Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEMAJUAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

FAKTOR-FAKTOR INTIMIDASI EKSTERNAL DALAM ANALISIS SOSIAL DAN


PENGARUHNYA TERHADAP KEMAJUAN PENDIDIKAN: STUDI KASUS
MASYARAKAT SUKU ANAK DALAM DI DESA PEMAYUNGAN KECAMATAN
SUMAY KABUPATEN TEBO
BIDANG KEGIATAN
PKM P

Diusulkan oleh:

Desi Aulia Ulpa


Reny Fatma Linur
Soni Afriansyah
Arif Fadilah Saputra

A1A114014
H1A115008
RSA1C115003
A1B115029

2014
2015
2015
2015

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2016

ii1

ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan dan
memperbaiki kehidupan Suku Anak Dalam, supaya dengan pendidikan Suku Anak Dalam
tidak lagi mendapat perlakuan yang kerap menghambat kemajuan pendidikannya. Dari hasil
penelitian kualitatif deskriptif yang peneliti lakukan, bahwa dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif tersebut, faktor dari adanya perlakuan intimidasi yang menghambat proses
kemajuan pendidikan bagi Suku Anak Dalam tersebut adalah daerah tersebut tenurial. Dalam
hal ini, daerah yang kerap terjadi konflik dimana masyarakat kelompok Suku Anak Dalam
dengan pihak eksternal. Dalam analisis peneliti, secara sosialnya dapat meresahkan kehidupan
masyarakat Suku Anak Dalam dimasa yang akan datang. Keberadaan Suku Anak Dalam (SAD)
khususnya kelompok Tumenggung Bujang Kabut sangat berpengaruh terhadap hak atas lahan
hutan adat yang sudah ditempatinya terlebih dahulu. Wilayah yang dianggap hutan adat adalah
areal dari salah satu perusahaan swasta yang kerap menimbulkan persoalan yang cukup serius
mengenai wilayah penghidupan SAD dengan perusahaan tersebut, dan juga masyarakat adat
Desa Pemayungan. Akibat dari pengaruh tersebut, sikap dan psikologis jiwa khususnya anakanak SAD terganggu ditambah lagi perlakuan intimidasi seperti mendapat ancaman dari pihak
luar, memberikan pemahaman yang tidak benar terhadap pendidikan agar di daerah kawasan
Taman Nasional Bukit Tigapuluh sekitar Desa Pemayungan tidak mendapatkan pendidikan.
Karena pengaruh faktor lingkungan yang kerap terjadi konflik tersebut, dari hasil penelitian
perlu dilakukan upaya penyelesaian konflik tenurial di desa meskipun upaya ini membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya dan melibatkan banyak pihak. Dilihat dari hasil
penelitian, dengan melalui metode penyelesaian secara sederhana yaitu dengan memberikan
pendidikan, serta mengolah dan memanfaatkan potensi pengembangan usaha yang terdapat di
wilayah tersebut sebagai salah satu cara untuk membantu meningkatkan keilitirasian anakanak SAD dan juga memberikan peluang agar meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat
Suku Anak Dalam serta berkorelasi dengan perusahaan setempat untuk mendapat celah yang
baik demi kemajuan pembangunan ekonomi di desa Pemayungan kawasan Taman Nasional
Bukit Tigapuluh tersebut.
Keyword: Intimidasi, SAD, Masyarakat Adat, TNBT, Pendidikan

iii
2

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................
1.1 Latar Belakang Penelitian .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...........................................................................
1.4 Luaran yang diharapkan ........................................................................................
BAB 2 TARGET LUARAN ............................................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................................
3.1 Ruang Lingkup ......................................................................................................
3.2 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................
3.3 Metode Penarikan Sampel ....................................................................................
3.4 Metode Analisis .....................................................................................................
BAB 4 KETERCAPAIAN TARGET LUARAN ............................................................
4.1 PT WKS ................................................................................................................
4.2 PT LAJ ..................................................................................................................
4.3 Suku Anak Dalam (SAD) ......................................................................................
4.4 Permasalahan dan Penyelesaian ............................................................................
4.4.1 Permasalahan Khusus ...................................................................................
4.4.2 Permasalahan Umum ....................................................................................
BAB 5 POTENSI YANG DICAPAI ...............................................................................
BAB 6 PERENCANAAN TAHAP BERIKUTNYA ......................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
LAMPIRAN
1. Justifikasi Penggunaan Dana ...............................................................................
2. Foto atau Pendukung selama Proses Kegiatan Penelitian....................................

i
ii
iii
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
4
4
4
8
8
9
9
9
10
11
12

3iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan dapat mendongkrak pusat kemajuan pada suatu negara. Akan tetapi, tidak
meratanya pembangunan dalam hal pendidikan menjadi persoalan yang perlu di realisasikan.
Salah satu solusi alternatif untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan cara
mengoptimalkan tenaga pendidik di daerah terkhusus untuk daerah 3T (Terdepan, Terluar dan
Tertinggal). Selanjutnya melalui Keppres Nomor 111 Tahun 1999 Tentang Pembinaan
Kesejahteraan Sosial KAT, pemerintah memberikan landasan hukum yang lebih kuat dalam
upaya meningkatkan taraf hidup Komunitas Adat Terasing, agar pembinaan KAT dapat lebih
efisien, efektif, terarah, dan berkesinambungan.
Namun, pada kenyataannya dan sudah menjadi rahasia umum pula apabila tak semua
anak Indonesia dapat mengenyam pendidikan. Apalagi bagi suku Anak Dalam (SAD). Lantas
apa yang bisa dilakukan untuk suku nomaden di Jalur Lintas Sumatra itu? Untuk menjawab
pertannyaan tersebut. Perlu dikaji hal-hal apa saja yang menjadi titik penghambat bagi Suku
Anak Dalam untuk memperoleh pendidikan. Yang semestinya setiap warga negara di daerah
terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus. Dalam hal ini pada setiap permasalahan yang terjadi, kerap dihantui suatu
ancaman untuk memperoleh pendidikan. Hal ini salah satunya terjadi di Desa Pemayungan,
Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo.
Desa Pemayungan merupakan salah satu desa dari kecamatan Sumay Kabupaten Tebo.
Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Riau, Selatan berbatasan dengan desa Semambu,
sebelah Barat berbatasan dengan desa Balai Rajo kecamatan Tujuh Kota Kota Ilir, Tebo dan
sebelah Timur berbatasan dengan Taman Nasional Bukit 30. Jarak dengan ibu kota kecamatan
di Teluk Singkawang sekitar 55 km jarak dengan ibu kota kabupaten Muara Tebo sekitar 75
km.
Keadaan Suku Anak Dalam di desa tersebut sangat memprihatinkan baik kehidupan
sosial, pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Dan kerap mendapat perlakuan intimidasi dari
pihak eksternal sehingga menghambat mereka untuk memperoleh pendidikan. Tak heran, jika
sampai saat ini 0,0% SAD tidak mengenal huruf bahkan buta huruf atau biasa disebut iliterasi.
Selain daripada itu, Keberadaan kelompok SAD khususnya kelompok Bujang Kabut di
Pemayungan telah menimbulkan persoalan yang serius mengenai wilayah penghidupan SAD
dengan PT LAJ dan juga masyarakat adat Pemayungan. Kerap terjadi tenurial, yang mana
tenurial merupakan konflik yang sangat kompleks sehingga perlu melibatkan banyak pihak
yang berkepentingan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya penyelesaian konflik tenurial di desa
meskipun upaya ini membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya dan
melibatkan banyak pihak.
1.2 Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
- Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pihak eksternal mengintimidasi masyarakat
suku anak dalam dan pengaruhnya terhadap kemajuan pendidikan di desa Pemayungan,
Kec. Sumay, Kab. Tebo?

1
4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Merujuk pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dan kegunaan penelitian adalah:
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pihak eksternal mengintimidasi
masyarakat suku anak dalam dan pengaruhnya terhadap kemajuan pendidikan di desa
Pemayungan, Kec. Sumay, Kab. Tebo?
- Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pembuat
kebijakan guna menyelesaikan masalah yang ada serta pendidikan dimasa yang akan
datang
1.4 Luaran yang diharapkan
- Publikasi dalam jurnal pendidikan
- Pembuatan buku untuk mendonasikan profitnya ke suku anak dalam
BAB 2 TARGET LUARAN
Penelitian yang judul Faktor-faktor Penyebab Intimidasi Eksternal dalam Analisis
Sosial dan Pengaruhnya terhadap Kemajuan Pendidikan: Studi Kasus Suku Anak Dalam Desa
Pemayungan Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo, yang mana berangkat dari permasalahan
terhadap perlakuan pihak ekternal ke masyarakat Suku Anak Dalam tersebut. Dimana hal
tersebut didasarkan pada keinginan pihak eksternal mengintimidasi masyarakat Suku Anak
Dalam setempat. Untuk itu, tujuan kami melakukan penelitian ini untuk mengetahui yang
sebenarnya faktor pihak eksternal tersebut mengintimidasi Suku Anak Dalam.
Oleh sebab itu, dari permasalahan itulah yang akan kami teliti faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan pihak eksternal tersebut mengintimidasi dan menganalisis pengaruh yang
ditimbulkan akibat adanya intimidasi tersebut dalam kehidupan di masyarakat serta bagaimana
cara memberikan sebuah solusi sederhana untuk keberlangsungan kehidupan suku anak dalam
agar lebih baik. Sehingga, luaran yang diharapkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor penyebab pihak-pihak eksternal mengintimidasi suku anak dalam
2. Menyelesaikan masalah konflik di antara keduanya yaitu pihak eksternal dan suku anak
dalam
3. Mengedepankan kemajuan pendidikan agar suku anak dalam tersebut dapat
mengenyam pendidikan yang memang pendidikan adalah hak setiap warga Negara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Ruang lingkup
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pemayungan yang berada di Kecamatan Sumay
Kabupaten Tebo. Alasan atas pengambilan daerah tersebut karena memicu pada permasalahan
yang terjadi bahwa terdapat hal-hal yang mana dapat merugikan masyarakat Suku Anak Dalam
yang sebagai komunitas adat yang semestinya mendapat lindungan dari pemerintah dan
masyarakat. Dalam hal ini melihat dari adanya permasalahan tersebut, maka dari itulah daerah
tersebut kami jadikan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 30
Maret 14 Mei 2016.
3.2 Metode pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data sekunder dan isu
strategis. Data primer adalah data yang dihimpun langsung dari setiap responden yang terpilih

