Demikian pula, harus diciptakan iklim yang menunjang ke arah
tersebut. Ini merupakan salah satu bagian tugas Pemerintah
Daerah. Pemerintah Daerah perlu melakukan Pengembangan
Masyarakat (PM ) dengan memberdayakan warga masyarakat
dan menciptakan iklim yang memungkinkan peran serta
warga masyarakat ("empowerment is road to participation'*),
yang pada gilirannya akan memengaruhi dan menguntungkan
penyelenggaraan pembangunan daerah. Dengan demikian,
dalam konteks pemberdayaan dan partisipasi warga masyarakat
sangat erat keterkaitan antara pengembangan masyarakat dan
pembangunan daerah.

2. Pengem bangan M asyarakat dan Pem bangunan Daerah:


S u a tu K e terk aitan d a la m B en tu k H u b u n g a n K elem b ag aan
di E r a O to n o m i

Konsep pengembangan masyarakat mengandung makna


adanya keterkaitan yang tidak hanya sccara ekologis dan
ekonomis, tetapi juga secara sosiologis. Terutama pada tingkat
pengambilan keputusan. upaya pengembangan masyarakat
akan menciptakan beragam keterkaitan di tingkat kelompok,
komunitas, dan lokalitas (Gambar 4). Beragam keterkaitan
tersebut (level organisasi) berhubungan sccara fungsional
karena dipandang sebagai suatu sistem kelembagaan lokal yang
berpengaruh terhadap kehidupan komunitas. Tingkat lokalitas
dicirikan oleh kesatuan komunitas yang memiliki relasi sosial
dan ekonomi, dengan pusat interaksi sebagai pusat pertumbuhan.

221
© (S) 2 U l ■ 13:08

P engem bangan M asyarakat

Tingkat kom unitas digam barkan sebagai unit interaksi sosial


ekonom i yang lebih m enunjuk kepada sistem adm inistrasi/
territorial yang lebih rendah. Tingkat kelom pok, sebagai
kesatuan m asyarakat yang m engidentifikasi diri berdasarkan
karakteristik tertentu, seperti lingkup pekerjaan, kekerabatan,
jender. dan sebagainya. Sedangkan lingkup organisasi yang
lebih kecil adalah rum ahtangga. O rganisasi ini tunduk pada
pengaruh dari ketiga tingkat organisasi di di atasnya. Lebih dari
itu. beragam keterkaitan tersebut m erupakan representasi dari
suatu hubungan kelem bagaan antar seluruh stakeholders dalam
suatu kawasan tertentu.
Dalam konteks ini, konsep lokal m engandung pengertian:
pertam a, ikatan sosial yang berlandaskan territorial di mana
m asyarakat di daerah tersebut hidup dalam suatu lokal itas tertentu
dengan eksistensi yang jelas; kedua, ikatan sosial berdasarkan
lingkup pekerjaan (profesi) di m ana hubungan antaranggotanya
tidak perm anen, tetapi m em punyai intensitas interaksi yang
tinggi dalam suatu w aktu tertentu; dan ketiga, ikatan sosial
yang dibangun berdasarkan jejarin g sosial (social networking )
sebagai nilai tam bah dari social capital (m odal sosial) dengan
satu fokus interaksi pada pengem bangan m asyarakat. Dengan
dem ikian, secara sosiologis upaya pengem bangan m asyarakat
perlu didekati dengan pengem bangan berbasis lokal (daerah)
yang m enjalin ikatan sosial antara tingkat kelom pok, kom unitas,
dan lokalitas.
Secara konseptual, ada lim a prinsip dasar dari Community
Based Development (C B D ) (R ubin. I993). Pertam a, untuk
m em pertahankan eksistensinya, C B D m em erlukan break-even
dalam setiap kegiatan yang dikelola. N am un, berbeda dengan
organisasi bisnis, kendati pem ungutan “ fec" telah m enjadi

222
© © i f D E U ■ 13:08

Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Pembangunan Daerah

pertim bangan dalam C B D , tetapi keuntungan yang diperoleh


harus dapat didistribusikan kem bali kepada m asyarakat dalam
bentuk program atau kegiatan pem bangunan lainnya. Kedua,
CB D selalu m elibatkan partisipasi m asyarakat, baik dalam
perencanaan m aupun pelaksanaan program . K etiga, dalam
m elaksanakan CBD , antara kegiatan pelatihan dan pem bangunan
fisik (term asuk di dalam nya kegiatan pengem bangan usaha),
m erupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keem pat,
dalam m engim plem entasikan C B D harus dapat m em aksim alkan
sum ber daya (resources), khususnya dalam hal dana, baik
yang berasal dari pem erintah, sw asta, m aupun sum ber-sum ber
lainnya, seperti donasi dari sponsor pem bangunan sosial. Kelim a,
organisasi atau kelem bagaan C B D harus lebih m em fungsikan
diri sebagai “catalist” yang m enghubungkan antara kepentingan
pem erintah lokal (loeal govem m ent), seperti pem erintah kota
dan kabupaten, dan kepentingan m asyarakat yang lebih bersifat
m ikro (G am bar 5).

ICommuniiy Basrd Dtrrtrlopmtwi

Tingkat Kccamatan
«Ultttn"

f TbtgKaiKomunitas )
(T)f\n/Ktanpunn) *

Tingkat Kelompok *«iJMirm

G am bar 5. Keseimbangan Dinamis dan Hubungan Dialektis


a n tara Community Based Development dan Loeal
Government Policies

223
P engem bangan M asyarakat

Dengan dem ikian, berdasarkan kelim a prinsip tersebut di


atas, dapat diikhtisarkan bahwa: (1) CB D sangat menekankan
pentingnya partisipasi warga kom unitas (m asyarakat), baik pada
tahap perencanaan program , pelaksanaan, m aupun pada tahap
pengem bangannya; (2) CBD selalu tidak m em isahkan antara
pembangunan fisik proyek dengan pelatihan keterampilan;
dan (3) Sum ber dana bagi CB D um umnya berasal dari alokasi
anggaran pem erintah, partisipasi pihak sw asta, dan dari partisipasi
masyarakat sendiri.
M eskipun dem ikian CB D m em iliki kelem ahan. Sebagian
besar program pem berdayaan m asyarakat, community
based programs. yang sam pai sejauh ini m engklaim sebagai
pendukung utam a konsep C B D , belum m am pu secara sem purna
m engim plem entasikan lim a kaidah tersebut.
Satu di antara kelem ahan utam a C B D adalah sum ber dana
yang dim iliki sangat tergantung pada alokasi anggaran dari
pem erintah. Bentuk bantuan dana dari pem erintah ini relatif
bervariasi. Tiga di antaranya yang paling populer adalah dalam
bentuk Block Grant. Subsidi Biaya A dm inistrasi, dan D clcgatcd
Funding. Bahkan, dalam beberapa hal, organisasi pengelolaan
C B D ju g a diberi hak untuk m engelola dana pinjam an kepada
m asyarakat untuk pengem bangan usaha kecil.
D om inannya tingkat ketergantungan terhadap bantuan
dana dari pem erintah tersebut, tidak dapat dihindari, telah
m engakibatkan banyak program yang dikelola oleh organisasi
tersebut m enjadi tersendat, atau bahkan “ collapsc”, hanya karena
pem erintah m engurangi, atau bahkan m enghentikan alokasi
dan yang biasanya didistribusikan. Sam pai sejauh ini, relatif
kurang kem ungkinan agar organisasi pengelola C B D menggali
sum ber-sum ber pendapatan secara m andiri. M isalnya, m elalui
© © □ U l ■ 13:09

Pengem bangan M asyarakat dalam K onteks P em bangunan D aerah

pengelolaan dan pengem bangan unit-unit usaha produktif.


O leh karena itu, organisasi tersebut seharusnya m engelola dan
m engem bangkan unit-unit usaha yang bersifat profil oriented.
Dengan dem ikian, suatu program CB D akan dapat bertahan
dan berkem bang, kendati bantuan dana dari pem erintah harus
dihentikan.
Kelem ahan lainnya adalah terlalu m enitikberatkan pada
pentingnya partisipasi m asyarakat dalam proses pencapaian
tujuan program . Sem entara, kualitas dari partisipasi warga
kom unitas itu sendiri nyaris tidak m endapatkan perhatian. Pada
konteks inilah perlu pem aham an akan pentingnya m em asukkan
variabel seleksi, sebagai unsur penentu dalam pencapai
tujuan program pem berdayaan m asyarakat, m aupun dalam
pengem bangan hasil yang telah dicapai.
Dengan dem ikian, dalam m engim plem entasikan CBD ,
tidak dapat dihindari, harus m elibatkan pem erintah lokal
dalam bentuk Loeal Government Policies, m aupun pihak
sw asta. Partisipasi dari pihak pem erintah lokal dalam hal ini.
antara lain m em berikan kem udahan dalam m endapatkan akses
terhadap sum ber daya yang dim iliki. Sem entara partisipasi
dari pihak sw asta di baw ah kebijakan pem erintah lokal
sangat diperlukan, utam anya dalam bentuk pendanaan bagi
pengem bangan m asyarakat. Untuk m engim plem entasikan CB D
yang berhubungan dalam suatu keseim bangan dinam is dengan
Loeal Governement Policies. m aka perlu dibentuk organisasi
pengelola CBD . yang tidak saja berfungsi sebagai “catalist”
antara pem erintah lokal dan m asyarakat, tetapi ju g a m em iliki
tugas utam a, antara lain: (1) M engelola dan m engem bangkan
unit-unit usaha p roduktif yang telah ditetapkan; (2) M engatur

225
P engem bangan M asyarakat

mekanisme pengembangan modai usaha produktif; dan (3)


M emfasilitasi pelaksanaan aktivitas pengembangan masyarakat.
Untuk menghindari, atau paling tidak mengurangi tingkat
ketergantungan sum ber pembiayaan dengan pihak sponsor
(pemerintah dan non-pemerintah), maka organisasi pengelola
CBD hendaknya tidak saja mengelola program-program yang
bersifat non-profit oriented, tetapi juga harus m engelola dan
mengembangkan unit-unit usaha yang bersifat profil oriented.
© (S) £9 r, ■ 13:09

13
Tanggung Jaw ah Sosial Perusahaan dalam
Perspektif Pengembangan M asyarakat

1. P e n g a n ta r
Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini menjadi
perhatian dari berbagai kalangan, seperti pemerintah, politisi,
akademisi dan masyarakat. Dari sudut pemerintah, CSR
dapat dilihat sebagai bagian dari partisipasi corporate dalam
sumber pembiayaan pembangunan daerah. Dari sudut politik,
merupakan sarana corporate untuk memperoleh dukungan dari
pemerintah. Dari kalangan masyarakat, merupakan hak warga
sekitar untuk memperoleh m anfaat dari kehadiran perusahaan
terhadap peningkatan taraf hidup mereka.
Dari sudut perusahaan, CSR merupakan proses internalisasi
faktor-faktor eksternal (the intemalization o f cxtcmalities)
yang merujuk kepada Triple Bottom Line (3P), yakni People,
Planet, dan Profit. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi belaka (profit) m elainkan pula memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people).

227
© © ^3 f E3 J . , l l ■ 13:09

Pengembangan Masyarakat

G a m b a r 6. Isu-isu d a la m Corporate Social Responsihility


(M o ra tis a n d C o ch iu s, 2011)

Secara empiris, proses dan implementasi CSR tersebut dapat


diidentifikasi ke dalam tujuh isu, antara lain: (1 ) organizational
govemance ; (2) human rights; (3) labour practices ; (4) the
environment; (5) /a ir operatingpractices ; (6) consumer issues;
dan (7) community development. Selanjutnya, secara umum
tuntutan dan harapan tcrhadapCSR bcrsi fat m ultidimensional: ( I )
turut menyumbang pembangunan ekonomi (dimensi ekonomi);
(2) melebihi kewajiban hukum/regulasi (dimensi kesukarelaan);
(3) kepedulian terhadap lingkungan dalam pengelolaan operasi
bisnis (dimensi lingkungan); (4) mengintegrasikan kepentingan
sosial dalam operasi bisnis (dimensi sosial); dan (5) interaksi

228
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

dengan pemangku kepentingan perusahaan (dimensi pemangku


kepentingan) (Gambar 6).

2. CSR dalam K erangka Pergeseran Paradigm a Pem bangunan


Seperti telah dinyatakan, bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility) atau CSR
berorientasi pada planet (konservasi), people (komunitas),
dan private (keuntungan perusahaan) yang dilaksanakan oleh
perusahaan. Orientasi pada planet difokuskan untuk menciptakan
lingkungan ekologis yang berkelanjutan ( environmental
sustainability). Memberdayakan komunitas dan meningkatkan
partisipasi multipihak (stakeholders participation) menjadikan
orientasi CSR kepada masyarakat (people). Kedua orientasi
tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi perusahaan
untuk memperoleh keuntungan, lazimnya suatu private sedor
(Gambar 7).

£ustsinsb>c
a « i» r a i

' — -• P la n e t
It'iriimi ui

BO9-EWiaiOKi

G a m b a r 7. The tripple bottom line (John Elkington, 1997)

Sinergitas dari ketiga orientasi tersebut dimanifestasikan


sebagai upaya perusahaan untuk menginternalisasikan faktor-
faktor luar ke dalam kebijakan perusahaan (the intemalization
o f extemalities) dalam kerangka CSR. Oleh karena itu,
program-program CSR adalah salah satu aksi dalam kerangka
© Pesan dari +62 819-0398-0254 @ Part

P engem bangan M asyarakat

kebijakan perusahaan yang selalu m empertimbangkan berbagai


faktor luar (faktor-faktor di luar perusahaan dan relevan dengan
perusahaan) baik faktor sosial (masyarakat) maupun faktor
sumberdaya alam yang perlu dikonservasi. M empertimbangkan
berbagai faktor luar tersebut dipahami oleh perusahaan
dengan memfokuskan pada struktur sosial, kultur (pola-pola
kebudayaan), dan pola-pola adaptasi ekologi dalam rangka
m erespons perubahan sumberdaya alam yang cenderung
semakin terdegradasi.
Dalam konteks pembangunan, CSR tidak hanya berorientasi
pada produksi, tetapi seperti telah dinyatakan di atas bahwa
CSR harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan
meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena
itu. tanggung jaw ab sosial penisahaan perlu dikonstruksikan
dalam suatu kerangka pergeseran paradigma dari "produetion
center development" ke “people center development". Dengan
demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsi-
prinsip desentralisasi, partisipasi, pem berdayaan, pelestarian,
jejaring, teritorial, dan ekonomi lokal (Gam bar 8).
Tanggung jaw ab sosial perusahaan tidak hanya melibatkan
perusahaan dan masyarakat tetapi ju g a melibatkan pemerintah,
khususnya pemerintah lokal dalam hal hak dan kewajiban warga
negara serta manajemen pembangunan dan pengembangan
masyarakat. Oleh karena itu aksi ini perlu diimplementasikan
dalam prinsip-prinsip tatakelola yang baik (good governence
system). Aksi atau tanggung jaw ab sosial perusahaan setidak-
tidaknya telah memfokuskan pada tiga isu dalam CSR, yakni
tatakelola perusahaan, lingkungan, dan pengembangan
masyarakat.

2 30
© Time 2017 4

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

• Sentralisasi • Desentralisasi
• Mobilisasi • Partisipasi
• Penaklukan • P e m b e rd a y a a n
• Eksploitasi • Pelestarian
• Hubungan Fungsional • Jejaring Sosial
• Nasional • T e r i to r ia l
• Ekonomi Konvensional K esw ad ay aan L okal
Unsustainable S u s ta in a b le

G am b ar H. Pergeseran paradigm a pem bangunan d a ri produetion


centered development ke people centered development

Apabila tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh


perusahaan berorientasi pada the tripple bottom line, meng­
implementasikan prinsip-prinsip dalam kerangka pergeseran
pradigma pembangunan, dan dengan memfokuskan pada
tatakelola perusahaan, lingkungan, dan pengembangan
masyarakat, maka kebijakan perusahaan dalam menerapkan
tanggung jawab sosial telah meninggalkan charity, tetapi lebih
dari itu akan sampai pada tahap pilantrophy dan corporate
citizenship (Tabel 3).
Tanggung jawab sosial tersebut mulai dari usaha tanggung
jawab sosial sebagai program kedermawanan (charity) hingga
menjadi gooJ corporate citizenship. Perusahaan dalam
mengimplementasikan CSR sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab sosialnya telah meninggalkan charity yang hanya
merupakan kewajiban, mengarah kepada tanggung jawab

231
P e n g e m b a n g a n M asy arak at

sosial sebagai philantrophy dan corporate citizenship yang


menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima
manfaat bukan hanya sekedar orang miskin seperti dalam
charity namun juga masyarakat luas dan perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial juga lebih tepat bila
dianggap sebagai community development dan merupakan ruh
pelaksanaan aktiv itas CSR.

Tabel 3. K a rak te ristik tlan tah a p -ta h a p tanggun» jaw ab sosial


perusahaan

C orporate
T ahapan C harity P hilantrophy
C itizenship
Azktik Ir.iiin i Vom w . H ikn d a n hukum IVi-<xrnh»in d iri J j i '
M otivasi adai u n iv c ftil, i.v lM ill'u .i rc k u n u lu u iV ngan
feekayjan ketertiban * m al
N kngtU M M encari d a n m cnn.it.m M cintvrlkan kontribusi
MM
m jv iln h «front ak.ir m iryl.it' Vcjvd.» rn.isY.ir.ik.il
|J |4R».) pvndek, liTCTKjru. lerorjym sir. Terinternalisasi dalam
Pui**ulo*J«n mvnyvWMikwi h tp n ^ rtim kvbi jalum (v t iim Iu a ii
d u ta la h •« * ia!
K v|M nitiuu V iy .iijn ( J j i u jW iX K .-tsilil'utjn dalam
prolrsKin.il p c n d a n iu n
O rang m lik ln M asyarakat luas M asyarakat luas d a n
P m r i m a M anfaat
p c n i'iH i.in
Hibah H * i)h pcmt\>iv£\in.in Mit>*h d a n keterlib.it.in
K ontribusi
AOiUl
In sp ira si K n '.i(iK tn ---- --- K.*p.*nlin£4«i hiTHiiiM
Sumber: Zaidi. 2003.

Pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders


atau para pemegang saham. Melainkan pula shareholders.
yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi
perusahaan. Melalui CSR terdapat kolaborasi kepentingan
bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya
partisipasi, produktivitas dan kcbcrlanjutan. Dalam perwujudan
Good Corporate Covernance (GCG) maka Good Corporate
© © ^5 ? SJ.,ll ■13:10

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

Citizenship (GCC) merupakan komitmen dunia usaha untuk


mewujudkan Community Development.
Merujuk pada pandangan Moratis dan Cochius (2011).
mengenai tujuh prinsip tanggung jawab sosial dalam ISO
26000, sebagai standar penerapan tanggung jaw ab sosial, maka
implementasi menabung pohon berlandaskan kepada prinsip:
1. Akuntabilitas; terkait tanggung jawab perusahaan terhadap
efek yang ditimbulkan CSR pada lingkungan dan masyarakat
serta menjadi akuntabel terhadap efek tersebut. Akuntabilitas
juga mencakup tanggung jawab terhadap kegiatan yang
salah serta mengambil langkah untuk mencegah terjadinya
hal tersebut;
2. Transparansi; terkait pengorganisasi tanggung jawab sosial
perusahaan harus transparan dalam penggambilan keputusan
serta aktivitas terkait komunitas dan lingkungan. Organisasi
harus mengkomunikasikan peraturan, keputusan, serta
aktivitasnya;
3. Perilaku etis; terkait sikap yang harus dimiliki dalam
aktivitas perusahaan dalam tanggung jawab sosial
perusahaan, yaitu kejujuran, kesamaan, dan integritas;
4. Respek terhadap kebutuhan stakeholder; terkait bagaimana
organisasi menghargai, mempertimbangkan dan merespon
kepentingan setiap stakeholder yang ada dalam aktivitas
tanggung jawab sosial perusahaan;
5. Respek terhadap peraturan hukum; terkait bahwa setiap
tanggung jaw ab sosial perusahaan harus mengikuti hukum
yang berlaku sebagai dasar dari kegiatan bisnis dalam alur
tanggung jawab sosial;

233
© RAYA

Pengembangan Masyarakat

6. Respek terhadap norma perilaku internasional; terkait


kegiatan CSR yang dilakukan tidak boleh melewati norma
yang ada di dunia internasional; dan
7. Respek terhadap HAM; terkait kegiatan CSR, maka
harus menghargai HAM serta mengakui dan menyadari
pentingnya HAM.
Salah satu subyek dan isu dari tanggung jawab sosial dalam
perspektif perusahaan adalah mengenai lingkungan. Krisis yang
terjadi belakangan ini dipercayai merupakan hasil dari tindakan
manusia. Perusahaan juga memiliki andil dalam masalah ini
serta memiliki peran untuk menyelesaikan masalah tersebut
dengan cara mengurangi kerusakan ekologi. Oleh karena itu,
perlu adanya pengintegrasian dalam hal ekonomi dengan
lingkungan karena keduanya memiliki pandangan yang saling
bertolak belakang. Para ekonom menganggap sumberdaya
alam sebagai potensi ekonomi yang perlu dimanfaatkan untuk
kehidupan manusia. Sebaliknya, pada environmentalist sangat
memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan dalam
melakukan aktivitas. Dengan demikian tanggung jawab sosial
perusahaan menjadi relevan dengan upaya mencegah polusi,
penggunaan sumberdaya alam berkelanjutan, adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan lingkungan, dan perlindungan
terhadap lingkungan dan degradasi habitat alam (ISO 26000).
Dalam konteks ini, merujuk pada ISO 26000, maka
tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab sosial yang berorientasi pada isu-isu lingkungan
dan pengembangan masyarakat relevan untuk dipahami sebagai
(Leipziger, 2010):

234
© © ^3 t E] ■ 13:11

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

"Responsibility o f an organization for the impacts o f its


decisions and activities on society and the environment,
through transparent and ethical behaviour that contributes
to sustainable development. health and the welfare
o f society; takes into account the expectations of
stakeholders; is in compliance with applicable law and
consistent w ith intcmational norms o f behaviour; and is
integrated throughout the organization and practiccd in its
rclationships."

