Anda di halaman 1dari 21

IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp PADA PASIEN

PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

ANGGUN PUSPITA SARI

20001010

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

AKADEMI KESEHATAN JOHN PAUL II PEKANBARU

2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis. Penularan terjadi ketika penderita TBC paru BTA positif batuk atau
bersin dan tanpa disengaja penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Seorang penderita tuberkulosis paru BTA positif dapat menginfeksi
10-15 orang di sekitarnya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi terduga
dan kasus baru TBC paru di sekitar tempat tinggal penderita TBC paru BTA positif.
Jamur adalah suatu tumbuhan yang sangat sederhana, berinti, berspora, tidak
berklorofil, berupa sel atau benang bercabang-cabang dengan dinding dari selulosa atau
khitin atau keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual.
(Suryaani et al., 2020)
Jamur terbagi dalam dua golongan yaitu jamur yang uniseluler disebut khamir;
contoh Saccharomyces cerevisiae dan yang multiselluler disebut kapang; contoh
Aspergillus fumigatus. Jamur juga terbagi dalam dua golongan berdasarkan ukuran
yaitu mikrofungi merupakan jamur yang strukturnya hanya dapat dilihat dengan
mikroskop dan makrofungi yaitu jamur yang membentuk tubuh buah yang terbagi lagi
dalam dua golongan yaitu jamur-jamur yang dapat dimakan atau disebut Edible.
(Suryaani et al., 2020)
Jamur pathogen merupakan suatu mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia karena jamur tumbuh secara kosmopolit dengan kehidupan
manusia baik di tanah maupun di air. Penyakit oleh jmaur terjadi akibat infeksi jamur
pada tubuh manusia. Infeksi jamur disebabkan oleh kolonisasi spora jamur di organ
atau bagian tertentu pada tubuh (Khalik 2017). Infeksi karena jamur disebut dengan
mikosis. Mikosis pada sistem pernapasan dapat terjadi pada saluran napas atas dan
saluran napas bawah. Mikosis yang paling sering ditemukan pada saluran napas bawah
adalah Tuberkulosis Paru (PMKI 2011).
Tingginya kekerapan Tuberkulosis Paru di Indonesia merupakan salah satu
penyebab tingginya infeksi jamur paru di Indonesia walaupun masih relatif jarang bila
dibandingkan dengan infeksi bakteri atau virus. Golongan jamur yang sering
menyebabkan infeksi oportunistik pada paru-paru adalah Aspergillus sp (Sukamto
2004).
Aspergillus sp dapat membentuk kolonisasi pada bronkus dan kavitas paru dengan
latar belakang penyakit Tuberkulosis Paru. Salah satunya adalah Aspergillus fumigatus
yang terbukti menghasilkan endotoksin yang mampu menghemolisa eritrosit manusia
dan hewan. Jamur Aspergillus fumigatus ternyata memang merupakan yang paling
sering menimbulkan Aspergilosis pada manusia. Jamur Aspergillus lainnya yang
menyebabkan Aspergilosis pada manusia adalah Aspergillus niger, Aspergillus flavus
dan Aspergillus nidulans (Sukamto 2004).

1.2 Rumusan masalah


Dalam penelitian ini didapatkan rumusan masalah apakah terdapat jamur Aspergillus
sp pada pasien penderita Tuberkulosis Paru di Ariffin Ahmad Pekanbaru.

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui mikroorganisme pada pasien penderita Tuberkulosis Paru di RSUD
Ariffin Ahmad Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan memberi informasi ataupun acuan tambahan bagi
peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan Tuberkulosis dan Aspergillus sp.
2. Bagi institute
Dapat dijadikan sumber referensi dan bahan masukan untuk perkembangan ilmu
kesehatan khusus nya dalam bidang mikologi.