25

menjadi sampel dalam penelitian ini. Penghimpunan data primer dilakukan dengan cara
wawancara langsung yang dituntun oleh daftar pertanyaan terstruktur. Wawancara yang
merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan pertanyaan lisan dengan
narasumber untuk menggali data yang diperlukan, Data sekunder adalah data yang dibutuhkan
untuk membantu analisis data primer yang dihimpun dari berbagai refrensi buku, peninggalanpeninggalan, dan referensi terkait dari Lembaga Adat. Dokumentasi merupakan suatu cara
memperoleh data dengan dilihat kembali laporan-laporan tertulis, baik berupa angka maupun
keterangan, observasi merupakan cara pengumpulan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
langsung.
3.3 Metode Penarikan Sampel
Teknik pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Purposive Sampling (sampling bertujuan) dan Snowball Sampling. Purposive sampling adalah
dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu mengetahui informasi dan
masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap
(HB. Sutopo, 2002: 56). Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Artinya dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih
satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data
yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti
memilih salah satu informan orang rimba di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh
(TNBT) dan tumengung bujang kabut.
3.4 Metode Analisis
Data Collection

Data Display

Data Redcution

Conclusion:
Drawing/veryfying

Analisis Data Model Interaktif

BAB 4 KETERCAPAIAN TARGET LUARAN


1) Faktor penyebab pihak-pihak eksternal mengintimidasi Suku Anak Dalam
Masyarakat Suku Anak Dalam merupakan masyarakat terasing yang hidup di Sumatera
bagian selatan, termasuk di provinsi Jambi. Dalam wawancara terhadap Anton Panjaitan 1(45
tahun, tanggal 5 Maret 2016) Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komisi Independen
Penyelamat Aset Strategi (KIPAS) Merah Putih Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
DPD Kab. Tebo, yang giat memperjuangkan hak-hak Orang Rimba didaerah kawasan Taman
Nasional Bukit Tigapuluh mengatakan bahwa tahun 2010 ini ada sekitar 3.000 jiwa yang
tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Kawasan ini terletak di sekitar 8 Km dari
Desa Pemayungan. Beberapa ada yang mulai hidup dan menyatukan diri dengan kehidupan
desa sekitarnya. Namun sebagian besar masih tinggal di hutan.
Secara administrasi Desa Pemayungan dikelilingi oleh hutan produksi. Pada wilayah
ini pemerintah daerah telah mengeluarkan izin konsesi perkebunan kepada PT Wira Karya
1

Wawancara, 5 Mei 2016

3
6

Sakti (WKS) dan PT Lestari Alam Jaya (LAJ). Sampai saat ini masih terjadi konflik yang
berkepanjangan antara ke dua perusahaan tersebut dengan masyarakat desa khususnya
mengenai wilayah adat desa. Pada wilayah ini juga terdapat beberapa kelompok-kelompok
suku anak dalam (SAD). Keberadaan SAD juga sangat berpotensi konflik, baik dengan
masyarakat adat maupun perusahaan karena wilayah kelola mereka termasuk dalam wilayah
adat dan konsesi PT LAJ.
2
Informasi yang diperoleh dari tokoh adat, awalnya luas wilayah Pemayungan adalah +
3.800 ha. Pada tahun 1980an oleh PT Barito pemegang izin HPH, melalui Dinas Kehutanan
Tebo wilayah ini kemudian di enclave menjadi 2.380 ha. Penetapan luas wilayah ini juga
merupakan sumber konflik bagi desa karena keputusannya tidak melibatkan masyarakat
setempat. Dengan luas + 2.380 ha. Pemanfaatan lahan desa dialokasikan untuk permukiman,
perkebunan dan hutan adat. Hutan adat berada di wilayah administrasi desa yaitu mencakup
lokasi konsesi oleh PT LAJ, WKS dan eks PT Barito sekitar 1000 ha.
4.1 PT WKS
Aktivitas PT WKS di wilayah ini adalah membangun jalan koridor dengan lebar + 8 m
sepanjang + 25 km. yang menghubungakan beberapa lokasi perkebunan mereka. Jalan ini
mulai dibangun sejak tahun 2008 dan mulai dipergunakan untuk umum sejak 2010 lalu. Ada
beberapa pos penjagaan (portal) di sepanjang jalan ini. Setiap pengguna kendaraan khususnya
roda empat wajib lapor di setiap pos penjagaan.
4.2 PT LAJ
Secara resmi PT LAJ berdiri di desa Pemayungan sejak tahun 2010 lalu. PT LAJ adalah
pemilik konsesi lahan seluas 61.000 ha di hutan produksi di Kabupaten Tebo di kecamatan
Sumay (desa Pemayungan dan Semambu) dan Kuto Tujuh Ilir (desa Balai Rajo, SP7 dan SP
6). Lahan konsesi yang masuk wilayah desa Pemayungan + 1.000 ha. PT LAJ mengusahakan
sawit, karet dan akasia.
4.3 Suku Anak Dalam (SAD)
Ada empat kelompok suku anak dalam (SAD) yang mendiami wilayah desa Pemayungan yaitu
kelompok Tampung, Iat, dan Buyung yang bermukim sejak puluhan tahun yang lalu di sekitar
sungai Pelikayan dan sungai Carut dan kelompok Bujang Kabut yang bermukim sejak 5 tahun
yang lalu di sepanjang koridor jalan PT WKS dan konsesi PT LAJ. Keberadaan kelompok SAD
khususnya kelompok Bujang Kabut di Pemayungan telah menimbulkan persoalan yang serius
mengenai wilayah penghidupan SAD dengan PT LAJ dan juga masyarakat adat Pemayungan.
Jarak permukiman di pusat desa dengan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh sekitar 8
km. Lokasi hutan dan kebun di sekitar desa merupakan hutan adat milik warga Pemayungan
sampai batas Bukit Tiga Puluh. Wilayah hutan yang dekat permukiman saat ini sudah menjadi
kebun karet dan sebagian kecil belukar dengan ketebalan sampai 4 km dari permukiman.
Aktivitas kebun penduduk dilakukan di wilayah ini. Di beberapa tempat banyak ditemukan
tumpukan kayu olahan khususnya di sepanjang jalan menuju kebun penduduk.
Wilayah penghidupan suku anak dalam berada di lokasi konsesi PT LAJ. Seperti halnya
yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka yang terdapat di proposal penelitian bahwasanya
faktor-faktor penyebab pihak eksternal mengintimidasi masyarakat Suku Anak Dalam dengan
tujuan agar masyarakat Suku Anak Dalam tersebut tidak berkembang maju serta untuk
2

