Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN PSIKOLOGI

PENDIDIKAN

“PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK DAN EMOSI PESERTA DIDIK


DAN KAITANNYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan


Peserta Didik dan Psikologi Pendidikan

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

SITI NUR ATHIFAH 2130103097

DOSEN PENGAMPU:
ALFI RAHMADINI, M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( C )


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah
Perkembangan Peserta Didik dan Psikologi Pendidikan yang berjudul
“Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi Peserta Didik dan Kaitannya dalam
Proses Pembelajaran” tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam juga pemakalah sampaikan kepada kekasih Allah,
junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan
yang baik dan benar. Semoga kita tetap sebagai pengikut sunnahnya sampai akhir
zaman nanti. Aamiin ya rabbal’alamin.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada ibu Alfi Rahmadini, M.Psi.,
Psikolog selaku dosen pengampu pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan
Psikologi Pendidikan yang telah sabar memberikan materi, dan pengajaran. Ucapan
terima kasih juga pemakalah sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini memberi dampak positif bagi kita
semua dan pembaca khususnya.

Batusangkar, 13 Maret 2023

Pemakalah
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian Perkembangan Fisik, Motorik, dan Emosi Peserta Didik ....... 3
B. Karakteristik Perkembangan Motorik dan Emosi Peserta Didik .............. 6
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik dan Emosi
Peserta Didik ............................................................................................. 8
D. Implikasi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Peserta Didik
dalam Pembelajaran .................................................................................. 13
E. Review artikel jurnal ................................................................................ 18
F. Review video youtube .............................................................................. 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21
A. Kesimpulan ............................................................................................... 21
B. Saran .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan,
tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan penggerak. Jadi perkembangan
fisik motorik anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh
pada anak yang berpengaruh terhadap keterampilan gerak tubuhnya.
Sedangkan Perkembangan emosional ini mencakup kesadaran diri yang
terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan
mengendalikan diri, serta mampu menyesuaian diri dengan orang lain.
Karakteristik emosi siswa adalah ciri atau tanda yang berkaitan
dengan emosi anak muda atau siswa. Pada masa ini emosi siswa ditandai
dengan masa galau yang dipengaruhi oleh perubahan hormon dan
lingkungan sekitar. Terdapat beberapa faktor terhadap perkembangan fisik
motorik dan emosional anak, kemudian juga ada implikasi serta peran
perkembangan fisik motorik dan emosional anak yang akan dijelaskan di
dalam makalah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat dari latar belakang di atas
yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian perkembangan fisik motorik dan emosi peserta
didik?
2. Apa saja karakteristik perkembangan motorik dan emosi peserta didik?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik motorik dan
emosi peserta didik?
4. Apa saja implikasi perkembangan fisik dan psikomotorik peserta didik
dalam pembelajaran?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan
masalah di atas yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan fisik motorik dan emosi
peserta didik.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan fisik motorik dan emosi
peserta didik.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
dan emosi peserta didik.
4. Untuk mengetahui implikasi perkembangan fisik motorik dan emosional
peserta didik dalam pembelajaran.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Fisik, Motorik, dan Emosi Peserta Didik


1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif
dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir
sampai. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahanperubahan
yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya
atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah). Perkembangan merupakan konsep yang memiliki perubahan
yang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang menyangkut aspek mental
atau psikologis (LN, 2019).
2. Pengertian Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis
(biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari
perkembangan individu, yang meliputi meliputi perubahan-perubahan
dalam tubuh (seperti pertumbuhan otak, hormon, dll), dan
perubahanperubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan
tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan
perkembangan seksual), disertai perubahan dalam kemampuan fisik
(seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Menurut Sujiono (2010) dalam Amini (2010) bahwa
pertumbuhan fisik anak diharapkan dapat terjadi secara optimal karena
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi anak
seharihari. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan
keterampilannya dalam bergerak. Secara langsung, pertumbuhan dan
perkembangan fisik atau motorik anak akan mempengaruhi cara anak
memandang dirinya sendiri dan orang lain.

