Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan

di bidang perlindungan sosial, Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 akan melaksanakan

Program Keluarga Harapan (PKH). Program serupa di negara lain dikenal dengan istilah

Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program ini bukan dimaksudkan

sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka

membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan

penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem

perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Berdasarkan pengalaman negara-negara lain,

program serupa sangat bermanfaat terutama bagi keluarga dengan kemiskinan kronis.

Pelaksanaan PKH di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk termiskin, bagian

masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. Pelaksanaan PKH

secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian Tujuan

Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals atau MDGs). Setidaknya terdapat 5

komponen MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu oleh PKH, yaitu pengurangan

penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka

kematian bayi dan balita, dan pengurangan kematian ibu melahirkan.

Dalam PKH, bantuan akan diberikan kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) dan

sebagai imbalannya RTSM tersebut diwajibkan untuk menyekolahkan anaknya, melakukan


2

pemeriksaan kesehatan termasuk pemeriksaan gizi dan imunisasi balita, serta memeriksakan

kandungan bagi ibu hamil. Untuk jangka pendek, bantuan ini akan membantu mengurangi beban

pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang diharapkan akan memutus rantai

kemiskinan antar generasi.

Tingkat kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan

dan kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga tersebut

tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, untuk tingkat minimal sekalipun.

Pemeliharaan kesehatan ibu sedang mengandung pada keluarga sangat miskin sering tidak

memadai sehingga menyebabkan buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan atau bahkan

kematian bayi. Angka kematian bayi pada kelompok penduduk berpendapatan terendah pada

tahun 2003 adalah 61 persen, sedangkan pada kelompok berpendapatan tertinggi tinggal 17

persen (SDKI 2003). Angka kematian ibu di Indonesia juga tinggi, yaitu sekitar 310 wanita per

100 ribu kelahiran hidup, atau tertinggi di Asia Tenggara. Tingginya angka kematian ibu ini

disebabkan oleh tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang

tidak tersedia pada saat dibutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang

lebih memilih tenaga kesehatan tradisional dari pada tenaga medis lainnya.

Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin berdampak pada tidak optimalnya

proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. Pada tahun 2003, angka kematian

balita pada kelompok penduduk berpendapatan terendah adalah 77 persen per 1000 kelahiran

hidup, sementara pada kelompok penduduk berpendapatan tertinggi hanya 22 persen per 1000

kelahiran hidup (SDKI, 2003). Pada tahun 2000-2005, terdapat kecenderungan bertambahnya

kasus gizi kurang yang meningkat dari 24,5 persen pada tahun 2000 menjadi 29 persen pada
3

tahun 2005. Gizi kurang berdampak buruk pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang

sehingga menyebabkannya terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk. Seringnya tidak

masuk sekolah karena sakit dapat menyebabkan anak putus sekolah. Kondisi kesehatan dan gizi

mereka yang umumnya buruk juga menyebabkan mereka tidak dapat berprestasi di sekolah.

Sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin ada juga yang sama sekali tidak mengenyam

bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah. Meskipun angka partisipasi sekolah

dasar tinggi, namun masih banyak anak keluarga miskin yang putus sekolah atau tidak

melanjutkan ke SMP/Mts. Kondisi ini menyebabkan kualitas generasi penerus keluarga miskin

senantiasa rendah dan akhirnya terperangkap dalam lingkaran kemiskinan (Gambar 1).

Gambar 1. Lingkaran perangkap kemiskinan


4

Berbagai indikator di atas menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya bidang

pendidikan dan kesehatan, terutama bagi RTSM perlu ditingkatkan sejalan dengan upaya

pemerintah membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta meluncurkan

program-program yang ditujukan bagi keluarga miskin.

Masih banyaknya RTSM yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan

kesehatan disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik pada sisi RTSM (demand)

maupun sisi pelayanan (supply). Pada sisi RTSM, alasan terbesar untuk tidak melanjutkan

sekolah ialah karena tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah, merasa pendidikannya

sudah cukup, dan alasan lainnya. Demikian halnya untuk kesehatan, RTSM tidak mampu

membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya akibat rendahnya

tingkat pendapatan.