Wawancara dengan Tumenggung Bujang Kabut, 5 Maret 2016

4
7

mengusai penuh lahan/wilayah hutan adat Suku Anak Dalam tersebut. Yang pada hakikatnya
wilayah hutan adat Suku Anak Dalam tersebut pada awalnya SAD telah lebih dahulu yang
menempatinya. 3Pihak PT awalnya hanya mengambil kayu-kayu saja. Akan tetapi, Suku Anak
Dalam beranggapan bahwa semua hutan itu adalah milik mereka. Karena menurut mereka
semua yang ada dihutan merupakan tempat hidup, dan mencari kehidupan. Berdasarkan
konsepsi tersebut maka mereka terbiasa hidup lepas di hutan dan hidup secara berkelompok
kecil maupun besar. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996:41).
Dilain pihak masyarakat terus membuka hutan untuk perkebunan rakyat dan usaha
lainnya. Wilayah yang dianggap hutan adat lainnya adalah areal konsesi PT LAJ yang saat ini
masih menjadi sumber konflik antara PT LAJ dan warga Pemayungan. Pada wilayah ini sudah
di buka dan diusahakan oleh kelompok SAD Bujang Kabut. Menurut Informasi dari Dinas
Kehutanan Tebo, pemerintah memiliki lokasi cadangan areal hutan tanaman produksi (HTR)
di hutan produksi di wilayah kecamatan Tujuh Kota Ilir dan Sumay seluas + 4.000 ha, dengan
lokasi Balai Rejo dan Semambu, Sekalo dan Suo-Suo. Belum diperoleh informasi yang pasti
mengenai keberadaan lokasi cadangan areal HTR ini.
2) Menyelesaikan masalah konflik di antara keduanya yaitu pihak eksternal dan suku anak
dalam
Konflik merupakan suatu proses sehubungan dengan pribadi seseorang dan juga
lingkungannya. Dimana konflik merupakan suatu gejala dimana individu mengalami ketidak
senangan dan ketidak setujuan terhadap suatu hal yang kemudian menimbulkan ketimpangan
dan ketidaknyamanan kepada dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya. Konflik dapat
diselesaikan tergantung dengan bagaimana memanajemen konflik tersebut agar tidak
berkembang menjadi hal yang yang merugikan. Konflik yang terjadi antara kelompok
Masyarakat Suku Anak Dalam dengan pihak PT LAJ yang hingga sampai saat ini masih belum
mengetahui ujung konflik tersebut hingga penyelesaiannya masih belum menemui titik terang.
Adapun, telah beberapa kali terjadi bentrok dan masalahnya pun belum tuntas. Berdamai sudah
beberapa kali, namun setelah berdamai kerap saja masih terjadi keseturuan diantara kedua
belah pihak.
Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti membuat dekade agar konflik tersebut
diharapkan dapat selesai dengan kebijakan kompromi yang mana kompromi adalah jalan
tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik. Selain dari kompromi,
dekade yang lain adalah integrasi. Integrasi yaitu mendiskusikan, menelaah, dan
mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang
memaksa semua pihak. Oleh sebab itu, dengan adanya kedua kebijakan yang peneliti usulkan
diharapkan dapat membuat kedua belah pihak menerapkan agar keduanya tidak saling terjadi
bentrok kembali.
Peneliti mengakui, konflik yang terjadi diantara kelompok masyarakat Suku Anak
Dalam dengan pihak PT LAJ tersebut sangat berat untuk ditangani secara personal. Karena
pada dasarnya pihak PT LAJ sudah memiliki kewenangan atas haknya yang mana sah dalam
undang-undang untuk memiliki wilayah hutan adat yang telah disahkan oleh pemerintah
daerah. Selain daripada itu, untuk kelompok masyarakat Suku Anak Dalam sendiri telah
memperjuangkan haknya dengan jalan memblokade jalan yang biasa dilalui wilayah
3

