Laporan Proyek
Disusun oleh :
Kelompok 6 Offering B
1. Febby Ey Dwi Cahyani (170341615016)
2. Nurdiyah Arifianti (170341615094)
Bawang yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang putih lanang
(Allium sativum). Bawang lanang sebenarnya merupakan varietas dari bawang
putih yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak
cocok. Umbi dari bawang ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil (Syamsiah &
Tajudin, 2005). Keberadaan satu umbi pada bawang lanang merupakan salah satu
alasan pengamat menggunakan bawang ini sebagai bahan amatan. Dengan
demikian, pengamat akan mudah menentukan akar yang tumbuh dari satu umbi
tersebut. Selain itu, bawang ini mudah ditumbuhkan dalam waktu relatif singkat
dan memiliki sistem perakaran serabut, sehingga akan menghasilkan banyak akar
yang dapat diamati. Varietas tanaman ini juga memiliki bentuk sel yang relatif
besar dan kromosomnya relatif sedikit, yaitu 16 kromosom sehingga memudahkan
dalam proses pengamatan (Fukui, 1996). Selain itu, tanaman tersebut mudah
didapat dan murah (Abidin, 2014).
Dalam penelitian terdapat suatu inhibitor bagi enzim yang terdapat di
rantai transport electron pada kompleks I (rotenone-insensitive dehidrogenase),
yaitu zat rotenone yang terkandung di dalam biji bengkuang (P. erosus), zat
beracun ini dapat menghambat terjadinya mitosis.Pada tumbuhan, mitosis terjadi
pada titik-titik tumbuh, misalnya ujung batang, ujung akar, dan kambium.
Terdapat beberapa agen yang dapat merangsang aktivitas mitosis, sementara yang
lain menyebabkan aktivitas mitodepressive dan beracun. Agen mitodepressive
efektif melawan sel-sel yang berkembang biak dan dapat menghasilkan efek
sitotoksik baik dengan merusak DNA selama S-fase dari siklus sel atau dengan
menghalangi pembentukan gelendong mitosis di M-fase (Desedtia, 2011).
Sebagian besar senyawa antimitotik berasal dari tanaman, seperti halnya rotenon
yang didapatkan dari ekstrak biji bengkuang. Senyawa antimitotik dapat
mempengaruhi dinamika mikrotubulus dari sel dan menginduksi modifikasi
proses biologi dan jalur sinyal yang akhirnya menyebabkan kematian sel (Suryo,
2008).
waktu pembelahan sel setiap tanaman berbeda-beda dan tidak konstan
sepanjang hari. Waktu pemotongan ini terkait dengan durasi dan indeks mitosis
(Abidin, 2014). Mitosis memiliki jadwal terstruktur yang menyebabkan fisiologi
suatu organisme dapat berlangsung dengan baik (Nadesul,2012). Mitosis dapat
terjadi setiap hari mengingat banyaknya sel yang rusak atau terlepas dari tubuh.
Pengamatan fase mitosis lebih mudah diamati saat pemotongan akar pagi hari
dibandingkan siang atau sore hari. (Abidin, 2014). Anggarwulan et al. (1999)
mengungkapkan, studi pendahuluan yang dilakukan pagi hari mulai jam 09.00 –
13.00 WIB. Pemotongan akar dilakukan setiap 30 menit dan dibuat preparat
dengan metode squash semi permanen, diperoleh waktu optimum jam 09.00 WIB.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dipilih pengamatan hanya pada pagi hari.
membran inti mulai menghilang, nukleolus (anak inti) mulai menghilang, dan
kromosom terlihat tebal dan panjang (terdiri dari 2 kromatid) (Ardiawan,
2009)).
Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase profase
(sumber: Ardiawan, 2009)
1. Metafase
Pada fase ini, setiap individu kromosom yang telah menjadi dua kromatid
bergerak menuju bidang equator. Benang-benang melekat pada sentromer
disetiap kromosom. Terjadi kondensasi dan penebalan yang
maksimalpadafaseini,sehingga kromosom juga terlihat lebih pendek dantebal
dibandingkan pada fase yang lainnya. Selain itu kromosom jugaterlihat sejajar
ditengah tengah equator (Ritonga, dkk.2011).Tahap metaphase ini
membutuhkan waktu sekitar 2 – 6 menit
2. Anafase
Tahapan anafase membutuhkan waktu sekitar 3-15 menit. Tahapan anafase
dimulai ketika kromosom yang terduplikasi dari setiap dupletsaling berpisahan.