Sementara itu, permasalahan pada sisi supply yang menyebabkan rendahnya akses RTSM

terhadap pendidikan dan kesehatan antara lain adalah belum tersedianya pelayanan kesehatan

dan pendidikan yang terjangkau oleh RTSM. Biaya pelayanan yang tidak terjangkau oleh RTSM

serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan

utama bagi penyedia pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Dari sisi kebijakan sosial, PKH merupakan cikal bakal pengembangan sistem perlindungan

sosial, khususnya bagi keluarga miskin. PKH yang mewajibkan RTSM menyekolahkan dan

memeriksakan kesehatan anak-anaknya, serta memeriksakan ibu hamil, akan membawa

perubahan perilaku RTSM terhadap pentingnya kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya.

Perubahan perilaku tersebut diharapkan juga akan berdampak pada berkurangnya anak usia
5

sekolah RTSM yang bekerja. Sebaliknya hal ini menjadi tantangan utama pemerintah, baik pusat

maupun daerah, untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi keluarga miskin,

dimanapun mereka berada.

Salah satu tujuan akhir dari PKH adalah meningkatkan partisipasi sekolah baik itu sekolah

dasar maupun sekolah menengah. Menurut data BPS masih terdapat banyak anak usia sekolah

yang tidak berada dalam sistem persekolahan. Untuk meningkatkan tingkat partisipasi sekolah

maka keikutsertaan mereka yang berada di luar sistem persekolahan harus ditingkatkan.

Sebagian besar dari mereka yang pada usia sekolah tidak berada dalam sistem persekolahan

biasanya mereka menjadi pekerja anak dengan jumlah yang cukup besar (lihat tabel 1).

Untuk meningkatkan partisipasi sekolah PKH harus dapat menjaring mereka yang berada

di luar sistem persekolahan termasuk mereka yang menjadi pekerja anak. Pendamping PKH,

terutama untuk daerah yang diduga banyak terdapat pekerja anaknya akan dibekali dengan

pengetahuan berkaitan dengan bimbingan kepada pekerja anak dalam rangka mempersiapkan

mereka kembali ke bangku sekolah.

Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang

mengintervensi sisi supply dan demand, dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi

antar sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan

(stakeholders). Pada akhirnya, implikasi positif dari pelaksanaan PKH harus bisa dibuktikan

secara empiris sehingga pengembangan PKH memiliki bukti nyata yang bisa

dipertanggungjawabkan. Untuk itu, pelaksanaan PKH juga akan diikuti dengan program

monitoring dan evaluasi yang optimal.


6

Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan.

Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya.

PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di

Pusat maupun di daerah. PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, karena

aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial,

Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen

Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut,

maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank.

Program Keluarga Harapan (PKH) sebenrnya telah dilaksanakan di berbagai negara,

khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara

konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers (CCT), yang diterjemahkan

menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini "bukan" dimaksudkan sebagai kelanjutan

program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga

miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM.

PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada

masyarakat miskin. Hal ini di persempit ke Kec. Soreang Kab. Bandung, yang dimana salah satu

acuannya adalah sebagai penanggulangan rumah tangga miskin dalam pemberdayaan sosial.

Dalam bentuk realita di lapangan, Kec. Soreang Kab. Bandung melaksanakan PKH kepada

masyarakat Soreang untuk mengurangi tingkat kemiskinan serta meningkatkan kesejateraan

keluarga yang berada di wilayah Soreang, yang salah satunya dalam pengertian PKH jelas

disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan

pendidikan. Tujuan utama PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak
7

di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif

untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan

pengobatan). Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan

oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu.

Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan

tersebut.

Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi

pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang

sangat miskin. Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum

menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau

non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH

berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal. Bantuan PKH

bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup membantu pengeluaran

lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat

mengirim anak-anak ke sekolah.

Sasaran atau Penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang

memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan

berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah lbu atau wanita dewasa yang mengurus

anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/ bibi, atau

kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan

tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang
8

yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu

PKH.

