Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

Ajang Usman (171320200501)


Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Sosial
Program Magister Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran Bandung

A. Latar Belakang
Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disebut PKH adalah program pemberian
bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang terdata pada Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang selanjutnya ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat
PKH melalui proses verifikasi dan validasi oleh Pendamping PKH.
Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 Pemerintah
Indonesia telah melaksanakan PKH. Program Perlindungan Sosial yang juga dikenal di dunia
internasional dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) ini terbukti cukup berhasil
dalam menanggulangi kemiskinan yang dihadapi di negara-negara tersebut, terutama masalah
kemiskinan kronis.
PKH sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat telah membuka akses keluarga
miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan
(faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di sekitar mereka. Manfaat
PKH juga mulai didorong untuk mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan
mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita
Presiden RI.1
Melalui PKH, KPM (Keluarga Penerima Manfaat) didorong untuk memiliki akses dan
memanfaatkan  pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan,
dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya
yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi
episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan
berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.2
Penulis tertarik untuk menganalisis Program Keluarga Harapan karena selain penulis
bertugas sebagai pendamping program tersebut juga karena PKH merupakan salah satu
program bantuan sosial unggulan pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan dan
sudah terbukti mampu mengurangi tingkat kemiskinan di tanah air.

B. Deskripsi Kebijakan Program Keluarga Harapan (Sesuai Chamber chapter 2)


1
Kementerian Sosial RI, Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Hrapan Tahun 2021-2024
2
https://pkh.kemensos.go.id/?pg=tentangpkh-1
Tujuan Program Keluarga Harapan
1. Tujuan Jangka Pendek
a. Meningkatkan taraf hidup KPM melalui akses layanan pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan sosial,
b. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin
dan rentan miskin,
c. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada KPM
2. Tujuan Jangka Panjang
a. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian KPM dalam mengakses layanan
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial
b. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.
Manfaat dan layanan yang diterima oleh KPM PKH antara lain sebagai berikut:
1. Menerima bantuan uang tunai,
2. Menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di Puskesmas, Posyandu, Polindes
sesuai ketentuan yang berlaku,
3. Menerima pelayanan pendidikan (anak usia wajib belajar Pendidikan Dasar 12 tahun)
sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Mengikuti Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2).
Meskipun tidak ada aturan khusus yang mengatur KPM PKH dalam membelanjakan
bantuan uang tunai yang diterimanya, akan tetapi pada umumnya terjadi diskriminasi positif
yang dilakukan pendamping PKH kepada KPM agar mengutamakan penggunaan dana
bantuannya pada kepentingan pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan penanggulangan kemiskinan melalui PKH merupakan inovasi dari program
bantuan sebelumnya yang dinilai kurang berhasil untuk mengubah pola pikir masyarakat agar
lebih maju. Kebijakan PKH juga bisa dikatakan memenuhi kriteria kecukupan apabila dengan
adanya PKH tidak akan ada lagi masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan anaknya atau
anak putus sekolah karena kurangnya biaya pendidikan. Kemudian kebijakan PKH juga bisa
dikatakan telah memenuhi kriteria kecukupan apabila dengan adanya bantuan PKH dapat
meringankan beban pengeluaran masyarakat, terutama untuk biaya pendidikan.
Direktur Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial (Kemensos) Rachmat Koesnadi,
mengungkapkan, ada dua syarat penerima bansos PKH. Kedua syarat itu adalah penerima
terdaftar di data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dan memenuhi komponen persyaratan
sebagai peserta PKH. Berikut ini merupakan rincian BLT PKH berdasarkan dua komponen
tersebut3:
3
https://indonesia.go.id/kategori/keuangan/2320/program-keluarga-harapan-pkh-2021-berikut-syarat-dan-
ketentuan-penerimanya
 Komponen kesehatan:
- Ibu hamil/nifas, berhak mendapatkan bantuan Rp. 3 juta per tahun;
- Anak usia dini, berhak mendapatkan bantuan Rp. 3 juta per tahun.
 Komponen pendidikan:
- Anak SD/sederajat, berhak mendapatkan bantuan Rp. 900.000 per tahun;
- Anak SMP/sederajat, berhak mendapatkan bantuan Rp. 1,5 juta per tahun;
- Anak SMA/sederajat, berhak mendapatkan bantuan Rp. 2 juta per tahun.
- Kategori disabilitas berat dan lansia juga berhak mendapatkan bantuan masing-masing
Rp. 2,4 juta per tahun.
Meski demikian, Kemensos membatasi bantuan PKH jika dalam suatu keluarga terdapat ibu
hamil, pelajar, lansia, atau disabilitas. Penghitungan bantuan sosial PKH dibatasi maksimal
empat orang dalam satu keluarga. Pembatasan penghitungan ini tercantum dalam Surat
Keputusan Direktur Jaminan Sosial Keluarga tentang Indeks Bantuan Sosial. Berikut rincian
besaran bantuannya:
- Ibu hamil/nifas dibatasi maksimal kehamilan kedua di dalam keluarga PKH;
- Anak usia dini sebanyak-banyaknya dua anak di dalam keluarga PKH
- Anak usia sekolah SD/sederajat sebanyak-banyaknya 1 anak dalam keluarga PKH;
- Anak usia sekolah SMP/sederajat sebanyak-banyaknya 1 anak di dalam keluarga PKH;
- Anak usia sekolah SMA/sederajat sebanyak-banyaknya 1 anak di dalam keluarga PKH;
- Lanjut usia dengan usia 70 tahun atau lebih dari 70 tahun sebanyak-    banyaknya 1
orang di dalam keluarga PKH;
- Penyandang disabilitas berat sebanyak-banyaknya 1 orang di dalam keluarga PKH.
- Apabila dalam suatu keluarga ada banyak anak dengan kategori usia yang berbeda-beda,
yang didahulukan adalah anak usia dini.
Adapun sumber pendanaan PKH diambil dari APBN RI, dalam hal ini Kementerian
Sosial sebagai Kementerian teknis yang memiliki kewenangan dalam pelaksanaan program
bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan, dapat melakukan identifikasi terhadap
program-program strategis peningkatan kesejahteraan sosial yang belum terdanai secara
maksimal.

