Oleh:
Sherina Fahira – 06071181621007
Dosen Pengampu:
Dr. Yosef, MA
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar,
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk
kedepannya.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak dan perempuan memang merupakan golongan yang sangat rentan untuk
menjadi korban kekerasan, terutama anak-anak. Macam-macam kasus kekerasan terhadap
anak terjadi pada lingkungan sekitar kita, baik itu kekerasan fisik, psikologis, ataupun
kekerasan seksual. Segala bentuk perlakuan salah pada anak tidak dibenarkan, karena
meskipun anak berbuat salah, anak tidak mengetahui bahwa perbuatannya salah, dan
orang tua yang memiliki kewajiban untuk memberi tahu anaknya.
Kasus-kasus perlakuan salah pada anak semakin sering terjadi di lingkungan sekitar kita.
Salah satu bentuk perlakuan salah pada anak yang perlu diberikan perhatian lebih adalah
perlakuan salah seksual. Terdapat berbagai macam istilah bagi perlakuan salah seksual
pada anak, istilah yang sering digunakan adalah kekerasan seksual dan pelecehan seksual.
Menurut Seto Mulyadi, psikolog dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, kasus
pelecehan seksual sangat menghancurkan hidup anak, baginya kekerasan seksual pada
anak sepuluh kali lebih kejam daripada terhadap orang dewasa. Karena posisi anak-anak
masih rentan, lemah, mudah dirayu dan dibodoh-bodohi. Selain itu juga karena kekerasan
dan pelecehan seksual merupakan gabungan antara kekerasan fisik dan psikologis.
Maraknya pemberitaan mengenai kasus kekerasan seksual pada anak-anak adalah sebuah
kisah horor bagi para orangtua. Dan yang paling sulit kita terima, kekerasan seksual pada
anak kebanyakan justru dilakukan oleh orang-orang terdekat, yang otomatis sudah
dikenal dan dipercaya, termasuk juga oleh guru agama.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pelecehan dan kekerasan seksual pada anak?
2. Bagaimanakah situasi pelecehan seksual & kekerasan seksual pada anak di
Indonesia?
3. Apa saja bentuk pelecehan seksual & kekerasan seksual pada anak?
4. Apakah yang menjadi penyebab pelecehan seksual & kekerasan seksual pada
anak?
5. Apakah dampak fisik, dampak psikologis dan dampak seksual karenapelecehan
seksual & kekerasan seksual pada anak ?
6. Bagaimanakah solusi menurut undang-undang, program dan fasilitas untuk
mengatasi pelecehan seksual & kekerasan seksual pada anak?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari kekerasan seksual pada anak dari segi kesehatan reproduksi.
2. Tujuan Khusus
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran
hingga menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada
diri orang yang menjadi korban pelecehan. Pelecehan seksual terjadi ketika pelaku
mempunyai kekuasaan yang lebih dari pada korban. Kekuasaan dapat berupa posisi
pekerjaan yang lebih tinggi, kekuasaan ekonomi, "kekuasaan" jenis kelamin yang satu
terhadap jenis kelamin yang lain, jumlah personal yang lebih banyak, dsb.
Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi: main mata, siulan nakal,
komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan
di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan
berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual
sampai perkosaan.Pelecehan juga dapat berupa komentar/perlakuan negatif yang berdasar
pada gender, sebab pada dasarnya pelecehan seksual merupakan pelecehan gender, yaitu
pelecehan yang didasarkan atas gender seseorang, dalam hal ini karena seseorang tersebut
adalah perempuan.
Jadi sekali lagi, pelaku bisa saja orang yang sudah dewasa dan cukup umur, atau
bisa saja seorang anak/remaja. Selain persentuhan antar bagian tubuh, kontak seksual
6
juga mencakup kegiatan yang tidak bersentuhan, misalnya percakapan atau pertukaran
gambar yang berbau seks. Kedua jenis kontak seksual ini bisa mengganggu kondisi fisik
dan kondisi psikis (mental) anak.
Senonoh dari alat kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk anak,
melakukan hubungan seksual terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak
(kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti pemeriksaan medis), melihat alat
kelamin anak tanpa kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan
medis), atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.
7
“Kekerasan Seksual dan Pornografi pada Anak” menyoroti tentang berbagai fakta
kekerasan seksual pada anak dan pornografi yang terjadi di Indonesia.
Laporan ini juga menyoroti upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak
termasuk KPAI dalam mengatasi masalah ini termasuk kebijakan dan produk legislasi
yang telah dibuat. Selanjutnya laporan ini memaparkan berbagai gaps dan tantangan yang
dihadapi serta rekomendasi untuk menanggulangi masalah ini.