Calon Penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama mereka

menerima bantuan, mereka akan: (1) Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18

tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar; (2) Membawa anak usia 0-6

tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak; dan (3) Untuk ibu

hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitats kesehatan sesuai dengan

prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil. Dan Pemerintahan daerah Kec. Soreang berharap dapat

mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada

kelompok masyarakat miskin di daerahnya. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya

mempercepat pencapaian target MDGs. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: (1)

Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM; (2) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak

RTSM; (3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6

tahun dari RTSM; (4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi RTSM.

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah dalam variabel berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di

atas, maka penulis mengindentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Soreang Kab. Bandung ?


9

2. Bagaiman Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Soreang Kab. Bandung ?

3. Bagaimana pengaruh Program Keluarga Harapan terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Miskin di Soreang Kab. Bandung ?

4. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan serta

suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan (Buckley). Dalam

tujuan melakukan penelitian untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab pertanyaan

atau memecahkan masalah. Dengan demikian tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis

yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Soreang Kab. Bandung?


2. Untuk menganalisis Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Soreang Kab. Bandung?
3. Untuk menganalisis Pelaksanaan Program Keluarga Harapan terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Miskin di Soreang Kab. Bandung?

4. KERANGKA PEMIKIRAN

Sebagai landasan pokok pemikiran dalam penelitian, maka kerangka pemikiran yang di

jadikan landasan adalah landasan teoritis dalam pembahasan permasalahan. Karena objek

penelitian skripsi ini guna meneliti permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia,

yang dimana penulis skripsi ini di bekali dengan ilmu kesejateraan sosial dan di usahakan untuk
10

mampu menjadi seorang pekerja sosial yang mampu mensejahterakan kehidupan sosial. Salah

satu kerangka pemikiran yang di pakai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

Kesejahteraan Sosial sebagai lembaga untuk memberikan pelayanan pertolongan guna

memenuhi kebutuhan kesehatan, pendidikan, standar kehidupannya dan untuk memenuhi

hubungan-hubungan sosial baik pribadi maupun kelompok dimana kebutuhan keluarga dan

kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Adapun pengertian kesejahteraan menurut Walter

Friedlander yang di kutip oleh Soetarso adalah sebagai berikut :

Kesejahteraan Sosial adalah merupakan sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan


sosial dan lembaga-lembaga sosial yang dimaksud untuk membantu perorangan dan
kelompok-kelompok untuk mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan,
serta hubungan-hubungan sosial dan pribadi yang memungkinkan mereka untuk
mengembangkan kemampuan sepenuhnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka serasi
dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. (1993 : 4).

Definisi-definisi kesejahteraan sosial menurut para ilmuan yang lain adalah sebagai berikut :

1. Gertrude Wilson : Kesejahteraan sosial merupakan perhatian yang terorganisir dari


semua orang untuk semua orang.
2. Elizabeth Wickenden : kesejahteraan sosial termasuk di dalamnya peraturan
perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta
menjaga ketentraman dalam masyarakat.
3. Pre-conference working committee for the XVth International Conference of Social
Welfare : Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup mayarakat berdasarkan
konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan
11

berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan,


perumahan pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain sebagainya.

Definisi-definisi di atas mengandung pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai

usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia manusia, baik itu di bidang fisik,

mental, emosional, sosial, ekonomi dan spiritual. Selain itu kesejahteran sosial dianalogikan sebagai

kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan

gerakan. Dalam kaitannya kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan

sebagai suatu ilmu yang berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek strategi dan teknik)

untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok, keluarga, maupun

masyarakat (baik lokal, regional maupun internasional). Munculnya ilmu kesejahteraan sosial tidak bisa

dilepaskan dari kajian sejarah pekerjaan sosial sebagai cikal bakal adanya ilmu kesejahteraan sosial.

Pekerjaan sosial yang berawal dari praktik-praktik para relawan mempunyai sekolah khusus untuk

pertama kalinya yang diprakarsai oleh Marry Richmond. Selanjutnya dengan meluasnya masalah-

masalah sosial yang timbul maka perlu adanya kajian yang lebih luas dibandingkan kajian dalam

pekerjaan sosial sehingga muncullah ilmu kesejahteraan sosial yang menggabungkan berbagai ilmu yang

lebih banyak daripada pekerjaan sosial.

