Anda di halaman 1dari 13

MACAM-MACAM TEKNIK PROYEKTIF

Kategorisasi tentang metode proyektif pada mulanya dikemukakan oleh Kurt Lawrence Frank
pada tahun 1948, yaitu terdiri atas 5 kategori sebagai berikut: konstitutif, interpretative, katartik,
konstruktif, dan refraktif. Pengkategorian ini didasarkan pada jenis respons yang ditimbulkan oleh
metode masing-masing. Tetapi, tumpang tindih antara kategori-kategori dari macam-macam metode
proyektif tersebut tak dapat dihindarkan.

Pengkategorian lain yang menggunakan kerangka berpikir yang berbeda dikemukakan oleh
Lindzey. Ia menganalisis beberapa kriteria yang diperkirakan menjadi dasar bagi pengklasifikasian
metode proyektif.

Menurut Lindzey, ada 6 pendekatan yang berbeda (atau 6 kelompok kriteria) yang mungkin
djadikan dasar pertimbangan dalam pengklasifikasian teknik proyektif, yaitu:

a. Klasifikasi yang didasarkan pada attributes that inhere in the test material itself (atribut yang ada
dalam bahan tes itu sendiri), misalnya derajat struktur dan sense modality yang ada dalam bahan
tes.

b. Metode untuk menemukan teknik proyektif itu sendiri, misalnya apakah didasarkan pada rasional
teoritis atau lebih pada empiris.

c. Metode penginterpretasian sebagai dasar pengklasifikasian; formal versus analisis isi (atau sign
sebagai lawan dari interpretasi holistik).

d. Tujuan tes; evaluasi kepribadian umum atau asesmen terhadap variabel kepribadian khusus.

e. Cara pengadministrasian tes; administrasi individual atau kelompok, atau diadministrasikan oleh diri
sendiri atau oleh penguji.

f. Jenis respons yang ditimbulkan, misalnya asosiasi, melengkapi, menyusun, dan sebagainya.

Jika kita mempertimbangkan klasifikasi akhir dari teknik proyektif dengan menggabungkan
seluruh kriteria dan berbagai kemungkinan alternatifnya, kita akan menemukan sangat banyak kategori
multidimensi, dan akan kurang bermanfaat bagi tujuan praktis.

Lindzey mengatakan bahwa secara psikologis, kriteria terakhri (jenis respons yang ditimbulkan)
merupakan dasar yang paling bermakna dan paling berguna agi pengklasifikasian teknik-teknik proyektif.
Menurut Lindzey, kategori yang didasarkan pada respons tersebut sejalan dengan yang dikemukakan

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 1


oleh Frank. Lindzey menyatakan ...kami menemukan bahwa instrumen yang dibawa kedalam kategori
yang sama memiliki kesesuaian umum dan konsistensi psikologis yang membuat mudah dalam
memahami kesamaan yang mendasari proses-proses psikologis. Adapun jenis-jenis respons yang
dianggap sebagai dasar klasifikasi adalah:

1. Asosiasi (association)

Teknik asosiatif menuntut subjek untuk berespons terhadap stimulus dengan kata, image, atau ide
yang pertama kali muncul sesegera mungkin setelah stimulus diberikan.

Contoh teknik yang termasuk ke dalam kategori ini adalah tes asosiasi kata dan tes Rorschach.

2. Konstruksi (construction)

Teknik ini memberikan tuntutan yang lebih kompleks kepada subjek. Subjek diharapkan membuat
atau membuat lebih (make up) sesuatu, atau menciptakan.

Contoh tes yang termasuk kategori ini adalah TAT, CAT, Blacky, dan Make a Picture Story.

3. Melengkapi (completion)

Teknik ini merupakan penjelasan diri (self-explanatory). Dalam tes ini, subjek diberi suatu
produk yang tidak lengkap yang harus ia lengkapi.

Karena stimulus dalam teknik ini lebih terstruktur, maka kebebasan subjek dalam berespons
menjadi kurang dibandingkan dengan dalam teknik konstruktif.