C. Analisis Nilai Pada Kebijakan Program Keluarga Harapan


1) Nilai-nilai yang dominan dan terpinggirkan dari Program Keluarga Harapan
Nilai-nilai yang dominan dari Program Keluarga Harapan antara lain;
- Equity
Adil dimaknai seimbang, tidak berpihak, dan memberikan hak kepada orang
yang berhak menerimanya tanpa sedikitpun dikurangi, dan menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya. Ini menunjukkan bahwa konsep keadilan lebih kepada
penyesuaian porsi yang diterima berdasarkan aturan yang berlaku. Sudah barang
tentu Pemerintah dalam membuat kebijakan dituntut untuk menemukan konsep
keadilan untuk kepentingan bersama, dan pengadilan dalam memutuskan
dituntut untuk menemukan keadilan dalam penerapan hukum.
Program keluarga Harapan sebagai salah satu kebijakan pemerintah dengan
memberikan bantuan tunai yang disertai persyaratan bagipara penerima
manfaatnya telah berhasil menjaga nilai keadilan dalam pelaksanaan program
tersebut. Dengan ditetapkannya syarat bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM),
menjadikan mereka sadar dan faham bahwa perbedaan jumlah nominal yang
diterimanya semata karena berdasar jumlah komponen yang dimilikinya
sehingga semua KPM merasa terpuaskan dan tidak iri terhadap KPM yang
mendapat jumlah bantuan yang lebih besar.
- Welfare
Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan tujuan utama dari
Program Keluarga Harapan itu sendiri yakni mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan, nilai kesejahteraan pada program bantuan ini menjadi poin yang
paling diutamakan. KPM PKH secara otomatis meningkat daya kemampuan
konsumsinya sebagai indikasi adanya peningkatan kesejahteraannya. Selain itu,
melalui kepesertaannya dalam PKH, KPM mendapatkan kemudahan dalam
mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan. Sudah barang tentu kemudahan
dalam mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan pun merupakan salah satu
indicator ketercapaian nilai kesejahteraan masyarakat.