3
Dapat disimpulkan bahwa suatu perkembangan fisik dapat
mengembangkan keterampilan dalam bergerak baik kekuatan,
ketaketahanan, kecepatan, kecekatan dan keseimbangan pada
pertumbuhan fisik anak.
3. Pengertian Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini
berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga,
setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
yang dikontrol oleh otak.
Elizabeth B Hurlock (1978) dalam Riza (2018) menyatakan
bahwa perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari
unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat
gerak. Sementara itu menurut Slamet Suyanto mengatakan bahwa
perkembangan motorik adalah sesuatu proses kematangan gerak yang
langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses persarafan yang
menjadi seseorang mampu menggerakkan dan proses persarafan yang
menjadikan seseorang mampu menggerakan tubuhnya. Dari berbagai
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik
merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima
tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan keterampilan
motorik.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. lewat
bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak
melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan
menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya. Selain otak
mempengaruhi perkembangan motorik pada anak, terpenuhinya
pemberian gizi juga mempengaruhi dalam perkembangan motorik dan
pertumbuhan fisik anak. Karenanya, perkembangan fisik motorik pada

4
anak perlu mendapatkan perhatian, pengamatan dari orang dewasa di
sekelilingnya (Nurkamelia, 2019).
4. Pengertian Perkembangan Emosi Peserta Didik
Emosi merupakan perasaan yang dirasakan ketika anak
melakukan atau merasakan sesuatu. Emosi bukan hanya tentang
kemarahan tapi juga perasaan yang umum dirasakan saat mengalami atau
melakukan sesuatu. Pola Emosi pada anak meliputi rasa takut, malu,
khawatir, cemas, marah, cemburu, duka cita, keingintahuan dan
kegembiraan. Setiap anak juga memiliki kebutuhan emosional yaitu
kebutuhan untuk dicintai, dihargai, merasa aman, merasa kompeten, dan
kebutuhan untuk mengoptimalkan kompetensi. Apabila kebutuhan emosi
ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam
mengelola emosi.
Emosi dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial pada
anak. Pengaruh tersebut bisa menjadi hal yang berdampak positif ataupun
negatif terhadap anak. Dampak positif dari emosi adalah kita dapat
mengetahui perasaan dan pikiran anak hanya dengan melihat mimik
wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya. Dengan memahami bahasa
tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta
perasaan anak (Labudasari, 2018).
Emosi yang muncul kepada anak dalam pendidikan sangatlah
beragam, hal tersebutlah yang akan menentukan bagaimana hasil dari
belajar siswa. Perkembangan emosi pada peserta didik cenderung
menunjukan emosi yang positif terhadap belajar, diantaranya yaitu
senang dalam belajar, sikap peduli, dan rasa percaya diri. Emosi yang
positif cenderung akan memberikan dorongan atau motivasi kepada
siswa untuk terus belajar, sebaliknya emosi yang bersifat negatif akan
mengurangi motivasi belajar siswa (Firdaus, 2020).
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa fisik secara bahasa diartikan
sebagai jasmani, badan, tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan

5
penggerak. Jadi perkembangan fisik-motorik peserta didik dapat
diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh pada anak yang berpengaruh
terhadap keterampilan gerak tubuhnya. Sedangkan Perkembangan
emosional ini mencakup kesadaran diri yang terdiri atas memperlihatkan
kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri,
serta mampu menyesuaian diri dengan orang lain.

B. Karakteristik Perkembangan Motorik dan Emosi Peserta Didik


Karakteristik emosi peserta didik adalah ciri atau tanda yang
berkaitan dengan emosi anak muda atau siswa. Pada masa ini emosi siswa
ditandai dengan masa galau yang dipengaruhi oleh perubahan hormon dan
lingkungan sekitar. Emosi siswa belum stabil karena masih dalam masa
transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Emosi siswa juga ditandai
dengan perubahan fisik yang bersamaan dengan ketertarikannya terhadap
lawan jenis sehingga menyebabkan mereka memperhatikan penampilannya
agar diperhatikan orang lain.
Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi emosi remaja
yaitu internal dan eksternal. Perubahan fisik termasuk di antara faktor
internal, dan perubahan komunikasi dengan orang tua, perubahan
komunikasi dengan teman sebaya, perubahan pendapat anak muda,
perubahan komunikasi dengan sekolah merupakan faktor eksternal.
Karakteristik emosional siswa atau remaja dibagi menjadi dua
kelompok umur, yaitu 12-15 tahun dan 15-18 tahun. Ciri-ciri emosi anak
usia 12-15 tahun adalah sebagai berikut.
1. Cenderung bersikap pemurung. Depresi sebagian disebabkan oleh
perubahan biologis yang terkait dengan pubertas dan sebagian lagi
karena kebingungan saat berinteraksi dengan orang dewasa.
2. Terkadang bertindak kuat untuk menyembunyikan rasa kurang percaya
diri.
3. Ledakan amarah sering terjadi akibat kombinasi stres psikologis, pola
makan yang buruk, atau kurang tidur.
6
4. Dengan membenarkan pendapatnya sendiri, seseorang cenderung
berperilaku intoleran terhadap orang lain.
5. Amati orang tua dan guru secara lebih objektif dan bisa marah ketika
gaya pengetahuan guru mengecewakan atau lebih tepatnya bersikap
serba tahu.
Selain dari karakteristik, bisa kita lihat dari ciri-ciri yang menonjol
pada emosi anak usia 15-18 tahun yaitu sebagai berikut:
1. Seringkali ekspresi memberontak dari transisi dari masa kanak-kanak ke
dewasa.
2. Seiring bertambahnya kebebasan, banyak remaja mengalami konflik
dengan orang tua mereka. Mereka mencari perhatian, simpati dan
nasihat dari orang tua atau guru mereka.
3. Sering bermimpi tentang masa depan. Banyak dari mereka yang merasa
memiliki peluang besar untuk bekerja di posisi tertentu. Namun untuk
mencapainya tidaklah mudah karena membutuhkan perjuangan dan
pengorbanan.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
emosional siswa atau remaja, yaitu. siswa, biasanya mudah tersinggung,
terkadang berperilaku kasar untuk menyembunyikan kekurangannya, dan di
bawah pengaruh tekanan psikologis, sering terjadi ledakan amarah. siswa
memiliki keinginan untuk mencoba segala sesuatu, misalnya pada umumnya
rasa ingin tahu siswa sangat tinggi, misalnya kecenderungan untuk berjiwa
petualang, mengeksplorasi segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang
belum pernah mereka alami, serta sering mengamati orang tua dan guru
secara lebih objektif. Siswa sering memberontak, mengungkapkan
perubahan dari masa kanak-kanak ke dewasa dan kebebasan yang
meningkat, sehingga banyak siswa yang mengalami konflik dengan orang
tuanya. Dalam konflik tersebut, siswa mencari perhatian, simpati dan
nasehat dari orang tua atau guru, sering bermimpi memikirkan masa depan
agar siswa mengetahui tanda-tanda emosinya.

