BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
di bidang perlindungan sosial, Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 akan melaksanakan
Program Keluarga Harapan (PKH). Program serupa di negara lain dikenal dengan istilah
Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program ini bukan dimaksudkan
sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka
membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan
penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem
program serupa sangat bermanfaat terutama bagi keluarga dengan kemiskinan kronis.
masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. Pelaksanaan PKH
secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian Tujuan
komponen MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu oleh PKH, yaitu pengurangan
penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka
Dalam PKH, bantuan akan diberikan kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) dan
pemeriksaan kesehatan termasuk pemeriksaan gizi dan imunisasi balita, serta memeriksakan
kandungan bagi ibu hamil. Untuk jangka pendek, bantuan ini akan membantu mengurangi beban
pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang diharapkan akan memutus rantai
Tingkat kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan
dan kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga tersebut
tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, untuk tingkat minimal sekalipun.
Pemeliharaan kesehatan ibu sedang mengandung pada keluarga sangat miskin sering tidak
memadai sehingga menyebabkan buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan atau bahkan
kematian bayi. Angka kematian bayi pada kelompok penduduk berpendapatan terendah pada
tahun 2003 adalah 61 persen, sedangkan pada kelompok berpendapatan tertinggi tinggal 17
persen (SDKI 2003). Angka kematian ibu di Indonesia juga tinggi, yaitu sekitar 310 wanita per
100 ribu kelahiran hidup, atau tertinggi di Asia Tenggara. Tingginya angka kematian ibu ini
disebabkan oleh tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang
tidak tersedia pada saat dibutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang
lebih memilih tenaga kesehatan tradisional dari pada tenaga medis lainnya.
Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin berdampak pada tidak optimalnya
proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. Pada tahun 2003, angka kematian
balita pada kelompok penduduk berpendapatan terendah adalah 77 persen per 1000 kelahiran
hidup, sementara pada kelompok penduduk berpendapatan tertinggi hanya 22 persen per 1000
kelahiran hidup (SDKI, 2003). Pada tahun 2000-2005, terdapat kecenderungan bertambahnya
kasus gizi kurang yang meningkat dari 24,5 persen pada tahun 2000 menjadi 29 persen pada
3
tahun 2005. Gizi kurang berdampak buruk pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang
sehingga menyebabkannya terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk. Seringnya tidak
masuk sekolah karena sakit dapat menyebabkan anak putus sekolah. Kondisi kesehatan dan gizi
mereka yang umumnya buruk juga menyebabkan mereka tidak dapat berprestasi di sekolah.
Sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin ada juga yang sama sekali tidak mengenyam
bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah. Meskipun angka partisipasi sekolah
dasar tinggi, namun masih banyak anak keluarga miskin yang putus sekolah atau tidak
melanjutkan ke SMP/Mts. Kondisi ini menyebabkan kualitas generasi penerus keluarga miskin
senantiasa rendah dan akhirnya terperangkap dalam lingkaran kemiskinan (Gambar 1).
Berbagai indikator di atas menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya bidang
pendidikan dan kesehatan, terutama bagi RTSM perlu ditingkatkan sejalan dengan upaya
pemerintah membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta meluncurkan
Masih banyaknya RTSM yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan
kesehatan disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik pada sisi RTSM (demand)
maupun sisi pelayanan (supply). Pada sisi RTSM, alasan terbesar untuk tidak melanjutkan
sekolah ialah karena tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah, merasa pendidikannya
sudah cukup, dan alasan lainnya. Demikian halnya untuk kesehatan, RTSM tidak mampu
membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya akibat rendahnya
tingkat pendapatan.
Sementara itu, permasalahan pada sisi supply yang menyebabkan rendahnya akses RTSM
terhadap pendidikan dan kesehatan antara lain adalah belum tersedianya pelayanan kesehatan
dan pendidikan yang terjangkau oleh RTSM. Biaya pelayanan yang tidak terjangkau oleh RTSM
serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan
Dari sisi kebijakan sosial, PKH merupakan cikal bakal pengembangan sistem perlindungan
sosial, khususnya bagi keluarga miskin. PKH yang mewajibkan RTSM menyekolahkan dan
perubahan perilaku RTSM terhadap pentingnya kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya.