Implikasinya, merujuk pada pandangan Jalai (2010),


tanggung jaw ab sosial perusahaan merupakan upaya manajemen
yang dijalankan oleh perusahaan berdasarkan keseimbangan
pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan
dan mengkompensasi dampak negatif serta memaksimumkan
dampak positif di setiap pilar. Tujuan dari tanggung jaw ab
sosial perusahaan ialah pembangunan berkelanjutan. Kondisi
ulama yang harus ada dalam melaksanakan tanggung jaw ab
sosial perusahaan agar tcrciptanya suatu pembangunan dan
kelembagaan yang berkelanjutan adalah:
1. Perusahaan haruslah sehat dan tumbuh, serta memiliki
pendanaan berbasis cost ofproduetion untuk melaksanakan
tanggung jaw ab sosial perusahaan;
2. Tanggung jaw ab sosial perusahaan dapat menjadi
berkelanjutan ( sustainability) apabila kebijakan tersebut
yang dibuat oleh perusahaan benar-benar merupakan
komitmen bersama dari segenap unsur yang ada di dalam
perusahaan itu sendiri. Dengan demikian, perlu ada dialog
dengan para stakeholders untuk memahami kebutuhan dan
keinginannya;

235
Pengem bangan Musyarakat

3. Outcome/resuU tanggung jaw ab sosial perusahaan yang


terukur/measurable;
4. Perusahaan harus memiliki sistem management, dalam
hal ini perusahaan yang dapat mencakup (meng-covw)
berbagai aktivitas, sehingga tanggung jaw ab sosial
perusahaan dapat mencapai tujuan yang diinginkan: dan
5. Memasukkan tanggung jaw ab sosial perusahaan dalam
bisnis inti dan proses organisasi. Dalam hal ini Perusahaan
menggunakan indeks keberkelanjutan dalam aktivitas
tanggung jaw ab sosial perusahaan dan perlu melakukan
penilaian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
serta mengidentifikasi atribut-atribut dari masing-masing
aspek atau dimensi.
Dengan demikian tanggung jaw ab sosial perusahaan yang
diimplementasi berorientasi menciptakan suatu pembangunan
berkelanjutan dan kelembagaan yang berkelanjutan.

C SR dalam Perspektif P em berdayaan


Tanggung jaw ab sosial perusahaan sebagai salah satu bentuk
tanggung jaw ab sosial yang diimplementasikan perusahaan
dalam perspektif pemberdayaan didisain berlandaskan pada
"the empowerment is road to participation". Kebijakan ini
merupakan suatu upaya pemberdayaan yang diharapkan
mampu menumbuhkan dan meningkatkan tidak hanya
partisipasi masyarakat (warga komunitas) tetapi lebih dari
itu. menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi multipihak
(stakeholders). Proses-proses pemberdayaan dalam CSR ini
menggunakan pola-pola partisipasi terkini, bahwa tatakelola
yang baik (good-governance) dalam program pembangunan
menunjukkan pergeseran tipe partisipasi dari “ commtmify
© © ^3 t E] ■ 13:11

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

participation" bergeser ke “stakeholders participation"


(Gambar 9).

Gambar 9. Makna partisipasi dalam tanggung jawab sosial


perusahaan: community participation - stakeholders
participation

Dalam tradisi pemaknaan partisipasi terkini. Perusahaan


tidak hanya mengartikan bahwa partisipasi merupakan respons
masyarakat (komunitas desa dan pertanian) atas hadirnya
tanggung jaw ab sosial perusahaan sebagai suatu program
aksi perusahaan tersebut, seperti Pola A). Pola lain dimulai
dengan inisiatif CSR berasal dari gagasan/swadaya masyarakat
kemudian direspons oleh perusahaan dengan suatu kebijakan
“insentif’ terhadap program gagasan/swadaya masyarakat.
Program swadaya yang kemudian direspons oleh Perusahaan
berupa tanggung jaw ab sosial perusahaan tersebut dimaknai
sebagai partisipasi Pola 13. Pola A dan Pola B tersebut
dikategorikan sebagai jenis partisipasi masyarakat (community
participation). Selanjutnya, dalam perkembangan terkini dan
berlandaskan pada prinsip-prinsip tatakelola yang baik dalam
program pembangunan, pemaknaan partisipasi adalah suatu

237
© © ^3 t E] ■ 13:11

Pengembangan Masyarakat

pola sinergitas antara masyarakat, pemerintah, dan Perusahaan


(private ) yang dimaknai sebagai stakeholders participation
(Pola C).
Melalui pemberdayaan masyarakat maka dikonstruksikan
partisipasi masyarakat dalam tanggung jaw ab sosial perusahaan.
Partisipasi dalam aktivitas CSR adalah suatu proses aktif
dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri,
dibimbing melalui cara mereka sendiri dengan menggunakan
sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dirnana
m ereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kategori
partisipasi dalam tanggung jaw ab sosial perusahaan meliputi:
(1) warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah
dipikirkan atau dirancang oleh penggagas tanggung jaw ab sosial
perusahaan; (2) partisipasi merupakan proses pembentukan
kekuatan masyarakat untuk keluar dari masalah mereka sendiri
yang relevan dengan masalah pemberdayaan dan lingkungan.
Titik tolak partisipasi dalam tanggung jaw ab sosial perusahaan
adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan
tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Dengan partisipasi,
tanggung jaw ab sosial perusahaan yang dilaksanakan akan lebih
berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan dasar yang
sesungguhnya dari masyarakat setempat (loeal comnwnity).
Merujuk kepada pendapat Khrisna dan Lovell seperti
dikutip oleh lqbal (2007) mengenai partisipasi, maka dalam
tanggung jaw ab sosial perusahaan ada empat alasan penting
diperlukannya partisipasi untuk m endukung keberhasilan CSR.
yakni:
1. Partisipasi warga masyarakat dan stakeholders lainnya
untuk meningkatkan rencana pengembangan tanggung
jaw ab sosial perusahaan;

238
© © ^3 t E]H.,ll ■13:12

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

2. Partisipasi stakeholders dikehendaki agar implementasi


CSR sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
3. Partisipasi stakeholders dibutuhkan untuk menjamin
kelangsungan program; dan
4. Partisipasi stakeholders dapat meningkatkan kesetaraan
dalam implementasi CSR.
Oleh karena itu partisipasi stakeholders akan bermanfaat
dalam menentukan prioritas mengenai komunitas dan kelompok-
kelompok masyarakat yang dibutuhkan dan membutuhkan
dalam implementasi tanggung jawab sosial perusahaan.
Partisipasi yang bagaimana yang relevan dalam tanggung
jaw absosial perusahaan, maka partisipasi dalam CSRdifokuskan
pada pengelolaan sumberdaya, yakni untuk menciptakan
keberlanjutan lingkungan dan peningkatan keberdayaan
masyarakat dalam format kelembagaan yang berkelanjutan.
Sehubungan dengan itu, bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
dan stakeholders dapat merujuk kepada pendapat Amstein
(2007) mengenai "A Ladder o f Citizen Participation" dengan
delapan tangga atau tingkatan partisipasi:
1. Manipulation (manipulasi): dengan mengatasnamakan
partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ‘stempel karet’
dalam badan penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai
sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan
dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi
masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan
dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa;
2. Therapy (terapi): pada tingkat terapi atau pengobatan ini,
pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa.
Mereka menganggap ketidakberdaayan sebagai penyakit

239
© © ^3 t E]H .,ll ■ 13:12

P e n g e m b a n g a n M a s y a ra k a t

mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat


dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap
masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan
pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam
berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut
bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya
menemukan penyebab lukanya;

8 Kontrol W arga Negara


Kekuatan
7 Delegasi Kewenangan warganegara
(Citizen power)
6 Kemitraan

5 P h ca tio n! Menenangkan

4 Konsultasi Tokenisnne

3 Informasi

2 Terapi
Non-Partisipasi
1 Manipulasi

Sumber: A r n s te in (2 0 0 7 )

G a m b a r 10. D elapan tin g k a ta n d alam tangga p artisip asi


masyarakat

3. Informing (m enginformasikan); dengan memberi


informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab,
dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun

240
T anggung Jaw ab Sosial Perusahaan dalam P ersp ek tif P engem bangan M asyarakat

seringkah pem berian inform asi dari penguasa kepada


m asyarakat tersebut bersifat satu arah. M asyarakat tidak
m em iliki kesem patan untuk m em berikan um pan balik dan
tidak m em iliki kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika
inform asi disam paikan pada akhir perencanaan, m asyarakat
hanya m em iliki sedikit kesem patan untuk m em pengaruhi
program . K om unikasi satu arah ini biasanya dengan
m enggunakan m edia pem beritahuan, pam flet dan poster;
4. Consultation (k o n su ltasi): m em inta pendapat m asyarakat
m erupakan suatu langkah logis m enuju partisipasi penuh.
N am un konsultasi ini m asih m erupakan partisipasi semu
karena tidak ada jam inan bahw a pendapat m ereka akan
diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat
ini adalah jaja k pendapat, pertem uan w arga dan dengar
pendapat. Jika pem egang kekuasaan m em batasi usulan
m asyarakat, m aka kegiatan tersebut hanyalah partisipasi
palsu. M asyarakat pada dasarnya hanya dianggap sebagai
abstraksi statistik, karena partisipasi m ereka diukur dari
frekuensi kehadiran dalam pertem uan, seberapa banyak
brosur yang dibaw a pulang dan ju g a seberapa banyak
dari kuesioner dijaw ab. Dengan dem ikian, pem egang
kekuasaan telah m em iliki bukti bahw a m ereka telah
m engikuti rangkaian pelibatan m asyarakat;
5. Placation (m en e n a n g k a n ): Pada tingkat ini m asyarakat
sudah m em iliki beberapa pengaruh m eskipun dalam
beberapa hal pengaruh tersebut tidak m em iliki jam inan
akan diperhatikan. M asyarakat m em ang diperbolehkan
untuk m em berikan m asukan atau m engusulkan rencana
akan tetapi pem egang kekuasaanlah yang berw enang untuk
m enentukan. Salah satu strateginya adalah dengan m em ilih
Pengem bungan M asyarakat

m asyarakat m iskin yang layak untuk dim asukkan kc dalam


suatu lem baga. Jika m ereka tidak bertanggung jaw ab dan
jik a pem egang kekuasaan m em iliki m ayoritas kursi, maka
m ereka akan dengan m udah dikalahkan dan diakali;
Partnership (k e m itra a n ): pada tingkatan ini kekuasaan
disalurkan m elalui negosiasi antara pem egang kekuasaan
dan m asyarakat. M ereka sepakat untuk sam a-sam a mem ikul
tanggung jaw ab dalam perencanaan dan pengam bilan
keputusan. A turan ditentukan m elalui m ekanism e take
andgive, sehingga diharapkan tidak m engalam i pem bahan
secara sepihak. K em itraan dapat berjalan efek tif bila dalam
m asyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pem im pin
bertanggung jaw ab, m asyarakat m am pu m em bayar honor
yang cukup bagi pem im pinnya serta adanya sum ber
dana untuk m enyew a teknisi, pengacara dan organisator
m asyarakat. Dengan dem ikian m asyarakat benar-benar
m em iliki posisi taw ar m enaw ar yang tinggi sehingga akan
m am pu m em pengaruhi suatu perencanaan;
Delegated Power (k e k u a sa a n d id ele g asik a n ): Negosiasi
antara m asyarakat dengan pejabat pem erintah bisa
m engakibatkan terjadinya dom inasi kew enangan pada
m asyarakat terhadap rencana atau program tertentu.
Pada tingkat ini m asyarakat m enduduki m ayoritas kursi,
sehingga m em iliki kekuasaan dalam m enentukan suatu
keputusan. Selain itu m asyarakat ju g a m em egang peranan
penting dalam m enjam in akuntabilitas program tersebut.
U ntuk m engatasi perbedaan, pem egang kekuasaan tidak
perlu m eresponnya akan tetapi dengan m engadakan proses
taw ar m enaw ar; dan
© © ^3 'f E] ■ 13:13

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

8. Citizen ControI (kontrol w arga negara): pada tingkat


ini masyarakat menginginkan adanya jam inan bahwa
kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan
diberikan kepada mereka, bertanggung jaw ab penuh
terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa
mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan
mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat
dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana
untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati
pihak ketiga.
Manipulasi dan Terapi termasuk ke dalam level ‘non-
partisipasi', inisiatif pembangunan tidak bermaksud untuk
memberdayakan masyarakat akan tetapi membuat pemegang
kekuasaan untuk “menyembuhkan" atau “mendidik" komunitas.
Informasi, Konsultasi termasuk dalam level *Tokenisme\
komunitas bisa mendapatkan informasi dan menyuarakan
pendapat akan tetapi tidak ada jam inan kalau pendapat komunitas
akan diakomodasi. Placation sebagai level tertinggi dalam
tokenisme. komunitas bisa memberikan saran kepada pemegang
kekuasaan, tetapi penentuan tetap berada pada pemegang
kekuasaan. Kemitraan, membuat komunitas dapat bernegosiasi
dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendelegasian
kewenangan dan kontrol, komunitas memegang mayoritas
pengambilan keputusan dan kekuatan pengelolaan. Tiga level
terakhir termasuk ke dalam level kekuatan warga negara (citizen
power) (Gambar 10).
Dalam implementasi tanggung jaw ab sosial perusahaan
pilihan bentuk partisipasi masyarakat dan stakeholders
lainnya adalah partnership sampai dengan citizen contro!
(power). Bentuk partisipasi ini diharapkan berlangsung

243
© © □ U l ■ 13:13

Pengem bangan Masyarakat

proses pelembagaan sehingga membentuk suatu kelembagaan


berkelanjutan pada ara masyarakat, menciptakan sinergitas dan
jejaring, serta mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap
stakeholders lainnya (kemandirian).
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan stake­
holders dalam tanggung jaw ab sosial perusahaan, sehingga
terbentuk suatu kelembagaan masyarakat lokal yang ber­
kelanjutan, sinergitas dan jejaring antarkelembagaan dan
stakeholders. serta tercapainya suatu komunitas lokal yang
mandiri, maka perlu dilakukan proses-proses pemberdayaan
komunitas. Merujuk pada pemikiran Lubis (2 0 12), maka proses-
proses pemberdayaan dalam tanggung jaw ab sosial perusahaan
diimplementasikan dalam aksi-aksi (Gambar ll):
1. A dvokasi (Advocaey): upaya untuk mengubah atau
mempengaruhi perilaku penentu kebijakan: pemerintah,
perusahaan, dan stakeholders lainnya agar berpihak pada
kepentingan masyarakat pedesaan dan komunitas pertanian
melalui penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada
argumentasi yang bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah, legal, dan moral. Melalui kegiatan ini dilakukan
identifikasi dan pelibatan semua stakeholders dan sektor
yang relevan dengan aksi CSR di berbagai ara untuk
mendukung program CSR Perusahaan;
2. P engorganisasian K om unitas ( Community■Orgamzing)-.
agar masyarakat pedesaan dan pertanian mempunyai arena
untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan atas
masalah di sekitarnya. Bila terorganisir, masyarakat juga
akan mampu menemukan sumberdaya yang dapat mereka
manfaatkan dalam CSR. Biasanya, dalam pengembangan
masyarakat, dibentuk kelompok-kelompok petani sebagai

244
© © ^5 ? E3 [J.,ll ■ 13:13

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

wadah refleksi dan aksi bersama anggota komunitas


pedesaan dan pertanian. Pengorganisasian ini bisa dibentuk
berjenjang: di tingkat komunitas, antarkomunitas di tingkat
desa, antardesa di tingkat kecamatan dan seterusnya sampai
ke tingkat nasional bahkan regional;
r 'l

PENGORGANISASIAN
ADVOKASI
KOMUNITAS
r
KOMUNIKASI,
INFORMASI,
EDUKASI
L.
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
KAPASITAS JARINGAN

(•a m b a r II . Aksi pengem bangan m asy a ra k a t

3. Pengembangan Jejaring (Nelworking and Alliance


Building) tanggung jawab sosial perusahaan: menjalin
kerja sama dengan pihak lain agar bersama-sama saling
mendukung untuk mencapai tujuan tanggung jawab sosial
perusahaan, misalnya dengan kelembagaan keuangan,
agribisnis, dan agroindustri. Jejaring dan saling percaya
merupakan salah satu unsur penting dari modal sosial,
sehingga menjadi komponen penting dalam pengembangan
tanggung jawab sosial perusahaan;
4. Pengembangan kapasitas ( Capacity-Building): me­
ningkatkan kemampuan warga masyarakat desa dan
pertanian di segala bidang (termasuk untuk advokasi,

245
Pengembangan Masyarakat

mengorganisir diri sendiri, dan mengembangkan jejaring)


dalam tanggung jawab sosial perusahaan. Pengembangan
kapasitas sebagai peningkatan atau perubahan perilaku
individu, organisasi, dan sistem masyarakat dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien. Peningkatan kemampuan individu mencakup
perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan;
peningkatan kemampuan kelembagaan meliputi perbaikan
organisasi dan manajemen keuangan, dan budaya
organisasi; peningkatan kemampuan masyarakat pedesaan
dan pertanian, mencakup kemandirian, keswadayaan, dan
kemampuan mengantisipasi perubahan; dan
5. Komunikasi, informasi dan edukasi tanggung jawab
sosial perusahaan; proses pengelolaan informasi,pendidikan
masyarakat, dan penyebaran informasi untuk mendukung
keempat komponen di atas dalam tanggung jawab sosial
perusahaan. Pengelolaan informasi juga menyangkut
mencari dan mendokumentasikan informasi agar informasi
selalu tersedia bagi masyarakat yang memerlukannya,
seperti informasi. Kegiatan edukasi perlu dilakukan agar
kemampuan masyarakat dalam segala hal meningkat,
sehingga masyarakat mampu mengatasi masalahnya
sendiri setiap saat. Untuk mendukung proses komunikasi,
berbagai media komunikasi (modem - tradisional; massa -
individu - kelompok) perlu dimanfaatkan dengan kreatif.
Dengan demikian, proses pemberdayaan masyarakat dapat
dimaknai sebagai usaha untuk pengembangan, kemandirian,
keswadayaan dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan
bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan. Pemberdayaan
mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang
T anggung Jaw ab Sosial Perusahaan dalam P ersp ek tif Pengem bangan M asyarakat

m em ungkinkan orang-orang pinggiran yang tak berdaya untuk


m em berikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara
lokal m aunpun nasional. O leh karena itu, pem berdayaan pada
dasarnya adalah upaya m enjadikan suasana kem anusiaan yang
adil dan beradab m enjadi sem akin e fek tif secara struktural,
baik dalam kehidupan keluarga, m asyarakat, negara, regional,
internasional dalam bidang politik, ekonom i dan lain-lain.
© © £9 r, ■ 13:14

14
Peranan Tanggung Jaw ab Sosial Perusahaan
dalam Pengembangan M a syarakat

1. P e n g a n ta r
Corporate Social Responsibility (C SR ) sebagai etika bisnis
perusahaan, yang diimplementasikan sebagai suatu kebijakan
dan program telah memberikan dampak pada masyarakat
sekitar, baik secara ekonomi, sosial dan politik. Akan tetapi CSR
hanya dapat diakses dan ditentukan oleh elite-elite komunitas,
baik di kom unitas desa ntral maupun di desa urban. Selain itu.
program yang dilaksanakan kebanyakan hanya ditujukan untuk
kawasan tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa CSR telah
menjadi arena pertarungan kepentingan dan kekuasaan bagi
pemangku kepentingan (aktor) yang berada dalam tiga ruang
sosial, yakni negara (state), perusahaan, dan m asyarakat sipil
(Siwi. 2012; A srianti, 2010; dan Radyati. 2010).
Elkington (1997) dengan Triple Botlom Line -nya
m enjelaskan bahwa idealnya kebijakan dan program CSR
merupakan suatu bentuk pembelajaran partisipatif yang di­
harapkan mampu menjadi sarana pemberdayaan (empowerment)

248
© © ^5 f S[J.,ll ■ 13:14

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

masyarakat. Pengembangan masyarakat dalam perspektif


CSR adalah bagian dari program CSR yang ditujukan bagi
m asyarakat sekitar perusahaan. Oleh karena itu, program CSR
dibangun atas dasar untuk memberdayakan masyarakat sekitar
perusahaan. Namun karena terjadi perbedaan bentuk kuasa
pengetahuan yang menyebabkan kontestasi kepentingan dan
kekuasaan yang berbeda terhadap program CSR, seringkali
program CSR hanya sekedar proses membangun image (Siwi,
2012).

