Soal :
a. Langkah 1:
Teori
prognosis, maupun terapi yang akan diberikan kepada pasien. Sebagian dari
pertanyaan itu cukup sederhana atau merupakan pertanyaan rutin yang mudah
al., 2000; Hawkins, 2005). Selain itu langkah 1 ini berguna untuk merubah
buku teks, atau mengikuti seminar. Pertanyaan yang sulit dijawab disebut
“PICO” :
dan masalah klinis pasien yang dihadapi pada praktik klinis. Karakteristik
bukti yang dicari dari database hasil riset relevan dengan masalah pasien
dan dapat diterapkan, yaitu bukti-bukti yang berasal dari riset yang
populasi pasien yang datang pada praktik klinik (bagaimana pasien dan
Intervention
Comparison
manfaat suatu tes diagnostik, maka akurasi tes diagnostik itu perlu
diagnostik yang lebih akurat yang disebut rujukan standar (standar emas),
Clinical outcome
terjadi dini atau tidak tepat waktunya. Contoh balita yang mati akibat
sebagainya.
mual, sesak, gatal, telinga berdenging, cemas, paranoia, dan aneka gejala
yang menurut ekspektasi pasien penting, yang lebih penting untuk diatasi
pasien. Bukti yang digunakan dalam EBM adalah bukti yang bernilai bagi
Hasil Praktikum :
Intervention
Terapi obat apakah yang terbaik atau bisa menjadi gold standar pada
Comparison
Manakah yang menjadi pengobatan yang lebih efektif antara ibuprofen dan
12 tahun ?
Clinical outcome
klinis pasien ?
Teori
2001). Jadi pendekatan berbasis bukti sangat mengandalkan riset, yaitu data yang
riset (Banta 2003). Bukti ilmiah yang dicari dalam EBM memiliki ciri-ciri
• UpToDate (http://www.uptodate.com),
• PIER: The Physician’s Information and Education Resource
(http://pier.acponline.org/index.html)
• WebMD (http://webmd.com)denan
bin/mrwhome/106568753/HOME)
• DARE www.york.ac.uk/inst/crd/welcome.htm)
• Medline, Ovid EBMR, Evidence-Based Medicine / ACP Journal Club, dan lain-
lain.
• Embase (www.ovid.com)
- Buka google
Teori
EBM merupakan praktik penggunaan bukti riset terbaik yang tersedia (best
available evidence). Tetapi tidak semua sumber bukti memberikan kualitas bukti
yang sama. Dokter dituntut untuk berpikir kritis dan menilai kritis bukti (critical
appraisal). Nilai bukti ditentukan oleh dua hal: (1) Desain riset; dan (2) Kualitas
pelaksanaan riset.
Secara formal penilaian kritis (critical appraisal) perlu dilakukan terhadap
kualitas buki-bukti yang dilaporkan oleh artikel riset pada jurnal. Intinya,
penilaian kritis kualitas bukti dari artikel riset meliputi penilaian tentang validitas
kerugian, yang akan digunakan untuk pelayanan medis individu pasien, disingkat
“VIA”.
a. Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari
diperoleh kesimpulan yang salah (bias, tidak valid) tentang akurasi tes
b. Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi medis perlu
sakit dan yang tidak sakit dalam proporsi sama, maka tes diagnostik tersebut
merupakan tes diagnostik yang tidak penting dan tidak bermanfaat untuk
dilakukan.
c. Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa
diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. Bukti terbaik dari sebuah
setting praktik klinis dokter. Untuk memahami pernyataan itu perlu dipahami
Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh
suatu intervensi, baik secara klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan
pada situasi riset yang sangat terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol sering
kali tidak sama dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu intervensi
menunjukkan efikasi jika efek intervensi itu valid secara internal (internal
validity), dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterapkan
Perhatikan nilai
kekuatan bukti
yang bisa
diharapkan dari
sebuah desain
studi ketika
melakukan
Critical
Appraisal
- Validity
validitasnya juga paling kuat dari yang lain. Dari artikel yang kami peroleh
Trial (RCT) dengan system paralel yang dilakukan secara double blind.
systematic review.