Contoh tes yang termasuk kategori ini adalah Picture Frustration Study, The Story Completion, dan
Sentence Completion.

4. Memilih dan mengurutkan (choice and ordering)

Teknik ini sangat erat kaitannya dengan metode psikometrik. Karena respons yang dituntut relatif
terbatas dan sederhana, maka teknik ini tergolong paling kurang dalam memberikan kebebasan dan
spontanitas bagi subjek untuk berespons. Contoh: Kahn Test of Symbol Arrangement

5. Ekspresi (expression)

Jika dibandingkan dengan kategorisasi dari Frank, teknik ini sesuai dengan kategori katartik,
dimana subjek diberi peluang tidak hanya untuk melakukan proyeksi tapi juga ekspresi diri.

Menurut Lindzey, metode ini menjembatani diagnostik dan terapeutik, bagi semua yang berperan
aktif dalam praktik terapeutik. Lindzey juga mengatakan bahwa metode ini berbeda dari metode lain
dengan menekankan pada gaya atau cara proses konstruktif dilakukan. Selain itu, juga lebih
menekankan pada proses daripada produk. Contoh: Free Art Expression

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 2


Meskipun ada beberapa klasifikasi, namun tidak ada satupun klasifikasi yang sempurna. Siapa
pun yang menggunakan metode proyektif dapat dengan mudah menggunakan lebih dari satu teknik
yang berasal dari beberapa kategori. Mungkin saja terjadi tumpang tindih. Sebagai contoh, tes
Rorschach, walaupun yang utama termasuk teknik asosiatif, namun tes ini juga melibatkan teknik
konstruktif bahkan ekspresif. Demikian pula, beberapa tes gambar, walaupun diklasifikasikan kedalam
kategori konstruktif, namun bisa juga merupakan teknik ekspresif.

MENGENAL TES RORSCHACH

Tes Rorschach (Ro) merupakan salah satu contoh dari tes proyeksi jenis/kategori asosiasi.

Tes Rorschach yang sekarang terkenal sebagai test kepribadian, dibuat oleh seorang psychiater
Swiss bernama HERMANN RORSCHACH (lahir 8 November 1884).

Ia mempelajari Ilmu Kedokteran pada beberapa universitas di Swiss dan Jerman; gelar sarjana
kedokteran diprolehnya pada tahun 1910.

Minatnya terhadap ink-blots dimulai sejak 1911. Sebagai hasil eksperimen selama 10 tahun
(1911-1921) ia memilih diantara beribu-ribu gambar dari ink-blots, suatu seri yang terdiri dari 10
gambar. Dalam menentukan seri tersebut, Rorschach telah mengatur distribusi dari gambar-gambar
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai bahan-bahan rangsangan untuk prosedur
diagnostiknya.

Pada 1921, Rorschach menerbitkan suatu naskah yang berjudul Psychodiagnostik, Dalam
naskah ini ia hanya membuat laporan mengenai hasil-hasil eksperimennya, dan bukan membuat
kesimpulan teoritis dari eksperimennya. Beberapa bulan setelah terbitnya Psychodiagnostik,
Rorschach meninggal pada usia 37 tahun (2 April 1922).

Setelah 1921, maka metode Rorschach ini secara berangsur-angsur memperoleh nama dan
tempat yang penting diantara tes-tes kepribadian lain.

Dari tes Rorschach dikenal beberapa versi, antara lain:

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 3


1. Behn, bersama-sama dengan Rorschach dan Harrower membuat tes yang paralel dengan tes
Rorschach, yaitu yang dikenal dengan Bero. Gambar-gambar pada tes Bero tidak setajam gambar-
gambar Rorschach. Tes Bero ini dipergunakan untuk anak-anak.

2. Zulliger test, yang disebut juga sebagai Z test. Tes ini hanya terdiri dari 3 gambar, dan gambar-
gambarnya lebih kompleks daripada gambar-gambar Rorschach maupun Bero. Z test ini
dikembangkan dengan tujuan untuk menghemat waktu. Kekurangan dari tes ini ialah karena terlalu
singkat, maka dalam membuat interpretasi diperlukan keahlian yang lebih besar.