Dalam bagian ini, untuk memahami sampai sejauh


mana peranan CSR dalam pengembangan masyarakat akan
dipaparkan hasil empat studi kasus yang kiranya mampu
memberikan pemahaman peranan CSR tersebut. Keempat
studi kasus tersebut terdiri dua studi kasus yang difokuskan
kepada persepsi warga komunitas dan stakeholders yang
lebih mencirikan komunitas desa urban terhadap program-
program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan
dua perusahaan sejenis dalam kerangka CSR-nya. Di samping
kedua studi kasus tersebut, studi kasus yang ketiga adalah
difokuskan kepada evaluasi aksi-aksi pemberdayaan masyarakat
dalam kerangka CSR dari perusahaan pertambangan gas yang
diimplementasi pada komunitas desa di pulau-pulau kecil yang
relatif kaya dengan deposit pertambangan gas. Terakhir adalah
suatu studi kasus untuk penelitian tesis yang difokuskan kepada
proses dinamika politik pemberdayaan yang terjadi dalam
pengelolaan program CSR oleh perusahaan besar di komunitas
desa urban.

249
Pengem bangan Masyarakat

P eranan C SR dalam M eningkatkan T a ra f llid u p M asya­


ra k a t: S tudi K asus P rogram C SR P eru sah aan Besar
te rh a d a p K om unitas Desa-desa U rban

P rogram C SR dan Im plem entasinya

Perusahaan mendefinisikan CSR-nya sebagai komitmen


perusahaan untuk bekeija sebagai mitra bagi para pemangku
kepentingannya dan memelihara hubungan yang dilandasi
saling menghargai dan saling percaya. Hal ini dituangkan
dalam slogan perusahaan yaitu “membangun bersama”.
Sebagai mitra masyarakat desa, CSR perusahaan ingin berperan
sebagai motivator yang menumbuhkan inisiatif, partisipasi
dan keswadayaan dari masyarakat dan stakeholders lainnya
agar berlangsung pembangunan yang berkelanjutan. Dalam
kebijakannya perusahaan memiliki struktur tatakelola yang
memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan,
mengelola resiko bisnis, menjaga nama baik dan memiliki
tanggung jaw ab sosial perusahaan terhadap masyarakat
termasuk kesejahteraan warga sekitar dan lingkungan.
Program CSR perusahaan dalam periode 2006-2010
meliputi: (1) Infrastruktur, yang meliputi pembuatan jalan,
drainase, pembangunan kantor desa, gedung sekolah, fasilitas
olahraga dan tempat ibadah: (2) Pemberdayaan Ekonomi,
yakni dana bergulir (revoiving fund) untuk peternakan (ayam,
kambing), pertanian, persewaan traktor, paving block, usaha,
jasa, warung, perdagangan, bengkel motor, dan lain-lain; (3)
Pendidikan, berupa beasiswa yang diberikan kepada anak-anak
yang tergolong kurang mampu dari tingkat SD, SMP dan SMA.
Program EVE yang bekerjasama dengan salah satu politeknik
negeri di ibukota negara; dan (4) Aspek Sosial, yang terdiri dari
© © J .,ll ■ 13:15

Peranan Tanggung Jaw ab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

posyandu, penyuluhan kesehatan, penyuluhan hukum, khitanan


masai, pelatihan las. pemberian paket lebaran, dana santunan
untuk anak yatim piatu, hewan kurban, dan pembinaan pemuda.
Pola pelaksanaan CSR yang dilakukan perusahaan diawali
dengan pelaksanaan Forum Komunikasi Masyarakat (FKM)
baik di aras desa dan aras kecamatan setiap tahunnya. Tujuan
pelaksanaan Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) ini yaitu
untuk berdialog secara langsung dengan aparat dan perwakilan
warga desa seperti kepala desa, kepala dusun, ketua RW/UT.
tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat
umum mengenai program kemitraan perusahaan. Kegiatan
yang dilakukan selama FKM ini di antaranya pemaparan semua
program kemitraan perusahaan yang telah dan sedang dilakukan
pada tahun tersebut di seluruh desa mitra. Selain itu dilakukan
juga diskusi kendala yang dihadapi selama implementasi
program kemitraan pada tahun tersebut berikut rencana program
kemitraan di tahun selanjutnya.
Total dana CSR perusahaan yang dikelola comnel periode
tahun 2006-2010 lebih besar dibandingkan pada periode
tahun 2002-2005. Akan tetapi apabila menurut besar dana
CSR perusahaan rata-rata per tahun, maka rata-rata dana CSR
perusahaan per tahun pada periode tahun 2002-2005 lebih besar
dibandingkan pada periode tahun 2006-2010. Selanjutnya, jika
ditelaah jum lah dana CSR perusahaan per tahun maka terdapat
kemiripan bahwa dalam kedua periode tersebut besar dana
relatif fluktuatif (tabel 4).
Akan tetapi perusahaan, di bawah pengelolaan Department
o f EVE dan yang lainnya di luar Department o f Community
Relation, dalam skala corporate dalam kerangka CSR juga telah
mengeluarkan dana untuk program CSR di kawasan aktivitas

251
P engem bangan M asyarakat

perusahaan (tabel 4). A pabila total dana dan rata p er tahun yang
dikeluarkan tersebut dibandingkan antara periode tahun 2002-
2005 dengan periode tahun 2006-2010, m aka total dan rata-rata
per tahun dana yang dikeluarkan pada periode tahun 2006-2010
jau h lebih besar (dua setengah kali) dari periode tahun 2002-
2005.

Tabel 4. Total dan R ata-rata Dana CSR per Tahun dari


Perusahaan Periode Tahun 2002-2005 dan Periode
Tahun 2006-2010 (M flyar Rupiah)

P e r i o d e T a h a n 2002-21X15 P e r i o d e T a h u n 2 0 0 6 -2 0 1 0
No D ana C SR
2 0 0 2 I 2003 2 0 0 4 [ 2005 2006 2007 20418 2009 201(1
1. \Comivl l . S 7 s | 2.3K2 2.281 j 1.774 1.817 | 2 .0 2 1 | 1.830 | l . 9 S 7 | 1.989
2. T otal 8 ,3 1 2 9 ,6 1 4
3 . R a ta -ra ta p t r
2 .0 7 8 1.923
ta h u n
4. Non-Comivl 3 .0 2 8 10.0 0 0 | 0 .0 0 0 1 0 .0 0 0 l . 5 0 0 | 1 .3 0 0 11 .6 0 0 1 1 .2 0 0 | 3 .9 8 6
5. Total 3 .0 2 8 9 .5 8 6
6. R ata-rata p e r
0 .7 5 7 1.917
ta h u n

Sumber: D io la h «lari la p o r a n ''M e m b a n g u n H c rs a n ia K e m itra a n H c rk c la n jiiu n :


P ro g ra m C S R u n tu k M a s y a ra k a t s e k ita r IV iu s a h a a n d a n “ F o ru m K o m u n ik a s i
M a s y a ra k a t P ro g ra m K e m itra a n P e ru s a h a a n T a h u n 2 0 1 0 "

Dari tabel yang sam a dapat diidentifikasi, bahw a pada


periode tahun 2002-2005 total dan rata-rata per tahun dana
C SR perusahaan di kaw asan studi lebih besar dari dana CSR
perusahaan yang dikelola oleh departm en lain di departm en
luar kaw asan studi tersebut. Akan tetapi dalam periode tahun
2006-2010 total dan rata-rata per tahun dana C SR perusahaan
di kawasan studi di antara kedua departm en pengelola adalah
ham pir sam a besarnya.
P eran an T a n g g u n g J a w a b S o sia l P e ru sa h a a n d a la m P en g em b an g an M u sy arak at

Tabel 5. Total dan R a ta -rata p e r Tahun Dana CSR Perusahaan


m en u ru t Jenis P rogram dan Periode (M ilyar R upiah)

I V r M r T . h u . >«82-2005 P t i M r i . h u . : « * - 20 in
N*. D ana C S R
2M 2 20*3 20W 2005 2IHM. 2007 2008 2009 2*10

1. latrj>auklur 1,057 1.170 1.244 ■I.KI1 0.752 0.772 O J9 8 0,475 0.627

IV m bcrihyjin
2. 0.000 0.067 0.<N0 0.168 0.442 0J8 9 0.81» O J67 0.241
KU ukoii

i. Pendidikan 0.000 <013 0.231 0.228 0.12 J 0.055 O J3 I O JM 0.472

Sowjl OM* 0.733 0.717 0.568 0.520 00106 0.401 0JM 6 C.645

Tolal 1JS75 2JS 2 2.2SI 1.774 1.817 2.021 1.830 1.957 1.985

fU u -ra ti per u h u n
0,46*» 0 .5 % <1.570 0.444 0.454 0.505 0.458 0,489 0,496
per iKugnim

Sumber: Diolah «kri Laporan •‘Membangun Bersama Kemitraan Berkelanjutan:


Program CSR untuk Masyarakat sekitar perusahaan din “Forum Komunikan
Masyarakat Program Kemitraan Perusahaan Tahun 2010"

Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2010, rata-rata per


tahun dana total empat program CSR perusahaan yang telah
dikeluarkan adalah sekitar dua milyar rupiah (1,991 milyar
rupiah) (tahel 5) dan grafiknya selama sembilan tahun adalah
“landai”, artinya tidak ada peningkatan atau penurunan dana
yang signifikan (gambar 12). Demikian pula, rata-rata per tahun
per program CSR sekitar 0,501 milyar rupiah.
Akan tetapi, apabila ditelaah menurut jenis program maka
selama periode tahun 2002-2010 rata-rata per tahun dana
program pendidikan selalu di bawah rata-rata per tahun dana
C S R perusahaan. Untuk program pemberdayaan ekonomi juga
demikian, tetapi pernah di atas rata-rata per tahun dana CSR.
yakni pada tahun 2008 kemudian setelah itu turun kembali di
bawah rata-rata per tahun dana CSR perusahaan. Sedangkan
untuk kedua program yang lain: Program infrastruktur dan
Pengem bungan M asyarakat

program sosial selam a periode tersebut selalu berada di atas


rata-rata per tahun dana C SR perusahaan. Kecuali pada tahun
2008, itu pun karena dana program pem berdayaan ekonom i
pada tahun tersebut m eningkat cukup besar.

G am bar 12. Total dan R ata-rata per tahun dana CSR perusahaan
m enurut jenis program dan periode

R ealitas D a m p ak P ro g ra m C SR

Aktivitas industri perusahaan dan kebijakan serta program CSR


perusahaan telah m enyebabkan perubahan dan dam pak pada: ( I )
A spek ekologi, struktur sosial, dan kultur m asyarakat; (2) Taraf
hidup m asyarakat; (3) Penilaian m asyarakat dan stakeholders
lainnya terhadap karakteristik CSR; dan (4) Sinergitas
kebijakan dan program keem pat realitas tersebut selanjutnya
“m engkonstruksikan” persepsi m asyarakat dan stakeholders
lainnya terhadap C SR perusahaan. Perubahan, dam pak, dan
persepsi tersebut dapat m em berikan "um pan balik” (feedback)

© © ■ ir O U .ll ■ 13:16

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

untuk m em form ulasikan kem bali (rejormidation) kebijakan


dan program C SR perusahaan.
Sam pai sejauh ini. dengan im plem entasi program -
program infrastruktur, ekonom i lokal, pendidikan, dan sosial,
perusahan sejak tahun 200 2 -2 0 !0 telah m endanai program -
program tersebut. Dari kebijakan pendanaan CSR perusahaan
dapat diidentifikasi, yaitu: ( I ) Rata-rata dana yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk program C SR dalam periode tersebut
sekitar dua m ilyar rupiah per tahun, tidak terjadi penurunan
dan kenaikan yang signifikan, sehingga kurvanya "landai"; (2)
A pabila ditelaah besar dana m enurut keem pat program tersebut
per tahun sangat fluktuatif; (3) Total dana m enurut program
dalam periode tersebut yang tertinggi adalah program sosial dan
infrastruktur, sedang yang terendah adalah program pendidikan;
(4) Dana program pendidikan selam a periode tersebut baik
absolut m aupun re la tif selalu lebih kecil dibandingkan rata-
rata dana CSR per tahun; dan (5) dalam satu tahun terakhir
ini terdapat kecenderungan dana program pendidikan dan
infrastruktur bertam bah, sedang dana program ekonom i lokal
dan sosial cenderung berkurang.
Realitas perubahan dan dam pak tersebut telah terjadi di
aras kom unitas desa dalam kawasan perusahaan sam pai pada
aras kabupaten seperti berikut ini. Pertam a, perubahan ekologi,
struktur sosial, dan kultural terjadi dengan realitas bahwa
pola adaptasi ekologi m asyarakat yang sem ula bertum pu pada
lahan dan aktivitas pertanian m engalam i perubahan m endasar
yakni bertum pu pada aktivitas industri dan jasa. Perubahan
pola adaptasi ekologi tersebut berlangsung dengan cepat pada
desa-desa Ring-I sebagai dam pak aktivitas perusahaan yang

255
Pengem bungan M asyarakat

dom inan. Sedangkan pada Ring-2 dan Ring-3 m erupakan


dam pak k um ulatif dari berbagai aktivitas dan jen is industri.
M asyarakat sem akin terdiferensiasi dan m enjadi heterogen.
Sistem pelapisan sosial bersifat terbuka. Faktor-faktor konversi
lahan, perubahan m ata pencaharian, dan m obilitas penduduk
yang re la tif tinggi m enyebabkan dasar sistem pelapisan sosial
yang berbasis agraris berubah m enjadi basis industri dan jasa.
M eskipun dem ikian dalam sistem pelapisan tersebut tetap
diakui oleh m asyarakat adanya lapisan atas, m enengah, dan
baw ah tetapi dengan dasar pelapisan yang berbeda antara satu
kom unitas dengan kom unitas lainnya di kawasan ini.
Dinam ika dan perubahan yang terjadi pada aspek ekologi
dan dim ensi struktural m asyarakat m em berikan artikulasi
kultural m asyarakat di kaw asan ini, yang tercerm in pada
tradisi dan kebiasaan serta sistem norm a dan nilai yang telah
berlangsung sejak lam a dalam beragam aktivitas warga
kom unitas lokal. O rientasi nilai budaya, terutam a terhadap
nilai-nilai kegotongroyongan cenderung m ulai m eluntur,
akan tetapi sum bangan yang berarti dari nilai-nilai ini adalah
adanya ikatan kebersam aan antar w arga untuk saling m em bantu
m enyelesaikan beragam persoalan. O rientasi nilai budaya
m asyarakat desa m em andang dan m em beri nilai tinggi kepada
pendidikan form al. N ilai-nilai industrialisasi dan m odernisasi
telah m em pengaruhi orientasi nilai budaya m asyarakat di
kaw asan ini yang bertum pu pada nilai-nilai religius dan sem angat
gotong-royong. N ilai-nilai gotong-royong cenderung m em udar.
Akan tetapi nilai-nilai religius m asih dipertahankan oleh
kom unitas. Sejalan dengan m asuknya nilai-nilai industrialisasi
dan m odernisasi, sehingga persaingan m em peroleh kesem patan
© © ^5 ? E3 J . , l l ■ 13:16

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

kerja dan peluang berusaha, orientasi nilai budaya masyarakat


di kawasan ini terhadap pendidik semakin tinggi.
Kedua, aktivitas industri perusahaan dan kebijakan serta
program CSR perusahaan berdampak pada peningkatan taraf
hidup masyarakat. Dampak positif tersebut sangat dirasakan
oleh warga masyarakat lapisan bawah dan warga masyarakat
yang sumber nafkahnya dari aktivitas sebagai pengusaha
pertanian. Hasil telaah ini juga menunjukkan bahwa semakin
tinggi pelapisan sosial maka semakin tinggi taraf hidup warga
masyarakatnya.
Ketiga, berdasarkan filosofi, visi dan misi, kebijakan, dan
program CSR, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya
di kawasan tersebut menilai bahwa karakteristik dan tahap-
tahap CSR perusahaan dikategorikan sebagai philantrophy.
Artinya, proses pemberdayaan untuk membangkitkan
partisipasi pemangku kepentingan dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat sedang dan telah berlangsung. Bahkan, di
suatu komunitas desa memberikan penilaian bahwa karakteristik
CSR perusahaan sudah masuk tahap corporate eitizenship.
Realitas ini bermakna bahwa terdapat kecenderungan CSR
telah terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan dan CSR
berlandaskan kepada “beyondregulation-mandatory".
Realitas terakhir, dalam konteks sinergitas, CSR perusahaan
belum sinergi dengan berbagai program pemerintah lokal baik
di aras komunitas desa sampai dengan aras kabupaten, juga
dengan pemangku kepentingan lainnya. Berdasarkan telaah dan
membandingkan antara Roadmaps Community Relatiom 2010-
2014 dan Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan
(RP3) kabupaten lokasi perusahaan, ternyata dapat dinyatakan
tidak ada sinergitas antara program-program CSR perusahaan

257
© © sS Ti J .ll ■ 13:16

P engem bangan M asyarakat

dan kebijakan serta program pem bangunan kabupaten, seperti


RP3.
Apabila RP3 kabupaten dan Roadmaps CSR perusahaan
tersebut dapat disinergikan, maka paling tidak dari sisi
pendanaan pembangunan RP3 kabupaten tersebut tidak perlu
sepenuhnya tergantung dan bertumpu pada A PBD kabupaten.
Selain itu dari CSR perusahaan, Roadmaps Comrel 2010-2014
dapat menjadi salah satu faktor atau strategi untuk mencapai
sasaran pembangunan di kabupaten tersebut, setidaknya
pembangunan di kecamatan. Keempat realitas tersebut
selanjutnya “m engkonstruksikan” persepsi m asyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya terhadap CSR.
Di sam ping masyarakat, berbagai pemangku kepentingan
seperti dari kalangan pemerintah, pelaku bisnis, dan lembaga
swadaya masyarakat berpandangan terhadap CSR perusahaan
sebagai berikut:
(1) Perusahaan dapat lebih mempertimbangkan dampak
lingkungan sebagai dasar pertimbangan memilih desa
mitra, bukan sekedar kedekatan pada lokasi aktivitas
industri perusahaan;
(2) Fokus program CSR perusahaan perlu diubah dari infra­
struktur kepada pendampingan pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan ekonomi lokal dan pendidikan;
(3) Pendanaan program CSR perusahaan masih relatif kecil;
(4) Dalam implementasi Program CSR perusahaan belum
m ampu bekerjasama dengan kelompok-kelompok m asya­
rakat lokal yang memiliki aktivitas ekonomi produktif dan
pengelolaan lingkungan; dan

