Anda di halaman 1dari 13

Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 14 November 2019

Kamis, 21 November 2019


Dosen Pembimbing : Shafia Khairani, drh., M.Si.
Ita Krissanti, drh., M.Si.
Kelompok Praktikum : 4 (Empat)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT


BAKTERIAL-MIKAL
ASPERGILLOSIS

Anggota Kelompok NPM Tanda Tangan


1. Dinda Purnomo P. 130110170031 ..................
2. Daniswara D. D. 130110170036 ..................
3. Vinne Chandra S. 130110170041 ..................
4. Khairunnisa L. 130110170046 ..................

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I.1. Pengertian Aspergilosis


Aspergillosis merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan dan
kadang-kadang bersifat sebagai infeksi umum yang disebabkan oleh beberapa
spesies kapang Aspergillus. Penyakit ini dapat menyerang baik pada hewan,
unggas jinak maupan liar dan manusia, umumnya penyakit Aspergillosis
ditandai gangguan saluran pernapasan dan adanya bentukan peradangan
bergranuloma yaitu nodul-nodul perkejuan yang berwarna kuning.
Pada unggas, penyakit Aspergillosis merupakan penyakit mikosis
terpenting di Indonesia. yang disebabkan oleh Aspergillus fumigatus sebagai
penyebab utama, Aspergillus flavus dan Aspergillus niger (Hastiono, 1986).
Kapang Aspergillus bersifat kosmopolitan, sporanya yang mempunyai ukuran
sangat kecil dan ringan mudah menyebar di udara sehingga mempunyai peran
yang sangat besar dalam mencemari bahan-bahan lain.

I.2. Etiologi
Aspergillosis disebabkan oleh jamur atau cendawan dari genus
Aspergillus. Beberapa spesies yang paling patogen adalah Aspergillus
fumigatus, A. flavus, A. niger.
Aspergillus fumigatus menghasilkan racun yang mengakibatkan
perdarahan yang akut di beberapa bagian tubuh, serta keguguran pada sapi dan
domba. Sedangkan A. flavus menghasilkan zat yang bersifat karsinogenik dan
sangat beracun yang disebut aflatoksin. Aspergillus lainnya bersifat
opurtunistik pada individu pada kelainan anatomi dari saluran pernapasan.
(Queen et al., 2017)

I.3. Patogenesa
Mikotoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. lebih dikenal dengan
aflatoxin, dapat menyerang sistem saraf pusat, beberapa diantaranya bersifat
karsinogenik menyebabkan kanker pada hati, ginjal, dan perut (Buckle et al.,
2007). Cara penularan Aspergillosis terutama melalui pernafasan, yaitu
dengan menghirup spora dalam jumlah banyak (perinhalasi). Selain itu

1
penyakit ini dapat ditularkan melalui telur, Aspergillus dapat menembus kulit
kerabang telur dan mampu membunuh embrionya, karenaorganisme ini dapat
tumbuh di bagian dalam dalam dari telur, yang dapat menurunkan daya tetas
dan peningkatan kematian embrio.

I.4. Gejala Klinis


Ada 2 gejala klinis pada penyakit Aspergillosis, yaitu gejala klinis akut
dan kronis. Pada Aspergillosis akut, lebih banyak terjadi pada hewan yang
sangat muda, umur dibawah 2 minggu dan kematian bisa mencapai 10%. Pada
gejala klinis akut gejala yang terlihat meliputi kesulitan bernafas (dyspnoea),
bernafas melalui mulut, peningkatan frekuensi pernafasan, pertumbuhan
lambat, temperature meningkat, kehilangan nafsu makan dan kadang dapat
terjadsi paralysis (kelumpuhan), kejang-kejang yang disebabkan oleh toksin
Aspergillus sp.
Ayam yang terinfeksi berat biasanya akan mati dalam waktu 2-4 minggu.
Mortalitas sekitar 5%-20% tapi juga kadang-kadang dapat mencapai 50%.
Pada saat kronis, gejalayang terlihat pada bentuk ini meliputi kehilangan nafsu
makan, lesu, bernafas melalui mulut, sianosis (kebiruan pada kulit di daerah
kepala dan jengger) dan dapat berlanjutdengan kematian (Tabbu, 2000).