7
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik dan Emosi
Peserta Didik

1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Peserta Didik


Perkembangan fisik adalah perubahan yang terjadi pada Fisik manusia,
pada anak SD meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan
proporsi atau perbandingan bagian-bagian tubuh yang membentuk posisi
tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot dan lemak (Jahja, 2011). Berikut
ini dapat dijelaskan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
Perkembangan Fisik yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Ciri-ciri fisik yang diwarisi dari orang tua.
2) Batas waktu. Pertumbuhan fisik singkatnya, sekalipun seorang
anak menerima makanan yang sehat, jika kedewasaan tidak
tercapai, pertumbuhan terhambat.
b. Faktor Eksternal
1) Kesehatan. Pertumbuhan fisik anak yang sering sakit-sakitan
melambat.
2) Makanan Anak kurang gizi pertumbuhan fisiknya terhambat,
sedangkan anak gizi baik mengalami pertumbuhan yang cepat.
3) Rangsangan ekologis. Individu yang tubuhnya sering dilatih
untuk meningkatkan pertumbuhan berbeda dengan mereka yang
tidak pernah dilatih (Ali dan Asrori, 2004).
Adapun faktor atau keadaan yang dapat mempengaruhi
perkembangan fisik remaja adalah sebagai berikut:
a. Sistem endokrin, yaitu Jika fungsi hormonal berjalan normal, ukuran
tubuh awet muda juga normal. Di sisi lain, jika remaja kekurangan
hormon pertumbuhan, seperti kerdil. Pada saat yang sama, mereka
yang memiliki hormon pertumbuhan terlalu banyak menjadi terlalu
besar. Tanda-tanda pertumbuhan fisik pada remaja pria antara lain
jakun yang tumbuh, suara yang lebih besar, tumbuhnya kumis atau
janggut, tumbuhnya rambut di dada, kaki, ketiak dan kemaluan, serta

8
bahu yang melebar. Pada remaja wanita, payudara membesar,
pinggul melebar, suara lebih keras, muncul jerawat, rambut tumbuh
di ketiak dan alat kelamin.
b. Faktor keluarga yaitu keturunan. Faktor keturunan meliputi gen yang
mempengaruhi tinggi badan, berat badan, warna kulit, mata dan
warna rambut.
c. Faktor lingkungan yaitu pengaruh orang tua terhadap agama, moral
dan psikologi umum dari sosialisasi dan perkembangan anak-anak
mereka.
d. Faktor Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja merupakan
interaksi dari faktor genetik dan lingkungan. Proses pubertas dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola makan, sikap sosial,
ukuran keluarga dan olahraga. Pertumbuhan biologis pada masa
remaja merupakan komponen universal yang tidak hanya memiliki
efek biologis tetapi juga perkembangan kognitif dan sosial.
Perubahan biologis dapat memiliki efek langsung dan tidak langsung
pada perkembangan remaja.
e. Faktor Ketentuan Allah. Dari sudut pandang Islam, ada faktor takdir
Allah yang juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan dan
pertumbuhan, karena Allah berkuasa penuh atas kekuasaan dan
pengaruh-Nya. Ada banyak bukti bahwa faktor keturunan dan
lingkungan tidak berdiri sendiri; dalam hal ini, yang paling utama
dan paling penting yaitu, semuanya tergantung pada kehendak Allah
(Desmita, 2007).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik
Perkembangan berlangsung mulai dari dalam kandungan sejak
terjadi pembuahan. Pola perkembangan gerak meliputi empat tahap,
yaitu pertumbuhan, perkembangan, kematangan, dan penuaan.
perkembangan bersifat kualitatif. Perkembangan merupakan proses
perubahan fungsi fisiologis yang semakin terorganisasi. Perkembangan