258
© © ^5 t E] J . , ll ■ 13:17

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

(5) Dalam implementasi Program CSR perusahaan belum


mampu bekerjasama dengan program-program pem­
berdayaan yang diimplementasikan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Kehadiran perusahaan diharapkan lebih banyak kerjasama
yang dapat dilakukan dengan kabupaten dan bersinergi juga
dengan CSR dari perusahaan-perusahaan lain yang jum lahnya
sangat banyak di kabupaten tersebut. Mereka melihat CSR
perusahaan cukup komitmen untuk membantu masyarakat dan
dinilai sangat baik karena masih melakukan kegiatan pelaporan
walaupun itu masih di tingkat kecamatan. Diharapkan sebanyak
tidak kurang dari 200 perusahaan, di antaranya ada seperti
perusahaan di sini dapat dikoordinasikan oleh Bupati agar
melakukan program yang bersinergi dengan RP.IM kabupaten
dan RP3 kabupaten.
Pembahan ekologis, struktur sosial, dan kultur masyarakat
serta dampak terhadap taraf hidup, penilaian masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya terhadap karakteristik CSR. dan
sinergitas kebijakan serta program sebagai akibat dari penetrasi
industri perusahaan dan aktivitas CSR, seperti telah dijelaskan
di atas, “bermuara” pada persepsi masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya. Secara konseptual, pembahan, dampak,
dan persepsi tersebut dapat memberikan "umpan balik” (feed
back) untuk memformulasikan kembali (reformulation)
kebijakan dan program CSR.
Pertama, pendanaan CSR dari tahun 2006-2010. bahkan
dari tahun 2002, apabila ditelaah menurut program, maka
total dana program pendidikan dan ekonomi lokal relatif kecil
dibandingkan program sosial dan infrastruktur. Dana program
pendidikan per tahun selalu relatif kecil dari rata-rata dana

259
© © sS Ti J .ll ■ 13:17

P engem bangan M asyarakat

CSR per (ahunnya. Kebijakan pendanaan ini tidak mendukung


perubahan orientasi nilai budaya m asyarakat yang dalam periode
tersebut menilai tinggi pendidikan formal, terutama untuk masuk
dan bersaing dalam berusaha dan dunia kerja. Demikian pula
kebijakan pendanaan untuk program pengembangan ekonomi
lokal, meskipun dalam satu tahun terakhir ini cenderung
meningkat, tidak mendukung harapan besar warga masyarakat
agar CSR mampu menciptakan peluang bekerja dan berusaha.
Masih mengenai pendanaan CSR, dari tahun 2006-2010
rata-rata total dana per tahun sekitar dua m ilyar rupiah dengan
k u n a n y a yang relatif “landai” (tetap). Secara finansial nilai
dua m ilyar rupiah, lima tahun yang lalu dibandingkan dengan
pada tahun 2010 yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
tentu nilainya menjadi relatif kecil. Kecenderungan seperti ini
yang dilakukan oleh perusahaan dalam perspektif sinergitas
pendanaan adalah sesuatu yang biasa saja apabila memang ada
pendanaan CSR dari sum ber lainnya, pemangku kepentingan
atau dari masyarakat. Akan tetapi realitasnya sampai tahun
2010 sinergitas pendanaan tersebut belum pemah ada.
D ipandang dari perspektif pemberdayaan, partisipasi dan
kemandirian, apabila disepakati bahwa pendanaan CSR tersebut
adalah fungsi dari partsipasi pemangku kepentingan maka
dalam proses pemberdayaan untuk menciptakan kemandirian
dan kcbcrlanjutan (sustainability), seyogyanya dari waktu
ke waktu peran perusahaan dan pemerintah dalam semakin
berkurang (menurun), sebaliknya peran masyarakat (komunitas)
semakin besar (meningkat). Akan tetapi realitasnya dalam
periode 2006-2010 trend pendanaan CSR relatif "landai" (tidak
fluktuatif). Oleh karena itu, kebijakan pendanaan CSR selama

2 60
© © ^3 t E]J.,ll ■13:17

P e ra n a n T a n g g u n g J a w a b S o s ia l P e ru s a h a a n d a la m P e n g e m b a n g a n M a s y a ra k a t

ini tidak mendukung upaya pemberdayaan untuk mcnciptakan


kemandirian dan keberlanjutan.
Kedua, aktivitas industri dan CSR berdampak pada
peningkatan taraf hidup masyarakat. Dampak terbesar terhadap
peningkatan taraf hidup tersebut sangat dinikmati oleh warga
masyarakat di Ring-I (37,2 persen), lapisan masyarakat
terbawah (38,6 persen), dan pada kelompok warga masyarakat
yang sumber nafkahnya berbasis pada atau sebagai "pengusaha-
pertanian" (6,9 persen). Sementara itu. harapan warga
masyarakat adalah "penciptaan peluang berusaha dan bekerja,
pembangunan infrastruktur, dan penyediaan beasiswa adalah
yang paling diharapkan dari program CSR”. Seyogyanya,
diformulasikan strategi pemberdayaan dalam kerangka CSR
pada Ring-2 dan Ring-3, dengan fokus pada masyarakat
lapisan bawah, yang sumber nafkahnya berbasis pada jasa-
nonpertanian, pengusaha-nonpertanian, jasa-pertanian yang
merupakan 93,1 persen warga di kawasan tersebut.
Ketiga, warga masyarakat memberikan penilaian ter­
tinggi pada karakter pemsahaan. yang "menghormati budaya
masyarakat" dan "dapat dipercaya". Sebaliknya warga
masyarakat memberikan penilaian terendah pada karakter
perusahaan, yang kurang “peduli lingkungan". Berdasarkan
Social Capital Perspedive , dalam relasi antara warga
masyarakat dengan perusahaan telah memiliki modal sosial
yang relatif kuat, yakni dalam hal menghormati norma-norma
masyarakat (rtornts) dan kepercayaan (trust).
Penilaian warga masyarakat terhadap perilaku perusahaan
yang tertinggi adalah pada pernyataan perusahaan "sabar” dan
perusahaan "mendengarkan keinginan masyarakat. Sebaliknya,
variabel yang dinilai warga masyarakat paling rendah

261
© © £9 * JU I ■ 13:17

P engem bangan M asyarakat

adalah perusahaan “mendampingi m asyarakat” dan “bisa


m em baur dengan masyarakat'*. Dalam perspektif pendekatan
pemberdayaan terhadap masyarakat pada aras komunitas
desa, dua variabel yang dinilai tinggi oleh masyarakat yakni
perusahaan “sabar" dan “mendengarkan keinginan m asyarakat”
dapat m enjadi suatu landasan bagi relasi antara perusahaan yang
lebih “powerfuir dengan warga m asyarakat yang “powertess
M asyarakat cenderung menilai pengelolaan program
perusahaan dikelola dengan baik. Warga masyarakat menilai
dalam pengelolaan program perusahaan adalah perusahaan
“cepat tanggap”. Sebaliknya, warga masyarakat program CSR
kurang “memberi kebutuhan perempuan dan anak". Apabila
penilaian warga masyarakat dalam pengelolaan program
ternyata perusahaan “cepat tanggap”, dikaitkan dengan
penilaian warga masyarakat bahwa perusahaan “menghormati
budaya m asyarakat”, "dapat dipercaya” , “sabar”, dan
“mendengarkan keinginan m asyarakat" maka dapat dinyatakan
bahwa perusahaan dalam membangun reputasinya berlandaskan
kepada pertimbangan yang aspiratif, berbasiskan pada kekuatan
modal sosial, dan responsif.
Akan tetapi di sisi lain, bahwa perusahaan dinilai oleh warga
komunitas menempatkan “kebutuhan perempuan dan anak-anak”
relatif rendah dibandingkan variabel lain dalam pengelolaan
program CSR. Kemudian dikaitkan dengan perusahaan dinilai
rendah dalam "peduli lingkungan”, kemampuan “berbaur dengan
m asyarakat”, dan lemahnya “pendampingan m asyarakat”, maka
keterkaitan tersebut mengindikasikan kelemahan perusahaan
dalam m emformulasikan secara empiris terhadap permasalahan
yang dihadapi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya
dalam suatu “peta sosial dan komunitas" yang selalu dinamis dan

262
© © sS * 2).,ll ■ 13:18

P eranan T anggung Jaw ab S osial Perusahaan dalam Pengem bangan M asyarakat

berubah. Selain itu tampaknya program CSR dinilai masyarakat


belum menyentuh kelompok masyarakat yang sesungguhnya
menjadi subyek utama yaitu keluarga miskin, kaum perempuan
dan anak-anak. Program-program yang sudah dilaksanakan
masih bersifat untuk kepentingan umum, walaupun secara tidak
langsung membuka peluang berkembangnya perekonomian
dan mobilitas penduduk dari dan kc kota besar. Akan tetapi
peluang ini tampaknya baru dapat dimanfaatkan oleh lapisan
menengah dan atas desa yang mempunyai akses informasi dan
modal untuk berusaha.
Persepsi warga m asyarakat di Kawasan CSR perusahaan
terhadap reputasi perusahaan adalah di satu sisi perusahaan
telah menkonstruksikan suatu pendekatan yang aspiratif,
berbasis pada modal sosial, dan responsif. Akan tetapi di sisi
lain, perusahaan tidak memiliki kemampuan yang diharapkan
dapat memformulasikan realitas em piris yang dihadapi
komunitas dan pemangku kepentingan lainnya di lapangan.
Dalam konteks ini seyogyanya personal dan kelembagaan
yang m engoperasionalkan kebijakan CSR perusahaan
patut mendapatkan perhatian. Selain itu. ketidakmampuan
m emformulasikan realitas empiris tersebut seharusnya
dipandang dalam perspektif sinergitas dengan pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya (good goventance system )
karena permasalahan pada realitas empiris tersebut tidak
semata-mata menjadi tanggung jaw ab sepenuhnya perusahaan
tetapi ju g a menjadi tanggung jaw ab bersama, seperti pemerintah
dan pemangku kepentingan lainnya.
Keempat, persepsi pemangku kepentingan yang dinyatakan
bahwa “dalam implementasi program CSR belum mampu
bekerjasama dengan program-program pemberdayaan yang

263
© © sS * JU I ■ 13:18

P engem bangan M asyarakat

diimplementasikan pemerintah pusat dan pemerintah daerah”.


Ada potensi yang dapat dikembangkan dari sisi perusahaan, yakni
dalam perspektif pengembangan masyarakat dan pembangunan
daerah, Roadmaps Comrel 2010-2014 dapat diposisikan
sebagai upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan
kelembagaan (instiluiional capacity) di aras kecamatan melalui
pendekatan partisipatif dalam proses pemberdayaan dan
membangun partisipasi komunitas serta pemangku kepentingan.
Sebaliknya. RP3 kabupaten dengan pengembangan kawasan
di Zona-7 dapat menjadi insentif kelembagaan (inslilulional
insentive) bagi Roadmaps Comrel 2010-2014 dengan strategi
kerjasama antarkclompok/organisasi/kelembagaan (bonding
strategy); strategi kerjasama antarkomunitas desa (bridging
strategy); dan strategi menciptakan akses kepada kelembagaan
publik dan finansial dalam pembentukan modal (crealing
strateg}’).
Umpan balik (feed-baek ) terakhir, untuk memformulasikan
kembali (reformulation) kebijakan dan program CSR
berdasarkan persepsi masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya dari aras kom unitas desa sampai dengan aras kabupaten
adalah memahami realitas "persepsi masyarakat dan pemangku
kepentingan terhadap CSR” dari dimensi kapital sosial (the
dimension o f social capital): "horizontal social capitar dan
“vertical social capitar. Persepsi warga masyarakat terhadap
CSR dengan pernyataan program CSR banyak melibatkan
masyarakat. Tujuan CSR perusahaan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, kebutuhan masyarakat dan
keinginan bersama-sama merupakan dasar penentuan program
CSR, dan program CSR cocok dengan kebutuhan masyarakat
merupakan indikasi bahwa pola relasi tidak hanya dalam

264
© © ^5 t E]J.,ll ■13:18

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

relasi antarkelompok sosial (banding) tetapi sudah sampai


kepada relasi antarkomunitas (bridging). Indikasi tersebut
menunjukkan bahwa secara horizontal social Capital semakin
kuat. Dimensi horizontal semakin kuat karena kelembagaan
sosial tradisi (budaya dan agama) mampu mengakomodasi
perubahan yang cepat akibat industrialisasi dan mobilitas
penduduk (terutama migrasi masuk) yang relatif tinggi. Akan
tetapi tidak demikian dengan vertical social Capital. Pandangan
pemangku kepentingan terhadap CSR. seperti pendanaan
program CSR masih rcaltif kecil; dalam implementasi Program
CSR belum mampu bekerjasama dengan kelompok-kelompok
masyarakat lokal yang memiliki aktivitas ekonomi produktif
dan pengelolaan lingkungan; dan implementasi Program
CSR belum mampu bekerjasama dengan program-program
pemberdayaan yang diimplementasikan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, dapat menjadi indikator lemahnya relasi
perusahaan dan pemerintah terhadap masyarakat. Kelemahan
ini disebabkan perusahaan mengimplementasikan program
C'SR-nya tanpa dukungan dan insentif dari pemerintah, sehingga
seperti bertindak ‘W man show ” dan sampai kepada peran
pemerintah dalam pembangunan di kawasan tersebut seperti
diambil alih oleh perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, maka
dapat dijelaskan bahwa pola relasi antarpemangku kepentingan
di kawasan tersebut termasuk kategori "coping". Artinya, CSR
perusahaan kuat dalam horizontal social capital tetapi lemah
dalam vertical sosial capital. Oleh karena itu, diperlukan
suatu upaya yang institusional agar pemerintah di berbagai
aras mampu memfasilitasi untuk “menciptakan mang” bagi
peranan yang sinergis dari masyarakat dan berbagai pemangku
kepentingan.

265
P engem bangan M asyarakat

Pengem bangan M asy arak at d an K eb erlan ju tan n y a d alam


K erangka C SR : Studi K asus Program C SR P eru sah aan
B esar te rh a d a p K om unitas Desa-desa U rban

Im plem entasi C SR

Program CSR "perusahaan" dilaksanakan sebagai bagian


terintegrasi dari misi perusahaan: “Kami berkecimpung dalam
bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang
bermutu dengan harga kom petitif dan tetap memperhatikan
pembangunan berkelanjutan, yaitu pertumbuhan ekonomi
jangka panjang, ramah lingkungan, dan kesejahteraan sosial".
Perusahaan berkomitmen dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan, memberikan perhatian yang sangat besar dan
turut berperan serta secara aktif dalam pencegahan pemanasan
global. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan senantiasa
berupaya untuk mensinergikan pengurangan gas rumah kaca
melalui pengendalian input, proses, output yang dilakukan
secara terintegrasi. Muara dari semua upaya tersebut adalah
dihasilkannya produk yang ramah lingkungan untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan (Laporan Realisasi Program
CSR Tahun 2010).
Realisasi program tanggung jaw ab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility) tahun 2008-2010 dapat
dikategorikan menjadi:
1. Lima Pilar Program Pengembangan M asyarakat (Commu-
nity Development Program)', dan
2. Program Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Devel­
opment Program)

© © iro y .,ii «13:18
i

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

Dalam periode tahun 2008-2010 jum lah dan persentase


program aksi dari kategori program pengem bangan m asyarakat
adalah fluktuatif. Dalam priode yang sam a program aksi dari
kategori program pengem bangan berkelanjutan cenderung
m eningkat.
Dari lim a pilar program pengem bangan m asyarakat, dalam
periode tahun 2008-2010, ju m lah dan persentase program
pendidikan dan program kesehatan sem akin m eningkat. Jum lah
dan persentase program ekonom i sem akin berkurang, sedang
program sosbudag, olahraga, dan infrastruktur fluktuatif.
Jum lah dan persentase program keam anan re la tif stabil (tabel
6).
T ab el 6. R e a lisa si P r o g r a m C S R “ P e r u s a h a a n " T ah un 2008-
2010

P ro g ra m A ksi

No K a te g o r i P r o g r a m 2008 2009 2010

I I % I I % I | %
A. i in a P i l a r P r o g r a m P e n g t-m b iu g a n M a \ \ a r a k it

1. Program Pendidikan 14 21.9 14 21.5 17 24,6

2. Program Kcschaum 7 10.9 8 12.3 10 14.5


3. Program Kkcmotni 5 7.8 5 7,7 4 5.8

4. Pm gram Sosbudag. O lahraga, 32 50.0 26 40,0 30 43.5


dan Infrastruktur

5. P ro g ra m K e a m a n a n 1 1.6 1 1.5 1 1.5

S u b T otal 59 92.2 54 83.1 62 89.9


B. P r o g r a m P e m b a n g u n a n S 7.8 11 6.9 7 11.1
B c rk e la n jn ta n

T.ilal 64 100,0 65 11X1.0 69 100,0

Berdasarkan visi, dan untuk m elaksanakan m isinya serta


untuk m engem bangkan program CSR , dengan m erujuk kepada

267
© Pesan dari +62 818-0251-7259 @ Bhinneka

P engem bangan M asyarakat

M DGs (PBB), perusahaan lelah menetapkan target lima tahun


ke depan dengan merumuskan rencana strategis 2011-2015.
Dalam rencana strategis tersebut, perusahaan telah
menetapkan target lima tahunan Program CSR dengan lima pilar
program pengembangan masyarakat dan program pembangunan
berkelanjutan. Target lima tahunan tersebut meliputi:
1. Tahun 2011: Target yang akan dicapai adalah "pengembangan
sistem pemberdayaan integratif’;
2. Tahun 2012: Mengimplementasikan “Intensifikasi sistem
pemberdayaan integratif’;
3. Tahun 2013: Target yang akan dicapai adalah “kemandirian
pemberdayaan dalam sistem pemberdayaan integratif';
4. Tahun 2014: Berupaya melakukan "peningkatan nwhiplier
effect sistem pemberdayaan integratif’; dan
5. Tahun 2015: Target yang ingin dicapai adalah terbentuk
dan berkembangnya “sistem pemberdayaan integratif
berkelanjutan".

Secara konseptual, langkah-langkah lima tahun ke depan


(Tahun 2011-2015) dengan target yang akan dicapai melalui
rencana strategis tersebut, merupakan upaya perusahaan untuk
m engintemalkan faktor-faktor eksternal dalam kebijakan
perusahaan (the internalization o f externalities) dan m enggeser
beragam jen is program CSR tidak lagi bertumpu pada charity
dan philanthropy, tetapi lebih dari itu akan bertumpu pada
corporate citizenship.