Wawancara dengan Lukman, 5 Maret 2015

58

operasional PT LAJ. Namun, masih saja tidak menyelesaikan permasalahan yang ada. Bahkan,
menurut 4tokoh adat setempat pernah turun langsung Bapak Sukandar selaku Bupati Kabupaten
Tebo untuk mendamaikan kedua belah pihak.
Sebagai Bupati, tentunya bersifat netral dalam kebijakan yang diambil adalah
mendamaikannya. Namun, setelah Bapak Sukandar tersebut meninggalkan lokasi kejadian.
Terjadi konflik kembali hingga menimbulkan rumah kelompok bujang kabut dibakarnya.
Dengan segala keterbatasan yang ada, peneliti hanya bisa berharap agar konflik-konflik yang
terjadi hingga akhirnya dapat berdamai. Dan menjalani kehidupan seperti layaknya masyarakat
pada umumnya. Dalam artian kesejahteraan dan kemakmuran kelompok Suku Anak Dalam
dapat terpenuhi, dengan harapan memperoleh pendidikan dan perhatian dari pemerintah pusat
maupun daerah untuk membentuk kelompok Suku Anak Dalam yang jauh dari adanya konflik
dan intimidasi kembali.
3) Mengedepankan kemajuan pendidikan agar suku anak dalam tersebut dapat mengenyam
pendidikan yang memang pendidikan adalah hak setiap warga Negara
Sudah menjadi rahasia umum bila tak semua anak Indonesia dapat mengenyam
pendidikan. Apalagi bagi suku Anak Dalam (SAD). Lantas apa yang bisa dilakukan untuk suku
nomaden di Jalur Lintas Sumatra itu? Menurut Syafrizaldi selaku ketua tim Ekspedisi
SAD3805G7, perlu ada seseorang yang "gila" untuk pendidikan SAD. Perlu ada yang
menyuarakan kepada dunia, masih banyak bantuan yang bisa dilakukan. Syafrizaldi berharap,
SAD bisa mengenyam pendidikan seperti anak Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 pasal 5 ayat (3) tentang Hak Dan
Kewajiban Warga Negara,Orang Tua, Masyarakat, Dan Pemerintah bahwa Warga negara di
daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus. Selanjutnya Pendidikan layanan khusus yang termaksud adalah
disebutkan dalam pasal 26 ayat (2) tentang pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Hal ini berkaitan dengan peran dari pendidikan
nonformal yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.
Seharusnya pembukaan lahan atau wilayah hutan adat milik kelompok SAD
memberikan dampak positif yang mana adanya kontribusi PT LAJ dan PT WKS terhadap
kemajuan pendidikan dengan memberikan selayaknya hak dari perolehan atas pajak yang
mereka dapatkan yaitu dengan mendirikan sekolah. Hal ini dapat belajar dari kemajuan di
Taman Nasional Bukit Duabelas yang terdapat di Kabupaten Sarolangun. Dimana masyarakat
Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas tersebut mendapatkan feedback dari
pihak PT setempat untuk memperoleh pendidikan. Sehingga, tidak ada perbedaan suku, ras,
agama untuk memperoleh pendidikan.
Lain halnya dengan pendidikan yang diperoleh oleh Suku Anak Dalam di Taman
Nasional Bukit Tigapuluh yang kerap mendapat perlakuan intimidasi dari pihak-pihak yang
menganggap bahwa pendidikan untuk Suku Anak Dalam tidak layak untuk diberikan. Dengan
4

Wawancara dengan Tumenggung Bujang Kabut, 5 Mei 2016

69

berbagai perlakuan intimidasi seperti mengancam, memberikan pemahaman yang tidak benar
terhadap pendidikan, dan lain sebagainya. Dari pandangan yang dilakukan selama ini, bahwa
pendidikan bagi Suku Anak Dalam di Area Wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh sekitar
desa Pemayungan sudah ada Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar CTA yang di bangun oleh
warga sekitar desa Pemayungan. Dengan siswa-siswanya ada yang berasal dari Suku Anak
Dalam dan warga desa Pemayungan sendiri.
Namun, karena daerah tersebut adalah daerah yang kerap di landa konflik bentrok.
Anak-Anak yang khususnya Suku Anak Dalam sendiri terhambat kemajuan pendidikan yang
selayaknya mereka peroleh. Apabila terjadi konflik, anak-anak tersebut merasa jiwa
psikologisnya terganggu sehingga ikut orangtua mereka lari ke hutan untuk mendapat
perlindungan. Kemudian, enggan untuk kembali bersekolah. Oleh sebab itu, dengan
pendekatan-pendekatan konservasi gradual yang peneliti terapkan di wilayah Taman Nasional
Bukit Tigapuluh untuk Suku Anak Dalam agar mendapatkan angin segar kembali mengenyam
pendidikan bagi mereka. Hal ini dilakukan agar tidak ada intervensi yang dapat memberikan
beban tambahan bagi mereka. Sebab, perubahan yang dilakukan secara radikal dan cepat atau
besar-besaran membawa dampak negatif yang menyebabkan mereka merasa di intervensi, dan
pada akhirnya menyebabkan mereka bersikap resisten terhadap segala bentuk perubahan dan
sentuhan kehidupan luar.
Dari hasil penelitian, perlu proses dan membutuhkan waktu relatif lama untuk
mensosialisialisasikan pendidikan bagi Suku Anak Dalam tersebut, karena keterbatasan dan
kurangnya pemahaman bahasa yang menghambat hal ini membutuhkan waktu yang tidak
sebentar. Bahasa yang digunakan oleh Suku Anak Dalam adalah bahasa Melayu asli Jambi.
Selanjutnya, Kehidupan sosial Suku Anak Dalam terbagi manjadi dua yaitu, masyarakat yang
sudah dipengaruhi oleh masyarakat pendatang atau sudah mengalami akulturasi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi), dan masyarakat yang masih mempertahankan
lingkungan dan kebudayaan asli mereka. Artinya Suku Anak Dalam masih suka berpindahpindah, kebiasaan ini mereka sebut dengan istilah melangun.
Selanjutnya, disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2005 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom khususnya pada
pasal 3 yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan di daerah terutama pasal 3(a)
bahwa penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat
minoritas, terbelakang, dan atau tidak mampu sebagai tanggung jawab daerah. Pemerintah
daerah memahami situasi wilayahnya untuk menentukan kebijakan pendidikan terutama
pemerataan pendidikan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan demikian, untuk mampu menangani masalah pendidikan khususnya didaerah
terpencil. Salah satu permasalahan pendidikan didaerah terpencil ini terjadi pada Anak anak
SAD yang pada umumnya tidak mengetahui dan merasakan pendidikan sedikit pun. Untuk itu
perlu adanya pengembangan didaerah SAD baik berupa penempatan Mahasiswa KKN maupun
Mahasiswa Pengabdian dalam usaha untuk meningkatkan pendidikan Anak Anak SAD
tersebut. Selain itu, juga perlu adanya pemangku kepentingan yang bertujuan untuk
memberikan kesadaran dan mengontrol hak memperoleh pendidikan bagi SAD. Dari hal
tersebut sehingga dapat menjadi penghubung interaksi antara SAD dengan Pemerintah. Akan
tetapi, usaha demikian tidaklah cukup untuk menjadikan Indonesia maju kedepannya jika tidak

