Anda di halaman 1dari 27

MODUL SKILL KEPANITERAAN UMUM

WAWANCARA PSIKIATRI
DAN
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL / PSIKIATRI

Kontributor Modul:

Staf Pengajar Departemen Psikiatri

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019

1|ModulSkillPsikiatri
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................................................ 2
I. Pendahuluan.................................................................................................................................... 3
II. Deskripsi Modul............................................................................................................................ 4
III. Prosedur......................................................................................................................................... 6
A. Ringkasan Prosedur..................................................................................................................... 6
B. Detail Materi Prosedur Wawancara Psikiatrik.................................................................7
B.1. Tujuan Instruksional................................................................................................................ 7
B.2. Teknik Wawancara Psikiatrik.............................................................................................. 8
B.3. Pencatatan : Urutan/Skema Status Mental/Psikiatri...............................................10
B.4. Cara Memimpin Wawancara.............................................................................................. 16
B.5. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara............................................17
C. Beberapa Catatan Untuk Pasien Sulit Dilakukan Wawancara/Pemerikasaan 18
C..1. Pasien Gaduh Gelisah................................................................................................................... 18
C.2. Pasien Diam Saja, Tidak Ada Kontak............................................................................... 19
C.3. Pasien Bicara Melantur........................................................................................................ 19
IV. Pendalaman Materi.................................................................................................................. 20
Checklist Keterampilan Modul Psikiatri Wawancara Psikiatri....................................25
Checklist Keterampilan Modul Psikiatri Pemeriksaan Status Mental/Psikiatri...26

|ModulSkillPsikiatri
I. Pendahuluan

Modul skill psikiatri merupakan modul kemampuan wawancara psikiatrik, baik


kemampuan autoanamnesis dan/atau hetero/alloanamnesis dan pemeriksaan status
mental. Wawancara psikiatri dan pemeriksaan status mental termasuk dalam
ketrampilan wajib dokter umum sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

Tabel skill pemeriksaan psikiatri berdasarkan


Standard Kompetensi Dokter Indonesia
WAWANCARA &
PEMERIKSAAN STATUS 1.
PSIKIATRIK
II. Deskripsi Modul
Overview Modul wawancara psikiatrik merupakan modul
kemampuan wawancara, baik kemampuan Autoanamnesis
dan / atau Heteroanamnesis, serta kemampuan
wawancara yang berorientasi gejala (“Symptoms Oriented
Interview”) diusahakan ada kemampuan “Insiqht oriented
interview” (untuk memahami dasar Psikodinamikanya).
Kemampuan wawancara Psikiatrik terdiri dari :
1.1. Kemampuan wawancara medis umum (dibahas pada
Basic Communication Skill)
1.2. Wawancara Psikiatrik Khususnya (Psychiatric
History Taking) yang terdiri dari wawancara tentang:
a). Identifikasi Pasien (dibahas pada
General Examination)
b). Keluhan utama.
c). Riwayat penyakit sekarang; termasuk riwayat
pengobatan.
d). Riwayat penyakit dahulu; termasuk riwayat
pengobatan.
e). Masalah psikososial / Stresor
psikososial. f). Faktor keturunan.
g). Riwayat pribadi.
h). Riwayat keluarga.
Ketrampilan wawancara merupakan ketrampilan dan
kemampuan yang sangat penting dibidang psikiatri,
karena diagnosa gangguan jiwa hampir 100% dapat
ditegakkan melalui wawancara.
Didalam wawancara psikiatrik tercakup didalamnya
pemeriksaan psikiatrik (Psychiatric Examination). Hanya
saja pada pemeriksaan psikiatrik harus autoanamnesis
saja dan lebih ditekankan pada pemeriksaan, pengamatan
dan menilai semua gangguan fungsi-fungsi mental, dengan
wawancara yang berorientasi gejala (“Symptoms Oriented
Interview”) diusahakan ada kemampuan “Insiqht oriented
interview”
- Mampu berkomunikasi, bertanya, mendengarkan serta
Tujuan Pembelajaran memperhatikan pasien dan / atau keluarga /
pengantarnya (mampu melakukan autoanamnesis dan
heteroanamnesis).
- Mampu menggali keluhan utama.
- Mampu menggali riwayat penyakit sekarang maupun
dahulu dengan memunculkan gejala atau gangguan
fungsi-fungsi mental sesuai dengan keperluan
pengisian status mental terkini.
- Setiap gejala yang muncul perlu dicari kemungkinan
hubungan dengan peristiwa dalam kehidupan
(masalah/stresor psikososial).
- Mampu menggali ada atau tidaknya faktor keturunan.
- Mampu menggali riwayat pribadi :
a). Prenatal dan perinatal
b). Sejak bayi sampai dewasa.
c). Masa dewasa :
- Riwayat pendidikan.
- Riawayat pekerjaan.
- Riwayat perkawinan / keluarga.
- Riwayat aktivitas sosial.
- Riwayat penyalahgunaan zat.
- Riwayat hukum.
- Situasi kehidupan sekarang.
- Kepribadian pasien.
- Riwayat keluarga
- Orangtua
- Saudara kandung / tiri
Metode Penjelasan langsung, demonstrasi dengan pasien / role
model, role play dengan teman, video.
Peralatan - Meja dan kursi duduk pasien.
- Alat tulis.
- Audio visual 1 set (komplit).
Waktu Kurang lebih 45 menit / 50 menit
Tutor - dr. Winarni Dian DWP, Sp.KJ
- dr. D. Surya Yudhantara, Sp.KJ
- dr. Ratri Istiqomah, Sp.KJ
- dr. Zuhrotun Ulya, Sp.KJ
Penilaian harian skill dilakukan dengan metode Mini-CEX
Evaluasi dan Penilaian yang dilakukan pada waktu skill yang telah terjadwalkan.
Penilaian akhir skill dilakukan dengan ujian OSCE skill
yang dijadwalkan di akhir semester. Penilaian skill sesuai
dengan check-list “Wawancara Psikiari” dan
“Pemeriksaan
Status Mental”
Referensi 1. Sadock BJ & Sadock VA. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of Psychiatry, 10th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins; 2017.
2. Sadock BJ & Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th
ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins, 2015.
3. American Psychiatric Association. The Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition.
American Psychiatric Association Publishing; 2013.
4. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan: 1993.
5. Buku Ajar Psikiatri FK UI
III. Prosedur
A. Ringkasan Prosedur
1. Persiapan
a. Dokter - Mempersilakan pasien dan pengantar duduk.
- Memberikan salam.
- Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
wawancara.
- Menjaga ketenangan pasien.
- Pasien ditanya / disapa lebih dulu sebelum
pengantarnya.
- Meyakinkan bahwa kerahasiaan dijaga.
- Membina hubungan / raport yang baik dengan
pasien
b. Peralatan Alat tulis
c. Pasien dan lingkungan - Tempat duduk diatur dengan memperhatikan
suasana terapetik.
- Wawancara tatap muka / saling berhadapan.

