Anda di halaman 1dari 4

https://nurainiajeeng.wordpress.

com/2013/03/30/person-centered-therapy/

Teknik-Teknik Konseling (PERSON-CENTERED THERAPY) CARL ROGERS

Corey

Teknik-Teknik Person-Centered Therapy
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik yang spesifik, sikap-sikap terapis dan kepercayaan
antara terapis dan klienlah yang berperan penting dalam proses terapi. Terapis membangun
hubungan yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-
area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis memandang klien sebagai
narator aktif yang membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang positif.
Dalam terapi ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif,
merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun
tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya atau menggali
informasi. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada
teknis. Terapis harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut;
 Menerima. Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya
entah secara positif atau negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini
terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk meningkatkan
pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
 Keselarasan (congruence). Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada
kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
 Pemahaman.  Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia
memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
 Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini. Terapis mampu mengkomunikasikan
penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga membuat
perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.
 Hubungan yang membawa akibat.  Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive
relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik diatas.

teknik-teknik

1. Mendengarkan Aktif (Active Learning) = yaitu memperhatikan perkataan konseli sensitif terhadap
kata atau kalimat yang diucapkan, intonasi dan bahasa tubuh konseli.

2. Mengulang Kembali (Restating/Pharaphasing) = yaitu mengulang perkataan konseli dengan


kalimat yang berbeda.

3. Memperjelas (Clarifying) = Adalah merespon pertanyaan atau pesan konseli yang membingungkan
dan tidak jelas, dengan meemfokuskan pada isu-isu utama dan membantu individu tersebut untuk
menemukan dan memperkelas perasaan-perasaannya yang bertolak belakang.

4. Menyimpulkan (Summarizing) = Merupakan keterampilan konselor untuk menganalisis seluruh


elemen-elemen penting yang muncul dalam seluruh atau baguan sesi konseling. Kemampuan ini
sangat dibutuhkan pada saat proses transisi dari satu topik ke topik lainnya.
5. Bertanya (Questioning) = Teknik ini bertujuan untuk menggali informasi yang lebih dalam dari
konseli. Dalam bertanya terdapat dua jenis pertanyaan, yaitu: pertanyaan tertutup yang hanya
memberi peluang jawaban ya atau tidak dan pertanyaan terbuka dengan menggunakan kata tanya
seperti: apa, dimana, kapana, mengapa dan bagaimana.

6. Menginterpretasi (interpreting) = Yaitu kemampuan konselor dalam menginterpretasi pikiran,


perasaan, atau tingkah laku konseli yang bertujuan untuk memberikan perpektif alternatif dan baru.
Menginterpretasi membutuhkan keterampilan yang tinggi karena konselor harus dapat
menyampaikan interpretasi bukan dogma. Selain itu, konselor juga harus dapat menentukan waktu
yang tepat untuk melakukan interpretasi dan memberikan kesempatan bagi konseli untuk
melakukan refleksi atas pertnyataan interpretasi konselor.

7. Mengkonfrontasi (confronting) = Merupakan cara yang kuat untuk menantang konseli untuk
meihat dirinya secara jujur. Konfrontasi adalah cara yang efektif untuk membuka mata anggota
kelompok, akan tetapi bila dilakukan secara tidak berhati-hati akan memberikan efek yang buruk dan
merusak.

8. Merefleksikan Perasaan (reflekcting feelings) = Adalah kemampuan untuk merespon terhadap


esensi perkataan konseli. Merefleksikan perasaan bukan sekadar memantulkan perasaan konseli tapi
termasuk ula eskpresinya.

9. Memberikan dukungan (supporting) = Adalah ipaya memberikan penguatan dan penguatan


kepada konseli, terutama ketika mereka berhasil membuka informasi-informasi personal. Konselor
meberikan dukungan dengan memberikan perhatian penuh kepada konseli tersebut dengan cara
mendengar aktif terhadap apa yang konseli katakan, mendekatkan diri secara psikologis, dan
merespon dengan penuh dukungan. Namun. teknik ini dapat menjadi counterproduktive karena
konselor memberi dukungan yang terlalu berlebihan.