3. Kemudian masih dikenal tes Rorschach yang diambil melalui layar proyeksi, yang biasanya disebut
Group Ro. Diantaranya terdapat: Group Ro masal yang diperkenalkan oleh H. Erickson dan Steigner.
Gambar-gambar Rorschach dibuat pada slide, dan diprojeksikan pada suatu layar. Dengan demikian
20 sampai 50 orang sekaligus dapat melihat gambar-gambar tersebut dan menulis jawaban-
jawabannya sendiri.

Metode ini banyak dipakai dalam tahun-tahun sesudah Perang Dunia II guna keperluan seleksi
anggota tentara.

4. Gambar-gambar dari Roemer.

Roemer menciptakan gambar-gambar yang tidak menggunakan warna putih sebagai latar belakang.
Gambar-gambar dicetak diatas kertas hitam yang mempunyai berbagai warna.

Gambar-gambar Rorschach merupakan stimulus visual. Oleh Rorschach sendiri, tes Rorschach
dinamakan tes persepsi. Persepsi seseorang selalu selektif, artinya makin tidak berstruktur suatu
stimulus, maka stimulus tersebut bisa diinterpretasikan berbeda oleh beberapa orang karena orang
menginterpretasikannya berdasarkan pengalaman masing-masing. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kita dapat mengetahui aspek kepribadian seseorang berdasarkan persepsi orang tersebut.

Dalam perkembangannya, tes Rorschach dianggap tes Imajinasi karena ada anggapan bahwa
seseorang harus memiliki daya imajinasi tertentu agar dapat melihat struktur tertentu dari stimulus
yang tidak berstruktur.

Tes Rorschach kemudian dinyatakan sebagai tes proyeksi karena stimulus tes ini bersifat
polivalen dan dapat memancing proyeksi pada seseorang.

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 4


PROSEDUR PENGAMBILAN TES

Dalam pengambilan tes Rorschach, harus dilakukan observasi yang cermat, artinya yang ditulis
pada protokol Rorschach adalah segala sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan.

Prosedur pengambilan test Rorschach dibagi dalam beberapa fase:

I. Fase persiapan

II. Fase performance proper

III. Fase inquiry

IV. Fase testing the limits

I. FASE PERSIAPAN

a) Suasana pemeriksaan:

Dalam pengambilan test Rorschach, yang penting adalah suatu rapport yang baik antara
subyek dan pemeriksa. Hubungan ini dapat dicapai setelah mengadakan percakapan dimana lambat
laun subyek menaruh kepercayaan dan membuka diri pada pemeriksa.

Yang terjadi adalah hubungan antara subyek dan subyek; pemeriksa tidak memandang subyek
hanya sebagai suatu obyek pemeriksaan saja.

Oleh karena itu, sebaiknya test Rorschach tidak diambil sebagai test yang pertama.

Pemeriksa harus sadar akan kondisi subyek, misalnya apakah subyek tense atau hostile terhadap
pemeriksa. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi jawaban subyek terhadap gambar-gambar Rorschach.

b) Cara duduk:

Ada dua cara duduk:

1) Pemeriksa duduk disamping atau agak dibelakang subyek. Dengan cara ini subyek dan
pemeriksa bersama-sama dapat melihat gambar-gambar.

Keuntungan lainnya ialah subyek tidak dapat melihat hal-hal yang dicatat oleh pemeriksa.

2) Cara ke-2 adalah cara yang lazim dilakukan, yaitu subyek dan pemeriksa saling berhadap-
hadapan.

c) Alat-alat yang penting untuk pengambilan tes Rorschach adalah:

1) Kesepuluh gambar Rorschach yang disusun terbalik (gambar menghadap meja).

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 5


2) Formulir lokalisasi.

3) Formulir jawaban.

4) Stopwatch.

5) Psikogram.

d) Instruksi:

Dalam pemberian instruksi terdapat beberapa variasi, tergantung pada pengalaman pemeriksa
dan disesuaikan dengan keadaan subyek.

Cara mengatakan instruksi dapat bermacam-macam, tetapi isinya harus sama, yaitu:

- bahwa subyek akan diperlihatkan 10 gambar percikan tinta.