Perubahan perilaku tersebut diharapkan juga akan berdampak pada berkurangnya anak usia
5
sekolah RTSM yang bekerja. Sebaliknya hal ini menjadi tantangan utama pemerintah, baik pusat
maupun daerah, untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi keluarga miskin,
Salah satu tujuan akhir dari PKH adalah meningkatkan partisipasi sekolah baik itu sekolah
dasar maupun sekolah menengah. Menurut data BPS masih terdapat banyak anak usia sekolah
yang tidak berada dalam sistem persekolahan. Untuk meningkatkan tingkat partisipasi sekolah
maka keikutsertaan mereka yang berada di luar sistem persekolahan harus ditingkatkan.
Sebagian besar dari mereka yang pada usia sekolah tidak berada dalam sistem persekolahan
biasanya mereka menjadi pekerja anak dengan jumlah yang cukup besar (lihat tabel 1).
Untuk meningkatkan partisipasi sekolah PKH harus dapat menjaring mereka yang berada
di luar sistem persekolahan termasuk mereka yang menjadi pekerja anak. Pendamping PKH,
terutama untuk daerah yang diduga banyak terdapat pekerja anaknya akan dibekali dengan
pengetahuan berkaitan dengan bimbingan kepada pekerja anak dalam rangka mempersiapkan
Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang
mengintervensi sisi supply dan demand, dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi
antar sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan
(stakeholders). Pada akhirnya, implikasi positif dari pelaksanaan PKH harus bisa dibuktikan
secara empiris sehingga pengembangan PKH memiliki bukti nyata yang bisa
dipertanggungjawabkan. Untuk itu, pelaksanaan PKH juga akan diikuti dengan program
PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di
Pusat maupun di daerah. PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, karena
aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial,
Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut,
maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank.
khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara
konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers (CCT), yang diterjemahkan
menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini "bukan" dimaksudkan sebagai kelanjutan
program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga
miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM.
PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada
masyarakat miskin. Hal ini di persempit ke Kec. Soreang Kab. Bandung, yang dimana salah satu
acuannya adalah sebagai penanggulangan rumah tangga miskin dalam pemberdayaan sosial.
Dalam bentuk realita di lapangan, Kec. Soreang Kab. Bandung melaksanakan PKH kepada
keluarga yang berada di wilayah Soreang, yang salah satunya dalam pengertian PKH jelas
disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan
pendidikan. Tujuan utama PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak
7
di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif
untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan
pengobatan). Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan
oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu.
Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan
tersebut.
pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang
sangat miskin. Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum
menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau
non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH
berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal. Bantuan PKH
lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat
Sasaran atau Penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang
memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan
berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah lbu atau wanita dewasa yang mengurus
anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/ bibi, atau
kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan
tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang
8
yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu
PKH.
menerima bantuan, mereka akan: (1) Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18
tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar; (2) Membawa anak usia 0-6
tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak; dan (3) Untuk ibu
hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitats kesehatan sesuai dengan
prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil. Dan Pemerintahan daerah Kec. Soreang berharap dapat
mempercepat pencapaian target MDGs. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: (1)
Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM; (2) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak
RTSM; (3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6
tahun dari RTSM; (4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
2. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah dalam variabel berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
4. TUJUAN PENELITIAN
suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan (Buckley). Dalam
tujuan melakukan penelitian untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab pertanyaan
atau memecahkan masalah. Dengan demikian tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
4. KERANGKA PEMIKIRAN
Sebagai landasan pokok pemikiran dalam penelitian, maka kerangka pemikiran yang di
jadikan landasan adalah landasan teoritis dalam pembahasan permasalahan. Karena objek
penelitian skripsi ini guna meneliti permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia,
yang dimana penulis skripsi ini di bekali dengan ilmu kesejateraan sosial dan di usahakan untuk
10
mampu menjadi seorang pekerja sosial yang mampu mensejahterakan kehidupan sosial. Salah
satu kerangka pemikiran yang di pakai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
hubungan-hubungan sosial baik pribadi maupun kelompok dimana kebutuhan keluarga dan
Definisi-definisi kesejahteraan sosial menurut para ilmuan yang lain adalah sebagai berikut :
usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia manusia, baik itu di bidang fisik,
mental, emosional, sosial, ekonomi dan spiritual. Selain itu kesejahteran sosial dianalogikan sebagai
kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan
gerakan. Dalam kaitannya kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan
sebagai suatu ilmu yang berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek strategi dan teknik)
untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok, keluarga, maupun
masyarakat (baik lokal, regional maupun internasional). Munculnya ilmu kesejahteraan sosial tidak bisa
dilepaskan dari kajian sejarah pekerjaan sosial sebagai cikal bakal adanya ilmu kesejahteraan sosial.
