Anda di halaman 1dari 19

UPAYA PERLINDUNGAN TANAMAN PADI DARI SERANGAN PENYAKIT

KRESEK (XANTHOMONAS ORYZAE)


MELALUI BERBAGAI TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU DI
KECAMATAN SINDANGKASIH KABUPATEN CIAMIS

STUDI KASUS

Oleh:
Agung Roby Purnama
NPM : 205001036

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
Abstrak
Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) menyebabkan hawar daun bakteri (HDB) pada
padi (Oryza sativa L.), yang merupakan penyakit utama dan menjadi pembatas bagi produksi
tanaman pokok di banyak negara di dunia. Isolasi Xoo dilakukan dari daun padi yang
terserang hawar daun bakteri. Identifikasi X. oryzae pv. oryzae dilakukan berdasarkan pada
gejala yang ditimbulkannya, patogenisitas, karakter morfologi, fisiologi, dan genetik biakan
bakteri yang diisolasi dari tanaman padi yang terinfeksi Xoo. Sebanyak 50 isolat yang diduga
Xoo telah berhasil diisolasi. Bakteri tersebut bersifat aerobik, berbentuk batang, dan
tergolong Gram negatif. Isolat-isolat tersebut diuji hipersensitivitasnya pada tanaman
tembakau dan patogenisitasnya pada padi. Kelima puluh isolat bakteri tersebut mampu
menginduksi reaksi hipersensitif pada tanaman tembakau dan menyebabkan gejala sakit pada
tanaman padi dengan perkembangan gelaja yang berbeda. Hasil uji fisiologi, reaksi
hipersensitivitas dan patogenisitas, tiga isolat bakteri yang diduga kuat Xoo yaitu STG21,
STG42, dan STG46 menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak membentuk indol, tidak
menghasilkan pigmen flouresens, menghidrolisis kasein, memiliki aktivitas enzim katalase,
tetapi tidak memiliki aktivitas enzim oksidase. Hasil parsial sekuensing gen penyandi 16S
rRNA dari STG21 dan STG42 menunjukkan homologi dengan X. oryzae pv oryzae masing-
masing sebesar 80% dan 82%, sedangkan STG46 menunjukkan homologi dengan X.
campestris sebesar 84%. Mutagenesis dengan transposon Mini-Tn5 pada STG21
menghasilkan salah mutan (M5) yang tidak dapat menginduksi reaksi hipersensitif pada
tanaman tembakau dan berkurang patogenisitasnya pada padi. Panjang gejala HDB pada padi
yang ditimbulkan mutan M5 berkurang sebesar 80%.
Abstract
Xanthomonas oryzae pv oryzae the Causal Agent of Bacterial Leaf Blight of rice:
Isolation, Characterization, and Study of Transposon Mutagenesis. X. oryzae pv. oryzae
(Xoo) causes bacterial leaf blight (BLB) of rice (Oryza sativa L.), a major disease that
constrains production of the staple crop in many countries of the world. Identification of X.
oryzae pv. oryzae (Xoo) was conducted based on the disease symptoms, pathogenicity,
morphological, physiological, and genetic characteristics of bacterial cultures isolated from
the infected plants. Fifty bacterial isolates predicted as Xoo have been successfully isolated.
They are aerobic, rod shaped, and Gram negative bacteria. The isolates were evaluated for
their hypersensitivity in tobacco and pathogenicity in rice plant. Fifty isolates induced
hypersensitive reaction in tobacco and showed pathogenicity symptom in rice in different
length. Based on physiological test, hypersensitivity and pathogenicity reactions, three
bacterial isolates strongly predicted as Xoo, i.e. STG21, STG42, and STG46, were non indole
formation, non pigment fluorescent, hydrolyzed casein, catalase activity positive, but
negative oxidase. Partial sequencing of 16S rRNA genes of STG21 and STG42 showed 80%
and 82% homology with X. oryzae, respectively, while STG46 showed 84% homology with
X. campestris. Mini-Tn5 transposon mutagenesis of STG21 generated one of the mutants
(M5) lossed it’s ability to induce hypersensitive reaction in tobacco plant and deficient in
pathogenicity on rice. The lesion length of rice leaf caused by the mutant M5 decreased up to
80%.
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul”Upaya perlindungan tanaman padi dari
serangan penyakit kresek (xanthomonas oryzae) melalui berbagai teknik pengendalian
terpadu di kecamatan Sindangkasih kabupaten Ciamis”dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman .
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang organisme penganggu tanaman
cabai bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elya selaku Dosen Mata Kuliah Dasar
Perlindungan Tanaman . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………………
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………..
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………...
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………
2.1. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………
BAB III : METODE STUDI KASUS………………………………………………………..
3.1. Objek dan Ruang Lungkup penelitian………………………………………….
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………………...
3.3. Desain Penelitian/Metode Survei………………………………………………...
3.4. Subjek Penelitian…………….……………………………………………………
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………………...
4.1. Hasil Penelitian……………………………………………………………………
4.2. Pembahasan……………………………………………………………………….
BAB V : PENUTUP…………………………………………………………………………...
5.1. Simpulan…………………………………………………………………………..
5.2. Saran………………………………………………………………………………
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang merupakan
sumber karbohidrat bagi sebagian penduduk dunia. Penduduk Indonesia, hampir 95%
mengonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok, sehingga pada setiap tahunnya
permintaan akan kebutuhan beras semakin meningkat seiiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk (Pratiwi, 2016). Menurut data BPS (2014), konsumsi beras di
Indonesia tergolong tinggi yaitu sebesar 97,4 kg/kapita/tahun pada tahun 2013.
Tanaman padi merupakan tanaman pangan penting yang menjadi makanan pokok
lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh.
Menurut Poedjiadi (1994), kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9 %, protein 6,8
%, lemak 0,7 % dan lain-lain 0,6 %. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk
yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut (Pratiwi,
2016).
Tanaman padi pada umumnya merupakan tanaman semusim dengan empat fase
pertumbuhan, yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif danpemasakan.
Secara garis besar, tanaman padi terbagi kedalam dua bagian yaitubagian vegetatif dan
bagian generatif, dimana bagian vegetatif terdiri dari akar,batang, daun dan bagian
generatif terdiri dari malai yang terdiri dari bulir-bulir, daun dan bunga (Tiku, 2008).
Tanaman padi memerlukan unsur hara, air dan energi. Unsur hara merupakan unsur
pelengkap dari komposisi asam nukleat, hormon dan enzim yang berfungsi sebagai
katalis dalam merombak fotosintesis atau respirasi menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Air diperoleh tanaman padi dari dalam tanah dan energi diperoleh dari hasil
fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari (Tiku, 2008).
Tumbuhan padi termasuk golongan tumbuhan Gramineae yang ditandai dengan
batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada
kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjang 6 ruas tidak sama.
Ruas yang terpendek terdapat pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan
seterusnya adalah lebih panjang dari pada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian
bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas
(Tiku, 2008).
Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan
dimana cabang yang terpendek menjadi apa yang disebutkan ligulae (lidah) daun, dan
bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak. Daun pelepah itu menjadi
ligulae dan daun kelopak terdapat dua embel sebelah kiri dan kanan embel-embel mana
disebutkan auricle. Warna dari ligulae dan auricle kadangkadang hijau dan kadang-
kadang ungu dan dengan demikian auricle itu dapat dipergunakan sebagai determinatie
identitas suatu varietas (Tiku, 2008).
Berdasarkan tata nama atau sistematika tumbuh-tumbuhan, tanaman padi
dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, yaitu:
1. Tanaman apa yang paling banyak ditanam di daerah Sindangkasih?
2. Apa penyakit endemic tanaman padi di Kecamatan Sindangkasih?
3. Bagaimana upaya perlindungan tanaman padi tersebut?

