PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU:
ALFI RAHMADINI, M.Psi., Psikolog
Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah
Perkembangan Peserta Didik dan Psikologi Pendidikan yang berjudul
“Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi Peserta Didik dan Kaitannya dalam
Proses Pembelajaran” tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam juga pemakalah sampaikan kepada kekasih Allah,
junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan
yang baik dan benar. Semoga kita tetap sebagai pengikut sunnahnya sampai akhir
zaman nanti. Aamiin ya rabbal’alamin.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada ibu Alfi Rahmadini, M.Psi.,
Psikolog selaku dosen pengampu pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan
Psikologi Pendidikan yang telah sabar memberikan materi, dan pengajaran. Ucapan
terima kasih juga pemakalah sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini memberi dampak positif bagi kita
semua dan pembaca khususnya.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Perkembangan fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan,
tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan penggerak. Jadi perkembangan
fisik motorik anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh
pada anak yang berpengaruh terhadap keterampilan gerak tubuhnya.
Sedangkan Perkembangan emosional ini mencakup kesadaran diri yang
terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan
mengendalikan diri, serta mampu menyesuaian diri dengan orang lain.
Karakteristik emosi siswa adalah ciri atau tanda yang berkaitan
dengan emosi anak muda atau siswa. Pada masa ini emosi siswa ditandai
dengan masa galau yang dipengaruhi oleh perubahan hormon dan
lingkungan sekitar. Terdapat beberapa faktor terhadap perkembangan fisik
motorik dan emosional anak, kemudian juga ada implikasi serta peran
perkembangan fisik motorik dan emosional anak yang akan dijelaskan di
dalam makalah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat dari latar belakang di atas
yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian perkembangan fisik motorik dan emosi peserta
didik?
2. Apa saja karakteristik perkembangan motorik dan emosi peserta didik?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik motorik dan
emosi peserta didik?
4. Apa saja implikasi perkembangan fisik dan psikomotorik peserta didik
dalam pembelajaran?
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan
masalah di atas yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan fisik motorik dan emosi
peserta didik.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan fisik motorik dan emosi
peserta didik.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
dan emosi peserta didik.
4. Untuk mengetahui implikasi perkembangan fisik motorik dan emosional
peserta didik dalam pembelajaran.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
Dapat disimpulkan bahwa suatu perkembangan fisik dapat
mengembangkan keterampilan dalam bergerak baik kekuatan,
ketaketahanan, kecepatan, kecekatan dan keseimbangan pada
pertumbuhan fisik anak.
3. Pengertian Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini
berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga,
setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
yang dikontrol oleh otak.
Elizabeth B Hurlock (1978) dalam Riza (2018) menyatakan
bahwa perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari
unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat
gerak. Sementara itu menurut Slamet Suyanto mengatakan bahwa
perkembangan motorik adalah sesuatu proses kematangan gerak yang
langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses persarafan yang
menjadi seseorang mampu menggerakkan dan proses persarafan yang
menjadikan seseorang mampu menggerakan tubuhnya. Dari berbagai
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik
merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima
tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan keterampilan
motorik.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. lewat
bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak
melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan
menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya. Selain otak
mempengaruhi perkembangan motorik pada anak, terpenuhinya
pemberian gizi juga mempengaruhi dalam perkembangan motorik dan
pertumbuhan fisik anak. Karenanya, perkembangan fisik motorik pada
4
anak perlu mendapatkan perhatian, pengamatan dari orang dewasa di
sekelilingnya (Nurkamelia, 2019).
4. Pengertian Perkembangan Emosi Peserta Didik
Emosi merupakan perasaan yang dirasakan ketika anak
melakukan atau merasakan sesuatu. Emosi bukan hanya tentang
kemarahan tapi juga perasaan yang umum dirasakan saat mengalami atau
melakukan sesuatu. Pola Emosi pada anak meliputi rasa takut, malu,
khawatir, cemas, marah, cemburu, duka cita, keingintahuan dan
kegembiraan. Setiap anak juga memiliki kebutuhan emosional yaitu
kebutuhan untuk dicintai, dihargai, merasa aman, merasa kompeten, dan
kebutuhan untuk mengoptimalkan kompetensi. Apabila kebutuhan emosi
ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam
mengelola emosi.
Emosi dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial pada
anak. Pengaruh tersebut bisa menjadi hal yang berdampak positif ataupun
negatif terhadap anak. Dampak positif dari emosi adalah kita dapat
mengetahui perasaan dan pikiran anak hanya dengan melihat mimik
wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya. Dengan memahami bahasa
tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta
perasaan anak (Labudasari, 2018).