Pekerjaan sosial yang berawal dari praktik-praktik para relawan mempunyai sekolah khusus untuk
pertama kalinya yang diprakarsai oleh Marry Richmond. Selanjutnya dengan meluasnya masalah-
masalah sosial yang timbul maka perlu adanya kajian yang lebih luas dibandingkan kajian dalam
pekerjaan sosial sehingga muncullah ilmu kesejahteraan sosial yang menggabungkan berbagai ilmu yang
Dengan konsep di atas maka kesejahteraan sosial masyarakat termasuk dalam sistem yang
terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial yang bertujuan untuk
membantu perorangan dan kelompok-kelompok demi mencapai standar kehidupan dan kesehatan.
Dalam standar kehidupan juga di topang oleh pendidikan yang menjadi kebutuhan sosial sekarang ini,
karena dalam pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk melakukan tindakan maupun
berperilaku dalam kehidupannya. Dengan adanya pelayanan sosial, maka membantu perorangan dan
12
kelompok-kelompok untuk mencapai standar hidup. Sesuai dengan pengertian pelayanan sosial
sebuah profesi baru yang muncul pada awal abad ke 20, tetapi sudah timbul sejak timbulnya revolusi
industri. Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berusaha menyatukan berbagai bidang ilmu atau
spesialisasi dari berbagai lapangan praktik. Social worker menangani klien dalam kaitannya dengan
memberfungsikan kembali pihak yang mengalami disfungsi sosial sehingga usaha-usaha yang
dikembangkan membantu kliennya dalam menjalankan fungsi sosialnya. Menurut Thelma Lee Mendoza
Disfungsi sosial tersebut dapat diatasi dengan tiga bentuk intervensi, yaitu:
Jika dilihat dari hal di atas maka pekerjaan sosial mencakup area yang tidak terlalu luas yaitu
pada area mikro dan mezzo walaupun juga mencakup sedikit area makro tetapi tidak lebih
banyak dari ilmu kesejahteran sosial, dengan kata lain pekerjaan sosial berada dalam cakupan
ilmu kesejahteraan sosial. Dan ada juga definisi-definisi dari pekerjaan sosial menurut para ahli
1. Allen Pincus dan Anne Minahan : Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara
orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai
mereka.
2. Max Siporin : Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk
membantu orang-orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara
memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya.
3. Friedlander, Walter A. dan Apte, Robert Z. : Pekerjaan sosial adalah pelayanan
profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu
individu, kelompok, maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial
serta kebebasan.
4. Charles Zastrow : Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu
individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya
untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-
tujuannya.
5. Leonora Scrafica-deGuzman : Pekerjaan sosial adalah profesi yang bidang utamanya
berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya
untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik
dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui
penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.
14
Dengan teori-teori yang menunjang ilmu kesejahteraan sosial, maka sebagai pembahasan
akan membahas tentang masalah-masalah sosial. Masalah atau problem adalah perbedaan antara
das Sollen (yang seharusnya, yang diinginkan, yang dicita-citakan, yang diharapkan) dengan das
sein (yang nyata, yang terjadi). Dengan kata lain, masalah adalah perbedaan antara yang ideal
dan yang real. Menurut Soetomo bahwa yang dimaksud masalah sosial adalah suatu gejala atau
kondisi yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, yang menyebabkan berbagai penderitaan
dan kerugian baik fisik maupun non-fisik. (1995 : 1). Serta Kartini Kartono ( 1992 : 1-2)
1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat masyarakt (
dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama).
2. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari warga masyarakat sebagai
mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.