1.5 Keaslian penelitian


Judul penelitian KTI “ Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada Pasien Penderita
Tuberculosis Paru Di RSUD Ariffin Achmad Pekanbaru”
Tabel 1.1 Keaslian penelitian

No Peneliti Judul referensi Hasil Referensi Persamaan Perbedaan


(Tahun)
1 Herdyanti Dwi IDENTIFIKASI Jamur pathogen Mengidentifikasi Lokasi penelitian ini di
(2018) JAMUR PADA merupakan suatu Jamur RSUP.Adam Malik
PASIEN mikroorganisme yang Aspergillus sp
PENDERITA dapat menyebabkan pada pasien
TUBERKULOSIS penyakit pada manusia tuberculosis
PARU DI RSUP
karena jamur tumbuh paru
H. ADAM
MALIK secara kosmopolit
dengan kehidupan
manusia baik di tanah
maupun di air.
Aspergillus sp dapat
membentuk kolonisasi
pada bronkus dan
kavitas paru dengan
latar belakang penyakit
Tuberkulosis Paru.
Salah satunya adalah
Aspergillus fumigatus
yang terbukti
menghasilkan
endotoksin yang
mampu menghemolisa
eritrosit manusia dan
hewan. Dari hasil
penelitian di RSUP H.
Adam Malik Medan
terdapat 5 sampel yang
menunjukan bahwa
sampel nomor 1
ditemukan Aspergillus
fumigatus dan Aspergillus
niger, sampel nomor 4
ditemukan Aspergillus
flavus, sampel nomor 2,3
dan 5 ditemukan Candida
albicans.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Tuberkulosis
Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini mampu hidup selama berbulan-bulan di
tempat yang sejuk dan gelap, terutama di tempat yang lembab (Tim Program TB St.
Carolus 2017). Kuman TB dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru sehingga disebut TB
paru. Selain menginfeksi paru, kuman TB bisa masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Penyebaran ini menimbulkan penyakit TB di bagian tubuh yang lain, seperti
tulang, sendi, selaput otak, kelenjar getah bening, dan lainnya. Penyakit TB diluar paru
disebut TB extrapulmoner (Tim Program TB St. Carolus, 2017) (Athaya, 2021)

2.1.2 Etiologi

Umumnya Myobacteruim tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil


organtubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam
pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis.
Sehingga disebutsebagai Basil Tahan Asam (BTA). Myobacteruim tuberculosis
cepat mati denganmatahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang
gelap dan lembab.Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai
beberapa tahun). TB initimbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak
diri di dalam sel-sel fagosit. (Fauziah, 2015)

Penyebab utama meningkatnya masalah TB antara lain adalah kemiskinan


pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara yan sedang berkembang, ti
dakmemadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya organisasi
pelayananTB ( kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis
yang tidak standar,obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan,
pencatatan
dan pelaporan yang terstandar, dan sebagainya), tidak memadainya tatalaksana kasu
s(diagnosis dan panduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus
yangdidiagnosis), salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG, infrastruktur
kesehatanyang buruk pada Negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau
pergolakanmasyarakat, dan perubahan demografi karena meningkatnya penduduk
dunia serta perubahan struktur umur kependudukan dan dampak pandemik HIV.
(Fauziah, 2015 di kutip dari depkes 2007)

Tuberkulosis memiliki ciri morfologi sebagai berikut: berbentuk batang,

ramping, lurus atau sedikit bengkok dengan ujung bulat dan lebar bervariasi dari
0,3-0,6 µm dan panjang 1-4 µm, tahan asam, tidak berspora dan tidak berkapsul
(Mertaniasih, Koendhori, dan Kusumaningrum, 2019).(Athaya, 2021)
Figure 1

https://twitter.com/microbioblog/status/580298280455684096

Menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana (PNPK)

Tuberkulosis, Menkes 2019 Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke


manusia lain lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus yang keluar
ketika seorang yang terinfeksi TB paru batuk, bersin, atau bicara. Ada 3 faktor yang
menentukan transmisi Mycobacterium tuberculosis, yaitu :