Emosi yang muncul kepada anak dalam pendidikan sangatlah
beragam, hal tersebutlah yang akan menentukan bagaimana hasil dari
belajar siswa. Perkembangan emosi pada peserta didik cenderung
menunjukan emosi yang positif terhadap belajar, diantaranya yaitu
senang dalam belajar, sikap peduli, dan rasa percaya diri. Emosi yang
positif cenderung akan memberikan dorongan atau motivasi kepada
siswa untuk terus belajar, sebaliknya emosi yang bersifat negatif akan
mengurangi motivasi belajar siswa (Firdaus, 2020).
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa fisik secara bahasa diartikan
sebagai jasmani, badan, tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan
5
penggerak. Jadi perkembangan fisik-motorik peserta didik dapat
diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh pada anak yang berpengaruh
terhadap keterampilan gerak tubuhnya. Sedangkan Perkembangan
emosional ini mencakup kesadaran diri yang terdiri atas memperlihatkan
kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri,
serta mampu menyesuaian diri dengan orang lain.
7
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik dan Emosi
Peserta Didik
8
bahu yang melebar. Pada remaja wanita, payudara membesar,
pinggul melebar, suara lebih keras, muncul jerawat, rambut tumbuh
di ketiak dan alat kelamin.
b. Faktor keluarga yaitu keturunan. Faktor keturunan meliputi gen yang
mempengaruhi tinggi badan, berat badan, warna kulit, mata dan
warna rambut.
c. Faktor lingkungan yaitu pengaruh orang tua terhadap agama, moral
dan psikologi umum dari sosialisasi dan perkembangan anak-anak
mereka.
d. Faktor Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja merupakan
interaksi dari faktor genetik dan lingkungan. Proses pubertas dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola makan, sikap sosial,
ukuran keluarga dan olahraga. Pertumbuhan biologis pada masa
remaja merupakan komponen universal yang tidak hanya memiliki
efek biologis tetapi juga perkembangan kognitif dan sosial.
Perubahan biologis dapat memiliki efek langsung dan tidak langsung
pada perkembangan remaja.
e. Faktor Ketentuan Allah. Dari sudut pandang Islam, ada faktor takdir
Allah yang juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan dan
pertumbuhan, karena Allah berkuasa penuh atas kekuasaan dan
pengaruh-Nya. Ada banyak bukti bahwa faktor keturunan dan
lingkungan tidak berdiri sendiri; dalam hal ini, yang paling utama
dan paling penting yaitu, semuanya tergantung pada kehendak Allah
(Desmita, 2007).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik
Perkembangan berlangsung mulai dari dalam kandungan sejak
terjadi pembuahan. Pola perkembangan gerak meliputi empat tahap,
yaitu pertumbuhan, perkembangan, kematangan, dan penuaan.
perkembangan bersifat kualitatif. Perkembangan merupakan proses
perubahan fungsi fisiologis yang semakin terorganisasi. Perkembangan
9
motorik merupakan perkembangan pengendalian gerak jasmani melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pola
perkembangan motorik dapat diprediksikan. Pengetahuan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik diperlukan
untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap hal-hal yang merugikan
proses perkembangan motorik maupun perlakuan yang dapat
mendukung perkembangan motorik.
Perkembangan anak yang optimal tergantung pada
berkembangnya kemampuan dan keterampilan motorik, baik motorik
kasar maupun halus. Dapat kita ambil contoh salah satunya
perkembangan pada balita. Tidak semua balita dapat berkembang seperti
yang seharusnya, terkadang ada balita yang lambat atau menyimpang
dari kemampuan yang seharusnya dimiliki pada tahapan usianya. Proses
perkembangan motorik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Motivasi belajar anak.
b. Pengetahuan ibu.
c. Lingkungan pengasuhan.
1) Ikatan antara orang tua dan anak. Hubungan timbal-balik antara
orang tua dan anak mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan motorik
2) Stimulasi pengalaman
3) Kekurangan pengalaman maupun stimulasi akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Kuncinya adalah memilih
waktu yang tepat, dimana seseorang sudah “matang” untuk
belajar kemudian diberikan serangkaian pengalaman gerakan
mendidik dan efektif.
d. Perangai atau emosional
Temperamen seseorang mempengaruhi pola interaksi
dengan orang lain, kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan
adalah dapat terjadi peningkatan atau hambatan perkembangan.
e. Teman sebaya.
f. Stimulasi.
10
g. Tingkat gizi.