268
© © ^ 3 t E] .ii ,il u 1 3 :1 9

P era n an T an g g u n g J a w a b S o s ia l P e ru sa h a a n d a la m P e n g em b a n g an M asy a rak a t

K e b e rla n ju ta n d a n K e b ija k a n Pengem bangan P ro g ra m


CSR

K ebcrlanjutan ( sustainability ) dalam kerangka C SR perusahaan


difokuskan kepada keberlanjutan program (program
sustainability) dan keberlanjutan kelem bagaan (institutional
sustainability). K eberlanjutan program dan kelem bagaan dalam
kerangka C SR secara konseptual dan em piris dipengaruhi sampai
sejauh m ana im plem entasi program -program pem berdayaan
m asyarakat dalam kerangka C SR m enyebabkan perubahan dan
selanjutnya berdam pak kepada m asyarakat.
D alam konteks kebcrlanjutan program C SR dan kc-
berlanjutan kelem bagaan, upaya m eningkatkan kapasistas
kelem bagaan (institutional-capacity) m asyarakat pada aras
kom unitas desa m elalui skim pem berdayaan dan peningkatan
partisipasi kom unitas serta stakeholders lainnya m erupakan
strategi dan pendekatan p a rtisip atif dalam kerangka C SR di 12
desa binaan perusahaan. Selanjutnya perancangan program -
program C SR . khususnya program -program pem berdayaan
di aras kom unitas desa, dalam skim perencanaan bersam a
kom unitas dan stakeholders lainnya (participatory planning)
m erupakan in sen tif kelem bagaan (institutional incentive)
yang dapat "m enghubungkan" relasi antarkelem bagaan dalam
kom unitas, antarkom unitas, dan m enciptakan ruang bagi
partisipasi kom unitas atas kebijakan perusahaan dalam rangka
CSR dan kebijakan stakeholders lainnya. H asil analisis dalam
studi ini m enunjukkan bahw a sangat potensial apabila strategi
penguatan kapasitas kelem bagaan dan "m enghubungkan”
kebutuhan w arga kom unitas dengan kebijakan perusahan
dan stakeholders lainnya m endayagunakan kekuatan tokoh
m asyarakat lokal baik di aras kom unitas desa m aupun di aras

269
P engem bangan M asyarakat

“atas” kom unitas desa yang m em iliki kekuatan m odal sosial


dan m odal budaya.
Filosofi, visi, dan m isi C SR perusahaan telah m enjadi
nilai-nilai yang ideal dalam m em ayungi kebijakan dan program
CSR dalam periode 2008-2010. Penilaian w arga kom unitas
desa terhadap kebijakan, strategi pendekatan, m etode, dan
im plem entasinya bahw a C SR konsisten dengan filosofi, visi,
dan misi CSR. Dengan kata lain. C SR sudah “on the traek".
Persoalannya, dalam periode yang sam a dan di m asa yang akan
datang m asyarakat sedang dan akan m engalam i perubahan. Oleh
karena itu perusahan dalam m engim plem entasikan CSR -nya di
m asa yang akan datang m em erlukan arahan kebijakan untuk
m em form ulasikan kebijakan dan pengem bangan program CSR.
Terdapat lim a arahan kebijakan untuk m em form ulasikan
kem bali kebijakan dan pengem bangan program C SR , yakni:
a. Peningkatan kapasitas kelem bagaan m asyarakat di aras
kom unitas desa sebagai subyek atau pelaku (aktor)
im pelem ntasi program -program CSR;
b. Peningkatan dan m em buka ruang partisipasi m asyarakat
dalam program -program CSR m elalui berbagai alternatif
insentif kelem bagaan dalam skim kem itraan dengan
kelem bagaan (stakeholders) lainnya:
c. Peningkatan kuantitas pendanaan dan sum ber-sum ber
pendanaan CSR;
d. Diversifikasi pendekatan dan strategi C SR yang
berbasis kom unitas (community hased) dan partisipatif
(participatory approach );
e. Diversifikasi program C SR berdasarkan perubahan pola
adaptasi, struktur sosial, dan orientasi nilai budaya m enurut
T n n n n a l Ika

Peranan Tanggung Jaw ab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

kelompok-kelompok sosial, pelapisan sosial yang berbasis


pada peta komunitas dan sosial; dan
f. Mengembangkan kelembagaan kolaborasi yang mampu
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan
dan program dari berbagai stakeholders dalam kerangka
CSR.
Dalam peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat di
aras komunitas desa diarahkan pada revitalisasi kelembagaan
tradisi dan mensinergikan dengan kelembagaan (organisasi)
modern.
Peningkatan kuantitas dan kualitas program serta sumber-
sumber pendanaan CSR diarahkan kepada:
a. Peningkatan kuantitas dana CSR yang difokuskan pada
penyediaan insentif dan pendampingan dalam lima pilar
program CSR;
b. Sumber pendanaan program CSR perlu disinergikan
dengan pendanaan dari perusahaan lain dan pemerintah
dalam kawasan tersebut, kelembagaan keuangan, serta
kelembagaan swadaya (LSM).
c. Diversifikasi pendekatan dan strategi CSR yang berbasis
komunitas (community based) dan partisipatif(participatory
approach) dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa:
1. Pendekatan dengan hanya mengandalkan elit formal
desa bukanlah hanya satu-satunya pendekatan;
2. Perlu dikembangkan pendekatan khusus terhadap
kelompok lapisan bawah dan kelompok marginal
lainnya agar aspirasi mereka terdengar dan terfasilitasi;
3. Pendekatan partisipatif seyogyanya berbasis pemetaan
komunitas dan pemetaan sosial; dan

271
© © ^3 f EJ .,ll
3
■ 13:20

Pengembangan Masyarakat

4. Strategi pengembangan lima pilar program-program


CSR dengan menciptakan kemitraan antara kelompok
masyarakat dengan stakeholder lainnya.
Upaya diversifikasi program CSR berdasarkan perubahan
pola adaptasi, struktur sosial, dan orientasi nilai budaya menurut
kelompok-kelompok sosial dan pelapisan sosial yang berbasis
pada peta komunitas dan sosial (rujuk Buku-2 laporan studi ini)
difokuskan pada:
a. Program-program partisipatif yang dirancang bersama
di aras komunitas desa, secara spesifik perlu mem­
pertimbangkan perubahan pola adapatasi ekologis, struktur
sosial, dan kultur masyarakat lokal; dan
b. Pengembangan Lima Pilar Program CSR yang relevan
dengan sumberdaya lokal dan perubahan akibat penetrasi
industri;
c. Masyarakat lapisan bawah, dengan sumber nafkah dari
bidang bukan-pertanian; dan
d. Mengembangkan kelembagaan kolaborasi yang mampu
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan
dan program dalam kerangka CSR yang dibangun.

Dampak Program CSR

Dua belas komunitas desa binaan perusahaan telah dan sedang


mengalami perubahan sosio ekologis karena aktivitas bisnis dan
implementasi program-program CSR. Perubahan sosio ekologis
tersebut mencakup perubahan demografi dan kependudukan,
pola-pola adaptasi ekologi masyarakat, struktur sosial dan
kelembagaan, dan sistem norma dan nilai (kultural), yang
semula berbasis pertanian agraris berubah menjadi berbasis

272
© © ^3 f EJ.,ll
3
■ 13:20

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

industri dan jasa. Terdapat signifikansi dan perbedaan derajat


perubahan sosio ekologis di antara '■pengelompokan** desa-
desa yang berada di sekitar aktivitas perusahaan dan desa-desa
sekitar jalur transportasi aktivitas perusahaan.
Implementasi lima pilar program CSR yang meliputi
program pendidikan; program kesehatan; program ekonomi;
program sosbudag, olahraga dan infrastruktur; dan program
keamanan di 12 desa binaan perusahaan telah tepat sasaran.
Ketepatan sasaran lima pilar program tersebut belum
berdampak seeara signifikan terhadap peningkatan taraf hidup
masyarakat. Meskipun demikian, kelima pilar program CSR
telah meningkatkan taraf hidup masyarakat yang bermata
pencaharian utama di bidang bukan-pertanian dan berdampak
pada peningkatan taraf hidup masyarakat lapisan bawah.
Tokoh masyarakat lokal di 12 komunitas desa binaan
perusahaan berpengaruh dan berperan dalam “menghubungkan"
antara aspirasi dan pandangan masyarakat dengan kebijakan
CSR. Latar belakang tokoh masyarakat dalam program
pembangunan dan implementasi CSR di suatu komunitas
desa berbeda dibandingkan komunitas desa lainnya. Latar
belakang tokoh masyarakat lokal yang dominan di 12 desa
binaan perusahaan adalah yang bcrlatarbelakang pemerintahan.
Kekuatan pengaruh tokoh masyarakat lokal kepada warga
komunitas desa-desa binaan perusahaan adalah berbasis pada
kepemilikan modal budaya dan modal sosial, bukan pada
kepemilikan modal ekonomi dan simbolik.
Tingkat kepuasan masyarakat partisipan program CSR
terhadap lima pilar program CSR adalah puas, tetapi dengan
indeks kepuasan 68 yang berada pada batas kategori puas yang
terendah. Masih terjadi gap yang cukup lebar antara tingkat

273
© © sS * 2 l.,ll ■ 13:20

P engem bangan M asyarakat

kepentingan dengan tingkat kinerja dari delapan unsur yang


ada. U nsur yang perlu mendapatkan prioritas untuk ditingkatkan
kinerja dalam pelaksanaan program CSR adalah unsur yang
terkait dengan pendanaan program CSR.
Persepsi masyarakat terhadap lima pilar program CSR
dalam spektrum yang luas, mulai dari persepsi terhadap isu-
isu CSR sampai dengan sinergitas implementasi lima pilar
program CSR. Persepsi masyarakat terhadap lima pilar program
CSR merupakan “rcsultantc” atau “m uara" dari pandangan
m asyarakat terhadap implementasi lima pilar program CSR,
perubahan sosio ekologis, dampak terhadap taraf hidup
m asyarakat, tingkat kepuasan masyarakat terhadap lima pilar
program CSR. Penting untuk meningkatkan aspek managerial
implementasi program, merespons dan mengantisipasi
perubahan sosio ekologis, meningkatkan taraf hidup masyarakat,
dan m eningkatkan kepuasan masyarakat terhadap CSR.
Tingkat keberlanjutan CSR diukur dengan sampai sejauh
mana keberlanjutan program-program CSR dan keberlanjutan
kelembagaan CSR. Faktor-faktor yang menentukan
keberlanjutan program dan kelembagaan CSR adalah kapasitas
kelembagaan ( institutional capacity), insentif kelembagaan
( institutiona! incentive), perencanaan bersama (participatory
planning ), serta sinergitas stakeholders, program, dan sumber-
sumber pendanaan (synergy).
M asyarakat mengharapkan agar program-program CSR
di masa datang berupa program pemberdayaan ekonomi lokal,
menciptakan peluang kerja dan usaha di perusahaan, dan
program pendidikan beasiswa. Dari harapan yang mendapat
persepsi paling besar ini mengindikasikan bahwa prioritas
program-program CSR seyogyanya memfokuskan diri pada

274
© © J . , ll ■ 13:20

Peranan Tanggung Jaw ab Sosial Perusahaan dalam Pengem bangan Masyarakat

program pemberdayaan masyarakat dalam arti pemberdayaan


ekonomi dan sosial serta pemberdayaan sumberdaya manusia
melalui program-program pendidikan dan pelatihan sehingga
dapat membuka peluang kerja dan usaha sccara mandiri.
Implementasi CSR konsisten merujuk kepada rencana
strategis CSR tahun 2011 -2015. Untuk membangun dan
mencapai sistem pemberdayaan integratif berkelanjutan
tidak hanya difokuskan kepada lima pilar (M D G ’s) dan
“sustainability development program" tetapi juga difokuskan
pada menciptakan "institutional .sustainability"
Arahan kebijakan yang telah dirumuskan digunakan
sebagai "pengarah", bukan sebagai substansi, dalam proses
inisiasi publik dan proses-proses partisipatif yang melibatkan
komunitas dan pemangku kepentingan untuk merumuskan
program-program CSR yang difokuskan kepada peningkatan
kapasistas kelembagaan masyarakat, menciptakan insentif-
insentif kelembagaan, perancangan bersama, dan membangun
sinergi antarprogram, stakeholders, dan sumber-sumber
pendanaan CSR.
Perancangan dan implementasi sampai dengan monitoring
dan evaluasi dilaksanakan dengan proses-proses partisipatifyang
berbasis pada pemetaan sosial dan pemetaan komunitas yang
dinamis dan selalu dilakukan proses pemutakhiran ( updating).
Langkah awal dalam operasionalisasi tersebut seyogyanya
merujuk kepada hasil pemetaan sosial di 12 komunitas desa
binaan perusahaan dalam kawasan dampak CSR.

275

© © 3

ir o y . , 1 1 ■ 13:20

Pengembangan Masyarakat

P e m b e rd a y a a n K o m u n ita s P u la u -p u la u Kecil: S tu d i K asus


P ro g ra m C S R P e ru sa h a a n M igas
Im p le m en tasi P ro g ra m C S R

Berdasarkan visi, m isi, dan tujuan program C D perusahaan


m igas, m aka dirum uskan sasaran yang akan dicapai dalam
program tersebut, yaitu "tercapainya aktivitas sosial-ekonom i
m asyarakat setem pat dan kegiatan operasional perusahaan yang
berkelanjutan". Untuk m encapai sasaran tersebut, m aka dalam
im plem entasinya dirum uskan suatu perancangan Program CD
Tahun 2010-2013 dengan m enem patkan m asyarakat sebagai
bagian sentral di dalam "m odel" pengem bangan m asyarakat.
Selanjutnya program -program pengem bangan m asyarakat yang
disusun senantiasa didasarkan pada kebutuhan yang dirasakan
oleh m asyarakat m elalui proses dari baw ah ke atas (bottom-up).
Para pihak (pem da, cam at, kades, tokoh m asyarakat) dilibatkan
dalam penyusunan rencana kegiatan m elalui "M usyaw arah
Kom ite Pengem bangan M asyarakat (C D C )” .
Dalam im plem entasi program C D . perusahaan m enetapkan
w ilayah sasaran kegiatan program yang berdasarkan pendekatan
pada besaran “ interaksi” dengan perusahaan dan “ w ilayah
adm inistrasi". B erdasarkan pendekatan tersebut, m aka w ilayah
sasaran Program CD perusahaan dibagi m enjadi R ing-I, Ring-
2, dan Ring-2/3.
Terdapat sebanyak 28 je n is program C D yang dapat
dikategorikan m enjadi lim a bidang: pendidikan, kesehatan &
lingkungan, ekonom i, sosial budaya & keagam aan; dan sarana
prasarana & infrastruktur yang telah direalisasikan dalam
periode 2010-2013 di kom unitas desa-desa (pulau) sekitar
lapangan gas perusahaan. O leh karena satu je n is program

276
© © ^3 t E]J.,ll ■13:21

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

direalisasikan pada komunitas desa dan dalam tahun yang


berbeda pada periode tersebut, maka total program yang telah
direalisasikan sebanyak 118 program.
Dalam implementasi program CD tahun 2010-2013, dengan
menggunakan pola-pola partisipasi terkini, bahwa tatakelola
yang baik (good-governance) dalam program pembangunan
menunjukkan pergeseran tipe partisipasi dari **community
participation” bergeser ke “stakeholders participation".
Sccara faktual, pendekatan dengan membangun sinergi
antara masyarakat, perusahaan dan pemerintah lokal telah
berlangsung meskipun dengan jum lah yang masih sedikit. Hal
ini mengindikasikan bahwa dalam implementasi program CD,
khususnya Periode 2010-2013, telah berlangsung upaya-upaya
yang berlandaskan pada tatakelola yang baik (goodgovernance)
dalam proses-proses pengembangan masyarakat. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa pola-pola partisipasi yang
dikembangkan dalam program CD tersebut telah berlangsung
suatu pergeseran dari community participation ke stakeholders
participation. Bermakna, pelibatan stakeholders menjadi
bagian penting dalam implementasi program CD (G a m b ar 13).

277
© © 3 .« ll ■ 13:21

Pengembangan Masyarakat

M .iknj Paitiiip.i>i d « ljm Pengem bangan (CD):


(Cijm m urtify particiiHition -> SlakthttliUr» fUtrtUlptition)

Miutirakni

G a m b a r 13. T ip e dan P o la P a r tis ip a s i d a la m P e rg e s e ra n


d a ri C o m m u n iiy P articipation ke Stakeholders
Participation

T a b e l 7. K e a lisa si D ana P ro g ra m CD P e ru sa h aa n M ig a s
m e n u r u t K in g -sid e d i s e k i ta r L a p a n g a n G a s P e r­
u s a h a a n P e rio d e 2 0 1 0 -2 0 1 3

P t r i o d c 2 0 1 0 -2 0 1 3
riil .iJ f
201(1 20„ 2 0 .2 2 0 ,3 T0M I

i. B t v 1 . P 11l.1 u R i n s - I
R c a l i i t n i |K |> | 4 X 5 .7 2 3 .7 7 5 6 3 i.2 l9 .U M l J42.S 7J.fsA 7 5 1 J .3 2 3 .iX O 1 .9 7 2 .6 4 0 (1 2 2

J u m h li
16 14 9 12 51
p ro tra m

R a ta r a ta (R p )
J 0 .3 S 7 .7 3 6 4 5 .0 8 7 ,0 7 1 3 8 .f l 4 l .S I 9 4 2 ,7 7 6 .9 6 5 3 8 .6 7 V 2 1 6
p e r |x u u » i n

2. O t i u .'P u U u R lftg -2

R e« Ii« a .i (R p ) 1 6 4 .5 7 4 2 7 5 I36.2I9.<K K I 3 9 7 ,3 7 3 .6 6 7 140.6K5.K4I1 X 38 » 5 2 7 8 2

278
© Pesan dari Ikhwan @ Ngobrol asyik olah

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

Jumlah
10 10 8 10 3*
pfQCf«ft11
Rala-rata<Rp> 22.075X173
16.457.42* 1*421.900 49.671.706 14.068.984
|*£T[xoBnm
3. O uvan/Puliin Klnz-2i’3
R ctllUttl 7U.574.27J 136.22$. 129 45.902.000 50.000.000 331.7014011
Jum bh
8 II 4 6 29
program
R ala-rau per
9.946.784 14.202.284 ll.47S.500 8J33J33 11.437.979
program

R ealisasi dana program CD di kom unitas desa-desa (pulau)


sekitar lapangan gas perusahaan dalam periode 2010-2013
sebanyak lebih dari 3.0 m ilyar rupiah, yakni sebesar 42,48
persen dari total dana program CD perusahaan di kabupaten
lokasi aktivitas perusahaan m igas tersebut. Realisasi dana
program C D di kom unitas desa-desa (pulau) sekitar lapangan
gas perusahaan dalam periode yang sam a cenderung m eningkat
dari tahun 2010-2011 dan kem bali m enurun dari tahun 2012-
2013. Sedangkan persentase realisasi dana program C D di
sekitar lapangan gas perusahaan dibandingkan dengan dana
program CD perusahaan secara keseluruhan adalah cenderung
m eningkat dari 33,87 persen pada tahun 2010. m eningkat
m enjadi 40,14 persen pada tahun 2 0 1 1, m eningkat lagi menjadi
48,20 persen pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 m enjadi
53,33 persen.
Total realisasi dana Program C D di kom unitas desa-desa
sekitar lapangan gas perusahaan m igas tersebut dalam periode
2010-2013 sebanyak lebih dari 3,0 m ilyar rupiah adalah untuk
m em biaya sebanyak 118 program CD. Jum lah program CD
di w ilayah tersebut dalam periode 2010-2013 cenderung
berkurang. Rata-rata dana setiap program C D dari 118 program
yang dibiayai adalah sebanyak lebih dari 26 ju ta rupiah per
program . Rata-rata dana setiap program CD dalam periode

279
P engem bangan M asyarakat

2010-2012 cenderung m eningkat tetapi kem udian m enurun


pada tahun 2013.
Dalam Periode 2010-2013, berdasarkan ring-side dan
tahun anggaran, tam pak bahwa total program C D di Ring-1
lebih besar dari Ring-2 dan Ring-2/3. Dem ikian pula total dana
realisasi program CD dan rata-rata per program . K em udian, jik a
ditelaah per tahun, m aka tam pak bahw a selalu ju m lah program
pada Ring-1 lebih besar dari Ring-2 dan R ing-2/3. Pola serupa
ju g a terjadi jik a ditelaah m enurut besar dana program CD yang
direalisasikan per tahun, kecuali pada tahun 2011 dan 2012 rata-
rata realisasi dana program CD di Ring-2 lebih besar dari rata-
rata realisasi dana program C D di Ring-1 dan Ring-2/3. Dengan
dem ikian, sem akin jau h dari wilayah operasi penam bangan
m aka sem akin sedikit ju m lah program CD dan sem akin kecil
rata-rata dana per program C D (ta b e l 7).

E v alu asi P ro g ra m C S R

Evaluasi program C D perusahaan secara keseluruhan dilakukan


dengan m em aparkan persepsi w arga m asyarakat partisipan
program CD terhadap isu-isu atau perm asalahan yang terjadi
pada aras kom unitas yang m eliputi isu kerusakan lingkungan,
ketidakberdayaan m asyarakat, konflik, dan kem iskinan (tabel
8).
M asyarakat di sekitar lapangan gas perusahaan m igas, yang
m encakup tiga kom unitas, m enilai keem pat isu tersebut pada
peringkat pertam a, yang tertinggi adalah isu ketidakberdayaan
m asyarakat. Sebanyak 60.0 persen w arga m asyarakat di tiga
kom unitas tersebut m enilai isu ketidakberdayaan m asyarakat
pada peringkat pertam a, kem udian 46,0 persen w arga m asyarakat
© Pesan dari +62 896-5397-1412 @ Ngobrol

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

m em berikan peringkat pertam a pada isu kerusakan lingkungan,


dan 29,0 persen pada isu kem iskinan, serta 9,0 persen pada isu
konflik. A pabila ditelaah m enurut R ing-side, m aka pada Ring-
I (w ilayah operasi) m asyarakat m enem patkan isu kerusakan
lingkungan, sedangkan pada Ring-2 dan Ring-2/2 m asyarakat
m enem patkan isu atau perm asalahan ketidakberdayaan
m asyarakat sebagai isu utam a. Bagi m asyarakat di sekitar
lapangan gas perusahaan tersebut m enilai bahw a konflik tidak
m enjadi isu utam a dalam aktivitas kehidupan m asyarakat.

