Anda di halaman 1dari 4

Berdasarkan aspek mental dan psikologis yang diungkap, maka secara garis besar tes psikologis

dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Mengungkap aspek kognitif (intelegensi)

 Tes Binet
 Tes Wechsler (Wechsler Adult Intelligence Scale, Wechsler Intelligence Scale for
Children, Wechsler Preschool and Primary Scale for Intelligence)
 Tes Raven (Standard Progressive Matrices, Coloured Progressive Matrices, Advanced
Progressive Matrices)
 TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia)

2. Mengungkap aspek kepribadian

a. Teknik non proyektif (obyektif)

 EPPS (Edwards Personal Preference Schedule)


 MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)
 16 PF
 CAQ (Clinical Analysis Questionnaire)

b. Teknik proyektif

 TAT (Thematic Apperception Test)


 Tes Grafis
 Tes Wartegg
 SSCT (Sack Sentence Completion Test)
 Tes Szhondi (sarana proyeksinya foto)
 Tes Rorschach (salah satu tes bercak tinta)

tes buatan Hermann Rorschach ini terbuat dari bercak tinta simetris yang bisa merekonstruksi
hipotesis gambaran kepribadian seseorang secara lengkap.

MENGENAL TES PROYEKTIF

Posted by the clubs of psychology at 01:13 | Categorized as

PROJECTIVE APPROACHES

Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, klien berespon terhadap stimulus yang

1|Page
tidak terstruktur dan ambigu sehingga tanpa sadar klien mengungkap struktur dasar dan dinamika
kepribadiannya. Beberapa teknik proyektif yang terkenal dan digunakan secara luas antara lain
tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Children’s Apperception Test (CAT), tes
Draw-A-Person (DAP), tes Make-A-Picture Story (MAPS), Michigan Picture Story Test, dan
Sentence Completion Test.

THEMATIC APPERCEPTION TEST (TAT)


Dalam tes ini, klien diminta membuat cerita dari beberapa kartu bergambar yang disajikan satu
persatu. Klien dapat menulis sendiri ceritanya atau examiner yang menulis cerita klien. Tugas
klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini, sebelumnya (situasi apa yang
menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang dibuat klien.

Cerita yang dibuat klien dianggap memiliki implikasi terhadap konflik atau pun masalah yang
dialami klien. Interpretasi klinis yang dilakukan terfokus pada dimensi-dimensi seperti
bagaimana tokoh-tokoh berinteraksi, tingkat kehangatan atau konflik dari interaksi tokoh-tokoh,
impian atau cita-cita tokoh, harapan tokoh terhadap diri dan lingkungannya, dan level
kematangan secara umum yang diindikasikan dari bentuk cerita. Tema-tema dari TAT dapat
menggambarkan fungsi kepribadian secara luas dan bermanfaat dalam mengidentifikasi sumber
utama konflik sehingga dapat ditentukan intervensi terapeutik yang sesuai. Cerita TAT pada
dasarnya menggambarkan lingkungan seperti apa yang klien lihat di sekitar dirinya dan orang-
orang seperti apa yang ia rasakan tinggal bersamanya di dunia ini.

Bentuk modifikasi dari TAT adalah CAT (Children’s Apperception Test), yang menyediakan
gambar yang terfokus pada konflik, hubungan orang tua, permusuhan dengan saudara kandung,
toilet training, dan situasi lain yang sering ditemui pada anak-anak.

Tes lain yang mirip dengan TAT dan CAT adalah Michigan Picture Story Test (MPST), terdiri
dari material yang menggambarkan anak-anak dalam hubungannya dengan orang tua, polisi, dan
figur otoriter lainnya, juga teman-teman. Tes ini sangat bermanfaat dalam melihat struktur dari
sikap anak-anak terhadap orang dewasa dan teman-teman sekaligus mengevaluasi masalah yang
mungkin timbul.

Selain itu ada juga tes Make-A-Picture Story (MAPS), yang memiliki kesamaan dengan MPST
dalam hal tujuan dan potensi interpretasi yang dimiliki. Perbedaan MAPS dengan tes lain yaitu,
pada MAPS klien diperbolehkan memilih karakter yang akan diletakkan pada latar belakang
panggung yang kecil, untuk kemudian klien membuat cerita berdasarkan situasi tersebut.