Terhadap laporan ini ada beberapa aspek yang perlu dikritisi dan dipertajam.
Pertama mengenai pilihan isu. Isu kekerasan seksual pada anak memang menjadi sebuah
masalah yang beberapa tahun terakhir ini meningkat baik jumlah maupun skalanya.
Negara dianggap gagal dalam melindungi anak-anak sehingga kekerasan ini terus
menerus berlangsung. Isu kekerasan seksual anak seharusnya diikuti juga dengan praktek
eksploitasi seksual anak, karena dalam dokumen insternasional lebih merelease
penggunaan praktek eksploitasi seksual anak dan penyalahgunaan seksual pada anak
ketika anak-anak menjadi korban kekerasan seksual.
Eksploitasi seksual anak pun merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak
berupa penggunaan kekerasan dan anak dijadikan objek seksual dan objek komoditas
secara terus menerus yang meliputi praktek-praktek pelacuran anak, pornografi anak,
perdagangan seks anak dan pariwisata seks anak. Lalu berdasarkan Opsional Protokol
tentang Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak telah juga didefiniskan
tentang ketiga bentuk eksploitasi seksual anak tersebut.
Selain persentuhan antar bagian tubuh, kontak seksual juga mencakup kegiatan yang
tidak bersentuhan, misalnya percakapan atau pertukaran gambar yang berbau seks. Kedua
jenis kontak ini bisa mengganggu kondisi fisik dan kondisi psikis (mental) anak. Definisi
anak menurut UU No. 23 tahun 2002 adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Bentuk-bentuk pelecehan/kekerasan
seksual pada anak, yaitu :
8
a. Pelaku memegang-megang, meraba atau mengelus organ vital anak seperti
alat kelamin (vagina, penis), bagian pantat, dada/payudara.
b. Pelaku memasukkan bagian tubuhnya atau benda lain ke mulut, anus, atau
vagina anak.
1. Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain
dll. Hal ini bukan berarti orang tua menjadi diktator/over protective, namun
9
maraknya kriminalitas di negeri ini membuat perlunya meningkatkan
kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar.
2. Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu.
3. Kemiskinan keluarga (banyak anak).
4. Keluarga pecah (broken home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka
panjang.
5. Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik
anak, anak yang tidak diinginkan (Unwanted Child) atau anak lahir diluar
nikah.
6. Pengulangan sejarah kekerasan orang tua yang dulu sering memperlakukan
anak-anaknya dengan pola yang sama
7. Kondisi lingkungan yang buruk, keterbelakangan.
8. Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu
kekerasan terhadap anak
9. Kurangnya pendidikan orang tua terhadap anak.
1. Dampak Fisik
Tergantung pada umur dan ukuran anak, dan tingkat kekuatan yang digunakan,
pelecehan seksual anak dapat menyebabkan luka internal dan pendarahan. Pada kasus
yang parah, kerusakan organ internal dapat terjadi dan dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan kematian. Penyebab kematian termasuk trauma pada alat kelamin atau
dubur dan mutilasi seksual.
10
2. Dampak Psikologis
Pelecehan seksual anak dapat mengakibatkan kerugian baik jangka pendek dan
jangka panjang, termasuk psikopatologi di kemudian hari. Dampak psikologis,
emosional, fisik dan sosialnya meliputi depresi, gangguan stres pasca
trauma, kegelisahan, gangguan makan, rasa rendah diri yang buruk, gangguan identitas
pribadi dan kegelisahan.
Orang dewasa yang mempunyai sejarah pelecehan seksual pada masa kanak-
kanak, umumnya menjadi pelanggan layanan darurat dan layanan medis dibanding
mereka yang tidak mempunyai sejarah gelap masa lalu. Sebuah studi yang
membandingkan perempuan yang mengalami pelecehan seksual masa kanak-kanak
dibanding yang tidak, menghasilkan fakta bahwa mereka memerlukan biaya perawatan
kesehatan yang lebih tinggi dibanding yang tidak.
Anak yang dilecehkan secara seksual menderita gerjala psikologis lebih besar
dibanding anak-anak normal lainnya, sebuah studi telah menemukan gejala tersebut 51
sampai 79% pada anak-anak yang mengalami pelecehan seksual. Resiko bahaya akan
lebih besar jika pelaku adalah keluarga atau kerabat dekat, juga jika pelecehan sampai ke
hubungan seksual atau paksaan pemerkosaan, atau jika melibatkan kekerasan fisik.
Tingkat bahaya juga dipengaruhi berbagai faktor seperti masuknya alat kelamin,
banyaknya dan lama pelecehan, dan penggunaan kekerasan. Pengaruh yang merugikan
akan kecil dampaknya pada anak-anak yang mengalami pelecehan seksual namun
memiliki lingkungan keluarga yang mendukung atau mendampingi paska pelecehan.