2. Prosedur Teknis Wawancara Psikiatrik


1. Menanyakan keluhan utama.
2. Menanyakan riwayat penyakit sekarang dan
riwayat penyakit dahulu.
3. Menanyakan riwayat pengobatan.
4. Menanyakan masalah psikososial
5. Menanyakan faktor keturunan.
6. Menanyakan riwayat pribadi.
7. Menanyakan riwayat relasi dalam keluarga

Pemeriksaan Psikiatrik
1. Memeriksa dan memperhatikan DESKRIPSI
UMUM: Penampilan, perilaku dan aktivitas
psikomotor, sikap terhadap pemeriksa.
2. Memeriksa MOOD, AFEK dan KESERASIAN
AFEK
3. Memeriksa PEMBICARAAN PASIEN
4. Memeriksa PERSEPSI / PENCERAPAN
5. Memeriksa PIKIRAN: Proses pikir, Isi pikir
6. Memeriksa KESADARAN
7. Memeriksa ORIENTASI
8. Memeriksa DAYA INGAT
9. Memeriksa KONSENTRASI
10. Memeriksa PERHATIAN
11. Memeriksa kemampuan MEMBACA DAN
MENULIS
12. Memeriksa Kemampuan VISUOSPASIAL
13. Memeriksa Kemampuan PIKIRAN ABSTRAK
14. Memeriksa kemampuan INFORMASI dan
INTELEGENSI
15. Memeriksa kemampuan PENGENDALIAN
IMPULS
16. Memeriksa DAYA NILAI
17. Memeriksa TILIKAN
18. Memeriksa KEPRIBADIAN
19. Memeriksa kemampuan menilai realita

3. Pencatatan Mencatat hasil wawancara dan pengamatan.


Sedikit mencatat banyak mendengarkan dan
memperhatikan

B. Detail Materi Prosedur Wawancara Psikiatrik


B.1. Tujuan Instruksional
Umum
Dapat melakukan wanwancara dan tatalaksanaan pemeriksaan psikiatri dengan sisterm
holistik, mengenal gejala psikopatologi dan membuat rancangan diagnosa gangguan
jiwa. Khusus
- Melakukan hubungan pasien – dokter dengan baik.
- Melakukan anamnese dengan baik.
- Mengenal gejala psikopatologi gangguan jiwa.
- Menjelaskan tata cara dan menyusun status psikiatrik (secara holistik), serta

- rancangan diagnosa gangguan jiwa.