9
motorik merupakan perkembangan pengendalian gerak jasmani melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pola
perkembangan motorik dapat diprediksikan. Pengetahuan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik diperlukan
untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap hal-hal yang merugikan
proses perkembangan motorik maupun perlakuan yang dapat
mendukung perkembangan motorik.
Perkembangan anak yang optimal tergantung pada
berkembangnya kemampuan dan keterampilan motorik, baik motorik
kasar maupun halus. Dapat kita ambil contoh salah satunya
perkembangan pada balita. Tidak semua balita dapat berkembang seperti
yang seharusnya, terkadang ada balita yang lambat atau menyimpang
dari kemampuan yang seharusnya dimiliki pada tahapan usianya. Proses
perkembangan motorik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Motivasi belajar anak.
b. Pengetahuan ibu.
c. Lingkungan pengasuhan.
1) Ikatan antara orang tua dan anak. Hubungan timbal-balik antara
orang tua dan anak mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan motorik
2) Stimulasi pengalaman
3) Kekurangan pengalaman maupun stimulasi akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Kuncinya adalah memilih
waktu yang tepat, dimana seseorang sudah “matang” untuk
belajar kemudian diberikan serangkaian pengalaman gerakan
mendidik dan efektif.
d. Perangai atau emosional
Temperamen seseorang mempengaruhi pola interaksi
dengan orang lain, kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan
adalah dapat terjadi peningkatan atau hambatan perkembangan.
e. Teman sebaya.
f. Stimulasi.
10
g. Tingkat gizi.
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik pada
balita usia 4-5 tahun adalah faktor gizi, faktor lingkungan, dan faktor
stimulasi. Sedangkan faktor yang tidak mempengaruhi adalah faktor
pengetahuan. Disarankan pihak TK dapat bekerja sama dengan instansi
kesehatan untuk meningkatkan peran orang tua dalam memantau
perkembangan motorik pada balitanya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional Peserta Didik


Pada dasarnya, pola perkembangan emosi remaja sama dengan pola
dengan pola emosi masa kanak- kanak, hanya saja penyebab muncul dan
memuncaknya emosi yang berbeda. Pelampiasan emosi pada remaja
tidak lagi dalam bentuk yang meledakledak dan tidak terkendalikan
seperti menangis keras atau bergulunggulung, tapi terlihat dalam
gerakan tubuh yang ekspresif, tidak mau berbicara atau melakukan kritik
terhadap objek penyebab.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi adalah faktor
kematangan dan faktor belajar. Peran faktor kematangan, meliputi
perkembangan intelektual yang menghasilkan kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti. Perkembangan
kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional.
Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada energi, mengecil
secara tajam pada saat bayi lahir. Kemudian kembali membesar dengan
No. 15/VIII/TEKNODIK/DESEMBER/2004 173 pesat sampai anak
berusia 5 tahun, dan selanjutnya pembesarannya melambat pada usia
511 tahun, dan kembali membesar dengan pesat sampai usia 16 tahun.
Selanjutnya, peran faktor belajar yang turut menunjang pola
perkembangan emosi pada masa kanak-kanak, adalah melalui: (a)
belajar dengan cara coba dan ralat, (b) belajar dengan cara meniru atau
imitasi, (c) belajar dengan cara identifikasi, (d) belajar dengan cara
pengkondisian, yaitu dengan asosiasi, dan (e) belajar melalui pelatihan
atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan (Susanti, 2018)
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan
faktor belajar. Sedangkan ada beberapa pendapat dari beberapa tokoh
diantaranya:

a. Menurut Maryati menjelaskan 3 faktor penyebab yaitu:


1) Faktor lingkungan
11
Faktor lingkungan merupakan suatu tempat bagi peserta
didik untuk melakukan interaksi antara sesama.
2) Faktor individu
Faktor individu yaitu meliputi faktor kepribadian yang
dimiliki, adanya persepsi peserta didik dalam menerjemahkan
sesuatu serta dapat menumbuhkan gejolak emosional pada
dirinya.
3) Faktor pengalaman
Faktor pengalaman yaitu pengalaman yang diperoleh peserta didik
selama hidupnya akan mempengaruhi perkembangan emosi yang
dimilikinya.
b. Menurut Syamsu yusuf 2 faktor penyebab yaitu:
1) Faktor usia
Faktor usia yaitu pada usia peserta didik awal perkembangan
emosinya menggambarkan sifat sensitif dan reaktif, emosi peserta
didik awal bersifat negatif dan temperamental sedangkan emosi
peserta didik yang matang sudah mampu mengendalikan emosinya.
2) Kondisi sosio-emosional
Kondisi sosio-emosional yaitu proses kematangan emosi
sangat dipengaruhi sosio-emosional lingkungan pembelajaran dan
teman sebaya. Apabila kondisi lingkungan tersebut kondusif maka
peserta didik dapat mencapai kematangan emosinya.
Jadi dapat kita simpulkan faktor yang mempengaruhi
kematangan emosional yaitu faktor dari dalam peserta didik dan
faktor lingkungan (Abnisa, 2020).

Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:


a. Belajar dengan coba-coba.

12
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi
dalam bentuk perilaku yang memberikan kepuasan terbesar kepadanya,
dan menolak perilaku yang memberikan kepuasan sedikit atau sama
sekali tidak memberikan kepuasan.
b. Belajar dengan cara meniru atau mempersamakn diri
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi
orang lain, anak-anak bereaksi dengan orang yang diamati.
c. Belajar memulai pengkondisian
Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun awal
kehidupan anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk
menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak
rasionalnya reaksi mereka.
d. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada
aspek reaksi.
e. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap
ransangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan
dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan
yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan (Magdalena,
2021).

D. Implikasi Perkembangan Fisik Motorik dan Emosi Peserta Didik


Peran guru sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan
fisik dan psikomotor siswa. Peran guru dalam pembelajaran sangat penting
sehingga disepakati bahwa guru adalah pahlawan nasional. masa depan
bangsa ada di tangan guru. Namun, ada beberapa indikator yang menjadi
bentuk kompetensi yang harus dimiliki oleh profesi guru. Rumusan
kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia tertuang dalam UU No.
1 Tentang guru dan dosen 2005 Menurut pasal 10 ayat 1 kompetensi guru
meliputi kualifikasi pedagogik, kualifikasi pribadi, kualifikasi sosial, dan
kualifikasi profesional yang diperoleh melalui pelatihan profesional.

13
Memahami ciri-ciri perkembangan fisik dan psikomotor siswa, guru
harus mampu mengkondisikan pembelajaran dengan memperhatikan
karakteristik fisik dan psikomotor siswa:
1. Guru lebih memahami dan menghargai perbedaan individu anak,
terutama ciri fisik. Misalnya, anak-anak yang tinggi dan pendek, gemuk
dan kurus, dll, semuanya harus mendapat tempat yang layak di hati guru
dan mendapat perlakuan yang sama.
2. Orang tua dan siswa harus selalu diingatkan akan pentingnya makanan
bergizi bagi pertumbuhan fisik siswa, terutama pentingnya makanan
sehat lima sempurna. Tidak ada makanan siap saji.
3. Alat ajar yang digunakan harus bervariasi dan secara langsung dapat
merangsang aktivitas fisik dan psikomotorik anak, misalnya. media
empat dimensi.
4. Guru hendaknya lebih memberikan insentif untuk mempercepat
kematangan perkembangan psikomotor siswa, misalnya dengan
memberikan layanan pengajaran dan bimbingan belajar.
5. Guru mendorong siswa untuk membuat pilihan mereka sendiri dalam
meningkatkan pertumbuhan. Misalnya, untuk tumbuh dewasa, anak
muda harus secara aktif mencari lingkungan dan pengalaman yang
sesuai dengan kemampuan naturalnya, dan guru berperan penting dalam
menggunakan dan mengembangkan kemampuan tersebut.
6. Lingkungan pendidikan harus menyediakan ruang bagi siswa untuk
bermain. Mereka mempelajari segalanya dan yang terpenting, mereka
dapat melatih baik secara fisik maupun psikomotorik. Selain itu juga
dapat meminimalisir intensitas mereka dalam bermain game yang
sangat berbahaya bagi perkembangan fisik dan psikomotorik mereka.
7. Mengenai perkembangan fisik dan psikomotorik, penulis menekankan
pada stimulasi anak melalui permainan dengan gerakan fisik dan
psikomotorik. Pasalnya, bermain merupakan salah satu kebutuhan dan