- Subyek hendaknya mengatakan apa yang dilihat dan apa yang dipikirkan dalam melihat
gambar-gambar tersebut.

- jawaban-jawaban yang diberikan secara bebas, tetapi setiap waktunya dicatat.

Adakalanya pemeriksa harus menjelaskan cara pembuatan gambar-gambar Rorschach dan


bahwa setiap orang dapat melihat bermacam-macam hal dalam setiap gambar.

Apabila banyak bertanya tentang berapa jawaban yang harus diberikan, maka pemeriksa harus
menjawab: itu terserah pada saudara.

Bila subyek pada gambar-gambar pertama (gambar 1,2) hanya memberikan satu jawaban,
pemeriksa dapat bertanya: apa lagi ? atau beberapa orang dapat melihat lebih dari satu hal dalam
gambar, mungkin saudara juga dapat melihat lebih dari satu.

Kadang-kadang subyek ingin mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. Dalam hal ini
pemeriksa harus meyakinkan bahwa tidak ada jawaban yang benar maupun yang salah.

II. FASE PERFORMANCE PROPER

Dalam fase ini subyek diberi kesempatan untuk memproduksi jawaban-jawabannya secara
spontan, tanpa bimbingan atau tekanan dari pemeriksa.

a) Penyajian gambar-gambar:

Kesepuluh gambar-gambar harus diletakkan secara berurutan (gambar menghadap meja) sehingga
gambar I terletak diatas dan gambar X dibawah.

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 6


Setiap gambar diperlihatkan pada subyek dalam posisi tegak. Sebaiknya subyek diminta untuk
memegang gambar sampai ia selesai memberi jawaban.

b) Items yang dicatat selama performance proper:

1) Jawaban-jawaban (Response):

Jawaban subyek harus dicatat selengkapnya, kata demi kata, tepat seperti apa yang dikatakan
oleh subyek.

2) Faktor waktu:

Ada 3 jenis waktu yang harus dicatat:

a. waktu reaksi, yaitu waktu antara pemberian gambar dan jawaban pertama yang diberikan
oleh subyek.

b. total response time, yaitu lamanya waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan
performance proper.

c. total response time per card, yaitu waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan 1
gambar.

Apabila subyek menyimpang dari jawabannya dan melanjutkan dengan percakapan biasa, maka
harus diadakan time-out untuk interupsi ini.

3) Posisi dari gambar:

Yang dicatat adalah posisi gambar yang dipegang subyek pada waktu memberi jawaban.

Pada umumnya digunakan tanda: ^,<,v,>.

Sudut yang digambar menunjukkan bagian atas.

Tanda ini pertama kali dipergunakan oleh Loosli-Usteri.

Apabila gambar diputar-putar, dipergunakan tanda: @.

III. FASE INQUIRY:

Fungsi utama dari inquiry adalah untuk memperoleh keterangan dari subyek bagaimana ia
sampai pada setiap konsep/jawaban. Keterangan ini penting agar scoring dapat dilakukan dengan
baik/tepat. Jawaban-jawaban yang sudah jelas dan dapat diskor, tidak memerlukan inquiry.

Fungsi kedua adalah memberi kesempatan pada subyek untuk melengkapi jawaban-
jawabannya.

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 7


Jadi inquiry harus dapat menerangkan aspek-aspek dari setiap jawaban yang diperlukan untuk
scoring, yaitu lokasi dari gambar, determinan yang dipergunakan, dan isi.

Dalam fase inquiry dapat pula timbul jawaban-jawaban baru.

Cara melakukan inquiry:

Dalam melakukan inqury, pemeriksa harus ingat/memperhatikan, agar subyek tidak merasa
bahwa jawaban-jawabannya ditantang dan jangan subyek mengerti apa yang ingin diketahui oleh
pemeriksa. Setelah subyek memberi jawaban pada ke-10 gambar, pemeriksa dapat berkata: Nah,
saudara sudah melihat dan memberikan jawaban pada semua gambar. Sekarang marilah perdalam
bersama-sama jawaban saudara agar saya dapat lebih mengerti.