Dengan konsep di atas maka kesejahteraan sosial masyarakat termasuk dalam sistem yang

terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial yang bertujuan untuk

membantu perorangan dan kelompok-kelompok demi mencapai standar kehidupan dan kesehatan.

Dalam standar kehidupan juga di topang oleh pendidikan yang menjadi kebutuhan sosial sekarang ini,

karena dalam pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk melakukan tindakan maupun

berperilaku dalam kehidupannya. Dengan adanya pelayanan sosial, maka membantu perorangan dan
12

kelompok-kelompok untuk mencapai standar hidup. Sesuai dengan pengertian pelayanan sosial

menurut Khan yang di kutip oleh Soetarso, yaitu :

Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang di adakan tanpa mempertimbangkan


kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuh
kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk melaksanakan fungsi-
fungsinya. Untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-
pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang
mengalami kesulitan dan keterlantaran. (1993 : 26).
Kesejahteraan sosial di realisasikan oleh pekerjaan sosial, yang dimana pekerjaan merupakan

sebuah profesi baru yang muncul pada awal abad ke 20, tetapi sudah timbul sejak timbulnya revolusi

industri. Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berusaha menyatukan berbagai bidang ilmu atau

spesialisasi dari berbagai lapangan praktik. Social worker menangani klien dalam kaitannya dengan

memberfungsikan kembali pihak yang mengalami disfungsi sosial sehingga usaha-usaha yang

dikembangkan membantu kliennya dalam menjalankan fungsi sosialnya. Menurut Thelma Lee Mendoza

disfungsi sosial dapat tejadi karena:

1. Ketidakmampuan individu atupun patologi yang membuat seseorang sulit menjalankan


tuntutan lingkungannya.
2. Ketidakmampuan lingkungan yang di bawah kemampuan individu untuk mnyesuakan
diri.
3. Ketidakmampuan personal dan situasional.

Disfungsi sosial tersebut dapat diatasi dengan tiga bentuk intervensi, yaitu:

1. Intervensi yang dilakukan melalui individu


2. Intervensi yang dilakukan melalui situasi atau lingkungannya melalui penyediaan
fasilitas dan pelayanan, serta
13

3. Intervensi melalui individu dan juga lingkungannya

Jika dilihat dari hal di atas maka pekerjaan sosial mencakup area yang tidak terlalu luas yaitu

pada area mikro dan mezzo walaupun juga mencakup sedikit area makro tetapi tidak lebih

banyak dari ilmu kesejahteran sosial, dengan kata lain pekerjaan sosial berada dalam cakupan

ilmu kesejahteraan sosial. Dan ada juga definisi-definisi dari pekerjaan sosial menurut para ahli

yaitu sebagai berikut :

1. Allen Pincus dan Anne Minahan : Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara
orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai
mereka.
2. Max Siporin : Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk
membantu orang-orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara
memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya.
3. Friedlander, Walter A. dan Apte, Robert Z. : Pekerjaan sosial adalah pelayanan
profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu
individu, kelompok, maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial
serta kebebasan.
4. Charles Zastrow : Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu
individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya
untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-
tujuannya.
5. Leonora Scrafica-deGuzman : Pekerjaan sosial adalah profesi yang bidang utamanya
berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya
untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik
dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui
penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.
14

Dengan teori-teori yang menunjang ilmu kesejahteraan sosial, maka sebagai pembahasan

akan membahas tentang masalah-masalah sosial. Masalah atau problem adalah perbedaan antara

das Sollen (yang seharusnya, yang diinginkan, yang dicita-citakan, yang diharapkan) dengan das

sein (yang nyata, yang terjadi). Dengan kata lain, masalah adalah perbedaan antara yang ideal

dan yang real. Menurut Soetomo bahwa yang dimaksud masalah sosial adalah suatu gejala atau

kondisi yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, yang menyebabkan berbagai penderitaan

dan kerugian baik fisik maupun non-fisik. (1995 : 1). Serta Kartini Kartono ( 1992 : 1-2)

berpandangan, yang disebut sebagai masalah sosial adalah sebagai berikut:

1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat masyarakt (
dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama).
2. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari warga masyarakat sebagai
mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.

