Anda di halaman 1dari 9

BAB 3

HASIL CASE REPORT

3.1. Temuan Kasus

Kasus ini terjadi pada anak balita perempuan berusia 16 bulan, 3

jam setelah makan, anak mulai batuk-batuk saat sedang bermain di toko

permen dan manisan milik orang tuanya, 5 menit kemudian anak tersebut

tidak sadarkan diri. Lalu pasien dibawa ke rumah sakit, saat di rumah sakit

disimpulkan bahwa pasien sudah tidak bernyawa sebelum sampai rumah

sakit.

3.2. Temuan Otopsi

Pada pemeriksaan post-mortem ditemukan sianosis di bibir

(gambar 3.1) dan dasar kuku (gambar 3.2), tidak ditemukan eksternal

maupun internal injury. Pada esofagus terdapat partikel nasi yang baru

tercerna sebagian (gambar 3.3). Pada lambung ditemukan nasi yang baru

tercerna sebagian dan partikel sambhar (masakan kari rebus yang berisi

kacang lentil dan sayur-sayuran), ditunjukan pada gambar 3.4 dibawah ini.

Pada bifurkasi trakea ditemukan kacang utuh yang belum dikunyah

maupun dicerna, sehingga mengobstruksi lumen trakea (gambar 3.5 dan

gambar 3.6).

Tanda-tanda asfiksia (+), yaitu ditemukan petechial hemmohages di

permukaan kedua paru (Gambar 3.7) dan substansia alba dari otak, lalu
kongesti organ-organ visceral dan edema pulmonal. Pemeriksaan

histopatologis yang dilakukan pada trakea dan paru menunjang gross

finding.

Gambar 3.3 Esofagus Terisi


Partikel Nasi yang
Gambar 3.1 Sianosis pada Bibir Baru Tercerna
Jenazah Sebagian

Gambar 3.2 Sianosis pada Gambar 3.4 Lambung Terisi


Dasar Kuku Nasi yang
Jenazah Tercerna
Sebagian dan
Partikel
Sambhar
Gambar 3.5 Kacang Utuh yang
Belum Dikunyah Gambar 3.6 Gambar Fokus
maupun Dicerna Dekat pada
pada Bifurkasio Bifurkasio
Trakea Trakea

Gambar 3.7 Petechial Haemorrhages pada


Kedua Permukaan Paru
3.3. Penyebab Kematian

Terdapat 3 kemungkinan penyebab kematian :

1. Makanan yang diberikan oleh ibu korban mengandung kacang

yang menyebabkan aspirasi saat korban menelan makanan.

2. Makanan yang diberikan oleh ibu korban mengandung kacang

yang saat anak bermain, makanan regurgitasi dari lambung dan

teraspirasi.

3. Anak tanpa sepengetahuan orangtua, memasukan kacang ke

mulut dan menyebabkan aspirasi saat menelan kacang

Pada investigasi lebih lanjut, orang tua memberikan keterangan

bahwa ibu korban memberikan makanan berupa nasi dan sambhar yang

tidak mengandung kacang. Namun, setelah makan, korban bermain di

toko permen dan manisan orang tuanya yang dimana juga menjual

kacang. Jadi, kemungkinan korban menelan kacang tanpa sepengetahuan

orangtua dan kacang tersebut masuk ke trakea yang dimana merupakan

penyebab kematian yaitu chocking.


BAB 4
PEMBAHASAN

Choking adalah bentuk dari asfiksia mekanik yang disebabkan

karena aspirasi benda asing, sehingga menyebakan obstruksi jalan nafas.

Penemuan isi lambung di jalan nafas tidak se-signifikan penemuan

makanan yang baru saja di telan di jalan nafas. Bila ada, anamnesis dapat

menjadi panduan yang baik, kecuali bila makanan sudah lama dimakan

sehingga sudah tercerna secara keseluruhan. Bila kasus meragukan, bau

dan reaksi asam pada indicator pH dapat membantu.


BAB 5

KESIMPULAN

Strangulasi merupakan salah satu jens asfiksia yang disebabkan oleh

penekanan eksternal pada leher. Self-strengulation bisa menggunakan

banyak benda seperti cable tie, potongan kain, dan manset tensimeter.

Pada self-strangulation cedera umumnya minimal dan jarang terjadi

fraktur pulang. Manner of death pada strangulasi sulit untuk diidentifikasi

antara suicide dengan homicide sehingga perlu dilakukan pemeriksaan

penuh.
DAFTAR PUSTAKA

Dunn, R.J., Sukhija, K. dan Lopez, R.A., 2020. Strangulation Injuries.

Wisconsin Medical Journal, 102(3), hal.41–46. Available at:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK459192/ [Diakses: 10 Juli 2021].

Jackson, N.R. and Paul, I.D., 2020. An unusual method of suicide: cable

ties. The American Journal of Forensic Medicine and Pathology, 41(3),

pp.223-226.

Janík, M., Krajcovic, J., Novomeský, F., Straka, L. and Hejna, P., 2019.

Wheelchair-assisted ligature strangulation: an unusual suicide by a

quadriparetic. The American journal of forensic medicine and pathology,

40(2), pp.160-164.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019. Situasi dan

Pencegahan Bunuh Diri. Pusat Data dan Informasi, hal.1–10.

Lo Pinto, S., Tacchella, T., Fossati, F., Bonsignore, A. and Ventura, F.,

2017. Self‐Strangulation Through A Sphygmomanometer: An Uncommon

Suicide. Journal of forensic sciences, 62(2), pp.528-530.

Lunn, M.M., 2017. Asphyxiation. Essentials of Medicolegal Death

Investigation, hal.75–89.

Payne-James, J., Jones, R., Karch, S.B. dan Manlove, J., 2020.

Simpson’s Forensic Medicine 14th ed., CRC Press.


Saukko, P. dan Knight, B., 2016. Knight’s Forensic Pathology 4th ed.,

CRC Press.

Sauvageau, A. dan Boghossian, E., 2010. Classification of asphyxia: The

need for standardization. Journal of Forensic Sciences, 55(5), hal.1259–

1267.

Sivasubramanium, M., Vadysinghe, A.N. and Thilakarathne, S.N.K., 2018.

Asphyxia using a piece of a sarong at a psychiatric unit: a case of self-

strangulation. Archiwum Medycyny Sądowej i Kryminologii/Archives of

Forensic Medicine and Criminology, 68(3), pp.179-187.

Sorenson, S.B., Joshi, M. dan Sivitz, E., 2014. A Systematic Review of the

Epidemiology of Nonfatal Strangulation, a Human Rights and Health

Concern. American Journal of Public Health, 104(11), hal.e54. Available

at: /pmc/articles/PMC4202982/ [Diakses: 10 Juli 2021].

Thierauf, A. dan Pollak, S., 2013. Strangulation. Encyclopedia of Forensic

Sciences: Second Edition, hal.19–26.

Zorro, A.R., 2014. Suicidal strangulation by double ligature: A case report.

Medicine, Science and the Law, 54(2), pp.110-112.

Anda mungkin juga menyukai