10. Berempati (Empathizing) = Inti dari keterampilan empati adalah kemampuan pemimpin
kelompok untuk sensitif terhadap hal-hal subjektif konseli. Untuk dapat melakukan empati, konselor
harus memiliki perhatian dan penghargaan kepada konseli.

11. Memfasilitasi (facilitating)= Teknik ini bertujuan memberdayakan konseli untuk mencapai tujuan-
tujuanya. Terdapat beberapa cara yang spesifik yang dapat dilakukan konselor dalam memfasilitasi
kliennya, antara lain:

- Memfokuskan pada resistensi dalam diri konseli membantu konseli untuk menyadarinya.

- Mengajarkan konseli untuk memfokuskan pada dirinya dan perasaan-perasaannya.

-Mengajarkan konseli untuk berbicara secara langsung dan jujur.

- Menciptakan situasi yang aman yang memberikan keberanian bagi konseli untuk
mengambil resiko.

- Memberikan dukungan kepada konseli ketika mereka mencoba tingkah laku baru.

- Mmembantu konseli untuk memiliki sikap terbuka terhadap konflik.


- Membantu konseli mengatasi hambatan untuk berkomunikasi secara langsung.

- Membantu konseli untuk mengintergrasikan apa yang mereka pelajari dalam proses
konseling dan strategi untuk mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-sehari.

12. Memulai (Initiating) = Keterampilan untuk memulai kegiatan dalam proses konseling, seperti
diskusi, menentukan tujuan, mencari alternatif solusi dan sebagainya.

13. Menentukan Tujuan (Setting Goals) = Keterampilan untuk menentukan tujuan konseling, di sini
konselor harus dapat menstimulasi kliennya menentukan dan memperjelas tujuan-tujuan yang akan
dicapai dalam konseling.

14. Mengevaluasi (Evaluating) Keterampilan untuk mengevaluasi keseluruhan proses konseling,


karena evaluasi merupakan kegiatan yang berkelanjutan. Setiap selesai sesi konseling, konselor
harus dapat mengevaluasi apa saja yang terjadi termasuk respons. pesan, dan perasaan dirinya
sendiri.

15. Memberikan umpan balik (Giving feedback) = merupakan keterampilan konselor untuk
memberikan umpan balik yang spesifik, deskriptif dan jujur atas dasar observasi dan reaksi terhadap
tingkah laku konseli.

16. Menjaga (Protecting) = Yaitu upaya konselor untuk menjaga kliennya dari kemungkinan risiko-
risiko psikologis dan fisik yang tidak perlu.

17. Mendekatkan diri (Disclosing Self) = Kemampuan membuka informasi-informasi personal dengan
tujuan membuat konseli menjadi lebih terbuka.

18. Mencontoh Model (Modeling) = Konseli belajar dari mengobservasi tingkah laku konselor. Untuk
itu, konselor harus dapat menampilkan nilai-nilai kejujuran, penghargaan, keterbukaan, mau
mengambil risiko dan asertif

19. Mengakhiri (Treminating) = Yaitu keterampilan konselor untuk menentukan waktu dan cara
mengkahiri kegiatan konseling. Keterampilan ini dibutuhkan untuk menutup sesi konseling dan
mengakhiri konseling dengan sukses.

TEMPAT TEKNIK-TEKNIK DALAM PENDEKATAN CLIENT-CENTERED

Perkembangan pendekatan client-centered disertai oleh peralihan dari penekanan pada teknik-
teknik terpeutik kepada penekatan pada kepribadian, keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap terapis,
serta pada hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik, yang selanjutnya menjadi variabel yang
sangat penting, tidak identik dengan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh terapis. Dalam
kerangka client-centered, “Teknik-teknik” nya adalah pengungkapan dan pengkomunikasian
penerimaan, respek, dan pegertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan
kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengskesplorasi. Menurut pandangan
pendekatan client-centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan
mendepersonalisasi hubungan terapis klien, teknik-yteknik harus menjadi suatu pengungkapan yang
jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri sebab, dengan demikian, terapis tidak
akan menjadi sejati.

Anda mungkin juga menyukai