Kini bergerak memisah, masih pada gelendaong dan bergerak kekutup yang
berlawanan. Sentromer membelah menjadi dua. Tertariknya sentromer kearah
kutup yang berbeda dikarenakan adanya kontraksi dari benang gelendong. Fase
anaphase adalah fase yang terjadi paling singkat pada proses pembelahan
(Listiawan, 2009)
Gambar 2.3.4 pembelahan mitosis fase anaphase
(sumber: Ardiawan,2009)
3. Telofase
Kromosom baru telah menyelesaikan pergerakannya menuju kutub dan
mulai menyebar di dalam membran nukleus. Selama tahap ini berlangsung,
suatu dinding sel baru mulai terbentuk diantara dua nukleus baru (Ardiawan,
2009). Setelah terbentuk dua inti pada kutub yang berlawanan aster
menghilang dan terjadi penebalan sitoplasma yang diikuti pembagian
sitoplasma (sitokinesis). Sitokinesis ini di tandai dengan terbentuknya dinding
pemisah ditengah-tengah sel (pada tumbuhan) Swastika, (2009). Pada tahap ini
terlihat adanya 2 nukleus, namun dinding sel belum terpisah sempurna. Pada
tumbuhan terbentuk pelat sel (Ardiawan, 2009).
2.1.3 Bengkuang
Waktu pemotongan
Konsentrasi Rotenon
b) Prosedur Kerja
1. Pembuatan alat untuk merendam akar bawang lanang
Dibuat lubang memanjang pada bagian tengah botol dengan arah dari atas ke
bawah botol (panjang lubang ± 22 cm, lebar lubang ±5 cm).
Direbahkan botol yang telah dilubangi dengan bagian berlubang berada di atas
Diisi botol yang sudah dilubangi dengan air, tapi tidak sampai penuh kira-kira
sampai 4/5 bagian botol
Diletakkan bawang lanang yang telah ditusuk ke dalam botol yang telah berisi air
Dicampurkan biji bengkuang dan air dan dihaluskan dengan cara diblender.
Perbandingan biji bengkuang dan air adalah 1:3 (100gram: 300ml)
Larutan biji bengkuang yang dihasilkan dijadikan larutan stok
Dibuat ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 0%, 25%, 50% dan 75%
Dibuat larutan dengan konsentrasi 0% dengan menggunakan aquades atau air kran
bersih.
Dibuat larutan dengan konsentrasi 50% dilakukan dengan cara mengambil 50 ml larutan
stok dan diencerkan dengan aquades hingga mencapai volume 100 ml.
Dibuat larutan konsentrasi 75% dilakukan dengan cara mengambil 75 ml larutan stok
dan diencerkan dengan aquades hingga mencapai volume 100 ml
4. Perlakuan
Setelah bawang lanang direndam selama 6 hari, bawang lanang direndam dengan
larutan rotenon dengan konsentrasi 0, 25, 50, dan 75 sesuai dengan waktu yang
ditentukan yaitu pukul 21.00, 00.00 dan 03.00 WIB selama 1 hari 24 jam. Adapun
untuk konsentrasi 0, bawang-bawang tersebut tetap direndam pada aquades atau
air kran selama 7 hari.
Dipotong akar bawang (sepanjang 2 cm) tepat pukul 21.00, 00.00 dan 03.00 WIB.
Direndam potongan akar bawang pada botol vial yang telah berisi larutan FAA
(sampai waktu pemotongan ± 24 jam)
5. Pengambilan Data
Diambil potongan ujung akar bawang yang telah direndam dalam larutan FAA
dengan pinset dan meletakkannya di atas kaca benda
Direndam potongan akar bawang pada alkohol 70% selama 2 menit diatas kaca
benda, kemudian alkohol dihisap dengan kertas hisap
Direndam potongan akar bawang pada larutan HCl 1N selama 7 menit diatas kaca
benda, kemudian HCl dihisap dengan kertas hisap
Kemudian akan nampak bagian berwarna putih pada ujung akar. Dipotong dan
diletakkan bagian yang terlihat putih di atas kaca benda
Ditutup preparat dengan kaca penutup dan sedikit ditekan dengan kertas hisap
Diamati fase-fase mitosis di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran 40X10 dan
menghitung masing-masing fase pada 3 bidang pandang yang berbeda dengan 3
kali ulangan.