- Importance
Temuan ini sangat penting untuk memilih manakah terapi terbaik antara
- Applicability
Teori
Hasil Praktikum
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh John McIntyre dan David Hull tahun
efektif daripada parasetamol dalam menurunkan demam pada anak usia di bawah
12 tahun. Pasien yang menerima ibuprofen dari berbagai usia dengan rentan (0,4
sampai 11,6 tahun); 26% pasien berusia 12 bulan atau kurang, mereka memiliki
sejumlah penyakit khas praktek pediatrik, 14% memiliki diagnosis utama mengi /
Dalam konteks ini parasetamol dan ibuprofen yang ditampilkan sama efektifnya
sebagai antipiretik tetapi dengan dosis yang berbeda. Pada penelitian ini,
Pemakaian obat-obat ini dianggap sama-sama baik meskipun proporsi yang lebih
mencerminkan potensi yang lebih besar untuk perbaikan antara pasien diacak
untuk parasetamol. Pada titik akhir penelitian tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan bagi perubahan kondisi klinis, skor median 3 (baik) pada kedua
kelompok, dan keberhasilan secara keseluruhan, skor median 2 (efek yang baik)
pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara
kelompok dalam jumlah pasien dengan efek samping. Sepuluh pasien dari 76
(13%) pada kelompok ibuprofen memiliki 16 efek samping dan 14/74 (19%)
pasien dalam kelompok parasetamol memiliki 18 efek samping. Hal ini tergolong
ringan dengan mayoritas dianggap memiliki hubungan diragukan atau tidak untuk
mempelajari pengobatan. Tidak ada efek samping pengobatan terkait dicatat pada
asma, 9 evaluasi lebih lanjut ibuprofen pada anak serak / asma akan diperlukan.
terlihat sama-sama efektif dan dapat ditoleransi dalam pengobatan demam pada
penurun demam pada anak di bawah 12 tahun lebih efektif dari segi penggunaan
dosis karena membutuhkan dosis yang lebih sedikit untuk menurunkan demam
dipercaya sebagai gold standar seperti parasetamol sebagai obat penurun demam
pada anak di bawah 12 tahun. Hal ini mengingat efek samping ibuprofen ke
Teori
Pada langkah terakhir ini, kita mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam
melaksanakan langkah 1-4 dan terus berusaha mencari jalan untuk meningkatkan
kemampuan kita.
Kinerja penerapan EBM perlu dievaluasi, terdiri atas tiga kegiatan sebagai berikut
waktu terlalu lama untuk mendapatkan bukti yang dibutuhkan, atau klinisi
mendapat bukti dalam waktu cukup singkat tetapi dengan kualitas bukti yang
dasar praktik klinis. Dalam audit klinis dilakukan kajian (disebut audit) pelayanan
pelayanan yang sedang/ telah diberikan (being done) dengan kriteria yang sudah
ditetapkan dan harus dilakukan (should be done). Jika belum/ tidak dilakukan,
maka audit klinis memberikan saran kerangka kerja yang dibutuhkan agar bisa
dilakukan upaya perbaikan pelayanan pasien dan perbaikan klinis pasien. Ketiga,
mendatang.
Hasil evaluasi kinerja implementasi EBM berguna untuk memperbaiki penerapan
EBM, agar penerapan EBM di masa mendatang menjadi lebih baik, efektif, dan
Hasil Praktikum
tahun dari segi efektifitas adalah efektif untuk digunakan. Tetapi penggunaan
ibuprofen ini masih belum bisa menjadi gold standar seperti parasetamol sebagai
Sedangkan dari segi efisiensi, ibuprofen cukup efisien sebagai obat penurun
demam pada anak karena harganya yang tergolong murah seperti halnya
parasetamol.