B.2. Teknik Wawancara Psikiatrik


Terdiri dari autoanamnesis dan / atau heteroanamnesis, meliputi : symptoms oriented
interview dan insight oriented interview yang terdiri dari beberapa fase dengan masing-
masing aspek/tujuan sebagai berikut;
No. FASE ASPEK / TUJUAN
01. Pendahuluan - Persiapan : mempersilakan penderita dan
pengantar duduk.
- Tempat duduk diatur dengan memperhatikan
suasana terapetik.
- Wawancara dengan tatap muka / saling
berhadapan.
- Memberikan salam.
- Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
wawancara.
- Menjaga ketenangan pasien.
- Pasien ditanya / disapa lebih dulu sebelum
pengantarnya.
- Meyakinkan bahwa kerahasiaan dijaga.
- Membina hubungan / raport yang baik dengan
pasien
02. Identitas Pasien - Nama, umur, alamat, perndidikan, pekerjaan,
status , agama dst.
03. Keluhan Utama Auto dan heteroanamnesis
- Apa yang menyebabkan / membawa pasien
datang berobat / kesini ?
- Tunjukkan rasa impati.
- Menjadi pendengar yang baik : - perhatikan,
amati, catat, ingat. Biarkan pasien cerita dengan
bebas.
- Perhatikan respon verbal, non verbal.
- Memberi semangat pasien dengan : - anggukan,
teruskan, ehm..............., dsb.
04 Pengembangan/Riwayat Didapat dari Auto / Heteroanamnesis.
Penyakit Sekarang - Menanyakan riwayat penyakit sesuai dengan
data status psikiatrik.
- Pengembangan dari keluhan utama
untukmendapatkan gambaran gejala gangguan
fungsi jiwa (symptoms oriented interview dan
insight oriented interview) untuk mendapatkan
gambaran psikodinamika gangguan jiwanya.
- Usahakan pertanyaan terbuka, untuk lebih fokus
boleh tertutup!.
Pengembangan pertanyaan : (What,
When, Where, Who/Whom, Woy dan How).
- Mengembangkan pertanyaan selanjutnya
disesuaikan dengan keperluan penyusunan
status psikiatrik ( lihat skema status psikiatrik)
Note :
1. Untuk keperluan mengisi status present
psikiatrik : Auto anamnesis.
2. Untuk jelasnya perjalanan penyakit :
Pasien Psikotik Heteroanamnesis.
Pasien Non Psikotik Auto dan
Heteroanamnesis
05 Pemeriksaan Status - Harus autoanamnesis
- Secara simultan perhatikan :
Mental/Psikiatrik
- Cara berjalan
- Cara duduk
- Cara berpakaian.
- Kebersihan umumnya, bau
- Sikap.
- Gerakan - gerakan tak wajar .
- Expresi wajah.
- Cara bicara.
- Dsb.
- Periksa semua kelainan / gejala fungsi mental/
pemeriksaan psikopatalogi.
06 Pemeriksaan Fisik . - Status Internistik (sesuai di Interna/Ilmu
Penyakit Dalam ).
- Status Neurologik (sesuai di
Neurologi/Saraf).
07 Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa - Rutin
- Yang diusulkan, atas indikasi.
- Pemeriksaan penunjang lain :
- Pemeriksaan psikologik.
- Pemeriksaan dengan alat canggih : EEG,
CT Scan, MRI (Informed Consent).
08 Resume - Semua data yang didapat yang menunjang
diagnosa (baik data positif maupun negatif)

Rancangan Diagnosis - Multi Aksial ( Aksis I s/d V )

Rancangan Terapi - Terapi holistik (Bio–Psiko-Sosio–Kultural-


spiritual):
- Farmakoterapi, Fisioterapi, Operatif.
- Psikoterapi.
- Sosio / Family therapy.
- Spiritual Terapi.

Prognosa - Prediksi dengan mempertimbangkan banyak


aspek.
09 Penutup Wawancara - Menginformasikan semua data yang didapatkan
dari kegiatan tersebut.
- Menginformasikan “ dugaan “ / suspek diagnosa
- Menginformasikan manajemen terapinya.
- Mengharap kerjasama dalam pengobatannya.
- Memohon dibantu do’a agar mendapatkan
kesembuhan.
- Mengimformasikan kemungkinan ada wawancara
/ pemeriksaan lainnya.
B.3. Pencatatan : Urutan/Skema Status Mental/Psikiatri
Status psikiatri pasien didapatkan dari:
- Auto anamnesa
- Hetero anamnesa.
- Pemeriksaan : - Fisik : - Internistik.
- Neurologi.
- Psikiatrik.
- Penunjang.