Parillo yang dikutip Soetomo (1995 : 4) menyatakan, untuk dapat memahami pengertian
Robert K. Merton mendefinisikan masalah sosial dengan menyebut ciri-ciri pokok masalah
sosial. Baginya, ciri-ciri masalah sosial adalah adanya jurang perbedaan yang cukup signifikan
antara standar-standar sosial dengan kenyataan sosial. Oleh karena itu, menurut Merton masalah
15
sosial selalu mengacu kepada suatu jurang antara harapan-harapan yang ada, baik pada seorang
apa yang dapat dipenuhi, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan apa yang bisa tercapai, bagaimana
seseorang seharusnya bertindak dan apa yang dapat diperoleh orang dalam suatu masyarakat
Menurut Horton dan Leslie dalam Suharto (2000), masalah sosial adalah suatu kondisi
yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta pemecahan aksi sosial secara kolektif.
yang telah lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996 : 10) kemiskinan adalah suatu
keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang
dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi
kebutuhannya. Dalam Panduan IDT (1993: 26) bahwa kemiskinan adalah situasi serba
kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat
dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah
laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam
lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar
hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi dalam
pembangunan.
Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul berbagai
tipologi dan dimensi kemiskinan karena kemiskinan itu sendiri multikompleks, dinamis, dan
berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut
16
pandang. Kemiskinan dibagi dalam dua kriteria yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah
memiliki pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah dibanding
sementara dan kemiskinan kronis. Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab
adanya bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu kemiskinan yang terjadi pada mereka yang
kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina (Aisyah, 2001 : 151). Penyebab kemiskinan menurut
Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious
pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya
tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.
Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000: 7) yang mengemukakan
bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor).
17
kekurangan modal
Investasi Rendah
Produktivitas Rendah
Menurut Bayo (1996: 18) yang mengutip pendapat Chambers bahwa ada lima
ketidakberuntungan yang melingkari orang atau keluarga miskin yaitu sebagai berikut:
1. Kemiskinan (poverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut: rumah mereka reot dan
dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat minim,
ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan
yang tidak menentu;
2. Masalah kerentanan (vulnerability), kerentanan ini dapat dilihat dari ketidakmampuan
keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan
susah payah sewaktu-waktu dapat lenyap ketika penyakit menghampiri keluarga mereka
yang membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar;
3. Masalah ketidakberdayaan. Bentuk ketidakberdayaan kelompok miskin tercermin dalam
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi elit dan para birokrasi dalam menentukan
keputusan yang menyangkut nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk
mengaktualisasi dirinya;
18
4. Lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kualitas maupun
kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat pada rendahnya
produktivitas mereka;
5. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantongkantong kemiskinan
yang sulit dijangkau sedang keterisolasian sosial tercermin dari ketertutupan dalam
integrasi masyarakat miskin dengan masyarakat yang lebih luas.
Dari berbagai teori yang ada bahwa kemiskinan itu adalah mereka yang tak mampu
memiliki penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membutuhkan
uluran tangan dan bantuan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Dengan itu, dibutuhkan
juga pemberdayaan masyarakat untuk dapat menunjang kehidupan menjadi lebih baik. Yang
dimana pemberdayaan berasala dari bahasa inggris empowerment, yang secara harfiah bisa
diartikan sebagai pemberkuasaan, dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power)
kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged). Empowerment aims ti
increase the power of disadvantaged, demikian menurut Jim Ife seperti dikutip Suharto (1997 :
214). Sementara itu Swift dan Levin mengatakan pemberdayaan menunjuk pada usaha
realocation of power melalui pengubahan struktur sosial (Suharto, 1995 : 214). Sedangkan
Rappaport mengungkapkan pemberdayaan adlah suatu cara dengan mana rakyat mampu
menguasai (berkuasa atas) kehidupannya (Suharto, 1997 : 215). Craig dan Mayo (1995 : 50 )
6. HIPOTESIS
19
Miskin, maka akan berimplikasi terhadap pemberdayaan masyarakat miskin di Kec. Soreang
Kab. Bandung.
7. OPERASIONALISASI VARIABEL
Untuk pengoperasian variabel, agar dapat melakukan verifikasi atau pembuktian terhadap
menggunakan tolak ukur berdasarkan konsep teoritik, konsep empirik dan konsep analisis
pemberdayaan yang
digunakan dalam
menangani masyarakt
miskin?