- Liberty
Kebebasan secara umum dimasukan dalam konsep dari filosofi politik dan
mengenali kondisi di mana individu memiliki kemampuan untuk bertindak
sesuai dengan keinginannya.4
Dalam Program Keluarga Harapan, KPM PKH diberi kebebasan dalam
menggunakan bantuan yang diterimanya tanpa ada aturan yang mengikat kepada
KPM terkait penggunaan bantuan. Akan tetapi pada prakteknya sering kali
terjadi pengarahan dari pendamping PKH kepada KPM PKH melalui pertemuan
kelompok atau P2K2 agar lebih mengutamakan menggunakan dana bantuan
PKH tersebut untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan.
- Security
Mulai tahun 2017, penyaluran dana bantuan Progran Keluarga Harapan beralih
dari yang semula melalui PT POS ke Himbara (Himpunan Bank Negara) dengan
menggunakan KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) elektronik yang berfungsi seperti
kartu ATM. Tentu saja mekanisme penyaluran melalui Himbara dinilai lebih
memberikan rasa aman bagi KPM PKH. Sebelumnya KPM harus antri ketika
jadwal pencairan PKH melalui PT POS dengan membawa persyaratan dan tidak
bisa diwakilkan untuk menerima bantuan dalam bentuk uang cash, sementara
sekarang KPM bisa kapan saja mengambil melalui mesin ATM atau Agen Bank
setelah menerima informasi pencairan dari pendamping. Selain itu, bagi KPM
lansia dan penyandang disabilitas bisa dibantu oleh keluarganya dalam
mencairkan bantuan tanpa harus mempersiapkan persyaratan administrasi, surat
kuasa dan sebagainya sehingga menjadi lebih mudah.
Nilai yang terpinggirkan dari Program Keluarga Harapan adalah nilai Efficiency.
Kriteria efisiensi merupakan penilaian berdasarkan seberapa besar penggunaan
sumber daya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain, semakin
sedikit sumber daya yang digunakan, maka semakin efisien pelaksanaan suatu
kebijakan.
Pada pelaksanaan PKH, sumber daya yang diperlukan yaitu sumber daya manusia,
sumber daya waktu dan sumber daya fasilitas.
a. Sumber Daya Manusia
Hasil evaluasi pada kriteria efisiensi sumber daya manusia yang digunakan dalam
pelaksanaan PKH dinilai belum mencukupi karena berdasarkan buku Petunjuk
Pelaksanaan Sumber Daya Manusia Program Keluarga Harapan telah ditetapkan

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan
rasio pendamping sosial dengan jumlah dampingannya berdasarkan kriteria
wilayah5, antara lain:
Kategori dan Kriteria Rasio
No Dampingan/
Kategori Kriteria
Pendamping
Kecamatan dengan kondisi topografi
sebagian besar atau seluruhnya mudah
dijangkau dengan menggunakan
1 Mudah kendaraan roda dua atau roda empat, 251 s/d 350
dan jarak antar calon KPM PKH
sebagian besar atau seluruhnya
berdekatan
Kecamatan dengan kondisi topografi
sebagian besar atau seluruhnya sulit
dijangkau dengan menggunakan
2 Sulit 176 s/d 250
kendaraan roda dua atau roda empat,
dan jarak antar calon KPM PKH
sebagian berjauhan
Kecamatan dengan kondisi topografi
sebagian besar sangat sulit dijangkau
dengan menggunakan kendaraan roda
3 Sangat Sulit 150 s/d 175
dua atau roda empat, dan jarak antar
calon KPM PKH sebagian besar atau
seluruhnya berjauhan
Kecamatan dengan kondisi topografi
seluruhnya sangat sulit dijangkau
dengan menggunakan kendaraan roda
4 Remote dua atau roda empat, atau hanya dapat 75 s/d 149
dijangkau dengan menggunakan alat
transportasi khusus, serta jarak antar
calon KPM PKH berjauhan

Pada kenyataannya hampir di seluruh wilayah Indonesia banyak pendamping


yang jumlah dampingannya melebihi batas maksimal jumlah dampingan yang
seharusnya, ini berarti bahwa jumlah SDM PKH masih belum memenuhi.
b. Sumber Daya Waktu.
Kegiatan P2K2 merupakan kegiatan rutin setiap bulan minimal sekali pertemuan.
Akan tetapi pada kenyataannya masih ditemukan banyaj KPM yang tidak hadir
pada kegiatan tersebut apa lagi pada masa pandemi covid 19 dimana pelaksanaan
P2K2 harus diselenggarakan secara daring sementara mayoritas KPM tidak
memiliki HP yang menunjang atau berada di daerah yang rawan signal.
c. Sumber Daya Fasilitas
Pada kriteria efisiensi yang terakhir yaitu efisiensi dalam penggunaan sumber
daya fasilitas. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pada pelaksanaan