1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitiannya, yaitu:
1. Mengetahui tanaman yang paling banyak dibudidayakan di Kecamatan
Sindangkasih.
2. Mengetahui penyakit endemic yang menyerang tanaman padi di Kecamatan
Sindangkasih.
3. Mengetahui berbagai upaya perlindungan tanaman padi dari penyakit Kresek atau
Hawar daun.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian pada kali ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tanaman yang paling banyak dibudidayakan di Kecamatan
Sindangkasih.
2. Untuk mengetahui berbagai OPT yang sering menyerang tanaman padi di
Kecamatan Sindangkasih.
3. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk melindungi
tanaman padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka


Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang merupakan
sumber karbohidrat bagi sebagian penduduk dunia. Penduduk Indonesia, hampir 95%
mengonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok, sehingga pada setiap tahunnya
permintaan akan kebutuhan beras semakin meningkat seiiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk (Pratiwi, 2016). Menurut data BPS (2014), konsumsi beras di
Indonesia tergolong tinggi yaitu sebesar 97,4 kg/kapita/tahun pada tahun 2013.
Tanaman padi merupakan tanaman pangan penting yang menjadi makanan pokok
lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh.
Menurut Poedjiadi (1994), kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9 %, protein
6,8 %, lemak 0,7 % dan lain-lain 0,6 %. Indonesia sebagai negara dengan jumlah
penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan
tersebut (Pratiwi, 2016).
Disamping itu banyak hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi,
dimulai dari waktu persemaian sampai fase tanaman reproduktif. Adapun hama dan
penyakit yang sering menyerang tanaman padi dantaranya, yaitu:
1. Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan
impicticep). Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas
hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada
yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai
yang dihasilkan kecil.
2. Walang sangit (Leptocoriza acuta) Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala:
dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna
coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-
bintik hitam.
3. Kepik hijau (Nezara viridula). Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang
tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan
dan pertumbuhan tanaman terganggu.
4. Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza
innotata), kuning (incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia
inferens). Dapat menimbulkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah
daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut,
daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut
hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.
5. Penyakit Bercak daun coklat. Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae. Gejala:
menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah.
Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji
kecambah busuk dan kecambah mati.
6. Penyakit Busuk pelepah daun. Penyebab: jamur Rhizoctonia Gejala: menyerang daun
dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan
menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan
secara ekonomi.
7. Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot). Penyebab: jamur Cercospora
oryzae. Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau bercak-bercak
sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan
pengisian biji terhambat.
BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian


Objek Penelitian:
Objek penelitian berupa penyakit endemik pada komoditas tanaman pangan
yaitu padi (Oryza sativa).
Ruang Lingkup Penelitian:
Tanaman padi, hama dan penyakit pada tanaman padi, gejala serangan hama
dan penyakit, pengendalian hama dan penyakit.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada hari senin, 15 November 2021 pukul 08.30 WIB, di
kantor BPP Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis.

3.3. Desain Penelitian atau Metode Survei


Metode survei dilakukan dengan cara, mengunjungi secara langsung kantor BPP
Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis, serta mewawancara pihak terkait.

3.4. Subjek Penelitian


Koordinator dan anggota BPP Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil wawancara penyakit primadona yang menyerang tanaman padi
di Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis, yaitu penyakit Kresek atau Hawar
Daun atau juga dikenal dengan penyakit BLB yang disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas oryzae. Adapun gejala yang timbul, yaitu bercak kecoklatan yang
memanjang disepanjang tepi daun, dan selanjutnya melebar kearah tulang daun.

4.2. Pembahasan
Penyakit BLB atau sering disebut sebagai penyakit Kresek merupakan salah satu
penyakit penting pada tanaman padi, yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
oryzae. Infeksi bisa terjadi pada semua tahapan perkembangan tanaman. Apabila
serangan terjadi pada saat pembentukan anakan, bisa terjadi puso. Namun demikian
kecenderungan di lapang, penyakit ini ditemukan pada masa vegetatif akhir atau masa
generatif awal. Penurunan produksi yang diakibatkan oleh penyakit Kresek pada
periode generatif awal dapat mencapai 10-20%. Sebaran penyakit Kresek dapat
ditemukan hampir di seluruh wilayah Jawa. Bakteri ini secara sistematika mempunyai
urutan takson sebgai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Xanthomonadales
Famili : Xanthomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Spesies : Xanthomonas oryzae
Gejala awal penyakit Kresek pada daun terlihat berupa bercak kecoklatan
memanjang sepanjang tepi daun, dan selanjutnya melebar ke arah tulang daun. Gejala
lanjut, daun tanaman mengering dengan warna keabu-abuan. Pada tahap awal gejala,
jika pagi hari dapat ditemukan eksudat / oose bakteri berwarna kekuningan pada
permukaan daun yang terserang.
Penyakit Kresek termasuk dalam kategori penyakit yang terbawa benih. Artinya,
apabila benih tanaman padi berasal dari tanaman yang terinfeksi, maka penyakit akan
berkembang pada pertanaman selanjutnya. Dengan demikian serangan penyakit dapat
terlihat mulai dari persemaian hingga periode generatif. Tingkat keparahan penyakit
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Pemupukan Nitrogen yang tinggi
2. Kondisi cuaca (angin kencang, hujan)
3. Perkembangan meningkat seiring pertambahan umur tanaman
4. Fase pembungaan merupakan periode kritis peningkatan keparahan penyakit.
5. Varietas rentan penyakit Kresek
Pengendalian penyakit kresek dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
demikian yang perlu diperhatikan adalah pengendalian sebaiknya dilakukan dengan
menggunaan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Dalam hal ini pengendalian
harus memperhatikan keseimbangan ekosistem, dan penggunaan pestisida kimia
sebagai alternatif terakhir.
Prinsip pengendalian yang dapat dilakukan adalah:
1.    Penggunaan benih dan bibit sehat.
2.    Penggunaan agens hayati Paenybacillus polymyxa pada benih, umur 14, 28 dan
42 hst.
3.    Pemupukan berimbang, hindari pemupukan N berlebihan.
4.    Hindari pemupukan saat tanaman memasuki fase bunting.
5.    Sanitasi lingkungan dan gulma inang.
6.    Pengairan berselang (intermitten irrigation).
7.    Penggunaan bakterisida bila serangan sudah mencapai ambang pengendalian.
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang telah dilaksanakan
bahwasannya tanaman padi di Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis memiliki
penyakit endemik yaitu penyakit Kresek/Hawar Daun (Xanthomonas oryzae). Dari
berbagai hama dan penyakit yang ada, penyakit ini yang sering mengganggu dan
menyerang tanaman padi para petani, sehingga tak dapat dihindarkan dari kerugian para
petani.
5.2. Saran
Adapun saran untuk studi kasus kali ini, tulisan ini sangat jauh dari kata bagus,
karena dalam penulisannya masih banyak kesalahan baik dari segi tulisan maupun dari
segi isi dan studi kasus kali ini dirasa kurang maksimal karena masih banyak materi
terkait yang tidak dapat saya sampaikan, maka dari itu saya memohon maaf jika dalam
studi kasus ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Pendidikan, 2021, 02 oktober. Ciri-Ciri Tanaman Padi.


https://www.dosenpendidikan.co.id/ciri-ciri-tanaman-padi/ (Diakses pada
tanggal 15 November 2021 pukul 19.33)
Ikatani. 2017, 22 Mei. Pengelolaan penyakit BLB (Kresek) pada padi.
https://www.ikatani.id/duniausaha-10-Pengelolaan.Penyakit.BLB.
(Kresek).Pada.Padi.html (Diakses pada 17 November 2021 pukul 21.17)
Kuspianto, I nyoman. 2021, 01 Juni. Penyakit Kresek (Xanthomonas oryzae)
Pada Tanaman Padi. http://cybex.pertanian.go.id/artikel/97887/penyakit-
kresek-pada-tanaman-padi/ (Diakses pada 17 November 2021 pukul
21.40)
Salami, Suid. 2019, 19 November. Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi.
http://cybex.pertanian.go.id/artikel/82387/hama-dan-penyakit-pada-
tanaman-padi/ (Diakses pada 17 November pukul 22.05)

Anda mungkin juga menyukai