1. Jumlah organisme yang keluar ke udara


2. Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang dan
ventilasi.
3. Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi(Athaya, 2021)
2.1.3 Patogenesis
Tuberkulosis paru ditularkan melalui aerosol atau percikan dahak infeksius
(droplet nuclei) yang terhirup masuk saluran napas (Mertaniasih, Koendhori, dan
Kusumaningrum, 2019).(Athaya, 2021)
Setelah inhalasi, nukleus percik renik terbawa menuju percabangan trakea-
bronkial dan dideposit di dalam bronkiolus respiratorik atau alveolus, dimana
nukleus percik renik akan dicerna oleh makrofag alveolus kemudian memproduksi
respon nonspesifik terhadap basilus. Infeksi bergantung pada kapasitas virulensi
bakteri dan kemampuan bakterisid makrofag alveoulus yang mencernanya. Apabila
bacillus dapat bertahan melewati mekanisme pertahanan awal ini, basillus dapat
bermultiplikasi di dalam makrofag (Menkes 2019). Tuberkulosis paru terbagi
menjadi dua, yaitu :
a. Tuberkulosis Primer
Percik renik yang mengandung basil yang terhirup dan menempati
alveolus terminal pada paru akan mengalami terfagositosis oleh makrofag.
Mikobakteria mampu menghambat bakterisid yang dimiliki makrofag alveolus,
sehingga bakteri dapat melakukan replikasi di dalam makrofag. Makrofag dan
monosit menuju fokus infeksi dan memproduksi respon imun, area inflamasi ini
disebut sebagai Ghon focus (Menkes 2019). Basil dan antigen bermigrasi keluar
dari Ghon focus melalui jalur
limfatik menuju limfe nodus hilus dan membentuk kompleks (Ghon) primer. Di
dalam nodus limfe, limfosit T akan membentuk suatu respon imun spesifik dan
mengaktivasi makrofag untuk menghambat pertumbuhan basili yang terfagositosis
((Athaya, 2021)dalam Menkes 2019).
b. Tuberkulosis Pasca Primer

Penyakit yang terjadi pada host yang sebelumnya pernah tersensitisasi bakteri
Tuberkulosis. Terjadi setelah periode yang memakan waktu bulan hingga tahunan
setelah infeksi primer. Hal ini dikarenakan reinfeksi. Karakteristik dari TB post
primer adalah ditemukannya kavitas pada lobus superior paru ((Athaya, 2021)dalam
Menkes 2019).

2.1.4 Manifestasi Klinis TB


Umumnya, TB paru ditandai oleh gejala berikut:
o Batuk berdahak, yang berlanjut selama tiga minggu atau lebih
o Kehilangan berat badan
o Demam terutama pada sore hari
o Keringat basah kuyup di malam hari
o Kelenjar bengkak, terutama di leher.

Pada anak-anak gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.

1. Gejala umum
 Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan
penanganan gizi yang baik.
 Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,
malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan
keringat malam.

 Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling


sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.

 Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
dada.

 Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak


sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan
tanda-tanda cairan dalam abdomen.

Gejala Khusus
o TB kulit atau skrofuloderma
o TB tulang dan sendi, meliputi :
 Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
 Tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
 Tulang lutut: pincang dan atau bengkak
o TB otak dan saraf Meningitis dengan gejala kaku kuduk, muntah-muntah
dan kesadaran menurun.
o Gejala mata
 Conjunctivitis phlyctenularis
 Tuburkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi) .
Seorang anak juga patut dicurigai menderita TB apabila:
o Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA
positif.
o Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikkan BCG (dalam 3-7
hari).

2.1. 5 Diagnosis
Diagnosis Semua pasien terduga TB harus menjalani pemeriksaan bakteriologis
untuk
mengkonfirmasi penyakit TB. Pemeriksaan bakteriologis merujuk pada
pemeriksaan apusan dari sediaan biologis (dahak atau spesimen lain), pemeriksaan
biakan dan identifikasi Micobacterium tuberculosis atau metode diagnostik cepat
yang telah mendapat rekomendasi WHO (Menkes 2019). Pemeriksaan mikroskopis
dengan metode pewarnaan ZN masih menjadi pilihan pertama untuk deteksi awal
TB (Suryawati, B., dkk 2018)(Athaya, 2021)

2.2 Aspergillus. Sp

2.2.1 Etiologi

Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes


yang dapat ditemukan dimana-mana di alam ini. Aspergillus membutuhkan suhu
yang hangat, kelembaban dan material organik untuk berkembang biak. Ia tumbuh
sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada
tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan di
rumah sakit dan laboratorium. Penyakit sistem pernapasan yang disebabkan oleh
infeksi jamur Aspergillus sp disebut Aspergillosis (Hasanah, U. 2017). (Athaya,
2021)