FIGURE DRAWING

Beberapa pendekatan dalam mengevaluasi kepribadian dengan menggunakan gambar yang


dibuat klien telah berkembang. Dalam hal ini, kemampuan menggambar bukanlah faktor utama.
Salah satu bentuk tesnya adalah Draw-A-Person (DAP), dimana klien diminta untuk
menggambar seorang lelaki dan perempuan menggunakan pensil dan kertas. Gambar orang dapat
memberikan kesan pertama dengan segera, seperti sikap bermusuhan atau agresif, atau orang
yang pasif dan submisif. Interpretasi juga didasarkan pada ukuran gambar, posisi, postur, apakah

2|Page
gambar orang terlihat percaya diri, ramah, dan sebagainya. Sebaiknya, dalam menginterpretasi
DAP juga dikaitkan dengan temuan-temuan dari tes-tes lain.

INCOMPLETE SENTENCE TEST

Dalam metode proyektif ini, klien diberikan sejumlah kalimat yang belum selesai dan diminta
untuk melengkapi kalimat sehingga menjadi kalimat yang memiliki arti. Kalimat-kalimat ini
memiliki kecenderungan dalam aspek-aspek seperti preokupasi terhadap seksual, perasaan
religius, hubungan dengan orang tua, teman, rasa takut, cemas, perasaan bersalah, sikap
bermusuhan dan impuls agresi. Bentuk respon klien dapat memberikan insight ke dalam area
konflik, termasuk juga kelebihan dan kekurangan dari kepribadian klien.

COMPETENCY SCREENING TEST

Psikolog terkadang dipanggil ke pengadilan untuk mengevaluasi status mental atau inteligensi
seseorang untuk membantu pengadilan terkait dengan kasus orang tersebut. Untuk keperluan
inilah Competency Screening Test dikembangkan. Tes ini dilakukan dengan cara melengkapi 22
kalimat, dimana setiap kalimat terkait dengan aspek peran terdakwa dalam pengadilan kriminal.
Setiap item diskor 0, 1 atau 2 secara manual. Terdakwa yang mendapatkan skor 21 ke atas telah
terbukti kompeten dalam pengadilan dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Tes ini
membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.

RORSCHACH TEST

Metode proyektif yang paling dikenal dan digunakan secara luas dalam melihat kepribadian
seseorang adalah tes Rorschach. Dalam tes ini, klien diperlihatkan sepuluh kartu dengan bentuk
ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir simetris. Lima kartu berwarna hitam, putih dan abu-
abu yang berbayang, sedangkan lima kartu lainnya memiliki warna. Kebanyakan ahli setuju
bahwa tes Rorschach ini merupakan teknik psikodiagnostik yang signifikan dan sensitif. Tes ini
mengevaluasi emosi-emosi yang dialami klien dalam hidupnya, tingkat intelektual dan
membantu menjelaskan komponen-komponen kepribadian seseorang.

Ada tiga kategori penting dalam memberikan skor pada tes ini, yaitu lokasi yang menunjukkan
pada bagian mana respon dilihat oleh klien dalam kartu, determinan yang menunjukkan
bagaimana respon tersebut dilihat, dan konten yang menunjukkan apa yang dilihat klien dalam
kartu.

Para psikolog ahli yang sudah berpengalaman dalam tes ini, menemukan bahwa respon yang
diberikan klien, baik anak-anak maupun dewasa, mengindikasikan beberapa tipe dari gangguan
kepribadian dengan karakteristik respon tertentu. Misalnya pada gangguan psikotik dan
skizofrenia lainnya, ditemukan bahwa respon yang diberikan seringkali ganjil dan aneh, kualitas
bentuk biasanya lemah, dan ada ketidaksesuaian antara yang dilihat klien dengan stimulus
sebenarnya dalam kartu. Klien-klien ini biasanya memfokuskan seluruh perhatian mereka pada
detail-detail sementara komponen-komponen utama diabaikan. Terkadang mereka juga terlalu
melibatkan emosi mereka pada kartu-kartu dan mempersonalisasikan persepsi mereka dalam cara
tertentu sehingga mereka tidak mampu membedakan antara diri mereka dan kartu Rorschach.

3|Page
Dalam beberapa kasus diagnostik dimana terdapat gangguan psikologis seperti gangguan pikiran
yang signifikan, penggunaan tes Rorschach sangat disarankan. Tidaklah sulit dalam
mengadministrasi maupun menskor tes ini, namun dalam menginterpretasi dibutuhkan psikolog
yang handal dan berpengalaman.

4|Page

Anda mungkin juga menyukai