I.5. Perubahan Patologis


Secara makroskopis, gambaran patologis Aspergillosis pada unggas
berupa:
a. Paru-paru
Pada bentuk akut, ada nodul berukuran 1-3 mm tersebar merata.
Nodul bewarna putih kekuningan yang didalamnya berisi eksudat
mengkeju bewarna kuning kehijauan. Proses perkejuan ini dapat
berubah menjadi pengapuran.
b. Kantung hawa
Kantung hawa menebal dan membentuk bercak kecil berwarna
putih kekuningan. Bagian tengah menonjol dan bergabung
membentuk lapisan penebalan serosa atau lempengan pengkejuan
pada serosa setebal 5 mm.
c. Bronkus dan trakea

2
Organ ini tersumbat oleh cairan radang seperti pada kantung
hawa.
d. Saluran pencernaan
Pada mulut, ventrikulus, dan usus terdapat bercak-bercak kecil.
e. Hati, limpa, ginjal, dan ovarium
Terdapat nodular terutama pada bagian yang berdekatan dengan
kantung hawa.
f. Syaraf
Adanya abses dalam otak besar dan otak kecil.
g. Mata
Terdapat nodul pada mata, menyebabkan kelopak mata
membengkak dan mata tertutup, biasanya terjadi pada sebelah mata
saja.
h. Tulang dan persendian
Terjadi osteo-arthritis berakibat timbulnya kepincangan.
i. Telur
Aspergillus fumigatus dapat menginfeksi telur segar ataupun
bertunas, kapang memasuki kulit telur terutama yang kotor melalui
pori - pori. Infeksi terjadidi luar tubuh. Pertumbuhan kapang terjadi
pada ruang udara telur dan dapat diamati dengan meneropong
dengan lampu atau memecahkannya.

3
BAB II

MATERIAL DAN METODE

II.1. Materi
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini adalah:
rat tooth tissue, gunting bedah, scalpel no.4 dengan blade no. 20, object
glass, selotip, ayam yang telah diinfeksi Aspergillus fumigatus, pewarna LCB,
serta media Sabouraud Dextrose Agar (SDA).

II.2. Metode

II.2.1. Infeksi dan Nekropsi Ayam

1. Diinfeksi ayam dengan Aspergillus fumigatus selama 1 bulan


dengan meneteskan biakan melalui kedua lubang hidung ayam.
2. Ayam yang telah terinfeksi kemudian dimatikan untuk nekropsi.
Nekropsi dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan
rongga abdomen hingga ke toraks. Perhatikan kondisi setiap
organ terhadap adanya perubahan maupun perlekatan, serta
akumulasi cairan pada peritoneum/toraks.
3. Selama prosedur, diamati juga kantung hawa (air sac),
paru-paru (pulmo), proventrikulus serta gizzard dari adanya
tanda-tanda perubahan/ lesio patologis.

II.2.2. Isolasi pada Media SDA

1. Diinokulasikan sampel dari potongan kantung hawa (air sac)


dan paru-paru (pulmo) ayam pada media SDA.
2. Sampel diinkubasikan pada suhu 37℃ selama 1 (satu) minggu.
II.2.3. Pengamatan Hasil Isolasi pada Media SDA
1. Diambil biakan yang telah tumbuh pada media SDA
menggunakan selotip.
2. Diteteskan pewarna LCB pada object glass.
3. Selotip yang telah mengandung biakan ditempelkan diatas
pewarna LCB.
4. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.

4
BAB III

HASIL

No. Gambar Keterangan


1 Aspergillus sp. yang tumbuh diduga
merupakan Aspergillus niger karena
berkoloni hitam.

Gambar 1
Biakan Aspergillus dari isolat organ
ayam 1
(Media SDA, makroskopis)

Gambar 2
Biakan Aspergillus dari isolat organ
ayam 2
(Media SDA, makroskopis)
2 Mikroskopis Aspergillus niger dapat
dibedakan dengan Aspergillus sp.
lainnya dengan mengamati vesiclenya
yang membulat.