I. IDENTIFIKASI PASIEN : Tgl. …………………….. Jam : ……………..

- Nama : ………………………………………………………
- Umur / Tgl. Lahir. : . .………….. tahun, / ……………………………..
- Kelamin : L / P.
- Alamat : ……………………………………………………...
- Suku bangsa : ……………………………………………………...
- Agama : ……………………………………………………...
- Status : ………………………………………………………
- Pendidikan : ……………………………………………………...
- MRS tgl. : ………………………………………………………
- No. Register : ……………………………………………………...
II. KELUHAN UTAMA
Apa yang menyebabkan pasien berobat (auto dan / atau hetero anamnesis).
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- Pengembangan dari pertanyaan keluhan utama.
- Didapat dari Auto dan / atau hetero anamnesis.
- Pengembangan pertanyaan disesuaikan dengan data status psikiatrik.
- Stresor / masalah psiko sosial.
- Faktor keturunan.
IV RIWAYAT PENYAKIT DAHULU ( Penyakit fisik & psikiatrik ).
- Pengembangan pertanyaan sama dengan penyakit sekarang ( untuk
mendapatkan prediksi diagnosis )
- Riwayat pengobatan.
- Bila pernah MRS, tanyakan :
o Lama dirawat / lama perawatan.
o Mendapat obat berapa macam,warnanya, diminum berapa kali
o Cara pulang ( Dipulangkan, Pulang Paksa, Melarikan diri ).
V. RIWAYAT PRIBADI.
A. Prenatal dan perinatal.
B. Masa perkembangan : Sejak lahir sampai remaja.
C. Masa Dewasa : - Riwayat pekerjaan
- Riwayat sosal.
- Riwayat perkawinan dan berkeluarga.
- Riwayat pendidikan.
- Aktivitas sosial.
- Situasi kehidupan sekarang.
- Riwayat psiko seksual.
- Riwayat hukum.
VI. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
TANDA (Sign) : Temuan obyektif yang ditemui/diobservasi/diamati pemeriksa:
 Afek datar
 Psikomotor turun
GEJALA (Symptom) : Pengalaman subyektif yang digambarkan oleh pasien :
 Tenaga berkurang
 Perasaan cemas
GANGGUAN FUNGSI MENTAL YANG PERLU DIPERIKSA ADALAH :
I. GANGGUAN KESADARAN
1. Penurunan kesadaran :
o Apati
o Somnolensi
o Sopor
o Subkoma dan koma
2. Kesadaran yang meninggi
3. Tidur :
o Insonia
o Berjalan waktu tidur
o Mimpi buruk (“ketindihan”, “nightmare”, atau poavor nocturnes)
o Narkolepsi
o Kelumpuhan tidur (“sleep paralysis”)
4. Hipnosa
5. Disosiasi :
o Trans (“trance”)
o Senjakala histerik (“hysterical twilight state”)
o Fugue
o Serangan histerik
o Sindroma Ganser, menulis otomatis atau otomatisme lain
6. Kesadaran yang berubah
7. Gangguan perhatian
II. GANGGUAN INGATAN
1. Gangguan ingatan umum : tentang yang baru saja terjadi atau tentang yang
sudah lama berselang terjadi
2. Amnesia : retrograd atau anterograd
3. Paramnesia :
o Déjà vu, jamais vu, fausse reconnaissance
o Konfabulasi
4. Hipermnesia
III. GANGGUAN ORIENTASI
1. Disorientasi waktu, tempat, dan orang
IV. GANGGUAN AFEK DAN EMOSI
1. Depresi
2. Kecemasan dan ketakutan
o Kecemasan yang mengambang
o Agitasi
o Panik
3. Euforia
4. Anhedonia
5. Kesepian
6. Kedangkalan
7. Afek atau emosi tak wajar
8. Afek atau emosi labil
9. Variasi afek atau emosi sepanjang hari
10. Ambivalensi
11. Apati
12. Amrah, kemurkaan, dan permusuhan
V. GANGGUAN PSIKOMOTOR
1. Kelambatan :
o Hipokinesa, hipoaktivitas
o Substupor atau stupor katatonik
o Katalepsi, flexibilitas cerea
2. Peningkatan :
o Hiperkinesa, hiperaktivitas
o Gaduh gelisah katatonik
o Tik (“tic”)
o Bersikap aneh
o Grimas, stereotipi, pelagakan (“Mannerism”)
o Ekhopraxia, echolalia
o Otomatisme, otomatisme perintah
o Negativisme
o Kataplexia
o Gangguan somatomotorik pada reaksi konversi : kelumpuhan, tremor,
tik, kejang-kejang, astasia-abasia
o Verbigerasi
o Kompulsi
o Gagap
VI. GANGGUAN PROSES BERPIKIR
1. Gangguan bentuk pikiran :
o Dereisme (pikiran dereistik)
o Otisme (pikiran otistik)
o Bentuk pikiran non-realistik
2. Gangguan arus pikiran :
o Perseverasi
o Asosiasi longgar
o Inkoherensi
o Kecepatan bicara lambat sekali atau sangat cepat
o Benturan (“blocking”)
o Logorea
o Pikiran melayang (“flight og ideas”)
o Asosiasi bunyi (“Clang association”)
o Neologisme
o Irelevansi
o Pikiran berputar-putar (“Circumstantiality”)
o Main-main dengan kata
o Afasi
3. Gangguan isi pikiran :
o Kegembiraan luar biasa
o Fantasi
o Fobi
o Obsesi
o Preokupasi
o Pikiran inadequate
o Pikiran bunuh diri
o Pikiran hubungan
o Rasa terasing
o Pikiran isolasi sosial
o Pikiran merendahkan diri
o Merasa dirugikan
o Merasa dingin dalam bidang sexual
o Rasa salah
o Pesimisme
o Sering curiga
o Waham
o Kekhawatiran yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya
4. Gangguan pertimbangan :
o Dalam hubungan keluarga
o Dalam hubungan sosial diluar keluarga
o Dalam pekerjaan
o Dalam rancangan untuk hari kemudiannya
VII. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
2. Ilusi
3. Depersonalisasi
4. Derealisasi
5. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
6. Gangguan psikofisiologik
7. Agnosia
VIII. GANGGUAN INTELIGENSI
1. Sangat superior
2. Superior
3. Normal
4. Perbatasan (keadaan bodoh, bebal)
5. Debilitas (keadaan tolol)
6. Imbesilitas (keadaan dungu)
7. Idiosi (keadaan pandir)
IX GANGGUAN KEPRIBADIAN
1. Kepribadian paranoid
2. Kepribadian skizotipal
3. Kepribadian skizoid
4. Kepribadian histrionik
5. Kepribadian narsisistik
6. Kepribadian antisosial - dissosial
7. Kepribadian ambang/borderline
8. Kepribadian anankastik (obsesif kompulsif)
9. Kepribadian avoidant/cemas
10. Kepribadian dependen