Tabel 8. Persentase m asyarakat di sekitar Lapangan


C as Perusahaan m enurut persepsinya terhadap
perm asalahan peringkat pertam a

I s u - ls u ’P crn m sala h an
K o in im itu
x<> K e ru s a k a n K e tid a k b e rd a y a a n
IX-* a <P ulau) K onflik K e m is k in a n
L in g k u n g an M a s y a ra k a t

1. R in g -I 72 24 0 24

2. R in g -2 2K 72 4 24

3. R in g -2 /3 12 72 8 28

T ig a K o m u n ita s
46 60 9 29
J > c » (P u la u )

Di sam ping persepsi m asyarakat terhadap keem pat isu/


perm asalahan tersebut, ju g a ditelaah persepsi w arga m asyarakat
di sekitar lapangan gas perusahaan m igas terhadap: ( I ) Keragaan
program yang baik; (2) Partisipasi m asyarakat yang tinggi; (3)
Pendanaan program yang sesuai dengan harapan; (4) Penerim a
m anfaat program m erasakan berm anfaat; (5) Sinergitas
yang tinggi; (6) H arapan yang tinggi; dan (7) Peranan tokoh
m asyarakat yang berpengaruh. Mulai dari keragaan program

281
© © ^5 ? H . , ll ■ 13:22
3

Pengembangan Masyarakat

sampai dengan peranan tokoh masyarakat dalam program CD


perusahaan, masyarakat di sekitar lapangan gas perusahaan
memberikan penilaian yang tertinggi teliadap pendanaan
program CD (78.3 persen), yang dinilai masyarakat sesuai
dengan harapan masyarakat. Masyarakat memberikan penilaian
terendah pada program CD perusahaan dalam sinergitas di
antara para pemangku kepentingan (23,9 persen). Meskipun
demikian, masyarakat di R ing-1 memberikan penilaian tertinggi
pada program CD perusahaan dalam sinergitas (80.0 persen)
(tabel 9).

T ab el 9. P e rse n tase M a s y a ra k a t d i S e k ita r l.a p a n g a n G as


P e ru s a h a a n M igas m e n u ru t P e rse p si-n y a te rh a d a p
P e ru s a h a a n d a n C D p e ru s a h a a n

P ersepsi Terhadap
No K o m u n itas D e sa (P ulau)
1 2 3 4 S 6 7

1. R ing-1 43.2 SO.S 72,2 60.0 80.0 33.3 74.3

2. R ing-2 18.8 123 SSJ 26.6 53.1 31.3 60.9

3. R ing-2/3 28.3 12.0 55.6 20.0 30.0 2 0.0 49.1

T iga K om unitas D o a 1P ulau) 28.3 76.1 78.3 6 3 .0 23.9 57,6 32,6

Keterangan: I - Keragaan Program CD (Baik); 2 - Partisipasi Masyarakat


(Tinggi); 3 - Pendanaan (Sesuai); 4 - Penerima Manfaat
(Bermanfaat); 5 - Sinergitas (Tinggi); Harapan (Tinggi);
7 - Tokoh Masyarakat (Berpengaruh)

Selain persepsi masyarakat, dalam evaluasi program


CD perusahaan menurut masyarakat di sekitar lapangan gas
perusahaan migas, juga dinilai kepuasan masyarakat terhadap
perusahaan dan program CD perusahaan. Tingkat kepuasan
m asyarakat di sekitar lapangan gas perusahaan dinilai
berdasarkan tingkat kineija dan tingkat kepentingan pelaksanaan

282
Peranan Tanggung Jaw ab S osial Perusahaan dalam P engem bangan M asyarakat

program CD perusahaan, yang dibagi m enjadi delapan unsur


penilaian, yaitu: sosialisasi program , proses penyaluran,
sum berdaya staf, jadw al dan je n is program , pendanaan, unsur
penunjang, dam pak program , dan tingkat keam anan di tiga
kom unitas desa dan dusun tersebut.
Berdasarkan nilai rata-rata tingkat kinerja dari m asing-
m asing unsur (G a m b a r 14), dapat ditelaah bahw a unsur
pendanaan program dalam program CD perusahaan m em iliki
tingkat kinerja paling tinggi (3,52) dibandingkan tujuh unsur
lainnya. Tingkat kinerja terendah adalah pada unsur sosialisasi
program CD (3,01). Dari delapan unsur kinerja tersebut, m aka
tingkat kinerja kedelapan unsur tersebut dinilai baik karena
nilainya di atas rata-rata tiga.

?G 0 t'

U n s u r KciiiUl.m

(•am b ar 14. R ata-rata Penilaian M asyarakat Partisipan Pro­


gram terhadap Tingkat Kinerja Program CD
perusahaan migas, tahun 2013
© © ? 0 3 ),,ll ■ 13:22

Pengem bungan M asyarakat

Hal ini konsisten dengan nilai Indeks K epuasan M asyarakat


(IK M ) yang dengan m enggunakan pendekatan IPA (Importance
Performance Analysis) (M artilla & Jam es, 1977) m endapatkan
penilaian sebesar 80,48 atau term asuk kategori PU A S ( Very
Good) ham pir m endekati SA NGA T PU A S (Excellent) (tab e l
10).

Tabel 10. Penghitungan Nilai Agregat IKM terhadap Program


CD Perusahaan Migas. Tahun 2013

\o Umur Kepuasan K e p e n tin g a n K e s e s u a ia n K r tr n jn n g a n IK M

UI Siwial jsivi 3,01 3,25 92.68 0.24


Piogram

U2 Proses 3.07 3.40 90.38 0.33


Penyaluran

U3 Sumberdaya 3.29 3.40 96.81 0.11


Staf
Jadwal
U4 dan Jenis 3.09 3,37 91.76 0.28
Program
Peixlanaan S0.4K
U5 3.52 3.60 97.81 0.08
Pn>jiram
Unsur
IJ6 3,18 3.34 95,34 0.16
Penunjang
Dampak
U7 3.22 3.44 93.59 0.22
Program
Tingkat
UR 333 3.52 94.58 0.19
Keamanan
Totol 25.72 27,32 94.15 1.60
Rata-RaU 3.21 3.41 58.97 0.20

A pabila ditclah m enurut kom unitas desa'dusun (pulau),


m aka tingkat kepuasan m asyarakat "terjauh", yakni K om unitas
Ring-2/3 adalah yang paling tinggi tingkat kepuasannya terhadap
program CD perusahaan. Sedangkan m asyarakat Ring-2 adalah

2S4
P e ra n a n T a n g g u n g Jaxvab S o s ia l P e r u s a h a a n d a la m P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t

yang paling rendah tingkat kepuasannya terhadap program C D


perusahaan ( t a b e l U ) .

la b e l I I . N ilai A g re g at IK M di s e k ita r L apangan C as


P e ru sa h a a n M igas te rh a d a p P ro g ra m C D P e ru sa h a a n ,
T a h u n 2013

Kmnunitu* Di-su/Dusun
No IKM Kategori
(Pulau)

1. Ring-1 82.23 Sangat Puai


2. Ring-2 7239 Cukup Puas
3. R ing-!1! 843? Sungai Piu<
Sekitar LaptUngan
80.48 Puas
Gas Perusahaan

♦ Kvyil.tfe»n -S-Kf|wnt1ii04ii
3."0

2.UO
2.70 -T . r------------------------.
Vi 02 VS Vt 05 l'C 07 V6

( • a m b a r 15. G ra fik G a p a n ta r a T in g k a t K e p e n tin g a n d e n g an


T in g k a t K in e rja (K e p u a s a n ) P ro g ra m CD
P e ru sa h a a n M igas T ah u n 2013
© © £9 * □U l ■ 13:22

P engem bangan M asyarakat

Tingkat kepuasan masyarakat dihitung berdasarkan besarnya


harapan masyarakat (tingkat kepentingan) dengan kenyataan
yang terjadi (tingkat kinerja) dalam pengimplementasian
program CD perusahaan. G ap yang ada antara tingkat
kepentingan dikurangi tingkat kinerja menunjukkan sejauh
mana pelaksanaan program CD harus didorong sehingga
harapan masyarakat menjadi terwujud (tingkat kepuasan tinggi)
atau bahkan sampai melebihi harapan masyarakat partisipan
program sehingga jika disam akan dengan pemberian pelayanan
publik dapat dikatakan bahwa pelayanan dalam implementasi
program C D sebagai pelayanan prima.
Gap paling lebar di antara unsur-unsur implementasi
program C D adalah U2 (proses penyaluran program) dan
U4 (jadwal dan jenis program). Tingkat kesenjangan yang
tinggi ini menunjukkan penyaluran dan jenis program CD
perusahaan, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan &
lingkungan, ekonomi, sosial budaya & keagamaan, dan sarana
prasarana & infrastruktur belum tepat sasaran (g a m b a r 15).
Dalam hal penyaluran dan jenis program, masyarakat di sekitar
lapangan gas perusahaan berharap tinggi, namun program CD
perusahaan belum mampu memenuhi harapan tersebut. Unsur
lain yang memiliki tingkat kesenjangan yang tinggi adalah UI
(sosialisasi program) dan U7 (dampak program). Aspek ‘'hulu"
dan “ hilir” implementasi program CD perusahaan masih dinilai
cukup rendah tingkat kinerjanya. Lebarnya jarak tersebut,
menunjukkan bahwa pada kedua unsur tersebut harapan
m asyarakat masih belum terpenuhi.
Untuk m empersempit/memperkecil gap yang menyebabkan
rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap pelaksanaan program

286
© (S) if ■ 13:23

Peranan T anggung Jaw ab S osial Perusahaan dalam P engem bangan M asyarakat

C D perusahaan tersebut, beberapa hal yang perlu dilakukan


adalah:
1. Dalam penyaluran program C D , realisasi jen is program
yang direncanakan dengan kebutuhan m asyarakat akan
program tersebut harus sesuai. Dalam hal ini term asuk
kem udahan dan kejelasan prosedur yang harus dilakukan
oleh m asyarakat untuk m engajukan proposal program
C D. Identifikasi needs assesment m asyarakat harus
terlebih dahulu kem udian dibuat pcrcncanaan bersam a
dan diakhiri dengan kesepakatan antara m asyarakat dan
pihak perusahaan secara tertulis. Dalam hal ini pelibatan
m asyarakat perlu m ew akili pelapisan sosial yang ada
di setiap kom unitas desa/dusun (pulau) karena tingkat
kebutuhannya akan berbeda;
2. M ensosialisasikan program -program CD perusahaan
yang dilakukan di aras dcsaAlusun dengan m em anfaatkan
berbagai kelem bagaan yang ada di aras desa-dusun-RT.
Dalam sosialisasi program C D ju g a harus je la s syarat dan
prosedur yang harus dilalui m asyarakat m enjadi partisipan
program C D ; dan
3. Relevan dengan butir I dan 2, serta isu ketepatan w aktu
(jadw al) pelaksanaan program C D , kom itm en terhadap
perencanaan dan realisasi program CD m enjadi penting.
Hal ini baik dari sisi jen is program C'D yang direalisasikan,
w aktu pelaksanaan program sam pai dengan pendanaan
yang diturunkan.
Dalam upaya m em aksim alkan tingkat kepuasan masyarakat
terhadap pelaksanaan program CD perusahaan perlu dilakukan
peningkatan kinetja dari berbagai unsur pendukung pelaksanaan

287
© © ■ 13:23

Pengembangan Masyarakat

program. M eskipun demikian, untuk efisiensi dan efektilitas


peningkatan kinerja perlu ada prioritas terhadap unsur-unsur
pelaksana program CD perusahaan. Pada g a m b a r 16 dapat
diidentifikasi persebaran delapan unsur dalam em pat kuadran.
Dari delapan unsur yang m enurut m asyarakat partisipan program
C D perusahaan di sekitar lapangan gas perusahaan migas,
bahwa U5. U7, dan U8 berada di Kuadran 2 yang menunjukkan
tingkat kinerja sudah mendekati harapan m asyarakat sehingga
perlu dipertahankan tingkat kinerjanya. M eskipun dikategorikan
sebagai prioritas rendah. U I, U2, U4, dan U6 perlu m endapatkan
perhatian dalam pelaksanaan program CD perusahaan sehingga
tingkat kepuasan m asyarakat terhadap kinerja program CD
perusahaan sem akin meningkat.
3.65
K U A D R A N '2
3.60 P e r L i h a n lu n K in e r ja ® (3.52:3.60)
KUADRAN 1
P r i o r i t a s P«rt>;iLk.ui
3.5S
K iu e i j.i
6 UH 13.3»; 3.3
3.50

9 l'7 C 3 22:3.4 »1

3.40
3.110 &n» 3.20

t»4'k30‘5:.3,37f,-M
KUADRAN 3 M 6fJ.lB .3.34>
3.30 K u .u lr.m 4
P r io r iL iv k e n ii jh
K inerjj R erlebihjn
V I 1 ^ 1 : 3.251
J .J S

3.20

G am bar 16. Bagan Prioritas Perbaikan K inerja dalam


Pelaksanaan Program CSR/CD Perusahaan Migas
Tahun 2013

288
Peranan T anggung Jaw ab S osial Perusahaan dalam P engem bangan M asyarakat

D a m p ak P ro g ra m C SR

Dalam m engevaluasi program C D perusahaan m igas tahun


2010-2013, dianalisis dam pak program tersebut terhadap tingkat
partisipasi, keteram pilan, kerjasam a & konflik, keberlanjutan
kelem bagaan, dan tara f hidup m asyarakat. M eskipun dem ikian
disadari bahwa dam pak tersebut, sccara m etodologis tidak
m em isahkan dengan akum ulasi dari program -program CD
periode sebelum nya. U ntuk m enganalisis ada atau tidak adanya
dam pak serta seberapa besar dam pak yang terjadi, maka
dilakukan analisis with and wilhout program CD perusahaan.
P e rta m a , dianalisis sam pai sejauh m ana dam pak program
C D terhadap p a rtis ip a s i m asyarakat dalam berbagai program -
program pem bangunan dan pem berdayaan di aras kom unitas.
Partisipasi m asyarakat dikategorikan dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, m onitoring & evaluasi, dan m em anfaatkan hasil.

Tabel 12. Persentase warga masyarakat sekitar Lapangan


Cas Perusahaan Migas dalam program-program
pembangunan dan pemberdayaan di aras komunitas.
Tahun 2013

M e m a n f a a tk a n
No K o m u n ita s P c rc n c a n a a n P e la k s a n a a n M oncv
H a s il

1. R ing-1 9 ,7 6 ,3 4 ,7 8 2 ,7
2. R in g -2 27,1 4 2 ,7 18.0 7 6 .4

3. R ing-2.'3 0 .0 22 5 .8 6 5 ,2

S e k ita r t-ap o n g a n
Cius P e m s a h a » I2 J 17.1 9 .5 7 4 .8
M ig as

Partisipasi m asyarakat di sekitar lapangan gas perusahaan


m igas dalam program C D perusahaan tertinggi adalah dalam
© Pesan dari +62 812-1014-8671 @ GEBUK

Pengembangan Musyarakat

m em anfaatkan, kem udian diikuti dengan pelaksanaan program ,


pcrcncanaan program , dan berperan serta dalam m onitoring &
evaluasi (ta b e l 12). Dalam hal partisipasi, m aka peran serta
m asyarakat dalam program CD perusahaan dikategorikan
rendah.

la b e l 13. Persentase W arga M asyarakat sekitar lapangan


gas perusahaan migas yang Berpartisipasi dalam
Program CD Perusahaan dan dalam Program-
program Pembangunan dan Pem berdayaan di Aras
Komunitas, tahun 2013

M e m a n f a a tk a n
No K o m u n ita s P e re n c a n a a n P e la k s a n a a n M onev
H a s il

1. R in g -1

With CD 9 ,7 6 ,3 4 ,7 82 ,7

S e lisih - 1 4 .7 - 17,4 - 0 .4 54,S

2. R in g - 2

With CD 27.1 4 2 ,7 18.0 76 .4

S e lisih 2 ,7 19,0 12.9 4 8 .5

3. R in g -3

HJt/t CD 0 .0 22 5.8 6 5 .2

S e lisih -2 4 .4 -2 1 4 0 .7 37 .3

S e k i t a r L a p a n g a n G a s P e r u s a h a a n M ig a s

H'iih CD 12.3 17.1 9 .5 74 .8

S e lisih • 12,1 • 6 .6 4 .4 4 6 .9

m ihoulCD 24 .4 23 .7 5.1 2 7 .9

Selanjutnya, apabila dibandingkan antara partisipasi


partisipan program CD dengan peran serta m asyarakat
dalam program -program selain program CD, m aka dam pak
berlangsung terhadap partisipasi dalam hal m em anfaatkan hasil
dari program CD perusahaan dan partisipasi dalam m onitoring
& evaluasi program CD. Program -program C D tersebut tidak

290
Peranan T anggung Jaw ab S osial P erusahaan dalam P engem bangan M asyarakat

berdam pak pada pcrcncanaan dan pelaksanaan program (lab e l


13).
Dem ikian pula, jik a dianalisis m enurut kom unitas desa/
dusun, m aka tingkat partisipasi yang relatif tinggi dibandingkan
kom unitas lainnya adalah partisipasi partisipan program CD
di K om unitas Ring-2. M eskipun re la tif kecil, tetapi dari sisi
dam pak, im plem entasi program C D perusahaan di kom unitas
desa/pulau lebih berdam pak terhadap perencanaan dan
m onitoring & evaluasi program CD.

T a b e l 14. P e rs e n ta s e W a rg a M a s y a r a k a t s e k it a r L a p a n g a n G a s
P e r u s a h a a n M ig a s m e n u r u t T in g k a t K e te r a m p ila n
d a n K o m u n ita s , T a h u n 2013

T in g k a t K e te ra m p ila n

No K o m u n ita s K u ran g T id ak
T e ra m p il
T eram p il T eram p il

1 R in g -I 8 3 .3 233 26 ,7

2 R ing-2 6 2 .5 6 .3 31 .3

R m g-2,'3 5 0 .0 16,7 333


S e k ita r L a p a n g a n ( r a s
6 5 .3 15.4 30 .4
P eru sa h aan

K edua, studi ini m enganalisis sam pai sejauh m ana


im plem entasi program CD perusahaan berdam pak pada
peningkatan k e te ra m p ila n w arga m asyarakat. Suatu program
dianggap berhasil ketika program yang ada m em beri dam pak
nyata dan terukur bagi sasaran program . Persepsi yang muncul
di tingkat m asyarakat partisipan program m em perlihatkan
bahw a program CD yang diim plem entasikan m eningkatkan
keteram pilan w arga m asyarakat. Lebih dari 65 persen warga
pada seluruh lapisan m asyarakat baik atas, m enengah, dan
P engem bangan M asyarakat

baw ah m enyalakan bahw a keteram pilan m asyarakat m eningkat.


A nalisis ini m enunjukkan bahw a program C D berdam pak
terhadap peningkatan keteram pilan (tabel 14).