Parillo yang dikutip Soetomo (1995 : 4) menyatakan, untuk dapat memahami pengertian

masalah sosial perlu memperhatikan empat komponen, yaitu :

1. Masalah itu bertahan untuk suatu periode tertentu


2. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik atau mental, baik pada individu
maupun masyarakat
3. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari suatu atau beberapa
sendi kehidupan masyarakat
4. Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan

Robert K. Merton mendefinisikan masalah sosial dengan menyebut ciri-ciri pokok masalah

sosial. Baginya, ciri-ciri masalah sosial adalah adanya jurang perbedaan yang cukup signifikan

antara standar-standar sosial dengan kenyataan sosial. Oleh karena itu, menurut Merton masalah
15

sosial selalu mengacu kepada suatu jurang antara harapan-harapan yang ada, baik pada seorang

individu maupun suatu kelompok, dengan kenyataan-kenyataan mengenai kebutuhan-kebutuhan

apa yang dapat dipenuhi, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan apa yang bisa tercapai, bagaimana

seseorang seharusnya bertindak dan apa yang dapat diperoleh orang dalam suatu masyarakat

(Achlis, 1982 : 27).

Menurut Horton dan Leslie dalam Suharto (2000), masalah sosial adalah suatu kondisi

yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta pemecahan aksi sosial secara kolektif.

Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskinan, kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan

yang telah lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan

upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996 : 10) kemiskinan adalah suatu

keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang

dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi

kebutuhannya. Dalam Panduan IDT (1993: 26) bahwa kemiskinan adalah situasi serba

kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat

dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah

laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam

lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar

hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi dalam

pembangunan.

Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul berbagai

tipologi dan dimensi kemiskinan karena kemiskinan itu sendiri multikompleks, dinamis, dan

berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut
16

pandang. Kemiskinan dibagi dalam dua kriteria yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah

memiliki pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah dibanding

keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan kemiskinan adalah kemiskinan

sementara dan kemiskinan kronis. Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab

adanya bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu kemiskinan yang terjadi pada mereka yang

kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina (Aisyah, 2001 : 151). Penyebab kemiskinan menurut

Kuncoro (2000 : 107) sebagai berikut:

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan


sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya
memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah;
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun
rendah;
3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.

Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious

circle of poverty) Adanya keterbelakangan, ketidak-sempurnaan pasar, kurangnya modal

menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya

pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya

tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.

Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000: 7) yang mengemukakan

bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor).
17

Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty )

Ketidak sempurnaan pasar


Keterbelakangan
Ketinggalan

kekurangan modal

Investasi Rendah

Produktivitas Rendah

Tabungan Rendah Pendapatan Rendah

Menurut Bayo (1996: 18) yang mengutip pendapat Chambers bahwa ada lima

ketidakberuntungan yang melingkari orang atau keluarga miskin yaitu sebagai berikut:

1. Kemiskinan (poverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut: rumah mereka reot dan
dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat minim,
ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan
yang tidak menentu;
2. Masalah kerentanan (vulnerability), kerentanan ini dapat dilihat dari ketidakmampuan
keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan
susah payah sewaktu-waktu dapat lenyap ketika penyakit menghampiri keluarga mereka
yang membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar;
3. Masalah ketidakberdayaan. Bentuk ketidakberdayaan kelompok miskin tercermin dalam
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi elit dan para birokrasi dalam menentukan
keputusan yang menyangkut nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk
mengaktualisasi dirinya;
18

4. Lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kualitas maupun
kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat pada rendahnya
produktivitas mereka;
5. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantongkantong kemiskinan
yang sulit dijangkau sedang keterisolasian sosial tercermin dari ketertutupan dalam
integrasi masyarakat miskin dengan masyarakat yang lebih luas.