14
hak dasar anak yang harus dipenuhi oleh orang dewasa di sekitar anak,
termasuk guru. Jika kesempatan anak untuk bermain menghilang atau
melemah, demikian pula kesempatan anak untuk belajar secara alami
dan menyenangkan. Anak juga dapat menyalurkan tenaga/energi
berlebih agar tidak merasa cemas. Begitu pula perkembangan motorik
halus dan motorik kasar akan optimal. Hal ini sangat berbeda ketika
siswa bermain hanya dengan handphone, hanya jari-jarinya saja yang
bergerak, sehingga kemampuan fisik dan psikomotoriknya tidak
berkembang secara maksimal.
8. Pemahaman tentang perkembangan fisik dan psikomotor siswa berguna
bagi guru ketika merancang kurikulum yang tepat sesuai dengan
kebutuhan anak.
Emosi selalu berhubungan dengan perasaan. Setiap peserta didik
memiliki emosi yang beragam. Karena emosi berdampak pada perilaku
anak, emosi penting untuk perkembangan anak di semua tingkatan,
termasuk masa bayi, prasekolah, dan tahap selanjutnya. Setiap anak
memiliki kebutuhan emosional, termasuk keinginan untuk merasa
dilindungi, dicintai, dihargai, dan kompeten serta kebutuhan untuk mencapai
tingkat kompetensi tertinggi mereka. Anak-anak akan lebih mampu
mengendalikan emosinya jika persyaratan ini dipenuhi, terutama yang
bersifat negatif (Labudasari, 2018).
Emosi adalah keadaan atau sensasi internal yang penuh gejolak yang
dirasakan dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan dan berfungsi
sebagai mekanisme penyesuaian lingkungan internal untuk meningkatkan
kesejahteraan dan keamanan pribadi. Perkembangan emosional menurut
(Lubis, 2019) adalah kemampuan anak untuk memahami bagaimana
mengekspresikan emosi positif dan negatif secara utuh, berinteraksi dengan
anak lain atau orang-orang di sekitarnya, dan aktif belajar dengan
menjelajahi lingkungan sekitarnya.

15
Perkembangan emosional adalah proses memperoleh kemampuan
untuk menyesuaikan diri dan memahami keadaan dan perasaan ketika
berhadapan dengan teman sebaya, orang tua, dan saudara kandung dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh keterampilan sosial emosional,
seorang anak harus mendengarkan, mengamati, dan meniru apa yang dia
amati.
Kecerdasan emosional sangat perlu diajarkan sejak dini supaya anak
dapat tumbuh menjadi seseorang yang dewasa, bertanggung jawab dan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain itu, anak yang mempunyai
kecerdasan emosional tinggi akan terlihat lebih bahagia, percaya diri dan
lebih berprestasi di sekolahnya (Istiqomah et al., 2016). Kecerdasan
emosional serta perkembangan emosional memiliki dua peran penting bagi
anak-anak:
1. Peran substansial, yaitu berkaitan dengan bagaimana membuat anak dan
kehidupannya menjadi lebih manusiawi.
2. Peran fungsional, yaitu berkaitan dengan bagaimana menggunakan
kecerdasan emosional dalam kehidupan sehari-hari.
Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian
diri anak atau peserta didik dengan lingkungan sosialnya terutama dalam
proses pembelajaran, antara lain berikut ini:
1. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber
penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya . Penilaian ini akan
menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan seorang anak,jika
dalam proses belajar mengajar maka lingkungan sekolahlah yang dapat
mempengaruhi emosi dari peserta didik tersebut sekaligus membentuk
konsep diri anak atau peserta didik berdasarkan perlakuan tersebut.
Sebagai contoh, seorang anak sering mengekspresikan
ketidaknyamanannya dengan menangis, lingkungan sosialnya akan
menilai ia sebagai anak yang “cengeng”. “cengeng” ini akan
mempengaruhi kepribadian dan penilaian diri anak