7
10

diimplementasikan dan tidak adanya hubungan baik. Untuk itu perlu adanya implementasi dan
dukungan penuh dari pemerintah.
4.4 PERMASALAHAN DAN PENYELESAIANNYA
4.4.1 Permasalahan Khusus
a. Budaya Curiga Suku Anak Dalam
Umumnya Komunitas Adat Terpencil Suku Anak Dalam, terutama yang masih
tradisional atau melangun belum mengenal baca tulis pengetahuan (buta aksara/iliterasi)
terhadap dunia di luar komunitas sangatlah terbatas. Namun, mereka memiliki daya ingat yang
cukup baik. Informasi dan pembaharuan yang datang dari luar sangat sulit untuk mereka terima.
Lamban dan sulitnya perubahan mereka terima tidak lepas dari budaya curiga yang selama ini
mereka anut.
Faktor kecurigaan mereka terhadap masyarakat luar sangat tinggi. Mereka hanya mau
percaya pada orang yang sudah mereka kenal dan mereka menyakini tidak akan membohongi
mereka. Bagi mereka sebuah janji harus ditepati, jika ingkar janji sulit bagi mereka untuk
mempercayai untuk selanjutnya. Bila mereka merasa dibohongi tanpa alasan yang jelas dan
dapat diterima oleh akal sehatnya, maka untuk selamanya mereka tidak akan mempercayai
orang tersebut. Hal seperti ini akan meyulitkan pendekatan untuk pemberdayaan.
Mereka akan menerima orang diluar lingkungannya, jika mereka yakin tidak akan
dibohongi. Kecurigaan akan hilang manakala jika kehadiran orang lain di lingkungan mereka
tidak akan mencelakai mereka. Jika sikap timbul maka mereka dengan perlahan lahan akan
menerima orang lain. Apalagi jika bagian dari kelompok sudah membuktikan manfaatnya.
Selain sifat curiga, mereka juga memiliki tabiat pantangan diberi sesuatu oleh seorang. Bila
salah satu dari mereka diberikan sesuatu maka yang lain harus diberikan.
Oleh sebab itu, peneliti mengkhususkan pendekatan-pendekatan dan menyakinkan agar
masyarakat Suku Anak Dalam yang terdapat di desa Pemayungan kawasan TNBT senang dan
mau menerima kedatangan yang nantinya dapat memberikan manfaat dan kontribusi terhadap
permasalahan yang ada.
b. Konflik dengan warga desa dan PT
Salah satu Pihak PT yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang
beralokasikan hutan adat Desa Pemayungan Kecamatan Sumay Kab. Tebo yang mengklaim
bahwasanya mereka memiliki tanah yang diduduki oleh SAD yang terdapat di area kawasan
Taman Nasional Bukit Tigapuluh tersebut. Juga salah satu pihak luar ada yang membakar
rumah tumenggung Bujang Kabut atas kejadian bentrok beberapa waktu silam. Setelah
dilakukan wawancara, dimana tim peneliti bersifat netral yang tidak memihak pihak PT atau
pihak SAD untuk mendapatkan pemahaman diantara kedua belah pihak sehingga masih terjadi
konflik yang masih berkepanjangan.
c. Lokasi atau Tempat penelitian
Tempat Penelitian merupakan objek dan sumber data dari tempat yang diteliti sehingga
informasi yang diperoleh bisa memberikan data yang akurat dan kebenarannya dalam
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menentukan tempat yaitu desa Pemayungan Kec.
Sumay Kab. Tebo di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). Yang harus
menempuh waktu sekitar 3 jam dari Kotamadya Rimbo Bujang dengan jalan yang ditempuh
adalah tanah yang apabila hujan maka tidak bisa dilewati dan apabila banjir maka ponton atau