VII. RESUME : Semua data pendukung diagnosa ( baik data positif / negatif )

VIII. DIAGNOSIS / DIFFERENTIAL DIAGNOSIS


- Axis I : - Gangguan klinis.
- Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis.
- Diagnosa sementara.
- Diagnosa tidak ada.
- Diagnosa ditangguhkan.
- Axis II : - Gangguan kepribadian.
- Retardasi mental.
- Axis III: - Kondisi medik umum.
- Axis IV : - Masalah psiko sosial dan lingkungan.
- Axis V: - Penilaian Fungsi secara global ( ada 11 tingkatan ).
XIV. TERAPI : HOLISTIK

- FISIK : - Farmako
- Fisik
- Bedah.
- PSIKIS : - Psikoterapi. : - Supportif
- Genetik dinamik.
- SOSIO. : Family therapy
- SPIRITUAL

XV. FOLLLOW UP XVI. PROGNOSIS


- Evaluasi perkembangan Px.
- Evaluasi Dx. - Mempertimbangkan
- Evaluasi Tx. beberapa aspek:
- Umur
- Jenis gangguan/penyakit
- Stressor
- Faktor pendukung/dukungan
sosial
- Faktor Keturunan

B.4. Cara Memimpin Wawancara


1. Diniatkan untuk kesembuhan pasien dengan memohon kepada Tuhan YME
agar pasien diberikan kesembuhan ; dokter harus siap menolong.
2. Pasien ditanya terlebih dahulu , baru keluarga / pengantarnya.
Untuk bertanya kepada keluarga / pengantar harus seijin pasien, bila perlu
pasien dan keluarganya diwawancarai secara terpisah, hindari dari kecurigaan
pasien.
3. Terapis tetap tenang, jangan kaku, dengan bijaksana harus memperhatikan
kondisi pasien.
4. Jangan terlalu mengharapkan hasil yang banyak pada pertemuan pertama.
5. Usahakan pertanyaan sistimatis, kronologis dan selalu kritis / cermat.
6. Galilah / tanyakan semua gejala / psikopatologi yang terkait dengan pengisian
status ( present / psikiatrik ).
7. Usahakan kombinasi “ symptoms oriented interview” dan “ insiqht
oriented interview “.
8. Bilamana tidak dapat contak verbal, usahakan non verbal.
9. Perhatikan semua, baik yang tersurat maupun yang tersirat ( bahasa isyarat /
bahasa badan ), usahakan klatifikasi dan jangan tergesa gesa mengambil
kesimpulan.
10. Sekaligus lakukan observasi tentang :
a. Reaksi dan sikap pasien/ kesan umum : biasa, aneh, kaku, marah, malu,
cara berjalan, cara duduk, tata pakeian dsb.
b. Ekspresi wajah : Dangkal, curiga, jengkel, kosong dsb.
c. Mata : Pandangan mata, menghindar menatap, terbuka /tertutup,
kedipan mata dsb.
d. Cara bicara : Spontan, cepat, lambat, melantur dsb.
e. Reaksi otot : kaku / tegang, lemas, melawan, santai dsb.
f. Reaksi emosional yang ditunjukkan dengan kondisi fisiologik :
- Keluar air mata ( sedih ).
- Muka merah, nafas cepat ( marah ).
- Berkeringat dingin ( cemas ).
11. Merangkum dan merefleksikan isi wawancara yang didapat serta kondisi
perasaan pasien dalam / untuk mengkhiri wawancara.
12. Jangan lupa mengucapkan terima kasih atas kesediaannya .
Sampaikan kemungkinan masih diperlukan pertemuan lagi untuk membahas hal
– hal yang lain ( informasikan ).

B.5. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalamwawancara


1. Menekankan aspek “ MEDICO – ETHICO – LEGAL “
2. Sesuaikan dengan situasi tempat pemeriksaan / kerja. (Poli, Ruangan,
IRD,OK)
3. Wawancara harus dua arah, tatap muka, terbuka, obyektif dan jujur.
4. Tunjukkan rasa impati dan kesiapan menolong serta menyimpan pentingnya
kerasiaan.
5. Pertanyaan harus mudah dipahami penderita usahakan pertanyaan
terbuka,untuk menegaskan boleh pertanyaan tertutup, bila pertanyaan
spesifik perlu hati - hati.
6. Menjadi pendengar yang baik, sabar, tidak sering menyela, tidak terlalu cepat
mengambil kesimpulan.
7. Memberi perhatian, dukungan dan respon yang positif.
8. Selalu bina hubungan pasien – dokter yang baik.
9. Sebaiknya jangan : a. Mengatakan keprihatinan yang berlabihan.
b. Mengkritik pasien.
c. Membangkitkan harapan yang berlebihan.
d. Menakuti pasien.
e. Berdebat dengan pasien.
f. Menyalahkan pasien Tentang kegagalan.
g. Terlalu menunjukkan keluan.
h. Memulai secara moralitis
i. Membebankan pasien tentang kesulitan dokter.
j. Memberi contoh diri sendiri.
k. Menentramkan secara berlebihan.
l. Mengatakan “ pasti / tentu”.
m. Menyalahkan pasien (membuat malu pasien).

C. Beberapa Catatan Untuk Pasien Sulit Dilakukan Wawancara/Pemerikasaan


* Prinsip semua pasien harus dapat dilakukan pemeriksaan medik / psikiatrik 
dasar untuk diagnosis  terapi.