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik pada
balita usia 4-5 tahun adalah faktor gizi, faktor lingkungan, dan faktor
stimulasi. Sedangkan faktor yang tidak mempengaruhi adalah faktor
pengetahuan. Disarankan pihak TK dapat bekerja sama dengan instansi
kesehatan untuk meningkatkan peran orang tua dalam memantau
perkembangan motorik pada balitanya.
12
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi
dalam bentuk perilaku yang memberikan kepuasan terbesar kepadanya,
dan menolak perilaku yang memberikan kepuasan sedikit atau sama
sekali tidak memberikan kepuasan.
b. Belajar dengan cara meniru atau mempersamakn diri
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi
orang lain, anak-anak bereaksi dengan orang yang diamati.
c. Belajar memulai pengkondisian
Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun awal
kehidupan anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk
menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak
rasionalnya reaksi mereka.
d. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada
aspek reaksi.
e. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap
ransangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan
dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan
yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan (Magdalena,
2021).
13
Memahami ciri-ciri perkembangan fisik dan psikomotor siswa, guru
harus mampu mengkondisikan pembelajaran dengan memperhatikan
karakteristik fisik dan psikomotor siswa:
1. Guru lebih memahami dan menghargai perbedaan individu anak,
terutama ciri fisik. Misalnya, anak-anak yang tinggi dan pendek, gemuk
dan kurus, dll, semuanya harus mendapat tempat yang layak di hati guru
dan mendapat perlakuan yang sama.
2. Orang tua dan siswa harus selalu diingatkan akan pentingnya makanan
bergizi bagi pertumbuhan fisik siswa, terutama pentingnya makanan
sehat lima sempurna. Tidak ada makanan siap saji.
3. Alat ajar yang digunakan harus bervariasi dan secara langsung dapat
merangsang aktivitas fisik dan psikomotorik anak, misalnya. media
empat dimensi.
4. Guru hendaknya lebih memberikan insentif untuk mempercepat
kematangan perkembangan psikomotor siswa, misalnya dengan
memberikan layanan pengajaran dan bimbingan belajar.
5. Guru mendorong siswa untuk membuat pilihan mereka sendiri dalam
meningkatkan pertumbuhan. Misalnya, untuk tumbuh dewasa, anak
muda harus secara aktif mencari lingkungan dan pengalaman yang
sesuai dengan kemampuan naturalnya, dan guru berperan penting dalam
menggunakan dan mengembangkan kemampuan tersebut.
6. Lingkungan pendidikan harus menyediakan ruang bagi siswa untuk
bermain. Mereka mempelajari segalanya dan yang terpenting, mereka
dapat melatih baik secara fisik maupun psikomotorik. Selain itu juga
dapat meminimalisir intensitas mereka dalam bermain game yang
sangat berbahaya bagi perkembangan fisik dan psikomotorik mereka.
7. Mengenai perkembangan fisik dan psikomotorik, penulis menekankan
pada stimulasi anak melalui permainan dengan gerakan fisik dan
psikomotorik. Pasalnya, bermain merupakan salah satu kebutuhan dan
14
hak dasar anak yang harus dipenuhi oleh orang dewasa di sekitar anak,
termasuk guru. Jika kesempatan anak untuk bermain menghilang atau
melemah, demikian pula kesempatan anak untuk belajar secara alami
dan menyenangkan. Anak juga dapat menyalurkan tenaga/energi
berlebih agar tidak merasa cemas. Begitu pula perkembangan motorik
halus dan motorik kasar akan optimal. Hal ini sangat berbeda ketika
siswa bermain hanya dengan handphone, hanya jari-jarinya saja yang
bergerak, sehingga kemampuan fisik dan psikomotoriknya tidak
berkembang secara maksimal.
8. Pemahaman tentang perkembangan fisik dan psikomotor siswa berguna
bagi guru ketika merancang kurikulum yang tepat sesuai dengan
kebutuhan anak.
Emosi selalu berhubungan dengan perasaan. Setiap peserta didik
memiliki emosi yang beragam. Karena emosi berdampak pada perilaku
anak, emosi penting untuk perkembangan anak di semua tingkatan,
termasuk masa bayi, prasekolah, dan tahap selanjutnya. Setiap anak
memiliki kebutuhan emosional, termasuk keinginan untuk merasa
dilindungi, dicintai, dihargai, dan kompeten serta kebutuhan untuk mencapai
tingkat kompetensi tertinggi mereka. Anak-anak akan lebih mampu
mengendalikan emosinya jika persyaratan ini dipenuhi, terutama yang
bersifat negatif (Labudasari, 2018).