3. Dampak Seksual
11
6. Solusi
Upaya perlindungan anak korban kekerasan baru mulai mendapat perhatian penguasa,
secara lebih komprehensif, sejak ditetapkannya UU Perlindungan Anak, meski
perlindungan itu masih memerlukan instrumen hukum lainnya guna mengoperasionalkan
perlidungan tersebut.
Perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap anak yang menjadi korban tindak
kekerasan/pelecehan seksual dapat diberikan melalui :
1. Pelecehan seksual dapat dijerat dengan pasal percabulan (Pasal 289 s.d. Pasal
296 KUHP)
2. Program dalam Menangani Pelecehan Seksual & Kekerasan Seksual pada Anak
Para praktisi hukum maupun pemerintah setiap negara selalu melakukan berbagai usaha
untuk menanggulangi kejahatan dalam arti mencegah sebelum terjadi dan menindak
pelaku kejahatan yang telah melakukan perbuatan atau pelanggaran atau melawan
12
hukum. Berikut adalah beberapa program pemrintah yang bertujuan untuk menangani
kekerasan seksual pada anak :
13
terhadap putusan pidana bersyarat, pidana pengawasan, dan keputusan
lepas bersyarat terhadap pelaku tindak pidana kejahatan seksual terhadap
anak.
6. Adanya upaya dari pihak kepolisian RI dalam hal penanganan dan
penyelesaian proses penyidikan dan berkas perkara hukum bagi pelaku
kejahatan seksual terhadap anak, melakukan penegakan hukum yang
optimal kepada pelaku kejahatan seksual terhadap anak di tingkat
penyidikan, dan meningkatkan kegiatan kepolisian yang bersifat pre-emptif
yaitu bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya di satuan
pendidikan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan keahatan seksual
terhadap anak, bekerja sama dengan instansi terkait.
7. Negara berusaha meningkatkan kapasitas para penegak hukum ini agar
lebih terlatih menangani kasus-kasus kekerasan seksual, mereka juga perlu
memiliki sensitvitas terhadap korban sehingga lebih sungguh-sungguh
bekerja, adanya fasilitas yang handal sehingga dapat dengan mudah
mengenali kejahatan ini, disamping penambahan unit cyber
crime dibeberapa kota yang dinilai kadar kejahatan seksualnya tinggi.
8. Menjamin tersedianya pusat-pusat rehabilitasi terhadap korban kekerasan
seksual anak di setiap kota di Indonesia yang pengelolaannya dapat
dilakukan bersama-sama dengan komponen-komponen terpilih di
masyarakat yang memiiki kepeduliaan terhadap pengasuhan, pemulihan
masa depan anak. Pusat-pusat rehabilitasi ini harus dikelola secara
profesional dengan anggaran yang mencukupi sehingga negara
memberikan jaminan pemulihan yang seimbang. Pusat-pusat rehabilitasi
ini perlu diintegrasikan dengan peran penyidik dan peran-peran Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
9. Sektor swasta merupakan salah satu mitra kunci dalam memerangi
kekerasan seksual ini, sehingga negara tidak membiarkan mereka menjadi
“penonton” dan “pendengar” terhadap berbagai praktek kekerasan seksual
anak. Mereka perlu didorong dalam memberikan tanggapan, meningkatkan
14
kesadaran mereka dalam berpartisipasi mencegah, menanggulangi masalah
kekerasan seksual anak.
Ada kode etik atau hukum yang perlu diterapkan kepada mereka agar tidak
memfasilitasi terjadinya kekerasan seksual pada anak. Industri
telekomunikasi, penyedia layanan internet, industri pariwisata termasuk
sektor swasta yang sering bersentuhan dengan praktek-praktek kekerasan
seksual pada anak.
Mereka harus memiliki aturan untuk menolak menjadi “tuan rumah” bagi
kekerasan seksual (online) pada anak, mereka juga didorong untuk
melaporkan kasus-kasus kekerasan seksual pada anak yang mereka ketahui,
mereka juga harus memiliki software atau hardware yang dapat mengenali
kekerasan seksual online pada anak dan melaporkannya, mereka juga
didorong untuk memiliki program corporate social responsibility dalam
memulihkan korban di daerah wisata.
10. Kementrian Komunikasi dan Informasi memiliki peran strategis dalam
mencegah terjadinya kekerasan seksual online. Peran ini sudah mereka
lakukan, namun penapisan terhadap konten seksual online ternyata hanya
sebatas pada konten-konten yang mereka berhasil pantau.