3. Spesifikasi
20
pendidikan seperti
kepada masyarakat
miskin?
dalam pendidikan?
miskin?
3. Seperti apakah
kebutuhan
pendidikan dalam
masyarakat miskin?
miskin.
2. Apa kebutuhan dalam
kesehatan ?
3. Bagaimana menjaga
21
kesehatan?
melahirkan.
2. Apa pengakibat
kematian ibu
melahirkan ?
3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang digunakan dalam menganalisis suatu
objek atau data berdasarkan fakta aktual mengenai situasi dan kondisi dari program keluarga
harapan terhadap kesejahteraan masyarakat miskin yang dilakukan oleh Dinas Sosial di Kec.
Dalam pengumpulan data (fakta-fakta dan angka) dalam penelitian ini, penulis
menggunakan pengumpulan data-data dengan cara populasi atau universe dan sampel. Yang
dimana populasi dalam penelitian ini adalah 25 kepala keluarga yang mendapat bantuan dari
program keluarga harapan di Kec. Soreang Kab. Bandung dan diambil secara keseluruhan untuk
dijadikan responden sebagai kelompok eksperimen dan 25 kepala keluarga yang tidak mendapat
bantuan program keluarga harapan untuk dipilih sebagai sampel atau dengan teknik sensus.
22
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampel
random sampling atau pengambilan sampel dengan sedemikian rupa sehingga setiap unit
penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Teknik
1. Studi pustaka (library Research) yaitu suatu cara pengumpulan data melalui penelaahan
berhubungan dengan masalah yang dibahas, baik yang terdapat di perpustakaan atau
2. Observasi non-partisipan
3. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa kuantitatif dengan penyajian dalam
bentuk angka-angka. Untuk menyajikan statistik penelitian digunakan uji statistik U-Man
Whitney (siegel, 1996 : 145:158). Asumsi-asumsi yang mendasari penggunaan rumus ini adalah
1. Kedudukan antara populasi independensi yaitu populasi yang akan dibandingkan saling
tidak bergantung.
2. Skala yang digunakan dalam variabel adalah skala ordinal. Cara perhitungan dengan
rumus-rumus yang digunakan dalam rumus U-Man Whitney adalah sebagai berikut:
23
1. Menghitung harga U
Keterangan:
2. Menghitung U skor
U skor = N1.N2-U
3. Menghitung Harga Z
N 1 .N 2
Z F U skor 2
N 1 .N 2 N N T
12
...( N 1)
Keterangan:
4. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis dua arah dengan taraf nyata alpha () 0,40
jika Zhitung > Ztabel (0,40) = 40 % maka hipotesis nihil (H0) ditolak artinya ada pengaruh
bimbingan sosial terhadap kemandirian anak jalanan di Yayasan Generasi Anti Narkotika
dan Kriminalitas di Kelurahan Lebak Gede Kecamatan Coblong Kota Bandung dan
hipotesis kerja (H1) diterima.
5. Alat Ukur Penelitian alat ukur yang digunakan penulis dalam pengujian berupa daftar
pertanyaan yang disusun berdasarkan pedoman wawancara dengan menggunakan skala
ordinal, artinya bahwa tiap-tiap jawaban diberi angka atau nilai yang bertingkat:
6. Teknik pengukuran yang dipergunakan adalah dengan menggunakan skala likert yaitu
skala yang nilai peningkat setiap jawaban atau tanggapan dijumlah sehingga mendapat
nilai total.
Lokasi penelitian dilakukan di Kec. Soreang Kab. Bandung. Penentuan lokasi penelitian
berdasarkan pertimbangan :
25
2. Salah satu kecamatan yang sedang melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial bagi
Tabel waktu penelitian yang dilakukan pada bulan November dengan jangka waktu 2 minggu
1 Studi pustaka
2 Studi pendahuluan
DAFTAR PUSTAKA
27
Budiardjo, Miriam (2001). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kantaprawira, Rusadi (2006). Sistem Politik Indonesia. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Lauer, Robert (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Http/www.google.com
Http/www.yahoo.com
Http/www.wordpress.com
Http/www.ebook.com
Http/www.blogspot.com
Buana, Faisal Cakra (2006). Skripsi Peran Pekerja Sosial dalam Menanggulangi Korban