Emosi adalah keadaan atau sensasi internal yang penuh gejolak yang
dirasakan dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan dan berfungsi
sebagai mekanisme penyesuaian lingkungan internal untuk meningkatkan
kesejahteraan dan keamanan pribadi. Perkembangan emosional menurut
(Lubis, 2019) adalah kemampuan anak untuk memahami bagaimana
mengekspresikan emosi positif dan negatif secara utuh, berinteraksi dengan
anak lain atau orang-orang di sekitarnya, dan aktif belajar dengan
menjelajahi lingkungan sekitarnya.
15
Perkembangan emosional adalah proses memperoleh kemampuan
untuk menyesuaikan diri dan memahami keadaan dan perasaan ketika
berhadapan dengan teman sebaya, orang tua, dan saudara kandung dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh keterampilan sosial emosional,
seorang anak harus mendengarkan, mengamati, dan meniru apa yang dia
amati.
Kecerdasan emosional sangat perlu diajarkan sejak dini supaya anak
dapat tumbuh menjadi seseorang yang dewasa, bertanggung jawab dan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain itu, anak yang mempunyai
kecerdasan emosional tinggi akan terlihat lebih bahagia, percaya diri dan
lebih berprestasi di sekolahnya (Istiqomah et al., 2016). Kecerdasan
emosional serta perkembangan emosional memiliki dua peran penting bagi
anak-anak:
1. Peran substansial, yaitu berkaitan dengan bagaimana membuat anak dan
kehidupannya menjadi lebih manusiawi.
2. Peran fungsional, yaitu berkaitan dengan bagaimana menggunakan
kecerdasan emosional dalam kehidupan sehari-hari.
Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian
diri anak atau peserta didik dengan lingkungan sosialnya terutama dalam
proses pembelajaran, antara lain berikut ini:
1. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber
penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya . Penilaian ini akan
menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan seorang anak,jika
dalam proses belajar mengajar maka lingkungan sekolahlah yang dapat
mempengaruhi emosi dari peserta didik tersebut sekaligus membentuk
konsep diri anak atau peserta didik berdasarkan perlakuan tersebut.
Sebagai contoh, seorang anak sering mengekspresikan
ketidaknyamanannya dengan menangis, lingkungan sosialnya akan
menilai ia sebagai anak yang “cengeng”. “cengeng” ini akan
mempengaruhi kepribadian dan penilaian diri anak
16
2. Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat
mempengaruhi interaksi sosial anak atau peserta didik melalui
reaksireaksi yang ditampilkan lingkungan belajarnya. Melalui reaksi
lingkungan sosial, anak dapat belajar untuk membentuk tingkah laku
emosi yang dapat diterima lingkungannya. Reaksi yang kurang
menyenangkan ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar
dapat diterima di lingkungan belajarnya.
3. Emosi dapat mempengaruhi suasana psikologis lingkungan.
Perilaku emosional anak yang dibayangkan dapat menentukan iklim
psikologis lingkungan. Dengan kata lain, jika ada anak yang marah
dalam kelompok, maka dapat mempengaruhi keadaan psikologis
lingkungan sekitar saat itu, misalnya permainan menjadi tidak
menyenangkan, pecah tawuran atau bahkan putus..
4. Perilaku yang sama dan yang dilihat berulang kali bisa menjadi
kebiasaan. Dengan kata lain, jika seorang anak atau siswa baik hati dan
suka menolong, temannya puas dengan tingkah lakunya dan
lingkungan menyukainya, maka anak akan melakukan perbuatan
tersebut berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan.
5. Ketegangan emosional anak dapat menghambat atau mengganggu
aktivitas motorik dan mental anak dalam proses belajar. Seorang anak
yang stres atau takut menghadapi suatu situasi menolak untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, seorang anak mungkin
menolak melukis dengan jarinya karena khawatir pakaiannya kotor dan
dimarahi orang tuanya. Lukisan jari ini bagus untuk mengembangkan
keterampilan motorik halus dan kepekaan sentuhan. Namun karena
hambatan emosional atau kecemasan (takut teguran orang tua), anak
kehilangan keberanian untuk mencobanya dan kesempatan untuk
pengembangan diri menghilang. (Rachmawati, 2013)
17
E. Review artikel jurnal
Berdasarkan artikel yang berjudul Penggunaan Media Vlog dalam
Pengembangan Kemampuan Motorik Anak oleh (Mudarris dkk, 2022).
Disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji
tentang penggunaan media vlog dalam mengembangkan motorik anak.Teknik
analisis data yang digunakan yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penyimpulan data.