Gambar 3
Aspergillus sp.
(pewarnaan LCB, sampel isolat
organ ayam 1)

5
Gambar 4
Aspergillus sp.
(pewarnaan LCB, sampel isolat
organ ayam 2)

Gambar 5
Aspergillus fumigatus.
(pewarnaan LCB, sampel lab,
pembanding)

3 Kantung hawa (air sac) pada kedua


ayam tampak keruh.

Gambar 6
Kantung hawa (air sac) dari ayam

6
1
Gambar 7
Kantung hawa (air sac) dari ayam 2
4 Tidak ditemukan adanya kelainan pada
crop dari kedua ayam.

Gambar 8
Crop dari ayam

1
Gambar 9
Crop dari ayam 2

5 Pada ayam 2, terdapat lesio pada


proventrikulus; sedangkan pada ayam 1
tidak ditemukan adanya kelainan.

Gambar 10
Proventrikulus dari ayam 1

7
Gambar 11
Proventrikulus dari ayam 2
6 Tidak ditemukan adanya kelainan pada
gizzard dari kedua ayam.

Gambar 12
Gizzard dari ayam 1

Gambar 13
Gizzard dari ayam 2

8
BAB IV

PEMBAHASAN

Aspergillosis merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh


infeksi jamur dari genus Aspergillus. Penyakit ini sering menyerang ayam, kalkun,
burung liar dan burung dalam sangkar. Aspergillosis di Indonesia di sebabkan
oleh beberapa spesies Aspergillus, yaitu: Aspergillus fumigatus, A. flavus, A.
glaucus, A. niger, dan A. vesicolor. Jamur-jamur ini selalu ditemukan pada pakan
dan juga pada bahan-bahan lainnya (Fadilah, 2011). Penyakit Aspergillosis pada
unggas merupakan penyakit mikosis terpenting di Indonesia, yang disebabkan
oleh Aspergillus fumigatus sebagai penyebab utama, A. flavus dan A. niger.
Aspergillus bersifat kosmopolitan, sporanya yang mempunyai ukuran sangat kecil
dan ringan mudah menyebar di udara sehingga mempunyai peran yang sangat
besar dalam mencemari bahan-bahan lain (Alvarez-Perez et al., 2010). Pada
praktikum kali ini, dilakukan identifikasi terhadap sampel dua ekor ayam yang
sebelumnya telah diinfeksi dengan Aspergillus fumigatus.

Teknik identifikasi yang digunakan yang pertama yaitu pemeriksaan hasil


nekropsi secara patologi anatomi yang muncul pada ayam yang diinfeksi.
Perubahan patologi anatomi yang ditimbulkan akibat infeksi Aspergillus sp.
umumnya tampak pada organ-organ, seperti ditemukannya
eksudat caseosa (putih kekuningan) pada percabangan trakea, bungkul-bungkul
perkejuan pada kantung hawa, nodul caseosa pada paru-paru, serta lesio pada
crop, gizzard dan proventriculus (Fadilah, 2011). Berdasarkan hasil nekropsi
yang kami lakukan, pada ayam ke-1 (satu) ditemukan adanya nodul caseosa pada
paru-paru, perkejuan pada kantung hawa, serta lesio pada crop dan proventriculus.
Serupa halnya pada ayam ke-2 (dua), ditemukan nodul caseosa pada paru-paru
dan perkejuan pada kantung hawa. Temuan ini menjadi ciri penyakit
aspergillosis.
Selanjutnya, potongan organ paru-paru dan kantung hawa dari ayam ke-1 dan
ayam ke-2 diambil untuk kemudian ditanamkan pada media Sabouraud Dextrose
Agar (SDA) yang berbeda antara ayam ke-1 dan ayam ke-2. Penanaman biakan
juga dipisahkan antara sampel dari paru-paru dan sampel dari kantung hawa
dengan cara membagi dua media dengan garis imajiner. Teknik penanaman