Lalu, dihitung sel yang mengalami fase pembelahan mitosis yang teramati.
JK(C) = ∑ ( y 1) – FK
r bc
2
( αj βk )
JK(AB) = ∑ – FK - JK(A) – JK (B)
rc
2
(α γ)
JK(AC) = ∑ – FK - JK(A) – JK (C)
rb
2
Bidang pandang 1
Dari hasil grafik, menujukkan jumlah total sel fase mitosis pada waktu
pemotongan pukul 21.00, 00.00 dan 03.00. berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada waktu pemotongan 21.00 pada bidang 1 konsentrasi 0%
ditemukan 9 fase profase dan 1 fase anaphase dan 1 telofase. Pada pemotongan
pukul 00.00 ditemukan 8 fase ptofase, 4 fase metaphase dan ditemukan sebanyak
6 fase telophase. Pada pukul 03.00 di bidang pandang 1 ditemukan fase profase
sebanyak 36, matafase sebanyak 9, anaphase sebanyak 5 dan ditemukan
telophase sebanyak 13. Sedangkan pada bidang pandang 2 ditemukan profase
sebanyak 35, anaphase 8 dan telophase sebanyak 7.
Dari hasil analisis, dapat terlihat bahwa fase profase pada konsentrasi 0%
pukul 03.00 yang berjumlah 36 pada bidang pandang 1 dan 35 pada bidang
pandang 2. Pada fase telophase pukul 03.00 didapatkan sebanyak 13 fase. Dari
hasil analisis diatas menggunkan analisis deskriptif dikarenakan data yang kami
peroleh belum lengkap.
BAB V
PEMBAHASAN
Kompleks enzim yang terlihat dalam proses transport electron terdiri dari
kompleks I (NADH dehydrogenase), Kompleks II (Suksinat dehydrogenase),
Kompleks III (Koenzim Q-Sitokrom C reductase), dan kompleks IV (Sitokrom
oksidase).kompleks I menerima electron dari NADH dan mengalirkannya menuju
koenzim –Q, bersamaan dengan pemompaan proton dari matriks menuju ruang
antar membrane. Proses pemompaan proton dari matriks menuju ruang antar
mitokondria (Reaksi transport electron) yang menyebabkan terbentuknya gradient
elektrokimia yaitu Ph diruang antar membrane yang lebih rendah dibandingkan ph
dalam matriks mitokondria. Perbedaan proton ini mengandung energy potensial
sehingga bila proton mengalir kembali melalui kompleks V (ATP sintetase),
maka energy dilepas dan mengerakkan sintesa ATP dari ADP dan fosfat inorganic
(Browning,et all. 1982).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tidak ada pengaruh antara waktu pemotongan terhadap fase mitosis akar
bawang lanang dikarenakan perbedaan durasi mitosis pada setiap spesies
bergantung pada kondisi lingkungan.
2. Tidak ada pengaruh rotenone terhadap fase pembelahan mitosis akar
bawang lanang dikarenakan pada konsentrasi rendah rotenone tidak
menghambat pembelahan mitosis, dan juga rotenone menghambat transfer
elektrondalamNADH-Q reductase dengan menghambat pemindahan
electron dari Fe-s ke Q (ubiquinone). Akibatnya terjadi penghambatan
pembentukan ATP pada sitokrom - b akibat dari induksi dari rotenone.
3. Ada pengaruh waktu pembelahan mitosis akar bawang lanang (Allium
sativum) pada pukul 21.00, 00.00 dan 03.00 WIB karena jam biologis
bawang lanang untuk membelah secara mitosis pada pukul 00.00 dan jam
tersebut sel-sel sangat giat mengalami pembelahan
Saran