Bila subyek tidak memerlukan penjelasan-penjelasan lagi, dapat dilanjutkan: Jawaban-jawaban


saudara amat menarik, dan saya ingin mengetahui apa yang menyebabkan saudara memberi jawaban
tersebut.

Subyek yang menolak (tidak memberi jawaban) atau hanya memberi 1 jawaban saja, dapat
mempergunakan fase inquiry sebagai suatu kesempatan untuk memberikan atau menambah jawaban-
jawabannya.

a) Inquiry untuk lokalisasi

Pada umumnya inquiry pertama-tama ditujukan untuk menentukan lokalisasi dari setiap
jawaban.

Pertanyaan yang biasanya diajukan adalah:

Pada bagian mana saudara melihat .................. (konsepnya)? atau Tunjukkan ..

Apabila dengan pertanyaan ini masih belum diperoleh kejelasan mengenai lokalisasi yang
dimaksud oleh subyek, maka dapat digunakan cara-cara lain:

1) Pemeriksa dapat meminta agar subyek menunjukkan outline dari lokalisasi yang dimaksud
dengan jarinya.

2) Subyek diminta menunjukkan lokalisasinya pada formulir lokalisasi.

3) Subyek diminta untuk menjiplak gambar Ro dan menggambarkan lokalisasinya.

4) Subyek diminta untuk menggambarkan konsepnya.

b) Inquiry untuk Determinan

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 8


Keterangan mengenai determinan yang dipergunkan subyek dalam membentuk konsepnya lebih
sukar daripada memperoleh keterangan mengenai lokalisasi. Kesukarannya terletak pada bagaimana
pemeriksa mengajukan pertanyaan. Misalnya, pemeriksa jangan sampai mempergunakan kata warna
atau action, sebelum subyek sendiri mengatakannya. Subyek dapat terpengaruh atau memperoleh
sugesti.

Inquiry untuk determinan dapat dibagi atas inquiry untuk menentukan:

a. Bentuk (Form)

Pada konsep-konsep dengan bentuk yang jelas masih harus diperhatikan mengenai kualitasnya.

Misalnya pada gambar V subyek menjawab kelelawar. Pertanyaan yang baik adalah:
Dapatkah saudara melukiskan kelelawar tersebut? atau Manakah kepala kelelawar?.
Sebagai jawaban subyek akan menunjuk kepala, dan secara spontan akan menunjukkan
sayapnya, kakinya dan sebagainya.

b. Gerakan (Movement)

Janganlah mengajukan pertanyaan langsung, seperti: Apa yang sedang dikerjakan? atau
Apakah orang ini sedang bertepuk tangan?.

Lebih baik mengajukan pertanyaan umum semacam ini: bagaimana saudara melihat binatang-
binatang ini?.

Apabila tidak timbul jawaban yang mengandung gerakan, maka tidak diskor sebagai
movement.

c. Shading

Dapat diajukan pertanyaan seperti pada inquiry untuk warna, bentuk atau movement.

Subyek harus menjelaskan bahwa yang menentukan timbulnya konsep adalah adanya
perbedaan antara terang dan gelap (light and dark qualities).

Dalam scoring shading, harus hati-hati dalam menentukan apakah suatu jawaban discore Fc
atau cF. Kadang-kadang sukar menentukan apakah suatu jawaban discore Fc atau Fk. Dalam hal
ini diperlukan inquiry yang teliti.

d. Content

Inquiry untuk content biasanya tidak perlu, karena pada umumnya sudah jelas. Bila subyek
menjawab: suatu bentuk (figures), maka pemeriksa harus bertanya apakah bentuk manusia
atau hewan. Bila manusia dinyatakan selanjutnya apakah laki-laki atau wanita. Dalam hal ini

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 9


dapat diajukan pertanyaan langsung, seperti: Apakah kelihatannya seperti laki-laki atau
wanita?.

Dalam melakukan inquiry pemeriksa harus berhati-hati. Jangan sampai bertanya terlalu banyak.
Karena terlalu memaksa atau menekan seseorang untuk menentukan determinan dapat merusak
protokal Rorschach.