C 1. Pasien Gaduh Gelisah


- Dokter harus tenang, tidak boleh gelisah .
- Dibantu perawat / keamanan.
- Tetap waspada, jaga jarak kemungkinan pasien memukul.
- Dokter duduk didekat pintu, bila terjadi sesuatu bisa keluar cepat.
- Tenangkan pasien dan pengantar / keluarganya.
- Kalau perlu difiksasi : - Ikat tangan dan kaki ke tempat tidur.
- Ada pendapat lain, dapat diberikan obat penenang
( penulis kurang setuju ).
- Fiksasi harus seijin pasien / keluarga.
- Bila pasiennya meludah, tutup mulut dengan handuk.

- Selanjutnya dilakukan wawancara dan pemeriksaan


yang diperlukan.

C.2. Pasien Diam Saja, Tidak Ada Kontak


- Tetap dilaksanakan untuk wawancara.
- Tanyakan pertanyaan “ ringan “, yang mungkin tidak ada hubungannya
dengan klinis / penyakit.
- Bila tidak dapat cara verbal dicoba dengan non verbal.
- Bila masih tidak ada reaksi, harus ingat kemungkinan pasien :
- Mutisme.
- Katatonia.
- Depresi berat.
- Organic Brain disorders.

C.3. Pasien Bicara Melantur


- Makin melantur, makin jelas gangguannya.
- Laksanakan wawancara dan pemeriksaan.
- Dokter harus tetap tenang, penuh perhatian.
- Sedikit mencatat, lebih banyak mengingat.
- Jangan terlalu sering interupsi.
- Pasien demikian sulit mendapatkan informasi Kronologis dan sistimatis
Riwayat penyakitnya, perlu hetero anamnesa.
IV. Pendalaman Materi

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


( Diadaptasi dari Kaplan & Sadock dan Buku Ajar Psikiatri FKUI)