Dari berbagai teori yang ada bahwa kemiskinan itu adalah mereka yang tak mampu

memiliki penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membutuhkan

uluran tangan dan bantuan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Dengan itu, dibutuhkan

juga pemberdayaan masyarakat untuk dapat menunjang kehidupan menjadi lebih baik. Yang

dimana pemberdayaan berasala dari bahasa inggris empowerment, yang secara harfiah bisa

diartikan sebagai pemberkuasaan, dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power)

kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged). Empowerment aims ti

increase the power of disadvantaged, demikian menurut Jim Ife seperti dikutip Suharto (1997 :

214). Sementara itu Swift dan Levin mengatakan pemberdayaan menunjuk pada usaha

realocation of power melalui pengubahan struktur sosial (Suharto, 1995 : 214). Sedangkan

Rappaport mengungkapkan pemberdayaan adlah suatu cara dengan mana rakyat mampu

menguasai (berkuasa atas) kehidupannya (Suharto, 1997 : 215). Craig dan Mayo (1995 : 50 )

mengatakan bahwa konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan

terkait dengan konsep-konsep : kemandirian (self help), partisipasi (participation), jaringan

kerja (networking), dan pemerataan (equity).

6. HIPOTESIS
19

Karena adanya pengaruh Program Keluarga Harapan terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Miskin, maka akan berimplikasi terhadap pemberdayaan masyarakat miskin di Kec. Soreang

Kab. Bandung.

7. OPERASIONALISASI VARIABEL

Untuk pengoperasian variabel, agar dapat melakukan verifikasi atau pembuktian terhadap

hipotesis, maka ditetapkan indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian, dengan

menggunakan tolak ukur berdasarkan konsep teoritik, konsep empirik dan konsep analisis

melalui tabel sebagai, berikut :

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN

Variabel Bebas: 1. Pendidikan 1. Pemberdayaan terhadap 1. Seperti apakah

masyarakat miskin. bentuk


Program Keluarga
pemberdayaan
Harapan
masyarakat miskin?

2. Konsep seperti apa

pemberdayaan yang

digunakan dalam

menangani masyarakt

miskin?

3. Spesifikasi
20

pendidikan seperti

apa yang diberikan

kepada masyarakat

miskin?

1. Apa syarat standar

dalam pendidikan?

2. Peningkatan taraf 2. Pola peningkatan

Pendidikan terhadap dasar pendidikan

masyarakat miskin. kepada masyarakat

miskin?

3. Seperti apakah

kebutuhan

pendidikan dalam

masyarakat miskin?

4. Kesehatan 1. Peningkatan taraf 1. Apakah standar

kesehatan masyarakat kesehatan ?

miskin.
2. Apa kebutuhan dalam

kesehatan ?

3. Bagaimana menjaga
21

kesehatan?

2. Pengurangan angka 1. Apa pengakibat

kematian bayi dan ibu kematian bayi ?

melahirkan.
2. Apa pengakibat

kematian ibu

melahirkan ?

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang digunakan dalam menganalisis suatu

objek atau data berdasarkan fakta aktual mengenai situasi dan kondisi dari program keluarga

harapan terhadap kesejahteraan masyarakat miskin yang dilakukan oleh Dinas Sosial di Kec.

Soreang Kab. Bandung.

4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam pengumpulan data (fakta-fakta dan angka) dalam penelitian ini, penulis

menggunakan pengumpulan data-data dengan cara populasi atau universe dan sampel. Yang

dimana populasi dalam penelitian ini adalah 25 kepala keluarga yang mendapat bantuan dari

program keluarga harapan di Kec. Soreang Kab. Bandung dan diambil secara keseluruhan untuk

dijadikan responden sebagai kelompok eksperimen dan 25 kepala keluarga yang tidak mendapat

bantuan program keluarga harapan untuk dipilih sebagai sampel atau dengan teknik sensus.
22

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampel

random sampling atau pengambilan sampel dengan sedemikian rupa sehingga setiap unit

penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan teknik :

1. Studi pustaka (library Research) yaitu suatu cara pengumpulan data melalui penelaahan

dan mempelajari buku-buku, jurnal, makalah, laporan tahunan, dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas, baik yang terdapat di perpustakaan atau

lembaga-lembaga penelitian lainnya.