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media vlog yang digunakan untuk
menjelaskan aktivitas motorik seperti mewarnai, menggambar, menggunting,
dan bisik berantai dapat mengembangkan kemampuan motorik anak.Animasi
dan beragam gambar berwarna yang tedapat dalam vlog juga mampu
memotivasi anak untuk belajar. Penggunaan Media Vlog dalam
Pengembangan Kemampuan Motorik Anak. Salah satu yang digemari remaja
saat ini ialah mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukannya, sehingga
setiap kegiatan sehari-harinya yang mereka lakukan dengan diabadikan
melalui pembuatan video blog yang biasa dikenal dengan istilah vlog....
Setelah melihat dari beberapa peneliti terdahulu yang bersinggungan dengan
penelitian ini, bahwa peneliti terdahulu yang menjadi titik fokus penelitiannya
ialah manfaat vlog dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, mempercepat
dan mempermudah dalam memahami materi.
Namun, penelitian ini fokus pada pembahasan penggunaan media vlog
terhadap kemampuan motorik anak. Mulai dari bagaimana memanfaatkan vlog
yang tidak pernah terfikirkan oleh lembaga-lembaga lain, mampu menciptakan
pembelajaran yang unik, suasana belajar yang bisa mengembangkan motorik
halus sekaligus motorik kasar, hingga keasyikan dalam step by step
pembelajaran langsung bisa dinikmati oleh siswa.
Berangkat dari beberapa penelitian terdahulu beserta pemahaman penulis
mengenai perkembangan motorik anak, penelitian ini penting dilaksanakan
untuk memahami dan mengatasi masalah bagi anak yang kurang mampu dalam
memngembangkan kemampuan motoriknya.
18
Metode penelitian dalam arikel ini yaitu penelitian ini fokus mengkaji tentang
penggunaan media vlog dalam pengembangan kemampuan motorik anak.
Digunakan untuk mencari informasi yang lebih mendalam tentang penggunaan
media vlog terhadap perkembangan motorik anak, sedangkan jenis penelitian
yang digunakan ialah studi kasus yang difokuskan pada kasus tertentu untuk
diamati dan dianalisis secara cermat. Penelitian deskriptif dan analisis yang
dilakukan untuk mendeskripsikan temuan-temuan hasil penelitian.
19
Oleh karena itu kita sebagai orang tua maupun tentunya mampu melatih anak
dalam pengelolaan emosi perlu latihan karena kemampuan regulasi ini tidak
muncul seketika diusia tertentu dia harus dibangun sejak kecil sejak anak mulai
merasakan emosi. Maka orang tua harus mampu menjembatani dan
mengetahui ilmu mengenai mengelola emosi anak.
Ketika orang tua tidak paham mengenai cara mengelola emosi anak sejak kecil
maka akan berakibat pada anak di usia dewasa yaitu anak tidak mempunyai
skill ketika dia mengelami kewalahan-kewaklahan emosiaonal sedagkan
usianya bertambah kemampuan anak semakin kompleks lagi untuk merasakan
emosi seperti cemburu. Sehingga orang tua lah harus membantu anak untuk
mengontrol emosinya sejak kecil.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan,
tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan penggerak. Jadi perkembangan
fisik- motorik anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh
pada anak yang berpengaruh terhadap keterampilan gerak tubuhnya.
Sedangkan Perkembangan emosional ini mencakup kesadaran diri yang
terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan
mengendalikan diri, serta mampu menyesuaian diri dengan orang lain.
Terdapat karakteristik, faktor dan implikasi perkembangan fisik motorik dan
emosional peserta didik.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat pemakalah buat, apabila ada kata-kata
yang kurang berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang
diharapkan, pemakalah mohon maaf. Karena pemakalah menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu pemakalah
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam
tugastugas selanjutnya, pemakalah dapat menyelesaikannya dengan lebih
baik lagi.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Nurkamelia. 2019. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini (Standar Tingkat
Pencapain Perkembangan Anak) STPPA Tercapai Di RA Harapan
Bangsamanguwoharjo Condong Catur Yogyakarta. Jurnal Of
Islamic Early Childood Education. Vol. 2, No. 2, P. 116-117.
Rachmawati, Yeni. 2013. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Riza, Muhammad & Ayu Swalianan. 2018. Deteksi Perkembangan Kompetensi
Motorik Anak di PAUD Kec. Bebesen Kab. Aceh Tengah. Jurnal
AsSalam. Vol. 2, No. 3.
Susanti, R.2018.PERKEMBANGAN EMOSI MANUSIA. Jurnal Teknodik,4915),
170-181
23