Tabel 15. Persentase W arga M asyarakat sekitar Lapangan Gas


Perusahaan Migas m enurut Tingkat Keterampilan,
dengan dan Tanpa Program CD, dan Komunitas,
Tahun 2013

P e r s e n ta s e
T in g k a t
No
K e te r a m p i l a n Hithoul ('D
M’M CD (S e lis ih )
( K o n tr o l)

1 T eram p il 5 0 .0 653 153

2. K u r a n g T eram p il 16.7 15,4 -1 3

3. T id a k T eram p il 3 3 .3 3 0 .4 -2 .9

R a t a - R a ta 333 3 7 .0 3 ,7

Ketiga, dalam im plem entasi program C D di sekitar


Lapangan G as Perusahaan M igas yang m eliputi tiga kom unitas
desa/dusun diidentifikasi sebanyak lebih dari 65 persen warga
m enilai bahwa tingkat kerjasam a di antara w arga m asyarakat
adalah tinggi (tabel 15). M enurut ring-side, dapat ditelaah
bahw a sem akin jau h dari daerah operasi, m aka persentase
warga m asyarakat yang m enilai bahw a tingkat kerjasam a yang
tinggi sem akin sedikit (tabel 16).
Secara keseluruhan, im plem entasi program CD perusahaan
tidak berdam pak pada peningkatan kerjasam a antar-w arga
m asyarakat di sekitar lapangan gas perusahaan m igas. Realitas
tersebut ditunjukkan dengan selisih persentase w arga dengan
dan tanpa program CD sebanyak - 2,9 persen, yang diartikan
tidak ada dam pak (tabel 17).
© © ? D ( 3 -.11 ■ 13:24

P eran an T an g g u n g J a w a b S o sia l P e ru sa h a a n d a la m P en g em b an g an M asy arak at

Tabel 16. Persentase W arga M asy arak at se k ita r L apangan


C a s P eru sah aan m en u ru t tin g k at K erjasam a dan
K om unitas. T ahun 2013

Tingkat Kerjasama
No komunitas
Tincsi Sedang Kcnituh

1 Ring-1 78.8 8.3 12.1

2 Ring-2 68,8 12.9 8,2

3 Ring-3 48 Jt 32.5 23.8

Sekitar Lapangan (ias


65 J 17.9 14,7
Perusahaan

Tabel 17. Persentase W arga M asyarakat se k ita r L apangan


C a s P eru sah aan M igas m en u ru t tingkat K erjasam a,
dengan dan ta n p a p rogram C l), dan kom unitas.
Tahun 2013

Pcrscnta.se
N«. Tingkat kerjasam a
Hilhoul CD h i ih CD (selisih)

t. Tinggi ■40 65J 25J


2. Sedang 49.2 17.9 -31.3
3. Rendah 17.5 14.7 •2.K
Kata-Kata 35.6 32.6 -2.9

K em udian dalam hal k o n flik so sia l, m en u ru t penilaian


m asy ara k at di se k ita r lapangan gas p e ru sah aan m igas
b ah w a im plem entasi program C D p e ru sah aan cen d eru n g an
m en g u ran g i terjad in y a konflik sosial. L ebih dari 40 persen
w arga m asy arak at m enilai b ah w a terd a p at m ek a n ism e solusi
a p ab ila terjadi konflik sosial. K em udian lebih dari 30 persen
w arga setem p at juga m en y atak an b ah w a tidak ada p en g aru h
p e ru sah aan terh ad ap konflik di m asy arak at, tid a k ada sen g k eta

293
© Pesan dari +62 858-3068-6912 @

Pengembangan Masyarakat

antara perusahaan migas dan masyarakat, dan tidak ada sengketa


dengan kaum pendatang (tabel 18).

T ab el 18. P e rse n tase W arg a M a s y a ra k a t s e k ita r L ap a n g a n


G a s P e ru s a h a a n M igas m e n u ru t konflik so sial d a n
k o m u n ita s. T a h u n 2013

K o n flik S osial
No K o m u n ita s
1 2 3 4 S 6

1. R ing-1 6.7 10.0 16.7 3.3 10.0 30.0

2. R ing-2 21.9 3.1 15.6 3.1 3.1 96.9

3. R in g -2 ‘3 76.7 100.0 10.0 96.7 133 133


S e k ita r l.a p u n u a n
35.1 37.7 14.1 34.4 8.8 46.7
P cra sah aa n

Keterangan: (I) Tidak ada pengaruh perusahaan terhadap konflik di


masyarakat; (2) tidak ada sengketa antara perusahaan dengan
masyarakat; (3) sumber konflik; (4) tidak ada sengketa
dengan kaum pendatang: (5) sebab sengketa dengan kaum
pendatang: (6) mekanisme solusi.

Secara keseluruhan, implementasi program CD di


sekitar lapangan gas perusahaan migas tidak berdampak pada
terjadinya konflik sosial. Realitas tersebut ditunjukkan dengan
selisih antara persentase penilaian warga masyarakat dengan
dan tanpa program CD sebesar 12,2 persen, yang diartikan
tidak ada dampak (tabel 19).
K eem pat, implementasi program CD perusahaan di tiga
komunitas desa dan dusun dalam wilayah sekitar lapangan gas
perusahaan migas dinilai oleh kurang dari 30 persen masyarakat
setempat yang menyatakan terbentuk kelembagaan yang
berkelanjutan (institutiona/ sustainability) (tabel 20).

294
P e ra n a n T a n g g u n g J a w a b S o s ia l P e r u s a h a a n d a la m P e n g e m b a n g a n M a s y a r a k a t

T ab e l 19. P e rse n tase W a rg a M a sy a ra k a t s e k ita r L a p a n g a n G as


P e ru sa h a a n M igas m e n u ru t K onflik S osial, d e n g an
d a n ta n p a P ro g ra m C l), d a n K o m u n ita s. T a h u n 2013

Persentase
No Kiwi Itik Sosial Hilhoul
With CD (selisih)
CD
Tidak ada pengaruh perusahaan
1. 86,7 35.1 •51.6
• konflik
Tidak ada sengketa perusahaan -
2. 20.0 37.7 17.7
masyarakat
3. l'erutaliaan sumber konflik 26.7 14.1 • 12.6
4. Tidak ada sengketa - pendatang 20.0 34.4 14.4
5. Penyebab sengketa • pendatang 30.0 8.8 -21.2
6. Mekanisme soluvi 66.7 46.7 •20,0
R ata-R ata 41.7 29.5 -12.2

Keterangan: (I) Tidak ada pengaruh perusahaan terhadap konflik di


masyarakat; (2) tidak ada sengketa antara perusahaan dengan
masyarakat; (3) sumber konflik: (4) tidak ada sengketa
dengan kaum pendatang; (5) sebab sengketa dengan kaum
pendatang; (6) mekanisme solusi

T abel 20. P e rse n ta se W a rg a M a s y a ra k a t s e k ita r L apangan


G as P e ru s a h a a n M igas m e n u ru t K elem b ag a a n
B e rk e la n ju ta n d a n K o m u n ita s. T a h u n 2013

InstitMwnal SnUaiiwbilily
No Komunitas K urang T idak
Sustaln
Sustain Sustain

1 Ring-1 25.3 18J 33.1

2 Ring-2 15.1 22.9 27.9

3 Ring-2/3 20.6 30,5 33.1

S ek itar Lapangan ( ia \ Perusahaan 20.3 23.9 31.3


P engem bangan M asyarakat

K ecenderungan penilaian w arga m asyarakat di sekitar


lapangan gas perusahaan m igas terhadap kelem bagaan
berkelanjutan m em perkuat fakta bahw a im plem entasi program
CD perusahaan tidak berdam pak terciptanya suatu kelem bagaan
m asyarakat yang berkelanjutan. Hal tersebut ditunjukkan
dengan selisih antara persentase w arga m asyarakat yang
m enilai dengan dan tanpa program CD sebanyak - 3,9 persen,
yang diartikan tidak ada dam pak (T abel 21).

T a b e l 21. P e rs e n ta s e w a rg a m a sy a ra k a t s e k it a r l.a p a n g a n
G as P e ru sa h aa n M ig a s m e n u ru t k e le m b a g a a n
b e r k e la n ju ta n , d e n g a n d a n ta n p a p r o g r a m C D , d a n
k o m u n ita s . T a h u n 2013

Insiilurional P c n w M tK
No
SustainaNity Hi tiwul C'D If Uh CD (tc IH ib )

1. S u sta in 3 3 .9 2 0 .3 -1 3 .6

2. K u ra n g S u sia in 4 1 .7 2 3 .9 -1 7 .8

3. T id ak S ro la in 11,7 3 1 .3 19.6

S < k it« r I- a p a n g n n G »
29,1 2 5 .2 -3 .9
P e r u s a h a a n M ig a s

T erak h ir, studi ini m enganalisis sam pai sejauh mana


im plem entasi program C D perusahaan berhasil m eningkatkan
dan berdam pak pada peningkatan tara f hidup m asyarakat di
sekitar lapangan gas perusahaan m igas. A nalisis dilakukan
dengan m enggunakan 13 variabel dan diform ulasikan dalam
indeks kom posit, ternyata skor ta ra f hidup rata-rata m asyarakat
di sekitar Lapangan G as Perusahaan M igas lebih tinggi
dibandingkan skor ta ra f hidup w arga m asyarakat di m asing-
m asing kom unitas (ta b e l 22).
© © t D C 3 .ll ■ 1 3 :2 5

P eran an T a n g g u n g J a w a b S o sia l P eru sah aan d a la m P en g em b an g an M asy arak al

S ecara keselu ru h an , im plem entasi p rogram C D perusahaan


sangat berd am p ak pada penin g k atan ta ra f hidup m asyarakat
di sekitar lapangan gas p erusahaan m igas. T ernyata dam pak
pada penin g k atan ta ra f h idup tersebut lebih berd am p ak dan
lebih d irasak an oleh m asy ara k at lapisan m en en g ah ke baw ah
d ib an d in g k a n k elom pok m asy arak at lapisan atas (T ab e l 23).
D am pak terh ad ap ta ra f hidup m asy arak at terseb u t d itunjukkan
d en g an selisih skor ta ra f h id u p lebih se b e sar 110.

Tabel 22. S kor T a ra f H idup W arga M a sy a rak a t sekitar


L apangan C a s P erusahaan M igas dan K om unitas,
T ahun 2013

Total Skor Tariif Hidup (Inrlrks


No Komunitas
Komposit 13 Variabel)

1. Ring-1 66
2. Ring-2 75
3. Ring-3 89
Sekitar Lapangan Gas 147
Perusahaan Migas

Tabel 23. S kor T a ra f H idup M en u ru t W arga M asyarakat


se k ita r L apangan (>as Perusahaan M igas dengan dan
Tanpa P rogram C l), dan K om unitas, T ahun 2013

Pelapisan Total Skor Taraf llidup (13 Variabel)


No
Sosial H'iihoui Program Cl) Hith Program C'l) Selisih

1. Atas 46 85 39
2. Menengah 44 196 152
3. Bau ah 26 159 133
Raia-raia 37 147 110

D em ikian pula, ap ab ila d itelaah m en u ru t k o m u n ita s desa


berd asark an rin g -sid e, m aka terd ap at k ecen d eru n g an sem ak in

297
© © ^3 t 3
J.,ll ■13:25

Pengembangan Masyarakat

jauh dari daerah operasi pertambangan gas dampak program


CD perusahaan terhadap taraf hidup masyarakat semakin positif
(tahcl 24).

Tabel 24. Skor Taraf Hidup Menurut Warga Masyarakat


sekitar Lapangan Cas Perusahaan Migas dengan dan
tanpa Program CD. dan Komunitas, Tahun 2013

T o ta l S k o r T a r a f H id u p (1 3 V a ria b e l)

No K o m u n ita s
Hithoul P r o g r a m ( 'D Hith Program CO S d ix ih

1. Ring-1 37 29
2. R ing-2 37 75 38

3. R ing-3 37 89 52

S ek itar L apangan (ia»


37 147 110
P erusahaan

Dari tabel 25 dapat ditelaah bahwa semakin jauh dari


daerah operasi, dampak program CD perusahaan terhadap taraf
hidup lebih dirasakan oleh warga masyarakat lapisan bawah,
yang ditunjukkan dengan selisih skor 46. Sedangkan pada
komunitas desa di Ring-1 dan Ring-2, dampak positif tersebut
lebih dirasakan oleh masyarakat lapisan menengah.
Dengan demikian dari perspektif “makro”, khususnya
dalam menelaah dampak terhadap lima variabel: partisipasi,
keterampilan, kerjasama & konflik, kelembagaan berkelanjutan,
dan taraf hidup, ternyata secara signifikan implementasi
program CD perusahaan migas tersebut telah berdampak positif
pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan keterampilan
masyarakat, tetapi belum berdampak positif pada peningkatan
tiga variabel dampak lainnya.

298
Peranan T anggung Jaw ab S osial Perusahaan dalam P engem bangan M asyarakat

label 25. Skor Taraf Hidup menurut Warga Masyarakat


Sekitar Lapangan (ias Perusahaan Migas dengan dan
tanpa Program CD. Pelapisan Sosial, dan Komunitas,
Tahun 2013

T o ta l S k o r T a r a f l l i d u p (1 3 V a ria b e l)

Hilhout
HMt CD
cn
l’t-laphan
No K o m u n ita s K o m u n ita s K o m u n ita s
S o s ia l K o n tr o l
R ing-1 R in g -2 R in g -2 /3

11- 12-
Ik £1 12 13 £ 3 -3 *
Ik Ik

I Aus 4* 24 -22 57 II 28 -18


2. Menengah 44 • 65 90 l'. 56 12
3. Bawah 26 6~ 41 77 30 93 n^r
Rata-rata 37 66 29 '5 | 38 89 52

5. D in am ik a P a rtis ip a si d a n K e m a n d iria n K o m u n ita s d alam


Im p le m en tasi P ro g ra m C S R
M erujuk kepada hasil penelitian Siw i (2012), m aka "benang
m erah” dari tiga studi kasus m engenai peranan CSR dalam
pengem bangan m asyarakat adalah pada “ dinam ika partisipasi
dan kem andirian kom unitas" dalam im plem entasi program
CSR. Pengem bangan m asyarakat sebagai paradigm a baru dalam
m odel pem bangunan bertum pu pada paradigm a people centered
development bukan pada produetion centered development.
O leh karena itu, dalam p erspektif pengem bangan m asyarakat
m aka im plem entasi program C SR harus m engedepankan
paradigm a people centered development . dim ana pengelolaan
program sccara desentralisasi, program dilaksanakan dalam
rangka m em bangun partisipasi dan pem berdayaan, peduli
terhadap kelestarian lingkungan, m em bangun jejarin g sosial
Pengem bungan M asyarakat

dan kesw adayaan lokal. Prinsip-prinsip tersebut dalam


beberapa kasus telah dijalankan oleh perusahaan, nam un bentuk
kuasa pengetahuan dan kontestasi kepentingan dan kekuasaan
yang terjadi dalam pengelolaan program C SR m enyebabkan
proses-proses tersebut m enjadi tidak optim al. M isalnya
dalam perencanaan program CSR, pihak perusahaan telah
m endesentralisasi kepada pem erintah desa dengan tujuan untuk
m eningkatkan paitisipasi dan pem berdayaan m asyarakat dalam
program C S R (Siw i, 2012).
Dari tiga studi kasus tersebut dapat dipaham i bahwa
pengelolaan program CSR telah m enjadi arena kontestasi
kepentingan dan kekuasaan di desa. Jika m erujuk pandangan
kalangan M arxian m aka terlihat bahw a kelas atas (diwakili
elite desa dan tokoh m asyarakat) sebagai pem angku kuasa
pengetahuan dan pem ilik kekuasaan m em peroleh “ keuntungan"
yang lebih besar. Pengelolaan program CSR kem udian
dikonstruksi sebagai bentuk pengelolaan oleh desa yang
m erupakan lem baga resm i yang berw ew enang dalam m engatur
proses pem bangunan desa. Kondisi ini m enyebabkan proses
desentralisasi im plem entasi program C SR yang dilakukan
oleh perusahaan kem udian dikonstruksikan sebagai bentuk
sentralisasi bani di desa.
Pengem bangan m asyarakat harus selalu berupaya untuk
m em aksim alkan partisipasi, dengan tujuan m em buat setiap
orang dalam m asyarakat terlibat secara aktifdalam proses-proses
dan kegiatan m asyarakat, serta untuk m enciptakan kem bali
m asa depan m asyarakat dan individu. Lebih lanjut Jim Ifc dan
Tesoriero (2008) m enjelaskan bahw a proses partisipasi akan
terjadi jik a telah dilakukan proses desentralisasi, akuntabilitas,
pendidikan dan kew ajiban (Ife dan Tesoriero, 2008). Upaya
© © ^3 t E] 3 ..II ■ 13:25

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

untuk membangun partisipasi dari masyarakat telah dilakukan


oleh perusahaan dengan cara mendesentralisasikan proses
perencanaan program CSR.
Ketiga studi kasus tersebut menunjukkan bahwa proses
desentralisasi pengelolaan program CSR ke desa justru
m enyebabkan program CSR menjadi bias elite desa sehingga
proses menumbuhkan partisipasi masyarakat lapisan bawah
tidak berjalan dengan optimal. Fasilitas kelompok-kelompok
m asyarakat lokal yang seharusnya menghadirnya seluruh
pemangku kepentingan, hanya dihadiri oleh elite desa yang
dikonstruksi oleh pengetahuan bahwa elite desa yang hadir dan
m erupakan representasi dari keseluruhan masyarakat sehingga
kepentingan yang disuarakan merupakan kepentingan dan
kebutuhan yang berasal dari masyarakat.
Menurut Ife dan Tesoriero (2008), proses akuntabilitas
bukan dipahami sebagai proses yang ke atas atau ke arah pusat
struktur birokrasi. Akan tetapi lebih dari itu menurut mereka
dalam perspektif pengembangan masyarakat, akuntabilitas
berarti mengarah ke bawah dimana masyarakat sebagai penerima
program berada. Pada sisi ini, melalui kelompok-kelompok
masyarakat lokal pihak perusahaan maupun pemerintah
menyampaikan penggunaan dana. Permasalahannya, forum
kelompok masyarakat lokal tersebut yang hanya dihadiri oleh
elite desa dan menyebabkan informasi tidak sampai kepada
m asyarakat lapisan bawah. Sehingga dari sisi pendidikan
(proses penyadaran), masyarakat tidak memperoleh informasi
yang cukup tentang pengelolaan program CSR. Ife (2008)
m enjelaskan bahwa proses partisipasi bisa terjadi jika
m asyarakat memperoleh informasi yang bertujuan untuk
penyadaran.

301
P engem bangan M asyarakat

Di sam ping partisipasi, pem berdayaan (empowerment)


m enjadi hal yang penting dalam proses pengem bangan m asya­
rakat. Pem berdayaan m engandung dua pengertian. Pertam a,
lo give pow er atau authority lo atau m em beri kekuasaan,
m engalihkan kekuasaan atau m endelegasikan otoritas kepada
pihak lain. Dalam kasus pengelolaan program C SR pada
tiga studi kasus tersebut, program C SR telah didelegasikan
pengelolaannya kepada pem erintah desa, artinya perusahaan
telah m elakukan pengalihan kekuasaan. N am un dalam
setiap prosesnya pengelolaan program C SR m elalui forum
perencanaan partisipatif m enjadi bias elite desa. Kedua, 10 give
ability atau enable atau usaha untuk m em beri kem am puan.
Proses ini tidak berjalan dengan baik pada pengelolaan program
CSR. Pengelolaan program C SR telah didesentralisasikan ke
pem erintah desa, nam un perusahaan belum m elakukan upaya
untuk m eningkatkan kapasitas kelem bagaan dan sum berdaya
m anusia perangkat desa dalam m engelola program CSR .
sehingga program -program yang disusun m enjadi bias ke­
pentingan elite desa. Di sisi lain, program pem berdayaan
ekonom i yang perencanaannya tidak m elibatkan penerim a
program m aka proses peningkatan kem am puan penerim a
program tidak berjalan sebagaim ana diharapkan. Hal tersebut
disebabkan dalam pelaksanaan program pem berdayaan
ekonom i tidak ada kegiatan pendam pingan untuk m eningkatkan
kem am puan penerim a program .
Proses pem berdayaan m asyarakat dapat dim aknai sebagai
usaha untuk pengem bangan, kem andirian, kesw adayaan dan
m em perkuat posisi taw ar m asyarakat lapisan bawah terhadap
kekuatan-kekuatan penekan (Ife, 1995). M erujuk pada
pandangan Ife tersebut m aka proses pem berdayaan dalam
© © i f D □ ] . .11 ■ 13:26

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

pengelolaan program C SR di tiga perusahaan dalam studi kasus


tersebut belum berjalan optim al. Hal ini disebabkan dalam
pengelolaan program CSR dikonstruksi sedem ikian rupa baik
oleh pem erintah lokal m aupun perusahaan bahw a pengelolaan
program C SR berada pada tangan pem erintah desa dan elite desa
sebagai representasi m asyarakat desa. Di sam ping itu, program
CSR telah m enjadi fenom ena politik dim ana kepentingan
dan kekuasaan saling dikontestasikan dalam penentuan jen is
program , sasaran program dan pem ilihan lokasi program .
Bentuk kuasa pengetahuan pengelolaan program CSR
yang bias elite desa pada akhirnya m enyebabkan jen is, sasaran
dan pem ilihan lokasi program C SR m enjadi bias kepentingan
elite desa. Jika m erujuk pada pandangan Pranarka dan
M ocljarto ( 1996) yang m enjelaskan pem berdayaan adalah
proses pem bangunan terdapat pihak yang tidak berdaya
(powerless ) berhadapan dengan pihak lain yang m em iliki daya
(powerful !) yang akhirnya m enghasilkan penindasan m aka
proses pem berdayaan belum berjalan optim al pada pengelolaan
program C SR karena proses pendelegasian atau transfer
kekuasaan tidak diberikan kepada pihak yang powerless
(m asyarakat rentan/m arjinal) tetapi diberikan kepada pihak
yang powerfidl (elite desa).
M erujuk kepada Friedm ann ( 1992), bahw a pem berdayaan
dapat dilihat dari 3 tiga proses yakni dialoque , group
conscientization. dan consciousness raising. Pada proses dialog
dalam kelem bagaan kelom pok-kelom pok m asyarakat lokal,
ju stru pengetahuan pengelolaan program dikonstruksi sesuai
dengan kepentingan elite desa sehingga proses dialog antara
berbagai stakeholder tidak terjadi terutam a pada m asyarakat
lapisan atas. Hal ini m enyebabkan proses group conscientization