5
Kementerian Sosial RI, Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan SDM PKH, 2019
PKH juga terdapat kegiatan P2K2. Kegiatan tersebut berisi materi-materi yang
mana sebagian besar fasilitasnya disediakan oleh pusat. Fasilitas tersebut terdiri
dari flipchart, buku materi dan CD yang berisi video tentang materi. Semua
fasilitas tersebut sudah cukup efisien untuk menyampaikan materi-materi dalam
modul P2K2. Sedangkan fasilitas penunjang seperti laptop merupakan fasilitas
yang disediakan sendiri oleh pendamping. Fasilitas tersebut terkadang mengalami
kendala, sehingga terkadang penyampaian materi hanya membaca-mendengarkan
yang terkesan membosankan dan membuat penyampaian materi menjadi kurang
efisien.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi
pelaksanaan PKH belum memenuhi standar baik Sumber Daya Manusia, sumber
daya waktu dan fasilitas dinilai kurang efisien, sehingga berakibat kurang
maksimalnya pelaksanaan PKH, khususnya dalam kegiatan P2K2. Padahal
kegiatan P2K2 penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar
tercipta perubahan perilaku sosial, ekonomi dan tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya pendidikan dan kesehatan.
2) Kelompok masyarakat yang mendukung/kontra terhadap nilai tersebut
Sejauh ini hampir tidak ditemukan kelompok masyarakat yang kontra terhadap
Program Keluarga Harapan (PKH). Sekalipun ditemukan kelompok yang menentang,
bukan kepada programnya melainkan pada sisi kekurangan dalam pelaksanaanya
misalnya terhadap exclusion dan inclusion error Keluarga Penerima Manfaat PKH.
Tentu saja jika di suatu daerah ditemukan masyarakat yang seharusnya menerima
tetapi tidak menerima sementara dipihak lain ada KPM yang sudah dianggap tidak
memenuhi kriteria tetapi masih menerima, akan menimbulkan gelombang protes dari
mayoritas warga masyarakat.

D. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan
PKH sebagai salah satu program pemerintah yang berpihak pada masyarakat miskin,
diharapkan mampu meningkatkan Kesejahteraan bahkan mengentaskan permasalahan
kemiskinan. PKH dinilai cukup efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan sejak
program tersebut digulirkan pada tahun 2007 sehingga PKH menjadi salah satu
program unggulan pemerintah.
Sebagai produk kebijakan manusia, PKH bukanlah program yang sempurna meskipun
secara design program sangat baik (tidak hanya memberikan layanan bantuan berupa
uang melainkan ada bentuk pembinaan kepada KPM melalui P2K2), akan tetapi masih
membutuhkan pembenahan di berbagai skctor agar lebih terasa manfaatnya secara adil
bagi seluruh rakyat Indonesia dan menjadi solusi terbaik terhadap masalah kemiskinan
di negeri ini. Untuk itu, perlu ditingkatkan nilai equity, liberty dan security serta
pembenahan dalam implementasi program untuk mencapai standar efficiency bantuan
sosial bagi KPM.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisa kebijakan Program Keluarga Harapan, penulis
merekomendasikan beberapa hal demi lebih baiknya pelaksanaan program tersebut
kedepan, antara lain:
1) Sejatinya nama sebuah program mencerminkan tujuan utama dari program
tersebut, maka Program Keluarga Harapan (PKH) yang sudah cukup lama
digulirkan perlu dikaji ulang untuk dilakukan revisi agar lebih menggambarkan
target dan tujuan dari program itu sendiri;
2) Pemutakhiran basis data dilakukan secara kontinyu untuk meminimalisir inclusion
dan exclusion error;
3) Perlu melibatkan pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pengurus desa setempat
dalam pembinaan KPM melalui P2K2;
4) Peningkatan kapabilitas pendamping PKH melalui diklat berjenjang;
5) PKH perlu membantu keluarga narapidana dan mantan napi, lebih menyasar
daerah-daerah asal TKI-TKW dan daerah-daerah asal Pekerja Seks Komersial;
6) Monitoring dan evalusi pelaksanaan program agar lebih ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai