) DAN UJI
NUSRIA
F201901041
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul:
“formulasi salep ekstrak daun pare (momordica charantia L.) dan uji aktivitas terhadap bakteri
staphylococcus aureus” guna memenuhi salah satu tugas dari matakuliah formulasi teknologi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk
Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu apt. Nur Hatijah Awaliyah S. Farm,. M. pharm atas semua waktu,
tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit аdаlаh lаpisаn аtаu jаringаn yаng menutupi seluruh tubuh dаri bаhаyа yаng
dаtаng dаri luаr (Dаmin, 2006). Pаdа kulit biаsаnyа terjаdi lukа, bаik lukа tergores, lukа
infeksi mаupun lukа bаkаr. Lukа аdаlаh hilаng аtаu rusаknyа sebаgiаn jаringаn tubuh
terdаpаt substаnsi jаringаn yаng rusаk аtаu hilаng. Ketikа lukа timbul, beberаpа efek
аkаn muncul diаntаrаnyа hilаngnyа seluruh аtаu sebаgiаn fungsi orgаn, respon stres
simpаtis, perdаrаhаn dаn pembekuаn dаrаh, kontаminаsi bаkteri dаn kemаtiаn sel
(Kozier, 1995).
(Jawetz, et al., 2001). Stаphylococcus аureus merupаkаn bаkteri grаm positif yаng
termаsuk florа normаl pаdа kulit (Foster, et аl., 2014). Staphylococcus аureus dаpаt
menyebаbkаn penyаkit infeksi pаdа folikel rаmbut dаn kelenjаr keringаt, bisul, sertа
infeksi pаdа lukа. Penyаkit infeksi mаsih merupаkаn jenis penyаkit yаng pаling bаnyаk
dideritа oleh penduduk di negаrа berkembаng, sаlаh sаtunyа Indonesiа. Penyаkit kаrenа
infeksi dаpаt diobаti dengаn pemаkаiаn аntibiotik yаng tepаt. Penggunааn аntibiotik
penemuаn sumber obаt-obаtаn аntimikrobа yаng dаpаt mengаtаsi berbаgаi mаsаlаh yаng
muncul dаlаm terаpi аntibiotik khususnyа yаng berаsаl dаri tаnаmаn (Prаsetyаwаn,
2011).
Tаnаmаn pаre (Momordicа chаrаntiа L.) аdаlаh sаlаh sаtu tаnаmаn herbаl
berkhаsiаt sebаgаi obаt cаcingаn, obаt bаtuk, obаt demаm, peluruh hаid, obаt sembelit,
penаmbаh nаfsu mаkаn, melаncаrkаn pengeluаrаn АSI, mengobаti penyаkit sipilis, dаn
liver (Kuswoyo, 2009). Kаndungаn kimiа dаun pаre (Momordicа chаrаntiа L.) telаh
diteliti mengаndung flаvonoid, tаnin, sаponin, steroid, аlkаloid, dаn terpenoid (Аulyа,
2012).
hаmbаt tertinggi sebesаr 28 mm. Аdаpun аktivitаs аntibаkteri yаng dimiliki dаun pаre
dаpаt berpotensi sebаgаi pengobаtаn аlternаtif pаdа penyаkit infeksi sehinggа perlu
dikembаngkаn menjаdi suаtu sediааn fаrmаsi yаng mudаh dаlаm penggunааnnyа аdаlаh
sаlep.
Berdаsаrkаn urаiаn di аtаs, peneliti tertаrik untuk melаnjutkаn hаl tersebut. Hаl ini
sebаgаi sаlаh sаtu pengobаtаn аlternаtif untuk mengаtаsi mаsаlаh penyаkit infeksi
dengаn memiliki efek sаmping yаng lebih ringаn, mаkа perlu dilаkukаn penelitiаn lebih
lаnjut dengаn membuаt sediааn fаrmаsi berupа sediааn topikаl yаitu sаlep ekstrаk dаun
2. Perumusan Masalah
L.)?
2. Bagaimana aktivitas antibakteri sediaan salep dari ekstrak daun pare (momordica
1. Untuk mengetahui formulasi sediaan salep, stabilitas fisik sediaan salep ekstrak daun
2. Untuk mengetahui uji aktivitas salep dari ekstrak daun pare (momordica charantia
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tambahan kajian tentang
ekstrak daun pare (momordica charantia L.) bisa di formulasi sebagai sediaan salep
dalam bidang pengobatan alternatif dari bahan alam serta acuan untuk melakukan
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : MomordicaS
bulat telur, berbulu, dan berlikuk. Susunan tulang daunnya menjari. Tangkai daun
tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai daun mencapai 7-12 cm. Daunnya
berwarna hijau tua dibagian permukaan atas dan permukaan bawahnya berwarna
hijau muda atau kekuningan, letak daun pare berseling dengan panjag tangkai 1,5-
5,3 cm. Daun tunggal,berbentuk membulat dengan pangkal bentuk jantung, garis
tengah 4-7cm.
Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning menyala.
Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berduri tempel, halus,
dan berambut. Kelopak bunga berbentuk lonceng dan berusuk banyak. Panjang
tangkai bunga jantan mencapai 2-5.5 cm, sedangkan tangkai bunga betina
panjangnya 1-10 cm. Bunga pare dibedakan menjadi bunga jantan dan bunga
betina, bunga jantan memiliki benang sari berjumlah tiga, kepala sari berwarna
orange, semua bergandengan menjadi satu kemudian menjadi lepas; ruang sari
Bunga betina berbentuk sisik, bakal buah berparuh panjang, berduri halus,
dan berambut panjang; putik berjumlah tiga buah berlekuk dua ke dalam dan satu
diantara nya utuh. Buah pare berasal dari bunga pare betina yang telah mengalami
berbintil-bintil dan berasa pahit. Bagian buah yang masak berwarna jingga.
Daging buahnya tebal dan di dalamnya terdapat biji yang banyak.Buah bulat
berwarna hijau, menjadi jingga bila masak. Batang berusuk lima dengan panjang
2-5 cm. Daun tunggal, bertangkai dengan panjang 1,5-5,3 cm, berbentuk bulat 10
panjang berwarna hijau tua. Berbunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon,
bertangkai panjang dan berwarna kuning. Batang tanaman pare memiliki lima
rusuk dengan panjang 2-5 cm, batang yang muda memiliki rambut cukup rapat.
Akar pada tanaman pare memiliki akar tunggal dan akar berserabut yang sangat
lembut. Sehingga tanaman pare ini lebih cocok untuk dibudidayakan pada kondisi
lahan/ tanah yang berstruktur keras dan berpasir. Pada tanaman pare ini
Pare akan memberikan hasil yang tinggi jika ditanam di tempat yang
terbuka dan kering, drainase dan aerasinya baik dengan ketinggian tempat 1-1.500
mdpl 6 dengan kisaran pH 5-6. Hasil akan lebih baik pada tanah yang gembur dan
dalam pare adalah senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan alami. Senyawa
15 lain pada pare yaitu diantaranya tanin, saponin, steroid dan terpenoid berperan
penyakit, seperti diabetes, luka dan penyakit infeksi lainnya. Daun pare juga
dimaanfaatkan sebagai anti virus untuk mengobati penyakit hepatitis, deman dan
Аlаt yаng akan digunаkаn dаlаm penelitiаn ini аdаlаh: Rotаry Evаporаtor ,Bejаnа
Gelаs (Pirex®), Gelаs Ukur (Pirex®), Kompor Listrik (Mаspion®), Penаngаs Аir
(Julаbo®), Mortir dаn Stаmper, Sudip, Spаtulа, Serbet, Kаin Flаnel, Wаdаh (pot sаlep),
Objek Gelаs, Kаcа аrloji, Stik pH Universаl, Аnаk Timbаngаn, Cotton Buds Steril,
Bаhаn uji yаng akan digunаkаn dаlаm penelitiаn ini аdаlаh dаun Pаre
(Momordicа chаrаntiа L.) yаng diperoleh dаri perkebunаn BАLITRO, Jаlаn Tentаrа
Pelаjаr No.3 Cimаnggis, Bogor. Tаnаmаn ini telаh dideterminаsi di Lembаgа Herbаrium
Bogorienses, Bidаng Botаni Pusаt Penelitiаn Biologi, Lembаgа Ilmu Pengetаhuаn
Indonesiа, Jаlаn Rаyа Jаkаrtа Bogor Kilometer 46 Cibinong, Kаb. Bogor, Jаwа Bаrаt.
Menurut penelitiаn yаng dilаkukаn oleh (Siskа, et аl., 2011) menyаtаkаn bаhwа
pаdа suhu 45⁰C, kemudiаn diuаpkаn dengаn cаwаn uаp pаdа wаterbаth pаdа suhu
Salep ekstrak daun Ungu yang akan dibuat yaitu konsentrasi 15%, 20%, 25%
R/ Adeps lanae 9 g
Vaselin album 21 g
m.f. ung 30 g
Adeps lanae 9 g
m.f. ung 30 g
c. Formulasi salep ekstrak daun Pare 20%
Adeps lanae 9 g
g m.f. ung 30 g
Adeps lanae 9 g
g m.f. ung 30 g
a. Uji organoleptic
bau, dan warna sediaan (Anief, 1997). Menurut (Depkes RI, 1979) Spesifikasi
salep yang harus dipenuhi adalah memilih bentuk setengah padat, warna harus
sesuai dengan spesifikasi pada saat pembuatan awal salep dan baunya tidak
tengik.
b. Uji pH salep
dalam 0,5 g salep yang telah diencerkan dengan 5 ml aquadest. Nilai pH salep
yang baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Tranggono
c. Uji homogenitas
Uji Homogenitas sediaan dilakukan dengan cara mengamati hasil pengolesan
salep pada plat kaca. Salep yang homogen ditandai dengan tidak terdapatnya
gumpalan pada hasil pengolesan, struktur yang rata dan memiliki warna yang
seragam dari titik awal pengolesan sampai titik akhir pengolesan. Salep yang diuji
diambil dari tiga tempat yaitu bagian atas, tengah dan bawah dari wadah salep
(Anonim, 1979).
Sebanyak 0,5 gr salep diletakkan diatas kaca bulat yang berdiameter 15 cm, kaca
lainnya diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar salep
Pengujian daya lekat dilakukan dengan cara menimbang 1 gram salep yang
diletakkan pada salah satu permukaan gelas objek kemudian ditutup dengan gelas
objek yang lain. Gelas objek ditindih dengan beban 1 kg selama 5 menit. Gelas
objek yang berhimpit kemudian dipasang pada alat uji daya lekat dan bersamaan
dengan pemberian beban pada alat uji daya lekat, stopwatch dinyalakan (Allen,
1998).
f. Uji Viskositas
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat portable viskotester rion dengan cara
sediaan salep yang akan diukur ditempatkan dalam wadah bermulut lebar,
kemudian spindle yang sesuai dimasukkan ke dalam salep hingga terbenam. Rotor
dinyalakan hingga jarum penunjuk menunjukkan angka yang stabil (Depkes RI,
1979).
Uji peninggalan bekas warna salep pada kulit sukarelawan dilakukan dengan
diamati. Uji ini dilakukan untuk melihat peninggalan bekas warna salep di kulit
Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dilakukan dengan uji tempel terbuka (open
test). Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan
bawah, kemudian dibiarkan terbuka selama 5 menit dan diamati reaksi yang
terjadi. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau
bengkak pada kulit lengan bawah yang diberi perlakuan. ( Sari dan Maulidya,
2016). Sukarelawan pada uji iritasi berjumlah 12 orang, dengan kriteria sebagai
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit
berskala, dan alat-alat lain yang tahan panas. Proses sterilisasi ini dilakukan pada
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl fisiologis steril atau
Media MHA yang telah siap dituang ke dalam 5 cawan petri masing-
masing dan dibiarkan memadat. Dicelupkan lidi kapas steril ke dalam suspensi
bakteri, lalu dioleskan pada permukaan media MHA dan dibiarkan 5 menit agar
suspensi bakteri meresap ke dalam media agar. Kertas cakram yang telah
dioleskan dalam salep ekstrak daun pare dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25%,
termasuk untuk kontrol negatif yaitu kertas cakram yang dioleskan vaselin album
dan adeps lanae sedangkan kloramfenikol sebagai kontrol positif dengan diberi
dengan suhu 37⁰C selama 18-24 jam. Diukur zona hambat (mm) dari masing-
yang diukur yaitu daerah jernih disekitar kertas cakram (tidak ada pertumbuhan
bakteri), diukur dari ujung yang satu ke ujung yang lain melalui tengah-tengah
a. Definisi Esktraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
(Hanani,2015).
Secara umum proses pembuatan ekstrak terdiri dari beberapa tahap yaitu
(Simanjuntak, 2008) :
d. Pemekatan/penguapan (vaporasi/evaporasi)
e. Pengeringan ekstrak
f. Penetapan rendemen
pelarut cair, antara lain ekstraksi cara dingin (maserasi dan perkolasi) dan
merupakan salah satu proses ekstraksi dengan cara dingin Maserasi dengan
prosedur yang sederhana dalam menangani ekstrak dan cocok untuk digunakan
sebagai metode ekstraksi dalam skala kecil ataupun skala industri, dilakukan dengan
cara merendam 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus
yang cocok dengan 75 bagian cairan penyari atau pelarut yang cocok lalu ditutup
dan dibiarkan selama 3 hari berturut-turut, disimpan dalam ruangan yang terlindung
dari cahaya sambil sesekali diaduk (Anief, 2000). Metode maserasi memiliki
beberapa keuntungan yaitu metode kerjanya lebih mudah, komponen alat yang
digunakan lebih sederhana, dan kerusakan pada komponen kimia zat aktif sangat
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat
memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu dengan
bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining fitokimia
merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk
yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi
a. Alkaloid
atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan berbentuk siklik, serta dapat
berupa cairan pada suhu kamar, memutar bidang polarisasi dan terasa pahit
(Harborne, 2006).
b. Flavanoid
menimbulkan reaksi warna merah yang merupakan ciri adanya flavanoid (Robinson,
1995).
c. Saponin
hidrofobik. Saponin pada saat digojok terbentuk buih karena adanya gugus hidrofil
yang berikatan dengan air sedangkan hidrofob akan memberikan berikatan dengan
lemak. Pada struktur Misel, gugus polar menghadap keluar sedangkan gugus
nonpolar menghadap ke dalam. keadaaan ini yang membentuk busa, namun dalam
analisis ini sampel tidak memiliki saponin karena tidak memiliki kemampuan untuk
membentuk busa. Pada umumnya jika hasil positif maka penambahan HCL 2N
bertujuan untuk menambah kepolaran sehingga gugus hidrofil akan berikatan lebih
d. Tanin
menimbulkan warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan. Perubahan
warna tidak terjadi dengan penambahan FeCl3 karena tidak adanya gugus hidroksil
3.3.8.
DAFTAR PUSTAKA
Nusmara, Khesia Ghassani. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus
Putih dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare
Depok.