Metode Diagnostik
Informasi yang telah dikumpulkan dari seorang pasien disebut sebagai diagnostic
database, merupakan suatu facta atau data dasar mengenai status awal pasien yang dapat
digunakan sebagai pembanding untuk evaluasi perkembangan penyakit atau efektifitas
perawatan maupun perkembangan abnormalitas yang baru. Diagnostic database meliputi
riwayat pasien, pemeriksaan fisik dan informasi yang diperoleh dari pemeriksaan penunjang
diagnostik yang lain. Unsur-unsur yang terkadung di dalam database tersebut secara rinci
adalah sebagai berikut:
A. Riwayat pasien
Merupakan sumber informasi diagnostik yang banyak memberi kontribusi untuk penilaian
status kesehatan pasien. Riwayat pasien disusun dalam katagori berikut ini:
Identitas pasien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, ras, alamat dan data personal yang lain. Informasi ini
terutama penting untuk identifikasi dan keperluan administratif, namun untuk diagnosis
B. Pemeriksaan fisik
Merupakan kegiatan penting dalam diagnosis penyakit karena berbagai manifestasi
penyakit dapat diidentifikasi, dan jika hal ini terlewatkan kadang tidak dapat lagi dilacak dari
riwayat maupun pemeriksaan laboratoris. Pada dasarnya pemeriksaan fisik merupakan
suatu kajian terhadap berbagai temuan yang telah dikumpulkan balk melalui anamnesis
atau pemeriksaan penunjang yang lain. Secara konseptual dan procedural pemeriksaan
fisik di klinik kedokteran gigi dapat dibagi menjadi pemeriksaan kesehatan umum pasien,
pemeriksaan ekstra oral dan intraoral.
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran umum mengenai status
fisik maupun mental pasien, diantaranya dengan melakukan pengamatan gaya berjalan,
status nutrisi, perawakan dan bentuk muka, keterbatasan fungsi, ekspresi wajah pasien
dan vital signs. Cara berjalan pasien dapat mengisyaratkan adanya cacat-cacat ortopedik,
neurologik atau penyakit otot, yang dapat dipakai untuk dasar penilaian tole ransi terhadap
kerja fisik. Kesan mengenai status fisik umum pasien ini harus disimpulkan dengan hati-
hati. Bersamaan dengan anamnesis pemeriksa dapat sekaligus memperhatikan ekspresi,
kesan usia, emosi, sikap pasien dan keadaan sakitnya.
Tahap ke dua dalam proses diagnostik ialah mengorganisir dan menentukan arti klinis dari
berbagai informasi yang telah dikumpulkan, antara lain dengan membandingkan berbagai
temuan klinis dengan pengetahuan dasar seperti anatomi, fisiologi, patologi dan berbagai
pengalaman klinis yang telah diperoleh sebelumnya. Temuan-temuan yang tidak lazim
akan dikorelasikan untuk diidentifikasi keterkaitannya dan persamaan dalam susunan atau
suatu pola yang mengisyaratkan pada tanda-tanda penyakit tertentu. Da-lam evaluasi ini
3.1.4 Reassesmen
Tahap reasesmen dalam metode diagnostik equivalent dengan testing hipotesis
dalam metode ilmiah. Diagnosis dari suatu abnormalitas mengisyaratkan perlunya test
tambahan atau perawatan yang sesuai. Dari sini klinisi kadang dapat memprediksi respon
setelah perawatan. Kajian ulang terhadap abnormalitas setelah perawatan pada dasarnya
juga merupakan tes diagnosis. Respons sebagaimana telah diprediksikan sedikit banyak
akan menguatkan diagnosis, sementara jika hasilnya diluar dugaan semula men-
gisyaratkan bahwa diagnosis salah.
Reasesmen abnormalitas setelah dilakukan perawatan atau tindakan merupakan
tahap akhir metode diagnostik, meliputi penilaian kembali gejala-gejala yang dirasakan
pasien, dan pemeriksaan ulang daerah yang terlibat setelah periode waktu tertentu. Ini
merupakan tahapan testing hypothesis dalam diagnosis klinik. Jika diagnosis benar,
perawatan tepat, dan perawatan tersebut mampu dilaksanakan, maka respon kondisi
tersebut dapat diprediksi. Abnormalitas yang curable akan mengalami penyembuhan
secara komplet, sedang incurable diseases harus dikendalikan dengan suatu perawatan
atau berkembang konsisten sejalan dengan illness. Jika reasesmen menunjukkan hasil
diluar dugaan semula, maka klinisi perlu mempertimbangkan apakah pelaksanaan
perawatan adekuat, perawatan tidak tepat atau diagnosis salah.
a. Pemeriksaan lengkap
Dalam pemeriksaan ini dilakukan asesmen yang menyeluruh untuk mengumpulkan
informasi yang lengkap sebagai data base. Hasil pemeriksaan ini digunakan untuk
identifikasi kelainan atau penyakit oral serta pengelolaannya secara menyeluruh. Tipe
pemeriksaan demikian sering digunakan untuk: (1) pemeriksaan rutin setiap pasien baru
(sebelumnya belum pernah merneriksaan diri), (2) pemeriksaan periodik dan (3) pe-
meriksaan untuk pasien dengan masalah kompleks dan memerlukan rujukan.
Dalam pemeriksaan ini dikumpulkan semua informasi diagnostik yang lengkap
meliputi riwayat pasien, pemeriksaan fisik ekstra dan intraoral yang rinci, pemeriksaan
tambahan khusus seperti dental radiograf, asesmen fisik, dan diagnosis seluruh kondisi
oral dan perioral. Data demikian merefleksikan status awal pasien, yang dapat dipakai
sebagai pembanding mengenai efektifitas suatu perawatan. Disamping itu dukoment status
awal yang lengkap sangat penting untuk perlindungan hukum bagi klinisi. Walaupun
memerlukan waktu yang lama pemeriksaan ini merupakan dasar diagnosis yang dapat
dipercaya untuk perawatan dental yang lengkap.
b. Pemeriksaan singkat
Berbeda dengan pemeriksaan lengkap, pemeriksaan singkat ini lebih ringkas
karena informasi yang dikumpulkan tidak menyeluruh. Pemeriksaan demikian biasanya
dipergunakan untuk tujuan khusus atau keperluan tertentu.
Pemeriksaan ulang. Pemeriksaan ini cocok untuk pasien yang sebelumnya sudah
mempunyai data diagnotik dental yang lengkap, dengan asumsi bahwa sebagian informasi
yang ada masih akurat tetapi untuk aspek yang lain seperti status medik dan dental
mungkin telah berubah. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan pada pasien
mengenai perubahan-perubahan yang telah terjadi sejak pemeriksaan terakhir. Sasaran
utama pemeriksaan ini ialah identifikasi kondisi yang telah berubah dan perlu dtambahkan