16
2. Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat
mempengaruhi interaksi sosial anak atau peserta didik melalui
reaksireaksi yang ditampilkan lingkungan belajarnya. Melalui reaksi
lingkungan sosial, anak dapat belajar untuk membentuk tingkah laku
emosi yang dapat diterima lingkungannya. Reaksi yang kurang
menyenangkan ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar
dapat diterima di lingkungan belajarnya.
3. Emosi dapat mempengaruhi suasana psikologis lingkungan.
Perilaku emosional anak yang dibayangkan dapat menentukan iklim
psikologis lingkungan. Dengan kata lain, jika ada anak yang marah
dalam kelompok, maka dapat mempengaruhi keadaan psikologis
lingkungan sekitar saat itu, misalnya permainan menjadi tidak
menyenangkan, pecah tawuran atau bahkan putus..
4. Perilaku yang sama dan yang dilihat berulang kali bisa menjadi
kebiasaan. Dengan kata lain, jika seorang anak atau siswa baik hati dan
suka menolong, temannya puas dengan tingkah lakunya dan
lingkungan menyukainya, maka anak akan melakukan perbuatan
tersebut berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan.
5. Ketegangan emosional anak dapat menghambat atau mengganggu
aktivitas motorik dan mental anak dalam proses belajar. Seorang anak
yang stres atau takut menghadapi suatu situasi menolak untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, seorang anak mungkin
menolak melukis dengan jarinya karena khawatir pakaiannya kotor dan
dimarahi orang tuanya. Lukisan jari ini bagus untuk mengembangkan
keterampilan motorik halus dan kepekaan sentuhan. Namun karena
hambatan emosional atau kecemasan (takut teguran orang tua), anak
kehilangan keberanian untuk mencobanya dan kesempatan untuk
pengembangan diri menghilang. (Rachmawati, 2013)

17
E. Review artikel jurnal
Berdasarkan artikel yang berjudul Penggunaan Media Vlog dalam
Pengembangan Kemampuan Motorik Anak oleh (Mudarris dkk, 2022).
Disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji
tentang penggunaan media vlog dalam mengembangkan motorik anak.Teknik
analisis data yang digunakan yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penyimpulan data.
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media vlog yang digunakan untuk
menjelaskan aktivitas motorik seperti mewarnai, menggambar, menggunting,
dan bisik berantai dapat mengembangkan kemampuan motorik anak.Animasi
dan beragam gambar berwarna yang tedapat dalam vlog juga mampu
memotivasi anak untuk belajar. Penggunaan Media Vlog dalam
Pengembangan Kemampuan Motorik Anak. Salah satu yang digemari remaja
saat ini ialah mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukannya, sehingga
setiap kegiatan sehari-harinya yang mereka lakukan dengan diabadikan
melalui pembuatan video blog yang biasa dikenal dengan istilah vlog....
Setelah melihat dari beberapa peneliti terdahulu yang bersinggungan dengan
penelitian ini, bahwa peneliti terdahulu yang menjadi titik fokus penelitiannya
ialah manfaat vlog dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, mempercepat
dan mempermudah dalam memahami materi.
Namun, penelitian ini fokus pada pembahasan penggunaan media vlog
terhadap kemampuan motorik anak. Mulai dari bagaimana memanfaatkan vlog
yang tidak pernah terfikirkan oleh lembaga-lembaga lain, mampu menciptakan
pembelajaran yang unik, suasana belajar yang bisa mengembangkan motorik
halus sekaligus motorik kasar, hingga keasyikan dalam step by step
pembelajaran langsung bisa dinikmati oleh siswa.
Berangkat dari beberapa penelitian terdahulu beserta pemahaman penulis
mengenai perkembangan motorik anak, penelitian ini penting dilaksanakan
untuk memahami dan mengatasi masalah bagi anak yang kurang mampu dalam
memngembangkan kemampuan motoriknya.

18
Metode penelitian dalam arikel ini yaitu penelitian ini fokus mengkaji tentang
penggunaan media vlog dalam pengembangan kemampuan motorik anak.
Digunakan untuk mencari informasi yang lebih mendalam tentang penggunaan
media vlog terhadap perkembangan motorik anak, sedangkan jenis penelitian
yang digunakan ialah studi kasus yang difokuskan pada kasus tertentu untuk
diamati dan dianalisis secara cermat. Penelitian deskriptif dan analisis yang
dilakukan untuk mendeskripsikan temuan-temuan hasil penelitian.

F. Review Video Youtube


Berdasarkan video yang berjudul “Melatih Anak Mengelola Emosi, Gimana
Caranya? (NuchaBachri, Damar Wijayanti & Ratu Anandita). Sumber:
https://youtu.be/gRQCyQxj9Jg.
Berisikan tentang supaya kita belajar apa sih yang terjadi di otak anak ketika
emosinya meledak, dan tentunya bagaimana cara kita mengahdapinya. Tujuan
belajar emosi anak ini adalah suapaya anak-anak kita atau dalam dunia
pendidikan yaitu peserta didik dapat melatih emosinya hingga dewasa. Bahwa
emosi ini tidak untuk ditolak namun bagaimana cara kita untuk mengelolanya.
Setiap anak pasti mempunyai emosi yang berbeda-beda dan punya karakter
yang berbeda-beda.Bagi orang tua tentu penting menyadari bagaimana caranya
semaksimal mungkin kita sadar atas apa yang kita lakukan untuk mengontrol
emosi.
Semakin dewasa anak maka semakin kompleks emosi yang dimilikinya.
Perkembangan otak nya yang tadi bagian otak untuk merespon emosi itu udah
ada namun yang buat mengelola itu dalam tahap pengembangan sehingga anak
menjadi tantrum sehingga marahnya meledak-ledak karena mereka sudah
mulai bi merasakan perasaan-perasaan yang lebih kompleks misalnya kecewa,
, sedih, marah, bosan tapi itu belum diimbangi oleh otak anak untuk mengelola
emosi tersebut. Marahnya jadi lebih inpusif seperti memukul, menendang atau
pada remaja seperti banting pintu bahkan ingin kabur dari rumah.