303
Pengem bangan Masyarakat

dan consciousness raising tidak terjadi dalam pengelolaan


program CSR.
Di samping itu, menurut Siwi (2012), program CSR
sebagai fenomena politik yang merupakan hasil konstruksi dan
konstestasi pengetahuan dan kekuasaan sehingga pemberdayaan
masyarakat tidak hanya diperlukan tindakan sosial tetapi
juga diperlukan tindakan politik. Oleh karena itu, program
pemberdayaan tidak hanya ditujukan bagi massa periferal
yang diwakili oleh masyarakat lapisan bawah dan rentan
tetapi juga harus ditujukan bagi para pelaku politik yang tidak
menyadari keberadaan mereka sebagai orang yang diberikan
kewenangan oleh rakyat sehingga dapat memperjuangkan
kebutuhan masyarakat bukan memperjuangkan kepentingan
elite desa. Proses pemberdayaan pada pelaku politik bukan
dengan memberikan daya (power) karena bertindak sebagai
pemangku kuasa tetapi dilakukan untuk membangun kesadaran
bahwa keberadaan dan peran yang ada merupakan amanah dari
m asyarakat bawah/rentan sehingga dalam setiap pengelolaan
program pembangunan harus memperjuangkan kebutuhan
m asyarakat rentan.
Proses desentralisasi yang dilakukan oleh perusahaan
justru mengakibatkan sentralisasi baru oleh pemerintah
desa. Proses pemberdayaan (empowerment) dalam program
CSR tidak bisa berjalan optimal karena kuasa pengetahuan
maupun kepentingan dan kekuasaan pengelolaan program
CSR hanya berada di tangan pemerintah desa dan perusahaan
yang merupakan manifestasi dari kelas atas. Oleh karena itu,
untuk mencapai pemberdayaan dan partisipasi, maka proses
pemberdayaan tidak hanya ditujukan bagi masyarakat yang
marjinal/rentan, tetapi juga bagi pemerintah dan elite desa.
© © ^5 ? S J . . ll ■ 13:26

Peranan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

Selain itu, proses pemberdayaan juga perlu memperhatikan


kondisi sosial masyarakat dimana masyarakat telah berubah
dari "guyub” menjadi masyarakat yang cenderung tidak
guyub. Proses pemberdayaan juga tidak cukup dilakukan
melalui tindakan sosial saja karena realitas sosial menunjukkan
program CSR merupakan hasil konstestasi politik (kepentingan
dan kekuasaan), sehingga diperlukan tindakan politik.
Pemberdayaan tidak hanya ditujukan bagi massa periferal saja,
tetapi juga kepada pelaku politik sehingga terjadi penyadaran
bahwa mereka diberi wewenang oleh masyarakat untuk
menjamin kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat
marjinal bukan memperjuangkan kepentingan elite desa.

305
DAFTAR PUSTAKA

Adelman. Inrta. dan Cynthia Taft Morris. 1973. Eeonomic Growth and
Social Equity in Developing Countries. Stanford California:
Stanford University Press.
Adi. Isbandi Rukminto. 2000. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
F.konomi Universitas Indonesia.
Ambroisc. Yvon. 2000. Memberdayakan Kaum Miskin. Maumere: LPBAJ
Anonymous. 1955. Social Progress Through Community Development.
New York: United Nations Bureau o f Social Attairs.
Amstcin, Shcrry R. 2007. A l-adder o f Citizen Participation. Http://
w w w .L ithgrow -schm idt.dk/shcrry-arnstcin/laddcr-of-citi/cn-
participation.pdf. (diakses 14 Februari 2010)
Asrianti. Utut Septi. 2010. "Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Dalam Upaya Pengembangan
Masyarakat." Studi Kasus Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya PT
Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning Kecamatan
Klapanunggal. Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
IPB. Bogor.
Blackburn, Donald .1. (cd). 19X9. Foundations and Changing Practices in
Estension. Ontario: University o f Guclph.
Berger. Peter. 1977. Pyramids ofSacrifice. Penguin: Harmondswortli.
('ary, Lee (ed). 1970. Community Development as a Process. Columbia:
University o f Missouri Press.
© © t Dd .11 ■ 13:27

Christenson. James A. dan Jerry W. Robinson, Jr. 1989. Community


Development in Perspective. Iowa: Iowa State University Press.
Ames.
Christenson. James A. (ct.al). 1977. "Sociologist in E x t e n s i o n Rural
Sociology. Vol. 42, No. 3, hlin. 407-419.
Clark. John. 1991. Democratizing Development: The R o k o f Voluntary
Organizatlons. Connecticut: Kumarian Press. Inc.
Cohen, John M ., dan Nortnan T. UphofT. 1980. “Participation’s Place in
Rural Developmeni: Seeking Clarity Through Specificily." Dalam
World Development 8.
Collctta. Nat J. Dan Michclle L. Cullcn. 2000. Violent Conflict and the
Transformation o f Social Capital. Lesson from Camhodia.
Ruanda, Guetamala. and Somalia. Washington: Ilie World Bank.
Conyers. Diana. 1996. Perencamum Sosial di Dunia Ketiga: Suatu
Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Craig, Gary dan Marjoric Mayo. 1995. Community Empowerment. A
Readerin Participation and Development. I.ondon: Zcd Books.
Curtis, D. et. al. 1978. Popular Participation m Decision-inaking and the
Basic Needs Approach to Development: Methods. Issues and
Esperiences. Geneve: 1LO
Di Franco, Joseph. 1966. Some Aspect o f Extension Work. Costa Rica: lnter
American Institute o f Agriculturc Sciences o f the O.A.S.
Dixon. Jane. 1995. "Community Stories and Indicators for Evaluating
Com munity Development." Community Development Journal.
Vol. 30 (4). hlm. 327-336.
Dove, Michael R. (ed). 1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia
Dalam Modernisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Elkington, John. 1997. Cannibals with Forks. The Triple Bottom Line o f
Twentieth Century Business. Oxford UK: C'apstonc Publishing.
Freire. Paulo. 1972. Pedagogy o f the Oppressed. New York: Penguin
Books.

307

© © t D C 3 .ll ■ 1 3 :2 7
i

Pengem bangan M asyarakat

Friedinann, John. 19*) 1. Empowermnei: The polltics o f Ahernatlve


Development. Blackwell. Cambridge MA & Oxford. UK
Friedinann, Jolin. 1993. Empowerment: The Politics o f Altemative
Development. Cambridge Mass: Blackwell Book.
Gibbs. Leonard 1 . 1991 . Scientific Reasoning For Social Workers: Bridging
the Gap Between Research and Practice. liau Claire: University
ofW isconsin
lladad, Ismid. 1980. “Persoalan dan Perkembangan Pemikiran dalam Teori
Pembangunan,” dalam Prisma. Jakarta: LP3ES
Hidayat, Syarif dan Darwin Syamsulbahri. 2001. Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat: Sebuah Rekonstruksi Konsep Community Based
Development (CBD). Jakarta: PT. Pustaka Quantum.
Hikmat. Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
Humaniora Utama Press.
Horton, D. ct. al. 1993. “MonitoringandEvaluatingAgriculturalResearch.
A Sourcebook. "T h e Haguc: CAB International.
I fe. J ini. 1995. Community Development. Creating Community Altematives,
Vision. Analysis and Practice. Longman. Australia.
_______ . 2002. Community Development: Cominunity-based Alternatives
in a n A g eo f Glohalisation. Pearson Education Australia. Australia.
Ifc. Jinic. 1995. Community Development: Creating community altematives
-Vision, analysis and practice. Mclboumc: Longman.
Ife. Jim dan Frank Tesoriero. 2008. Community Dewlopment: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Internet Wcbsitc http: //wwwr.anutcch.com.au l ‘>99. "Application o f I.FA in
Development Programs. ”
lqbal. M. 2007. "Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan
Implementasinya dalam Pembangunan Pertanian." [Internet].
[Diunduh Tanggal 14 Februari 2014]. 13(1): 80-92. Tersedia pada
htip:.'/ejoumal.gunadarma.ac.id,inde\.php/ekbis’,article'view/324.

30S

© © t D C 3 .ll ■ 1 3 :2 7
i

D aftar Pustaka

Jalai. 2 0 10. "Pembangunan Berkelanjutan dan CSR untuk Kelompok


Masyarakat Rentan (Vulnerable Groups)." Makalah Pelatihan
Pengembangan Masyarakat Bogor 23-24 November 2010. Bogor:
Lingkar Studi CSR
Jansscn, P. I970. Tehnik- Tehnik Pengembangan Masyarakat. Malang:
Institut Pembangunan Masyarakat
Jellinek. Lea. 1994. Seperti Roda Berputar Perubahan Sosial Sebuah
Kampung di Jakarta. Jakarta: LP3ES.
Jo sef Eilers, Fran/. 1994. Communicating m Community: An Intmduction
to Social Communication. Manila: Logos Publication.
Kortcn, David C. dan Rudi Klauss (cds). 1984. People Centered
Developmeni: Contributions toward Theory and Planning
h'rameworks. Connecticut: Kumarian Press. Inc.
Kuswartojo, Tjuk (Penyunting). 1999. Lingkungan Binaan Untuk Rakyat.
Bandung: Yayasan Akatiga
l.cagans, J. Paul. 1960. Elements o/Extension Education Process Related
to Community Development. New Delhi: Ford Foundation.
Leipziger, Deborah. 2010. The Corporate Responsibility Code Book.
Revised Second Edition. Shefiield S3 BCICi UK: Greenleaf
Publishing Limited.
Long, B. Hucy (el al). 1973. Approaches to Community Development.
Iowa City: National University Fxtcnsion Association and The
American College Testing Program.
Lubis. Djuara P. 2012. Aksi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pemberdayaan masyarakat dan Keluarga: Bekal Mahasiswa
Kuliah Kerja Profesi. Editor Ahmad S. Titik S. Diah K. Bogor:
IPB Press.
Lyon, Larry. 1987. "The Community in Urban Sociely.” Chicago: The
Dorsey Press.
Moratis. Lars and Timo Cochius. 2011. ISO 26000: The Business Guide To
The A't'w Standard on Soi'ial Responsibility. G reenleaf Publishing
Limited. UK.

309
P e n g e m b a n g a n M asy arak at

Morgan. David L. 1988. ”Focus Group,s As Qualitatlve Research. "


London: SAGE Publications.
M u keri i. B. 1961. "Ex/ension Education fo r Community Development”
in M.G. Kamath (cd), Extension Education in Community
Development. New Delhi: Ministry o f Food and Agriculturc
Government o f India.
Norman. Angela. 1977. “Pedagogy o f the Oppressed: A Methodology o f
Adult Liieracy or A Philosophy o f Development.” Dalam Reading
Rural Development Communications Bulletin, October.
Paul, Samuel. 1987. Community Participation in Development Projects -
The World Bank Experience. Washington DC: The World Bank.
Paync, Malcolm. 1979. Modern Social Work Theory. London: MacMillan
Press Ltd.
Percy-Okunla. Rachel B. 1986. “The Concept and Practice o f Loeal Self-
Reliance.” Manchester Paper on Dewlopment II. No. 1, l Maret).
Pos ton, Richard Waverley. 1962. Democracy Speoks Many Tongues. New
York: Harpcr & Row.
Radyati, Maria R. Nindita. 2008. "CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi
Lokal.” Indonesia Business Links. Jakarta.
Richard A. Krueger, Richard A. 1988. " Focus Groups: A Practical Guidefor
Applied Research. " New Delhi: SAGE Publications.
Rothman. Jack dan John E. Tropman. 1987. “Modcls o f Community
Organization and Macro Pcrspcctives: Their Mixingand Phasing "
dalam Cox. et al. (eds) Startegles o f Community Organization.
Illinois: F.E. Peacock Publishers.
Rubin. J.II. 1993. "Understanding the Ethos o f Community-
Based Development: Ethnographic Description for Public
Adm inistrator.” Public Administration Review. Vol. 53, No. 5,
hlm. 428-437.
Rudito, Bambang, Adi Prasetijo, dan Kusairi. 2003. Akses Peranserta
Masyarakat Lebih Jauh Memahami Community Development.
Jakarta: ICSD.

310
© Lucu Dan Kebersam aan

Daftar Pustaka

Sajogyo. 2000. “Profesionalisme dalam Pekerjaan Sosial". (Diskusi intern


Subud dan lidak dipublikasikan).
Sanders, Irwin T. 1958. The Community: an Intmduclion to a Social
System. New York: The Ronald Press Company.
Scabrook. Jeremy. 1998 Para Perintis Perubahan. Jakarta: Yayasan Ohor
Indonesia.
Siwi, Mahmudi. 2012. “Dinamika Politik Pemberdayaan dalam Corporate
Soeial Responsibility (CSR).” Studi Kasus Program CSR PT.
Holcim Indonesia Pabrik Narogong Kabupalen Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Bogor: Tesis Magister Sains Sosiologi Pedesaan IPB.
Sockanto, Socrjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
RajaGrafmdo Persada. (Edisi Baru Keempat).
Staee, Dough dan Dexter Dunphy. 1994. "Beyond The Boundaries. Leading
andRe-Sreating The Successful Enterprice. " New York: McGrw-
llill Book Company.
Stcwart, David W. Dan Prcm N. Shamdasani. 1990. “ Focus Groups:
Theory andPractice. "N ew Delhi: SAGE Publications.
Syaukani, Afan Gafar, dan M. Ryaas Rasyid. 2002. Otonomi Daerah
Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.
IJpholT. Norman. 1986. Local Institutiona/ Development: An Analytical
Sourcebook with Cases. Connecticut: Kumarian Press. Inc.
Usman. Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Pemben/ayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Van Beers. G.G. dan L. A. Colley. 1972. Survey o f Community Development
Java Indonesia. Ontario: University o f Gulph.
Ward, John E. 1993. Australian Community Development: Idea. Skills and
Values for the 90s. Mclboumc: Community Quartcrly.
Werthcim. W.F. 1999. Masyarakat Indonesia Dalam Transisi Studi
Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT. Tiara Wacan Yogya.
Zaidi. Z a’im. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan. Jakarta: EMK.

311
© © T* D (3 -.11 ■ 13:28

I NDEKS

advokasi. 87-88, 148, 244. 245. community based confiict


agensi, 22. 44. 6 2 ,6 9 , 70. 85, management, 204
aksi sosial. 26. 61. 82, 13 5 -137, community based development. 30,
141-143 108.222-223

alienation, 136 community capocity , 135 -136

altruism, 4 community integralion. 135-136

anomie , 136 community organization, 25, 41

association, 26. 29. 207. 212. community resource, 29

basic needs approach , 15 community sentimen!. 3

birokrasi, 19, 22, 1 3 9 ,2 1 2 ,3 0 1 , community workers , 49, 50, 52-53,


5 6 ,5 8 , 96-97. 150-151
B lackw ell, 26
community , 1, 28
hloi k grant, 224
confiict. 106
bnnding , 264-265
confiict management. 204
boilom up. 227. 229. 248. 276
conscientization, 303
bridging, 264-265. 308
consciousness raising. 303-304
capability, 138
coping, 265
capacity bmlding ., 200. 245
corporate citizenship, 231 -232,
C ardoso. Fem ando H enrique 12
257. 268
cbaritv , 231-232, 268
creattng. 32. 264
collective action secior. 108
CSR . 227-234, 236-239, 244, 248-
collective self-empowerment, 97 255, 257-276, 280, 288-289,
common needs, 3 299-306

31 2
© © A s J , ii i I 13:28

In d e k s

local-government policies. 108 pendekatan alternatif, 85, 198


lo calit)' developm ent, 6 1 pendekatan konflik, 83, 106, 107,
metode. 1 9 .2 1 .3 3 -3 4 .6 0 . 75. 77- 137
8 0 .1 0 1 .1 0 5 .1 0 7 -1 0 8 . 109. pendidikan penyuluhan, 4 1-43,
1 1 1 .110-123. 12 5 -1 2 7 .1 3 1 . pengelolaan konflik, 198, 200-201
134. 140. 147. 158-159. 161.
people-centered development. 20,
199-201.270
23, 230-231,299
netuvrking, 22,245
pcrcncanaan partisipatif, 166. 302
opinion leader, 186
perencanaan sosial. 4 6 ,6 1 . 135.
organizer, 59,145, 160 138-141
paradigma, 12, 19-2 3 .9 4 ,1 9 9 ,2 2 9 - persepsi, II, 143, 249, 254, 258-
231,299 259,263-264, 274, 280-282,
partisipasi, 3, 10-11, 23, 29-30, 37, 291
43-44. 46-47, 50-51. 57. 62- participatory , 109.116.269-271.
64. 76-77, 84. 89-93. 95. 97- 274
104. 110. 113. 123. 125-127.
philantrophy, 231-232, 257
131-132. 134-135. 145. 161.
politik pemberdayaan. 249,
164. 169. 173-174. 179. 216.
219. 221, 223-225. 227. 229- positive-sum, 94
230. 232, 236-241. 243-244. power sharing, 89
250. 257. 260, 264, 269-270. power-conftict approach, 82
277-278. 281-282, 289-291.
private seetor. 108. 229
298-302,304
prohlem-solving approach, 272
patron-elient, 103
production-centered development,
pembangunan alternatif, 58,62
20
pemberdayaan. 22-23. 51, 89-97.
profit oriented. 225-226
99. 101-104. 187, 198. 218,
221, 224-225, 230, 236, 238, program, 11, 25-26, 29, 31, 33-36,
244, 246-250, 253-254, 257- 38-41, 44, 47-52, 54-55, 60,
258, 260-265, 268, 269, 274, 64, 66, 70, 73-74, 78, 85, 90-
276, 289-290, 275, 299-300, 9 1 ,9 8 , 101, 109-110, 112-116,
302-305 119, 121-127, 129-133, 139,
141, 145. 147, 149, 154, 162-

314
© © f D H .,| | ■ 13:28

Indeks

tokenism . 240. 243


tokoh, 99, 186, 251, 269, 273, 276,
28 1 -2 8 2 ,3 0 0
T onnies. 182
top down, 11,181
trickle down effect, 10-11
frttst, 2 1 1 ,2 1 5 -2 1 6 , 261
uniw rsolism , 17
urhan community, 5-6
world view, 2 1 1
zero-sum , 93
ZOPP, 109, 121-122

316
m
© ©
s
? D□ <il m 13:29

T E N T A N G PE N U L IS

re d ia n T onny N a sd ia n , lahir di K etapang pada tanggal

F 14 Februari 1958. Penulis adalah seorang dosen pada


Divisi (B agian) Sosiologi Pedesaan dan Pengem bangan
M asyarakat Departem en Sains K om unikasi dan Pengem bangan
M asyarakat Fakultas Ekologi M anusia (FE M A ) IPB. Pendidikan
sarjana ditem puh penulis di D epartem en Ilm u-ilm u Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian-IPB pada tahun 1978-1982. M agister
Sains diperoleh penulis pada tahun 1987 pada Bidang Sosiologi
Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB. Kem udian penulis juga pernah
m enem puh studi pada Program PhD Rural Sociology di Department
o f Social Development Studies. Faculty o f Human Ecolog}-.
U niversiti Pertanian M alaysia (U PM ) pada tahun 1996-1998.
Penulis a k tif m engajar dan m elaksanakan penelitian pada bidang
Sosiologi Pedesaan, Kelem bagaan, Pengem bangan M asyarakat,
dan Tanggung Jaw ab Sosial Perusahaan. Sejak Tahun 1996-2014,
penulis m engem ban tugas sebagai Sekretaris D epartem en Sains
K om unikasi dan pengem bangan M asyarakat FEM A-IPB.

317

Anda mungkin juga menyukai