Aspergillus membentuk filamen-filamen panjang bercabang dan dalam


media biakan membentuk miselia dan konidiospora. Aspergillus berkembang biak
dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiospora pembentuk
spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat
dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru-paru. Manusia
menghirup spora Aspergillus setiap hari, namun Aspergillosis umumnya hanya
berkembang pada individu yang immunocompromised. Spora yang terinhalasi dan
berkolonisasi akan menginvasi jaringan paru dan berkembang hingga
mengakibatkan kerusakan jaringan paru (Hasanah, U. 2017).(Athaya, 2021)

2.2.2. Epidemiologi

Aspergillus adalah saprofit umum di tanah dan pada bahan tanaman yang
membusuk dan sporanya terdapat di mana-mana di lingkungan hidup. Manusia yang
rentan terpapar spora ini terutama orang yang bekerja dengan tumbuhan yang
membusuk, seperti jerami berjamur di pertanian. Spesies Aspergillus paling sering
menyerang saluran pernapasan, proses penyakit umumnya mengikuti inhalasi spora
tetapi jamur juga dapat masuk langsung ke jaringan tubuh melalui luka atau selama
operasi. Aspergillosis dianggap sebagai infeksi jamur paling umum kedua yang
membutuhkan rawat inap di Amerika Serikat (Chander 2018)(Athaya, 2021)
A. Aspergillus sp

Klasifikasi :

Divisi : Mycophyta

Sub Phylum : Eumycophyta

Class : Ascomycetes

Sub class : Euascomycetes

Ordo : Aspergillales

Famili : Aspergillaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus. sp (hijau keabu-abuan) A.niger (hitam)

Gambar Aspergillus.sp
Aspergillus banyak tersebar di mana-mana, banyak diantaranya terdapat
dalam makanan yang telah basi. Bentuk koloninya padat dan pertumbuhannya
lambat (garis bawah koloninya 28 dalam waktu 8 hari). Warna koloninya mula-
mula putih kemudian berubah menjadi hijau kebiru-biruan. A. niger merupakan
spesies terbesar dan terdapat di mana-mana. Bila di lihat dengan mikroskop, ujung
spora tampak besar, terbungkus rapat, bentuk bulat hitam atau coklat hitam.

Ciri-ciri Aspergillus adalah :

1. mempunyai septae, myceliumnya bercabang dan biasanya tidak berwarna

2. Koloninya kadang-kadang membentuk zona-zona.

3. Konidiophorenya terdiri dari sel kaki (sel mycelia khusus yang akan menjadi
besar dan berdinding tebal)

4. Sterigmata dan untaian konidia ini tidak bercabang. (Suryaani et al., 2020)
BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif yaitu


penelitian yang menggunakan prosedur pemeriksaan untuk memberikan gambaran
hasil identifikasi jamur Aspergillus sp pada pasien tuberculosis paru.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu hubungan


antara variable bebas dan variable terikat dan melakukan pemeriksaan pada waktu
yang bersamaan.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Penelitian Akademi


Kesehatan John Paul II Pekanbaru.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan januari-februari 2023.

3.4 Populasi Dan Sampel

3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini merupakan pasien Rumah Sakit Ariffin Ahmad
Pekanbaru yang di identifikasi positif Tuberculosis paru.

3.4.2 Sampel

Sampel yang di gunakan pada penelitian ini adalah specimen sputum dari
pasien penderita tuberculosis paru di Rumah Sakit Ariffin Ahmad Pekanbaru.

3.5. Metode Pemeriksaan

Metode pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan


menggunakan metode Ziehl-Neelsen (ZN), Kalium Hidroksida (KOH),
kultur/biakan Jamur media SDA dan Lactophenol Cotton Blue (LPCB) metode
staining.

3.6. Prinsip Kerja

1. Metode Ziehl-Neelsen (ZN) Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai


lapisan lilin dan lemak yang sukar tembut cat, dengan pengaruh fenol dan
pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin
(Ariandi, D. 2019)

2. Larutan KOH 10% Larutan KOH 10% akan melisiskan kulit, kuku, dan
rambut sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat
hypha atau spora (Ardila, N. 2017).