8
11

perahu rakit yang akan membawa ke tempat tujuan dapat terhambat. Dalam hal ini peneliti,
mencari celah agar melihat situasi dan kondisi untuk menuju tempat penilitan agar tidak
terjebak di jalan yang notabenenya jika hujan maka timbul becek dan jika banjir, sungai tidak
bisa dijadikan penyebrangan.
4.4.2 Permasalahan Umum
a. Administratif
Permasalahan yang timbul dari aspek administrative adalah permasalahan izin perkuliahan
(dispensasi) peneliti untuk mengambil dan mengolah data, sehingga peneliti harus
mengorbankan beberapa jam mata kuliah demi tercapainya tujuan penelitian ini.
b. Teknis
Permasalahan teknis yang terjadi adalah terbentur nya tugas peneliti yang juga memiliki
tugas sebagai seorang mahasiswa yang terikat oleh peraturan perkuliahan , untuk
mengantisipasi hal tersebut, peneliti menggunakan beberapa tenaga diluar tim peneliti,
yaitu beberapa orang numerator untuk mendapatkan data primer dilapangan.
c. Keuangan
Permasalahan yang timbul dari aspek keuangan adalah lamanya pencairan dana penelitian,
sehingga penelitian sedikit terlambat, dan solusinya adalah menggunakan dana tabungan
pribadi, dan dana pinjaman dari beberapa teman.
BAB 5 POTENSI YANG DICAPAI &
PERENCANAAN TAHAP BERIKUTNYA
Penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi merupakan salah satu cara terpenting
untuk dapat menjamin agar sumberdaya alam dapat dilestarikan sehingga dapat lebih
memenuhi kebutuhan umat manusia sekarang dan masa mendatang (Mackinnon, dkk., 1990).
Menurut Alfi Rinaldi, melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Suku Anak Dalam, memiliki nilai
strategis dalam mendorong percepatan otonomi daerah, karena bagaimanapun geliat globalisasi
merupakan fenomena yang tidak bisa terbendung. Untuk mencapai tujuan tersebut, selain
disiasati secara kritis dengan mengambil inisiatif dalam mematahkan berbagai problem yang
membelenggu komunitas masyarakat adat.
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh sekitaran desa Pemayungan memiliki peran dan
fungsi yang besar dalam kehidupan masyarakat setempat. Kegiatan ekonomi masyarakat
bertumpu pada hasil kebun khususnya karet. Selain karet komoditas lainnya adalah jernang,
buah-buahan (durian dan duku), dan getah meranti.
Selain itu, kegiatan lainnya untuk masyarakat Suku Anak Dalam adalah menanam
tanaman nilam untuk menghasilkan minyak kemudian dijual ke tengkulak. Kegiatan yang
lainnya mencari getah meranti kemudian dijualnya yang mana untuk harganya sebesar Rp.
12.000,00/kg. Kegiatan produksi minyak nilam yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan
masyarakat Suku Anak Dalam dapat menghasilkan potensi yang luar biasa untuk pertumbuhan
ekonomi di desa Pemayungan. Cara pemanfaatannya yang masih tergolong tradisional
sehingga waktu yang dibutuhkan lama. Untuk keunggulan minyak nilam itu sendiri dapat
memberikan bahan pengganti minyak wangi-wangian atau parfum yang biasa kita gunakan
sehari-hari.
Dengan pemanfaatan minyak nilam tersebut, agar nantinya diharapkan dapat
memberikan keuntungan simbiosis mutualisme yang berpengaruh terhadap kedamaian kedua

9
12

belah pihak agar tidak terjadi konflik bentrok kembali. Dalam hal ini, minyak nilam yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Anak Dalam tersebut dapat memberikan suatu solusi.
Artinya dengan menjualnya kepada pihak eksternal tersebut berperan keadaan perdamaian.
Dengan harapan tersebut, kerjasama diantara kedua belah pihak melalui pemanfaatan minyak
nilam dalam memberikan keuntungan yang sesuai kesepakatan dan tidak adanya tindakan
intimidasi kembali terhadap masyarakat Suku Anak Dalam tersebut.
Potensi pengembangan usaha yang secara sederhana tersebut berdampak pada
kemajuan pertumbuhan ekonomi di desa Pemayungan, meskipun permaslahan yang terjadi
diantara kedua belah pihak diperlukan upaya penyelesaian konflik tenurial di desa meskipun
upaya ini membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya dan melibatkan
banyak pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Ed. Revisa. Jakarta: PT Rineka Cipta.
_____ Bahan sosiasisasi Program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Jakarta:
Ditpembkat, Dirjend. Pemsos, Depsos RI.
Anonim, http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kubu_dan_Akulturasi (Diakses tanggal 17 Mei
2016, Pukul 08.00 WIB)
Cindo. Morena. 2010. Bilingual Suku Anak Dalam. Jilid/Vol. 2. Jakarta: CV. Ghina Walafafa
Handayani, Linda.2009. Pembinaan Suku Anak Dalam (SAD) dalam Memodifikasi dan
Mengkreasikan Kerajinan Tangan Anyam-anyaman Khas Suku Anak Dalam di Desa
Senami Kecamatan Jebak Kelurahan Sridadi Kabupaten Batanghari. Jambi:
Universitas Jambi
Jauhari, Budhi Vrihaspathi & Arislan Said. 2012. Jejak Peradaban Suku Anak Dalam:
Perjalanan Upaya Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat Pedalaman
Jambi.Dinas Pariwisata&Kebudayaan, Jambi
Kurniawan, Iwan. 2012. AgroEkosistem Desa Pemayungan. Frankfurt Zoological Society
FZS JAMBI
Martadireja, Sonde. 2011. Kehidupan Keseharian Suku Anak Dalam di Jambi dalam Media
Komik. Karya Akhir: UNP, Fakultas Bahasa dan Seni
Novitasari, Resti. Dkk. 2015. Home Revolution Mata Elang Solusi Cerdas Peduli Pendidikan
Berbasis Sociopreneur melalui Pembinaan Anak-anak di SD Kelas Jauh Desa Bungku
RT 21Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. PHBD: BEM Universitas Jambi
Republika.co.id.
Pendidikan
untuk
Suku
Anak
Dalam.
From
http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/15/04/27/nnge4930pendidikanuntuk-suku-anak-dalam. (Diakses pada tanggal 27 September 2015, pukul 14.00 WIB)
Tumanggor, Jambang, dkk. 2015. Persepsi Orang Rimba Terhadap Pendidikan Formal di
Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). Laporan Akhir: PKM-P,
Universitas Jambi
Yulaswati, Vivi, dkk. 2013. Masyarakat Adat di Indonesia: Menuju Perlindungan Sosial yang
Inklusif. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Tahun 2013.