IV. FASE TESTING THE LIMITS

Tujuan mengadakan testing the limits adalah untuk mengetahui apakah subjek dapat atau
tidak:

a. melihat konsep-konsep yang spesifik.

b. Mempergunakan lokalisasi atau determinan tertentu yang tidak dipergunakannya dalam jawaban-
jawaban yang spontan.

Keterangan-keterangan yang diperoleh dari testing the limits biasanya tidak dapat dipergunakan
untuk skoring. Hal ini karena berubahnya situasi tes, yaitu subjek tidak lagi bebas mengekpresikan
dirinya akibat diberikan sugesti-sugesti langsung. (Keterangan-keterangan ini dapat mengubah
pengetahuan pemeriksa mengenai gambaran kepribadian subjek).

Testing the limits dilakukan bila;

1. Protokol terlalu sempit.

Misalnya jawaban-jawaban itu terlalu mengelompok pada satu macam jawaban saja. Dalam hal ini
dapat dberi sugesti dengan kata-kata: biasanya masih dapat dilihat hal-hal lain.

2. Jawaban yang populer sama sekali tidak ada.

Dalam hal ini dapat ditanyakan misalnya: Apakah saudara masih dapat melihat hal-hal lain lagi?

Kalau subjek belum juga memberikan jawaban yang popular, maka dapat dikatakan: Apakah bagian
yang hitam ini tidak mengesankan sesuatu pada saudara?

Kalau kurang pula, pemeriksa dapat memberi sugesti: Orang lain melihat ini sebagai kelelawar.
Bagaimana menurut saudara?

Prosedur lainnya, meletakkan seluruh gambar dan mengatakan: Diantara gambar-gambar ini ada
yang dilihat oleh beberpa orang sebagai gambar orang. Menurut saudara bagaimana? Ini untuk
mengetahui sampai seberapa jauh subjek dapat distimulasi.

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 10


3. Bila hanya ada satu jawaban warna saja.

Dalam hal ini prosedur seperti biasa dan merangsang subjek dengan pertanyaan: Apakah saudara
dapat memberi jawaban dimana warna memegang peranan?

Bila dalam suatu protokol sama sekali tidak ada jawaban warna, maka subjek diminat membagi
kesepuluh gambar dalam 2 tumpukan, dengan instruksi bahwa tiap tumpukan mempunyai sifat yang
sama.

Kalau dengan jalan ini subjek belum menaruh perhatian pada warna, pemeriksa membagi gambar
dalam 2 tumpukan: 5 akromatis dan 5 kromatis. Kemudian tanyakan pada subjek berdasarkan apa
penggolongan tersebut dilakukan.

Bila cara ini gagal juga, pemeriksa boleh mencoba menunjukkan pada warna dan melihat bagaimana
reaksi subjek.

4. Tidak ada jawaban W atau D.

Bila dalam protokol hanya ada jawaban-jawaban W (whole), maka dapat ditanyakan: Apakah dalam
melihat gambar, saudara mengira harus memberi jawaban secara keseluruhan saja?

Hal yang sama dilakukan apabila dalam protokol semua jawaban adalah D (detail).

5. Tidak ada jawaban M (movement)

Tidak ada jawaban yang bersifat gerakan manusia. Bila dalam gambar III tidak ada M, pada inquiry
juga tidak, maka dalam testing the limits dapat diajukan pertanyaan: Apakah saudara dapat
menceritakan sesuatu mengenai orang itu? atau Apa yang dilakukan oleh 2 orang itu?

KATEGORI SKORING

Tiap jawaban Rorschach dapat diskor menurut:

a. Lokasi, yaitu di bagian mana subjek melihat konsepnya?

Ada 5 kategori utama lokasi, yaitu:

1. Whole:

W, jika subjek menggunakan seluruh gambar untuk konsepnya.