19
Oleh karena itu kita sebagai orang tua maupun tentunya mampu melatih anak
dalam pengelolaan emosi perlu latihan karena kemampuan regulasi ini tidak
muncul seketika diusia tertentu dia harus dibangun sejak kecil sejak anak mulai
merasakan emosi. Maka orang tua harus mampu menjembatani dan
mengetahui ilmu mengenai mengelola emosi anak.
Ketika orang tua tidak paham mengenai cara mengelola emosi anak sejak kecil
maka akan berakibat pada anak di usia dewasa yaitu anak tidak mempunyai
skill ketika dia mengelami kewalahan-kewaklahan emosiaonal sedagkan
usianya bertambah kemampuan anak semakin kompleks lagi untuk merasakan
emosi seperti cemburu. Sehingga orang tua lah harus membantu anak untuk
mengontrol emosinya sejak kecil.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan,
tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan penggerak. Jadi perkembangan
fisik- motorik anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh
pada anak yang berpengaruh terhadap keterampilan gerak tubuhnya.
Sedangkan Perkembangan emosional ini mencakup kesadaran diri yang
terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan
mengendalikan diri, serta mampu menyesuaian diri dengan orang lain.
Terdapat karakteristik, faktor dan implikasi perkembangan fisik motorik dan
emosional peserta didik.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat pemakalah buat, apabila ada kata-kata
yang kurang berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang
diharapkan, pemakalah mohon maaf. Karena pemakalah menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu pemakalah
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam
tugastugas selanjutnya, pemakalah dapat menyelesaikannya dengan lebih
baik lagi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abnisa, Almaydza Pratama. 2021. Prinsip-prinsip Motivasi Dalam Mempelajari


Prespektif Al-Quran. Indramayu: Adanu Abimata.
Ali, Muhammad & Muhammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja; Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Amini, Mukti, Bambang Sujiono & Siti Aisyah. 2010. Hakikiat Perkembangan
Motorik dan Tahap Perkembangannya. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Apriastuti, Dwi Anita. 2013. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orangtua
dengan perkembangan Anak Usia 45-60 Bulm. Jurnal Ilmiah
Kebidanan. Vol. 4, No. 1, P. 1-14.
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Firdaus, Nur Diana, et al. 2020. Analisis Perkembangan Emosi Peserta Didik dalam
Pendidikan di SDN Mlajah 1 Bangkalan. Prosiding Nasional
Pendidikan: LPPM IKIP PGRI Bojonegoro. Vol. 1, No. 1.
Istiqomah, N. 2016. Peningkatan Perkembangan Sosial dan Emosional Melalui
Kegiatan Outbound pada Anak Kelompok B di TK Asy-Syafa'ah
Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal edukasi, P. 19-21.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Labudasari, E. & Sriastria, W. 2018. Perkembangan Emosi Pada Anak Sekolah
Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas
Muhammadiyah Cirebon.
LN, Syamsu Yusuf. 2019. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Lubis, M. Y. 2019. Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui
Bermain. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Vol. 2, No. 1.
Muddaris, F. R. (2022). Penggunaan Media Vlog dalam Pengembangan
Kemampuan Motorik Anak. Jurnal Ilmiah Potensia, Vol 7(1) 1-10.

22
Nurkamelia. 2019. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini (Standar Tingkat
Pencapain Perkembangan Anak) STPPA Tercapai Di RA Harapan
Bangsamanguwoharjo Condong Catur Yogyakarta. Jurnal Of
Islamic Early Childood Education. Vol. 2, No. 2, P. 116-117.
Rachmawati, Yeni. 2013. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Riza, Muhammad & Ayu Swalianan. 2018. Deteksi Perkembangan Kompetensi
Motorik Anak di PAUD Kec. Bebesen Kab. Aceh Tengah. Jurnal
AsSalam. Vol. 2, No. 3.
Susanti, R.2018.PERKEMBANGAN EMOSI MANUSIA. Jurnal Teknodik,4915),
170-181

23

Anda mungkin juga menyukai