3. Kultur Jamur Media yang digunakan sebagai media pertumbuhan fungi


Aspergillus sp. adalah SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dengan
penambahan antibiotik kloramfenikol. Komposisi SDA ada pepton sebagai
sumber nitrogen, dextrose sebagai sumber karbohidrat, agar-agar sebagai
pemadat dan antibiotik kloramfenikol yang berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan bakteri (Yuniarti, T., dan Rosanty, A. 2017).

4. Larutan LPCB Reagen yang digunakan sebagai pewarnaan untuk jamur.


Reagen LPCB mengandung Kristal fenol, cotton blue, asam laktat, gliserol
dan air suling. Cotton blue berfungsi memberi warna pada jamur, gliserol
berfungsi menjaga fisiologi sel dan menjaga sel kering, asam laktat
mempertahankan struktur jamur dan membersihkan jaringan sementara fenol
berfungsi sebagai desinfektan (Asali, T., Natalia, D. dan Mahyarudin, 2018).

3.7. Prosedur Kerja

1. Metode Ziehl-Neelsen (ZN) Prosedur pewarnaan (Ariandi, D. 2019) :

1) Dibuat sediaan dengan cara coiling ukuran 2x3 cm

2) Lalu sediaan dilewatkan 3x melalui api spirtus

3) Kemudian sediaan digenangi dengan Karbol Fuchsin

4) Dari bawah sediaan dipanaskan dengan menggunakan spirtus sampai


keluar uap (jangan sampai mendidih)

5) Diamkan selama minimal 5 menit. Lebih lama diperbolehkan tetapi cat


sediaan jangan sampai kering

6) Sediaan dibilas dengan hati-hati dengan air mengalir

7) Sediaan dimiringkan dengan menggunakan pinset/penjepit kayu untuk


membuang air

8) Sediaan digenangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna


merah Karbol Fuchsin
9) Digenangi dengan Methylen Blue selama 10-20 detik 10) Sediaan dibilas
dengan air mengalir, keringkan sediaan pada rak pengering. Jangan
keringkan dengan tisu

2. Larutan KOH 10%

Prosedur pemeriksaan (Geni, L., dan Zuraida, V. V. 2016) :

1) Diambil spesimen sputum secukupnya dengan ose yang telah dipanaskan


dan diletakkan di atas kaca objek

2) Ditambahkan 1 tetes KOH 10% dan ditutup dengan kaca penutup

3) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x40 untuk


melihat adanya elemen jamur

3. Kultur Jamur

Prosedur pemeriksaan (Geni, L., dan Zuraida, V. V. 2016) :

1) Dimasukkan 2 ml sputum ke dalam tabung dan ditambahkan 4 ml NaCl


0,9%, dihomogenkan

2) Dipipet 0,1 ml bahan pemeriksaan yang sudah diencerkan tadi ke dalam


media SDA, diratakan pada permukaan media 20

3) Diinkubasi pada suhu kamar selama 2-7 hari

4) Amati pertumbuhan jamur setiap hari dan dihitung koloni jamur yang
tumbuh disetiap cawan petri

5) Periksa koloni jamur yang tumbuh secara makroskopis dan mikroskopis

4. Larutan LPCB
Prosedur pemeriksaan (Geni, L., dan Zuraida, V. V. 2016) :

1) Siapkan kaca objek yang bersih kemudian diberi 1 tetes larutan LPCB

2) Ambil sedikit koloni jamur dengan ose dan diletakkan pada kaca objek
yang telah berisi LPCB

3) Dibuat suspensi jamur sampai koloni hancur kemudian ditutup dengan


kaca penutup

4) Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x10 untuk


mencari lokasi jamur dan dengan perbesaran 10x40 untuk mengidentifikasi
sporulasi yang terbentuk

3.8 Penyajian Data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel sintesa grid lalu
dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan hasil data yang telah
diuji.
DAFTAR PUSTAKA

1. Athaya, nur atikah. (2021). KARYA TULIS ILMIAH.

2. Fauziah, S. K. M. M. (2015). Makalah Epidemiologi Penyakit Menular Tuberkulosis


(Tb). In Academia.Edu.
https://www.academia.edu/download/40100929/FATWA_FIRDAUS_2013710038_E
PM.pdf

3.Suryaani, Y., Taupiqurrahman, O., & Kulsum, Y. (2020). MIKOLOGI.

Anda mungkin juga menyukai