PSIKOLOGI KONSELING
Kelas : 3 PA 18
Kelompok : 6
Anggota :
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
Pendahuluan
Penggunaan teknik konseling yang tepat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari sisi
konselor itu sendiri, penentuan konseling dipengaruhi oleh dasar-dasar teori yang di pelajari
dan di dalami. Sedangkan dari pihak klien bergantung pada kompleksitas msalah yang
dihadapi maupun persoalan waktu yang tersedia dari pihak klien untuk menjalankan proses
konseling.
~Teknik teknik konseling~
Pendekatan secara langsung dapat dilakukan dengan cara sederhana dan diarahkan
langsung pada masalhanya, yaitu dengan cara mngarahkan, membimbing, mempengaruhi
atau memeberikan hal hal yang diperlukan klien agar bisa mngikuti apa yang ditentukan
secara otoriter oleh konselor.
Teknik ini hanya bisa diberikan kepada klien yang tidak memiliki pengertian (insight)
sama sekali dalam menghadapi msalah, yang tidak bisa menciptakan hubungan dengan
konselor, yang tidak memiliki informasi memadai untuk memecahkan masalah itu sendiri.
Singkatnya pendekatan langsung hanya bisa diberikan kalau klien kita jelas-jelas tidak akan
bisa mengatasi masalahnya sendiri. Kemudian teknik ini juga dipandang secara baik untuk
diterapkan kepada klien yang tidak memiliki motivasi,sumber untuk mengatasi msalahnya
itu sendiri, tetapi juga pendekatan ini dipandang kurang efektif jika diberikan kepada klien
yang memiliki taraf intelegensi tinggi dan punya motivasi tinggi untuk memecahkan
masalahnya itu sendiri.
c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempercayai orang lain dan siap
menerima pengalaman orang lain yang bermanfaat baginya.
d. Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu
lingkungan sosial budaya yang luas.
Dalam pendekatan ini ada beberapa kebaikan dan kelemahan. Adapun kebaikan -
kebaikan pendekatan Non-Direktifakan membantu jika:
Rogers menjelaskan terdapat tiga kondisi yang perlu dan dianggap cukup untuk
konseling, yaitu :
Empati
Penerimaan tak bersyarat (positive regard/acceptance)
Congruence (Genuineness)
Empati : Adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan klien dan
menyampaikan pemahaman ini kembali ke klien. Empati juga dipandang sebagai
usaha untuk berpikir bersama tentang atau untuk mereka. Berdasarkan hasil
penelitian, rogers menjelaskan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin
adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu
faktor yang membawa perubahandan pembelajaran. Dengan empati konselor
mampu memahami oranglain dari sudut kerangka berpikir kliennya.
Positive regard : Dikenal juga sebagai akseptansi merupakan penerimaan yang tulus
(genuine caring) dan mendalam untuk klien sebagai pribadi, artinya
konselor sangat menghargai klien karena keberadaannya. Seorang
konselor harus mampu menerima kliennya dengan nilai-nilai yang mereka
anut. Sehingga jangan mengharap klien memiliki nilai-nilai yang sama
dengan yang dipunyai konselor.
Kongruensi : Adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai
topeng atau pulasan-pulasan. Artinya, seorang konselor yang baik adalah
konselor yang baik adalah konselor yang memahami dirinya sendiri yang
terlihat dari adanya keserasian antara pikiran, pengalaman dan perasaan.
Dengan memiliki pemahaman yang baik akan dirinya, maka konselor mampu
membedakan dirinyadengan oranglain.
Teknik ini berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat keputusan-
keputusan, sebab klient merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya, dan pantas
menemukan tingkah laku yang pantas bagi dirinya.
2. Eklektisme (eclectism)
Adalah pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode, teori, atau
doktrin,yang dimaksudkan untuk memahami dan bagaimana menerapkannya dalam
situasi yang tepat. Eklektiksme berusaha untuk mempelajari teori-teori yang ada dan
menerapkannya dalam situasi yang dipandang tepat.
Pendekatan konseling eklektik berarti konseling yang di dasarkan pada berbagai
konsep dan tidak berorientasi pada satu teori secara eksklusif. Eklektisme berpandangan
bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan konsep,prosedur, teknik. Karena itu
eklektisme dengan sengaja mempelajari berbagai teori dan menerapkan sesuai keadaan
rill klien. Konseling eklektik dapat pula disebut dengan pendekatan konseling integratif.
Perkembangan pendekatan ini dimulai sejak tahun 1940-an, yaitu ketika F.C.Thorne
menyumbangkan pemikirannya dengan mengumpulkan & mengevaluasi semua metode
konseling yang ada. Brammer & Shostrom (1982) sejak 1960 mengembangkan model
konseling yang dinamakan actualization counseling & telah membawa konseling ke
dalam kerangka kerja yang luas, yang tidak terbatas pada satu pendekatan tapi
mengupayakan pendekatan yang integratif dari berbagai pendekatan, dan pada akhir
1960-an hingga 1977, R.Carkhuff juga telah mengembangkan konseling eklektik, dengan
melakukan testing & riset secara komperhensif, sistematik, & integratif. ahli lain yang
turut membantu perkembangan konseling eklektik di antaranya G.Egan (1975) dengan
istilah Systemic helping, prochaska (1984) dengan nama Integrative eclectic.
Teknik ekletik
Pendapat yang paling relevan bagi konselor yang menggunakan teknik eklektik adalah
tingkat keaktifan konselor dalam bekerja dengan konseli. Setelah menelusuri sejarah dari
dasar pemikiran tentang peran konselor, Thorne membuat kesimpulan tentang
penggunaan teknik aktif dan teknik pasif:
Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika
Aditama
http://psychology12marissavh.blogspot.co.id/2015/10/tugas-makalah-teknik-konseling-
dan.html
http://www.academia.edu/9396793/Pendekatan_Dan_Tekni_Bimbingan_Dan_Konseling
http://bimbingankonsling.blogspot.co.id/2009/12/teori-konseling-eklektik.html?m=1
http://bkuny.blogspot.co.id/2008/06/teori-eklektik.html?m=1
http://afrinata.blogspot.co.id/2012/05/teori-konseling-eklektik.html?m=1