10
13

Lampiran I. Justifikasi Anggaran Penelitian


1. Peralatan Penunjang
Material
Justifikasi Pemakaian
Flasdisk

Buku Pelajaran
Pensil,Penghapus,
Peruncing Pensil
Papan Alas

Untuk
menyimpan
data
penelitian laporan & dana
administrasi
Donasi ke Suku Anak Dalam
Donasi ke Suku Anak Dalam

Untuk alat tulis ketika


dilapangan
Staples+Isi Staples Untuk menggabungkan setiap
kertas
Modem + Kuota
Untuk mencari data referensi
Baterai/Powerbank Untuk kegiatan selama
penelitian di lapangan
Penjepit Kertas
Untuk pembatas kertas
Papan Tulis
Untuk membantu
pembelajaran Suku Anak
Dalam di hutan
Sewa Kamera
Untuk pengambilan
Digital
dokumentasi di lapangan
Subtotal
2. Biaya Habis Pakai
Material

Konsumsi ketika
survey

Sembako

Konsumsi
penelitian pertama

Kertas A4 70 gsm

Justifikasi Pemakaian

Makanan
berlangsungnya
penelitian

Kuantitas
(Jumlah)
4

Harga
(Rp/set)
100000

Jumlah
(Rp)
400000

4 lusin
5 lusin

18500
15000

74000
75000

4500

18000

15000

15000

1
2

350000
250000

500000
500000

1 kotak
3

13700
100000

13700
300000

5 kali

50000

250000
1785700

Kuantitas
(Jumlah)

untuk 8 bungkus
kegiatan + minuman
(selama 2
hari)
Pemberian ke suku anak
dalam, guna memperlancar
kegiatan penelitian
Makanan peneliti selama
32
penelitian berlangsung
bungskus
(selama 4
hari)
Untuk laporan, administrasi,
4 Rim
dan proses berlangsungnya
penelitian

Harga
(Rp/set)

Jumlah
(Rp)

19000

152000

400000

19000

608000

37000

148000

14
11

Tinta printer

Print bahan penelitian dan


laporan

Pena, Pensil 2B

Menulis penelitian

Jilid dan Fotokopi

Untuk laporan, proposal dan


keperluan selama penelitian

Obat-obatan

Untuk kebutuhan peneliti

Map

Untuk penyimpanan berkasberkas penelitian


Untuk pengesahan
Untuk proses berlangsungnya
kegiatan
Subtotal

Materai
+Pulsa/Voucer

3. Perjalanan
Material

Justifikasi Pemakaian

Ongkos
Perjalanan menuju lokasi
Kendaraan ke
penelitian
Desa Pemayunga
Sepeda Motor,
Perahu
Rakit/ponton
Ongkos tambal
ban karena ban
sepeda motor
bocor
Ongkos kerusakan
sepeda motor

Perjalanan menuju lokasi


penelitian

Perjalanan menuju lokasi


penelitian
Subtotal

4 botol
(warna dan
hitam)
2
kotak/masi
ng-masing
5 jilidan,
600
eksamplar
-

37000

148000

45000

90000

3000,
150

105000

79050

79050

2000

10000

5
4 orang

7000
100000

35000
400000
2175050

Kuantitas
(Jumlah)

Harga
(Rp/set)

Jumlah
(Rp)

2 orang
(Pulang
Pergi
Selama
Penelitian)
selama 2-4
hari
1 sepeda
motor

170000

2720000

50000

50000

1 sepeda
motor

35000

35000
2805000

12
15

4.Dana lain-lain
Material
Pembayaran
Guide

Ongkos urut
setelah pulang
dari penelitian

Souvenir
selama
berlangsungnya
penelitian

Justifikasi
Pemakaian
Memandu
jalannya
penelitian
Memandu
jalannya
penelitan 1-4
Pulang
perjalanan
peneliti selama
kegiatan
penelitian
Kegiatan selam
berlangsungnya
penelitian

Kuantitas
(Jumlah)
2 orang selama
2 hari

Harga
(Rp/set)
100000

Jumlah
(Rp)
400000

1 orang selama
4 hari

100000

400000

2 orang

50000

100000

1 paket

500000

500000

Subtotal
Total Keseluruah (1+2+3)
Terbilang

900000
7665750

Tujuh juta enam ratus enam puluh lima ribu tujuh ratus lima
puluh rupiah

16
13

Lampiran 2. Foto atau Dokumentasi selama berlangsungnya proses penelitian

Foto bersama bujang kabut, anak-anak tumenggung bujang kabut dan anak-anak korban konflik SAD di
kawasan area Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Foto mobil yang telah dibakar yang berada di tengah jalan dan sisa-sisa gabah padi pasca terjadinya konflik

Lokasi jalan menuju tempat penelitian, Desa Pemayung Kec. Sumay, Kab. Tebo

Potensi Minyak Nilam di kawasan sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh wilayah desa Pemayungan, dimulai dari
pembibitanpemanenanpengeringanpenyulingan dan menjadi minyak murni nilam sebelum akhirnya dicampurkan
dengan minyak wangi untuk dijadikan parfum dan bahan lainnya
14
17

Foto-foto kegiatan lainnya selama diskusi dan pengajaran ke suku anak dalam

15
18

Anda mungkin juga menyukai