2. Observasi non-partisipan

3. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada

subjek penelitian. Dokumen yang diteliti tidak hanya dokumen resmi.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa kuantitatif dengan penyajian dalam

bentuk angka-angka. Untuk menyajikan statistik penelitian digunakan uji statistik U-Man

Whitney (siegel, 1996 : 145:158). Asumsi-asumsi yang mendasari penggunaan rumus ini adalah

1. Kedudukan antara populasi independensi yaitu populasi yang akan dibandingkan saling

tidak bergantung.

2. Skala yang digunakan dalam variabel adalah skala ordinal. Cara perhitungan dengan

rumus-rumus yang digunakan dalam rumus U-Man Whitney adalah sebagai berikut:
23

1. Menghitung harga U

Keterangan:

N1 : Jumlah Responden Kelompok 1

N2 : Jumlah Responden Kelompok 2

R1 : Jumlah Rangking yang diberikan pada Kelompok 1

R2 : Jumlah Ranggking yang diberikan pada Kelompok 2

2. Menghitung U skor

U skor = N1.N2-U

3. Menghitung Harga Z

N 1 .N 2
Z F U skor 2
N 1 .N 2 N N T
12
...( N 1)

Keterangan:

N1 : Jumlah Responden Kelompok 1

N2 : Jumlah Responden Kelompok 2

R1 : Jumlah Rangking yang diberikan pada Kelompok 1

R2 : Jumlah Rangking yang dibrikan pada Kelompok 2


24

4. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis dua arah dengan taraf nyata alpha () 0,40
jika Zhitung > Ztabel (0,40) = 40 % maka hipotesis nihil (H0) ditolak artinya ada pengaruh
bimbingan sosial terhadap kemandirian anak jalanan di Yayasan Generasi Anti Narkotika
dan Kriminalitas di Kelurahan Lebak Gede Kecamatan Coblong Kota Bandung dan
hipotesis kerja (H1) diterima.

5. Alat Ukur Penelitian alat ukur yang digunakan penulis dalam pengujian berupa daftar
pertanyaan yang disusun berdasarkan pedoman wawancara dengan menggunakan skala
ordinal, artinya bahwa tiap-tiap jawaban diberi angka atau nilai yang bertingkat:

1. Kategori jawaban sangat tinggi diberi nilai 5

2. Kategori jawaban tinggi diberi nilai 4

3. Kategori jawaban sedang diberi nilai 3

4. Kategori jawaban rendah diberi nilai 2

5. Kategori jawaban sangat rendah diberi nilai 1

6. Teknik pengukuran yang dipergunakan adalah dengan menggunakan skala likert yaitu
skala yang nilai peningkat setiap jawaban atau tanggapan dijumlah sehingga mendapat
nilai total.

7. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di Kec. Soreang Kab. Bandung. Penentuan lokasi penelitian

berdasarkan pertimbangan :
25

1. Lokasi mudah dijangkau dan sudah diketahui penulis

2. Salah satu kecamatan yang sedang melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial bagi

masyarakat khususnya keluarga.

Tabel waktu penelitian yang dilakukan pada bulan November dengan jangka waktu 2 minggu

dan berakhir pada bulan Desember.

NO Kegiatan November Desember

1 Studi pustaka

2 Studi pendahuluan

3 Persiapan penelitian lapangan

4 Penelitian lapangan dan pengolahan data

5 Penulisan hasil penelitian

Sumber : peneliti, 2010


26

DAFTAR PUSTAKA
27

Suharto, Edi (2009). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung : Alfabeta.

Soehartono, Irawan (2004). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sarwono, Sarlito Wirawan (2005). Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.

Ramdan, Deden (2005). Komunikasi Politik. Bandung : Kencana Utama.

Budiardjo, Miriam (2001). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kantaprawira, Rusadi (2006). Sistem Politik Indonesia. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sudjana (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Lauer, Robert (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.

Inpres Nomor : 1 dan 3 tahun 2010

Http/www.google.com

Http/www.yahoo.com

Http/www.wordpress.com

Http/www.ebook.com

Http/www.blogspot.com

Buana, Faisal Cakra (2006). Skripsi Peran Pekerja Sosial dalam Menanggulangi Korban

Perdagangan Anak. Bandung.

Kantor Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

Dinas Sosial Kabupaten Bandung.

Anda mungkin juga menyukai