Pemeriksaan status mental merupakan gambaran keseluruhan tentang pasien yang


diperoleh dari hasil pengamatan terapis dan kesan yang terlihat dari apa yang
ditampilkan oleh pasien pada saat proses wawancara berlangsung. Status mental pasien
dari waktu ke waktu dapat berubah-ubah. Secara garis besar gambaran status mental
adalah:
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan: Gambaran tampilan dan kesan keseluruhan terhadap pasien yang
tercermin dari postur, sikap, cara berpakaian dan berdandan. Terminologi yang
sering digunakan untuk menggambarkan penampilan pasien adalah tampak
sehat, tampak sakit, tampak tenang, perawatan diri baik, tampak lebih tua,
tampak kekanak-kanakan dan lain-lain.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Pengamatan ditujukan terhadap aspek
kualitas dan kuantitas aktivitas psikomotor. Apakah terdapat kegelisahan,
perlambatan psikomotor, pergerakan tubuh secara umum dan aktivitas tanpa
tujuan. Terminologi yang sering digunakan untuk menggambarkan psikomotor
adalah tenang, gelisah, perlambatan psikomotor, peningkatan psikomotor dan
lain-lain.
c. Sikap terhadap pemeriksa: Dapat digambarkan sebagai sikap kooperatif,
bersahabat, hostil, defensif dan merendahkan. Perhatikan pula kemampuan
membentuk rapport selama wawancara.
2. Mood, afek dan keserasian afek
a. Mood: Didefinisikan sebagai suasana perasaan yang bersifat pervasif dan
bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
Pemeriksa dapat menanyakan ’bagaimana suasana perasaan saudara akhir-
akhir ini?’ Mood dapat digambarkan dengan mood yang depresi, hipotim (,
iritabel, irritable, hipertim, euforia dan lain-lain.
b. Afek: Penilaian terhadap afek dapat berupa afek normal (luas), terbatas, tumpul
atau mendatar. Gambaran afek normal(luas) dapat terlihat dari variasi
ekspresi wajah, intonasi suara, serta penggunaan tangan dan pergerakan tubuh.
Ketika
afek menjadi terbatas (terbatas), maka luas dan intensitas dan ekspresi pasien
berkurang. Afek tumpul (kayak ada tabir ga terhubung sama org normal)
terlihat melalui intensitas ekspresi emosi berkurang lebih jauh. Afek datar
(padahal lucu tp ga dianggep lucu) ditandai dengan tidak adanya ekspresi
afektif , intonasi bicara monoton dan ekspresi wajah datar.
c. Keserasian afek: Pemeriksa mempertimbangkan keserasian respons pasien
terhadap topik yang sedang didiskusikan dalam wawancara. Pasien
mengekspresikan kemarahan atau ketakutan ketika menceritakan waham kejar
maka hal ini menggambarkan afek yang serasi.
3. Pembicaraan: Deskripsikan pembicaran pasien apakah ia berbicara spontan atau
tidak, gambarkan kuantitas, kecepatan produksi dan kualitas bicara. Amati cara
pasien berbicara seperti banyak bicara, mengomel, fasih, bicara cepat atau lambat,
adakah penekanan, stuttering atau irama bicara yang tidak lazim (disprosodi).
Koheren/ tidak, asosiasi longgar
4. Persepsi: Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi dapat dihayati pasien
terhadap diri dan lingkungannya. Gangguan persepsi melibatkan sistem sensorik
seperti auditorik, visual, olfaktorik,taktil, somatik dan liliput. Dapat pula pasien
mengalami halusinasi hipnagogik yang muncul pada saat mau tidur atau halusinasi
hipnopompik yang muncul pada saat bangun tidur.
a. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menanyakan adanya halusinasi:
i. Apakah anda pernah mendengar suara atau bunyi yang tidak dapat
didengar orang lain atau ketika tidak ada orang lain disekitar anda?
(halusinasi auditorik),
ii. Apakah anda mengalami sensasi yang aneh di tubuh anda? (halusinasi
taktil), apakah anda pernah melihat sesuatu yang pada saat itu orang lain
tidak bisa melihatnya? (halusinasi visual).
iii. Apakah anda membaui sesuatu yang tidak dibaui oleh orang lain?
(halusinasi olfaktorius).
iv. Apakah anda merasa diri anda menjadi berubah tidak seperti biasanya?
( depersonalisasi)
v. Apakah anda merasa lingkungan sekitar anda menjadi berubah tidak
seperti biasanya? (derealisasi)
b. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menanyakan adanya ilusi:
i. Menurut anda, apakah warna lampu itu? (apabila lampu berwarna putih
polos dan pasien menggambarkan lampu itu berwarna warni seperti
lampu disko, maka pasien mengalami ilusi).
5. Pikiran
a. Proses pikir: Diobservasi apakah pasien mempunyai kemampuan untuk
menjawab pertanyaan, berpikir yang bertujuan, apakah respon yang
disampaikan relevan atau tidak? (koheren), apakah pasien menunjukkan
pelonggaran asosiasi pada saat berbicara? ( asosiasi longgar), apakah pasien
tidak menjawab sesuai pertanyaan selama wawancara? (inkoheren), apakah
pasien berbicara sering lompat gagasan? (flight of idea)
b. Isi pikir: Apakah kamu memiliki pikiran yang menurut orang lain aneh tapi
menurut kamu biasa aja? (waham), Apakah kamu memiliki ide mendesak yang
berulang (obsesi). Apakah saudara mempunyai ketakutan tertentu yang
bersifat irrasional? (fobia)
6. Kesadaran: Tingkat kesadaran adalah berkabut/kyk bangun tdr,
somnolen/ngantuk, stupor, koma, letargi, alert dan fugue state.
7. Orientasi: Penilaian orientasi terhadap waktu, tempat dan orang .
a. Penilaian orientasi waktu: Apakah pasien dapat dapat menyebutkan dengan
tepat tanggal, waktu, dan hari. Jika pasien dirawat, tanyakan apakah pasien
tahu berapa lama dirinya menjalani perawatan rumah sakit?
b. Penilaian orientasi tempat: Apakah pasien dapat menyebutkan nama tempat
pasien diperiksa dan perlu dinilai pula bagaimana mereka berperilaku dan
apakah mengetahui di mana mereka berada?
c. Penilaian orientasi orang: Apakah pasien dapat mengenali, menyebutkan nama,
dan memahami peran dan relasinya dengan orang-orang tersebut? Apakah
pasien tahu siapa pemeriksa?
8. Daya Ingat: Penilaian fungsi daya ingat dibagi menjadi daya ingat jangka segera,
jangka pendek, jangka sedang, dan jangka panjang.
a. Daya ingat jangka pendek: Menanyakan apa yang dimakan pasien saat sarapan
dan makan malam kemarin?
b. Daya ingat segera: Menilai recall memori dengan meminta pasien untuk
menghitung urutan 6 angka berturut-turut ke depan dan sebaliknya.
c. Daya ingat jangka panjang: Bagaimana mana masa kanak-kanak saudara?
d. Daya ingat jangka pendek: Minta pasien menceritakan beberapa kejadian
penting dalam beberapa bulan terakhir?
9. Konsentrasi dan perhatian:
a. Konsentrasi menghitung 100 dikurangi 7 secara serial sebanyak 7 kali. (pada
saat test kandidat boleh menanyakan minimal 3 kali ).
b. Perhatian: Meminta pasien untuk menyebutkan nama benda yang dimulai
dengan huruf tertentu. Meminta pasien mengeja dari belakang huruf yang
terdapat pada kata DUNIA.
10. Kemampuan membaca dan menulis: Pasien diminta untuk menuliskan kalimat
sederhana dan lengkap.
11. Kemampuan visuospasial: Pasien diminta meniru gambar jam dan pentagonal yang
berhimpitan pada satu sudut.
12. Pikiran abstrak: Kemampuan pasien untuk memahami konsep.
a. Apakah pasien dapat menyebutkan persamaan apel dan jeruk, meja dan kursi,
lukisan dan puisi?
b. Apakah pasien dapat mengartikan beberapa peribahasa ( misal: Apakah saudara
tahu arti peribahasa lebih besar pasak daripada tiang?)
13. Kemampuan Informasi dan Intelegensi: Intelegensi pasien berhubungan dengan
kosakata dan pengetahuan umum yang dimilikinya seperti nama presiden saat ini
dan informasi-informasi terkini. Pendidikan dan status ekonomi pasien juga perlu
dicatat untuk penilaian ini. Kemampuan untuk memahami konsep yang canggih juga
mencerminkan kemampuan intelegensi.
14. Pengendalian impuls: Dilakukan observasi perilaku selama wawancara.
a. Apakah pasien dapat mengontrol impuls seksual, agresif dan impuls lainnya?
b. Apakah pasien berpotensi membahayakan diri dan orang lain?
15. Daya nilai sosial: Apakah pasien memahami akibat dari perbuatan yang
dilakukannya dan apakah pemahamannya ini mempengaruhi dirinya?
a. Apakah yang akan dilakukan apabila menemukan dompet dijalan?
b. Apakah yang akan dilkaukan apabila menemukan orang jatuh di jalan?
16. Tilikan: Menilai pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Menurut
saudara apakah kondisi saudara saat ini perlu diatasi dan butuh terapi?
Derajat tilikan terdiri atas:
3. Penyangkalan penuh terhadap penyakit.
4. Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga sekaligus
menyangkalnya pada waktu yang bersamaan.
5. Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar atau faktor
organik.
6. Pemahaman bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui penyebabnya.
7. Tilikan intelektual: Mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu bahwa penyebabnya
adalah perasaan irasional atau gangguan - gangguan yang dialami, tetapi tidak
menggunakan pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa datang.
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkalinya pada saat yang bersamaan
3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis atau faktor
organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada dirinya.
5. Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan dalam
penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan
pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang
6. Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap motif-motif
perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan
perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide
dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam
kehidupannya.
8. Tilikan emosional: Pemahaman emosional terhadap motif dan perasaan-
perasaan pada diri pasien dan orang-orang penting dalam kehidupan pasien
yang dapat membawa perubahan mendasar pada perilaku pasien
17. Penilaian realita: Apakah pasien bisa membedakan mana yang nyata dan tidak
nyata? (misal: apabila pasien memiliki waham atau halusinasi, maka bisa
disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan dalam menilai realita)
18. Menilai kepribadian: Ceritakan tentang diri saudara seperti apa? Bagaimana
penilaian orang lain tentang saudara?
Checklist Keterampilan Modul Psikiatri
Wawancara Psikiatri
Nama : …………………………………………………………………………………………..……………………
NIM : ……………………………………………………………………………………………………..…………
Kelompok : ………………………………………………………………………………………………………………..
Tanggal : ………………………………………………………………………………………………………………..