Kebijakan menyeluruh dalam melindungi anak-anak dari ancaman
kekerasan seksual online belum sepenuhnya berhasil dirumuskan
mekskipun kementerian ini faham betul apa yang harus dilakukan. Karena
itu, kementerian ini perlu dimotivasi agar sungguh-sungguh menjalankan
mandat sebagai institusi negara untuk mencegah kekerasan
seksual online pada anak.
3. Fasilitas dalam Menangani Pelecehan seksual & Kekerasan Seksual pada Anak
15
Penanggulangan secara penal yaitu penanggulangan setelah terjadinya kejahatan
atau menjelang terjadinya kejahatan, dengan tujuan agar kejahatan itu tidak
terulang kembali. Penanggulangan secara penal dalam suatu kebijakan kriminal
merupakan penanggulangan kejahatan dengan memberikan sanksi pidana bagi
para pelakunya sehingga menjadi contoh agar orang lain tidak melakukan
kejahatan.
Usaha-usaha non penal bisa berupa penyantunan dan pendidikan sosial dalam
rangka mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan
kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama, dan sebagainya,
peningkatan usaha dan kesejahteraan anak remaja, kegiatan patroli dan
pengawasan lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya dan
sebagainya. Usaha-usaha non penal ini dapat meliputi :
16
a) Upaya Preventif
b) Upaya Reformatif.
Upaya reformatif adalah segala cara pembaharuan atau perbaikan kepada semua
orang yang telah melakukan perbuatan jahat yang melanggar undang-undang.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi jumlah residivis atau kejahatan ulangan.
Upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang kesemuanya adalah menuju
kepada kesembuhan, sehingga si pelaku kejahatan dapat menjadi manusia yang
baik kembali. Upaya reformatif ini dilakukan setelah adanya upaya-upaya yang
lain serta upaya ini bertujuan mengembalikan atau memperbaiki jiwa si penjahat
kembali, yang mana untuk kejahatan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur
dapat dilakukan dengan metode reformatif dinamik (dalam hal ini metode klasik
dan metode moralisasi) serta metode profesional service. Melalui metode
reformatif dinamik, metode yang memperlihatkan cara bagaimana mengubah
17
penjahat dari kelakuannya yang tidak baik, terdapat metode klasik dengan jalan
memberikan hukuman yang berat.
Ada 3 pokok yang menjadi solusi dalam penanganan kekerasan seksual pada anak
1. Pencegahan.
Aktivitas pencegahan ini dapat dilakukan secara bersama dalam bentuk sosialisasi
hak-hak anak dan sejumlah peraturan ditengah-tengah kehidupan masyarakat dan
keluarga.
2. Deteksi Dini
Bagi anak-anak yang rentan terhadap terjadinya kekerasan serta dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat perlu dilakukan langkah cepat (quick response) untuk
mengevakuasi sementara anak ke tempat yang aman, serta memberikan
peringatan dini kepada lingkungan keluarga yang rentan melakukan kekerasan.
Artinnya, bagi anak-anak yang rentan terhadap kekerasan sedini mungkin bisa
dihindari.
3. Intervensi Krisis.
Bagi anak-anak yang telah mengalami kekerasan, langkah yang perlu dilakukan
melalui pendekatan Intervensi Krisis. Aktivitas ini dilakukan dengan metoda
mendampingi korban dan keluarga korban untuk melakukan upaya hukum, dan
melakukan terapi terhadap trauma yang diakibatkan oleh tindak kekerasan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran
hingga menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya
pada diri orang yang menjadi korban pelecehan.
Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan
seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat,
meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan pemerkosaan.
Upaya perlindungan anak korban kekerasan seksual mendapat perhatian
penguasa, secara lebih komprehensif, sejak ditetapkannya UU Perlindungan Anak,
meski perlindungan itu masih memerlukan instrumen hukum lainnya guna
mengoperasionalkan perlidungan tersebut.
B. Saran
Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan seksual
sangat berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya mulai dari
beban mental yang diderita oleh korban,penyakit yang akan diderita oleh pelaku dan
juga oleh korban dan lain sebagainya. Maka dari itu diharapkan kepada orang tua agar
dapat menjaga anak mereka agar terhindar dari kekerasan seksual yang memberikan
efek negative yang berkepanjangan bagi masa depan anak.
Pemerintah diharapkan dapat menjalankan kebijakan yang telah dirumuskan baik
untuk tindakan pencegahan maupun tindakan perlindungan hukum terhadap anak yang
menjadi korban tindakan kekerasan seksual pada anak.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://midwifemoslem.blogspot.co.id/2015/11/kekerasan-seksual-pada-anak.html
http://muklisandespar.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pelecehan-seksual-di-dalam.html
20