9
sampel dilakukan dengan cara menempatkan organ ke dalam biakan dan
kemudian diinkubasi pada suhu 37℃selama 1 (satu) minggu. Setelah diinkubasi,
biakan yang tumbuh diperiksa secara makroskopis. Pada hasil biakan ayam ke-1
diperoleh biakan berwarna hitam dengan tepian berwarna putih. Serupa halnya
dengan hasil biakan ayam ke-2. Kelembaban yang tinggi ditunjukan oleh adanya
titik-titik air pada cawan petri dari kedua biakan. Kedua biakan yang tumbuh
diduga merupakan Aspergillus fumigatus, dengan Aspergillus niger sebagai
infeksi sekunder. A. niger terlihat berwarna hitam dengan pinggiran putih,
sedangkan A. fumigatus berwarna hijau tua dengan pinggiran putih. Koloni
tersebut berwarna terang dengan miselium seperti kapas. Awal mula pengamatan,
koloni muncul sebagai filamen putih dan berubah warna tergantung spesiesnya.
Koloni Aspergillus juga ditandai dengan konidia yang menyebar (Hartana, 2014).

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan terhadap biakan yang telah disediakan


dari lab. Teknik yang dilakukan dalam pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan
pertama-tama dengan meneteskan lactophenol cotton blue (LCB) ke atas object
glass. Selanjutnya biakan diambil dari cawan petri menggunakan selotip,
kemudian ditempelkan pada object glass tersebut. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia (konidiofora) pendek halus
berwarna kehijauan, kepala konidia (vesikel) berbentuk bulat. Biakan ini diduga
merupakan A. fumigatus. Dugaan ini berdasarkan pernyataan dari Redig 2005,
bahwa Aspergillus secara mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia
(konidiofora), vesikel dan spora/konidia berbentuk bulat berwarna hijau kebiruan.

10
BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil dan pembahasan


mengenai praktikum ini yaitu:

1. Aspergillosis merupakan penyakit saluran pernafasan yang


disebabkan oleh infeksi jamur dari genus Aspergillus. Penyakit ini
sering menyerang unggas.

2. Penyakit Aspergillosis pada unggas merupakan penyakit mikosis


terpenting di Indonesia, yang disebabkan oleh Aspergillus fumigatus
sebagai penyebab utama, A. flavus dan A. niger.

3. Umumnya, penyakit Aspergillosis ditandai gangguan saluran


pernapasan dan adanya bentukan peradangan bergranuloma, yaitu
nodul-nodul perkejuan yang berwarna kuning pada organ-organ
respirasi.

V.2. Saran
Hasil praktikum ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk
pengembangan belajar. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan laporan di kemudian hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alvarez-Perez, S., A. Mateos, L. Dominguez, E. Martinez-Nevado, J.L. Blanco, M.E.


Garcia. 2010. Polyclonal Aspergillus fumigatus infection in captive penguins.
Veterinary Microbiology 144(3): 444–449.

Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet dan Wootton. 2007. Ilmu Pangan. Edisi
ke-4. Terjemahan: Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI-Press.

Fadilah, R., A. Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit Pada Ayam. Jakarta: Agromedia
Pustaka.

Hartana, S.N. 2014. Keanekaragaman Cendawan yang Diisolasi di Lokasi


Perkandangan Ayam. Skripsi. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.

Hastiono, S. 1986. Hubungan antara tingginya populasi Aspergillus spp. patogenik


pada pakan dan bahan-bahan lainnya dengan tingkat kejadian aspergillosis pada
unggas. Penyakit Hewan Vol. XVIII No. 31. Hal 49 – 53

Redig, P. 2005. Mycotic infections in birds I: Aspergillosis. North American


Veterinary Conference Proceedings, Eastern States Veterinary Association 1
192–1194.

Tabbu C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Yayasan


Kanisius.

Queen, P. J., B. K. Markley, M. E. Carter, W. J. Donneldy dan F. C. Leonard. 2002.


Veterinary, Microbiology and Microbial Disease. United Kingdom: Blackwel
Publishing.

12

Anda mungkin juga menyukai