Penilaian
No. KEGIATAN I II III
1. Menyapa pasien terlebih dahulu
2. Memberikan salam kepada pasien / keluarga
3. Mempersilahkan pasien dan keluarga duduk dahulu
4. Memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan wawancara
6. Meyakinkan kepada pasien / keluarga bahwa rahasianya dijaga
7. Menanyakan identitas pasien
8. Menanyakan keluhan utama (kepikiran bundir)
9. Menanyakan riwayat penyakit sekarang
10. Menanyakan riwayat penyakit dahulu
11. Menanyakan riwayat pribadi
12. Menanyakan riwayat relasi dalam keluarga
13. Menanyakan faktor keturunan
14. Menanyakan masalah stressor psikososial
15. Menginformasikan kemungkinan adanya pemeriksaan penunjang
Wawancara penutup (diagnosis, diagnosis banding,
16.
penatalaksanaan)
JUMLAH NILAI

Keterangan 0 = tidak dikerjakan


1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai / benar
2 = dikerjakan dengan benar
Tutor,
Nilai Akhir = Jumlah nilai x 100 =
16
(......................... )
Mahasiswa peserta dinyatakan LULUS apabila nilai akhir mencapai > 90
Checklist Keterampilan Modul Psikiatri
Pemeriksaan Status Mental/Psikiatri
Nama : …………………………………………………………………………………………..……………………
NIM : ……………………………………………………………………………………………………..…………
Kelompok : ………………………………………………………………………………………………………………..
Tanggal : ………………………………………………………………………………………………………………..

Penilaian
No. KEGIATAN I II III
Memeriksa dan memperhatikan DESKRIPSI UMUM: Penampilan,
1.
perilaku dan aktivitas psikomotor, sikap terhadap pemeriksa
2. Memeriksa MOOD, AFEK dan KESERASIAN AFEK
3. Memeriksa PEMBICARAAN PASIEN harus tanya
4. Memeriksa PERSEPSI / PENCERAPAN
5. Memeriksa PIKIRAN: Proses pikir, Isi pikir
6. Memeriksa KESADARAN
7. Memeriksa ORIENTASI
8. Memeriksa DAYA INGAT
9. Memeriksa KONSENTRASI
10. Memeriksa PERHATIAN
11. Memeriksa kemampuan MEMBACA DAN MENULIS
12. Memeriksa Kemampuan VISUOSPASIAL
13. Memeriksa Kemampuan PIKIRAN ABSTRAK
14. Memeriksa kemampuan INFORMASI dan INTELEGENSI
15. Memeriksa kemampuan PENGENDALIAN IMPULS
16. Memeriksa DAYA NILAI
17. Memeriksa TILIKAN
18. Memeriksa KEPRIBADIAN
19. Memeriksa kemampuan menilai realita
JUMLAH NILAI

Keterangan 0 = tidak dikerjakan


1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai / benar
2 = dikerjakan dengan benar
Tutor,
Nilai Akhir = Jumlah nilai x 100 =
19
(......................... )
Mahasiswa peserta dinyatakan LULUS apabila nilai akhir mencapai > 90

Anda mungkin juga menyukai