, jika subjek menggunakan hampir seluruh gambar (sedikitnya dua pertiga dari
gambar)

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 11


DW, jika subjek menginterpretasikan suatu detail dan kemudian interpretasi ini
dikenakan pada keseluruhan gambar tanpa pemiliran lebih lanjut dan tidak
memperhatikan kesesuaian kualitas bagian-bagian lain dengan kualitas konsepnya.

2. Large Usual Detail Responses (D), yaitu jika subjek menggunakan bagian yang besar untuk
konsepnya.

3. Small Usual Detail Responses (d), yaitu jika subjek menggunakan bagian yang relative kecil
utnuk konsepnya. Namun walaupun kecil, bagian ini mudah ditandai oleh warna, shading, atau
space, dan mudah dibedakan dari bagain-bagian lain.

4. Unusual Detail Responses, jika jawaban tidak termasuk jawaban whole, tidak ada dalam daftar
usual detail, dan bukan merupakan jawaban space. Jawaban ini jarang digunakan. Bagian
gambar adalah bagian yang sangat kecil (kecuali jawaban dr).

dd (tiny detail), melukiskan jawaban yang kecil, dan seperti d, dapat jelas dibedakan
dari agian lain karena warna, shading, atau space.

de (edge detail), jika yang digunakan hanya bagian ujung (pojok) dari blot.

di (inside detail), jika jawaban menggunakan tempat-tempat yang tidak mudah


dipisahkan dari bagian-bagian lain oleh warna, shading, ataupun space. Bagian ini
terdapat dalam satu blot.

dr (rare detail), jika jawaban-jawaban menggunakan tempat-tempat yang tidak biasa


digunakan. Rare detail bisa merupakan bagian yang besar, bisa juga merupakan bagian
kecil.

b. Determinan, yaitu bagaimana konsep itu terlihat; kualitas-kualitas apakah dari gambar yang
menentukan pembentukan konsep? Biasanya determinan dapat diperoleh setelah diadakan inquiry.

Simbol yang digunakan untuk skoring determinan adalah:

SIMBOL PENENTU UTAMA JAWABAN

F Bentuk

M, FM, dan Gerakan


m

Fc, cF, c Tekstur

Fk, KF, K Kedalaman atau difusi

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 12


Fk, kF, k Efek 3 dimensional diproyeksikan menjadi 2 dimensional

FC, CF, C Aspek-aspek hitam putih dan kelabu dari blot dipergunakan
sebagai warna

FC, CF, C Warna (merah, hijau, dsb) berperan dalam menentukan jawaban.

c. Content, yaitu apakah isi dari konsep, misalnya : manusia - H, bentuk manusia dalam
lukisan/patung/karikatur atau bentuk mitologis seperti hantu, monster (H), anatomi manusia
At/Anat, hewan A, dan sebagainya.

d. Populer orisinil, yaitu apakah konsep tersebut sering dilihat oleh orang-orang lain.

Jawaban dianggap populer jika jawaban tersebut sering diberikan untuk suatu daerah blot tertentu.
Menurut Rorschach, jawaban populer jika jawaban tersebut muncul paling sedikit 1 diantara 3
protokol ; ahli lain mengatakan 1:6 sedangkan Klopfer dan Kelley, setelah menentkan syarat-syarat
tertentu, membuat daftar jawaban populer untuk masing-masing kartu.

Jawaban diklasifikasikan sebagai orisinil bila jawaban yang bersangkutan jarang diasosiasikan dengan
suatu daerah blot tertentu. Bila dalam 100 protokol tidak terdapat lebih dari 1 jawaban tertentu
untuk suatu daerah blot tertentu, dapat dikatakan bahwa jawaban tersebut orisinil.

SUMBER: MBER:

Rabin, Albert I., & Mary R. Haworth. 1960. Projective Techniques with Children. New York: Grune &
Sratton

Subardja, Farida L. 1987. Diktat Proyeksi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Staf Bagian Psikologi Klinis dan Konseling. 1981. Tes Rorschach, Manual. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

HERLINA C:\DOCUME~1\IDEACE~1\LOCALS~1\Temp\BCL Technologies\NitroPDF6\@BCL@9C0E0D24\@BCL@9C0E0D24.doc 13

Anda mungkin juga menyukai